Di tuntut baginya memberi pengabdian Tak peduli ia mampu atau tidak dalam mengabdi Atau bahkan di hantam keraguan di hati Namun jelas ia harus bersegera demi masa depan Cita-cita, keluarga dan harapan.
Di satukan dirinya dengan mereka
Pelajar-pelajar itu bernasib sama Yang tadinya di panggil "dia" Sekarang menjadi "kita" Sebagian dari mereka datang dari arah entah berantah Tak pernah saling kenal atau saling sapa Namun tak butuh waktu lama Mereka akrab satu dengan lainnya. Di sinilah awal dari semua Di mana tak satu pun dari mereka dapat menduga Bahwa mereka akan di kenang sebagai “keluarga” Keluarga aku katakan Itulah nama dari kata yang kami kumandangkan dimalam ini Di malam perpisahan yang bertajuk pembacaan puisi. Dimanah di setiap makna Tersirat sebuah rasa Yang menjelma di kumpulan kata-kata Setiap baitnya dibuat setajam mungkin Sehingga mampu menusuk hati setiap pendengar tanpa berpaling. Dengan kata yang menusuk itu Kami berharap ia mampu Menjadi sebab satunya rasa Pada malam yang bersejarah.
Sebulan lamanya kami belajar sembari mengajar
Membalik paksa kebiasaan bermalas-malasan Diajarkan bagaimana beratnya bersikap sabar Demi mengubah diri ke arah kebaikan. Bodohlah kami ketika tak mampu memetik ilmu Bodohlah kami ketika tak mampu mengambil hikmah Bodohlah kami ketika tak mampu bergerak tumbuh Bodohlah kami ketika tak mampu mengubah jiwa
Untukmu pemimpin kami dan pemimpin desa
Nyata mata ini menyaksikan pengorbanan tak kenal lelah Engkau kerahkan setiap daya Demi warga yang padamu diberikan amanah Tak sedikit pun kami melihat keluh kesah Bahkan sangat sering kami melihat derita Mungkin kami melihat derita Tapi bagimu mungkin itu adalah ibadah Seperti yang pernah engkau sampaikan "sekarang waktunya menebus dosa"
Dari mu kami belajar banyak sikap
Dari pengorbananmu kami mengenal sikap ikhlas Dari bibirmu kami mendengar sikap cerdas Dari perbuatanmu kami melihat sikap tegas
Terima kasi dan maaf dari kami
Seperti kata para puitis Seperti kata para penulis Dibalik lelaki kuat Terdapat perempuan hebat Seperti kata filosofis Dalam penyingkapan mistis Keindahan Tuhan Bermanifestasi pada diri perempuan
Perempuan yang tuturnya begitu lembut
Perhatiannya mencukupkan setiap kekurangan Memandang tanpa pernah bermuka kusut Tak pernah luput darinya cerminan keramahan
Terngiang di ingatan kami semua
Bagaimana engkau ketika berkata "Jadikan aku orang tua" Di saat kami jauh dari rumah Kata yang begitu pas Setidaknya mampu sedikit mengupas Rindu akan pulang Ke kampung halaman Namun kami tetap tahu itu nyata Kata mu bukan hanya sekedar kata
Terima kasih dan maaf dari kami
Pengabdian yang sangat singkat ini
Syukur kami telah selesai Pada awalnya membuat gelisah Salut untukmu setiap warga
Tanpa uluran tangan yang kalian berikan
Mana mungkin kami bangga dengan diri Budaya gotong royong kalian tontonkan Meringankan dikala beban menghantam hari
Apa yang kami capai sampai saat ini
Hanya melanjutkan kerja keras warga Apa yang kami tinggalkan dikala nanti Bukanlah ujung membangun desa Harapan dan doa kami tradisi tetap dijaga Orang tua di hormati sembari di gurukan Pemuda harus siaga dikala desa butuh tenaga Anak-anak di didik untuk generasi yg cemerlang Budaya gotong royong harus tetap bernakhoda Setiap warga tetap setia membangun desa Untuk membangun Indonesia
Terima kasih dan maaf dari kami
Akhirnya bait telah sampai dipuncaknya
Bersiap-siap meloncat menerjang pendengarnya Setelah sekian lama menunggu untuk di sampaikan Menarget hati di bagian paling dalam
Untuk mu belasan pelajar!
Yang telah selesai dalam pengabdian Izinkan bait ini memberi pertanyaan! Apakah ini akhir yang kalian harapkan? Berakhir dengan melangkah ke arah berlawanan! Ataukah perpisahan yang kalian dambakan? Bersyukur karna derita akan diganti oleh perpisahan!
Siapkah kalian mengangkat kaki melangkah pulang?
Melupakan semua sejarah yang terlewatkan
Adakah kenangan yang tersimpan di hati?
Dikalah tawa melebur menghilangkan benci
Adakah ingatan yang sudi kau ceritakan di hari esokmu?
Yang bisa membuat mu berpikir keras hanya untuk kenangan masa lalu.
Biarkan bait ini mengajarimu secara perlahan
Tentang kenyataan hidup dan hakikat pertemuan Jangan perna kau percaya perkataan orang-orang "Disetiap pertemuan pasti ada perpisahan" Kalimat itu hanyalah kesepakatan untuk pembodohan Karna makrifat alam semesta adalah hubungan Syaratnya hanya satu Pertemuan ini harus kau pahami sebagai yang telah di takdirkan Kita telah di takdirkan sebulan lamanya hidup bersama dibawa satu atap di atas satu pijakan Bersama-sama ketika terjaga dan bersama-sama ketika terlelap Saling melengkapi setiap ke tidak sempurnaan secara nyata Mengalahkan setiap cerita dongeng tentang keluarga
Bahkan sebelum aku
Kamu dan kita di-ada-kan Hubungan yg kita bangun Selama sebulan lamanya telah dituliskan Dituliskan dengan tinta keberadaan Di alam kesempurnaan Di alam di mana waktu tak mampu untuk berlaku Waktu tak mempunyai hak untuk mengubah sesuatu Hubungan yang kita ciptakan begitu kuat Menembus setiap apa yang tampak Meresap ke relung hati Bersemayam tanpa dapat di intervensi Oleh waktu, perpisahan atau bahkan mati Telah aku beritahukan pada mu hakikat pertemuan Yang orang-orang sandikan dengan fatamorgana perpisahan Perpisahan hanyalah diperuntukkan bagi ketiadaan Sementara pertemuan ini nyata dan ditakdirkan
Tak usah kau pesimis dikala jasad
Di paksa untuk berjarak Kita semua telah di satukan Pada rasa kebersamaan Hubungan yang telah aku sebutkan Telah tertancap tak tergoyahkan Jangan kau jadikan ketiadaan menipu pikiran Pertemuan ini akan terus ada bersama keabadian
Manusiawi untuk kita merasa sedih
Mengenang waktu pada setiap hari Menjadi sebab bagi air mata Di saat jiwa tertunduk sambil berduka Namun ingat, jika hati akan tetap bersama Walaupun kita tidak lagi serumah Jangan kau hanya memahami setiap makna Dan mendengar setiap kata Kutegaskan pada bait selanjutnya Dengan berpesan sembari meminta
Di hari esok dan kemudian
Aku tak ingin melihat kesombongan Jangan biarkan malam ini Memutus apa yang telah kita hubungkan Jadikan di setiap pijakanmu Rumah bagi saudaramu Jadikan di sebagian pergimu Untuk mengarah pada saudarimu Pesan ku adalah apa yang kita sebut “silaturahmi” Tak perlu kau lakukan untuk mengharap rezeki Karna manusiawi merajuk rasa yang hakiki