Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PERBANDINGAN KADAR

HIDROKUINON DALAM KRIM PEMUTIH


PADA PRODUK ‘A’ DAN ‘B’ DENGAN
METODE SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET
PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA
ANGGOTA KELOMPOK K1

Retria Ayuningtyas Prihadi Putri Krysandini Diah Pramesti


K100210173 K100210177

Isna Nur Faizah Wulan Cahya


K100210175 K100210179

1
LATAR BELAKANG
Penjualan produk pemutih kulit semakin meningkat dari tahun ke tahun
disebabkan oleh persepsi masyarakat yang menganggap cantik harus memiliki
kulit yang putih. Masyarakat yang hanya melihat hasil tanpa melihat efek juga
tidak pernah tahu bahwa ternyata kosmetik yang digunakan mengandung zat
kimia aktif yang digunakan pada krim pemutih racikannya (Gianti, 2013).
Hidrokuinon merupakan suatu zat yang efektif terhadap pemutih kulit namun
mempunyai efek samping merusak jika digunakan dalam jangka panjang. (Sofen
et al., 2016).
Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan kesadaran masyarakat akan
bahaya dari krim pemutih ini semakin meningkat sehingga lebih selektif dalam
memilih krim perawatan untuk wajah.

2
TUJUAN DAN RUMUSAN MASALAH

Rumusan
Tujuan Masalah
1. Mengetahui apakah ada kandungan
1. Apakah terdapat kandungan
hidrokuinon pada kedua krim pemutih hidrokuinon dalam sampel krim
yang diuji. pemutih yang diuji?
2. Mengetahui persentase kadar 2. Berapa persentase hidrokuinon
hidrokuimon pada krim pemutih yang yang terkandung pada krim
diuji. pemutih yang diuji ?

3
TINJAUAN PUSTAKA
Krim Pemutih Wajah adalah produk kosmetik yang terdapat bahan kimia atau
bahan tambahan lainnya yang dapat memutihkan wajah dengan waktu yang
singkat (Erasiska et al., 2015).
Hidrokuinon memutihkan kulit dengan mekanisme yaitu menghambat enzim
tirosinase sehingga konversi L-3,4- dihydroxyphenylalanine (L-DOPA) menjadi
melanin terhambat (Sofen et al., 2016).
Konsentrasi hidrokuinon > 2 % dalam krim termasuk golongan obat keras yang
hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter (BPOM RI, 2007). Oleh
karena itu, penggunaan hidrokuinon dalam kosmetika dengan konsentrasi yang
tinggi telah dilarang penggunaanya (Amponsah, 2010).

4
ALAT DAN BAHAN

Alat: Bahan:
Timbangan analitik Krim pemutih
Spektrofotometer UV Larutan standar hidrokuinon
10%
Labu ukur 10 ml, 100 ml
FeCl3
Beaker glass Aquadest
Batang pengaduk Etanol
Sendok tanduk
Mikropipet
Pipet volume
Propipet

5
CARA KERJA SKEMATIS
A. Analisis Kualitatif
Ditimbang 1 gram tiap sampel krim pemutih dan kemudian diletakkan di atas drop plate.

Ditambahkan 3 tetes reagen FeCl3 5% ke drop plate dan diamati perubahan warna.

Sampel positif yang mengandung hidrokuinon ditunjukkan oleh perubahan warna dari hijau menjadi hitam.

B. Pembuatan Larutan Stok (100ppm)


Dipipet larutan stok yang tersedia 1000 ppm sebanyak 10 mL.

Dilarutkan dalam labu ukur 100 mL dan diisi dengan etanol hingga tanda batas, kemudian dikocok hingga
homogen.

6
C. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Dipipet 1,5 mL dari larutan stok 100 ppm masukkan dalam labu ukur 10 mL.

Diencerkan dengan larutan etanol sampai tanda batas lalu dikocok hingga homogen dan dihasilkan larutan
hidrokuinon dengan konsentrasi 15 ppm

Diukur pada panjang gelombang 200-400 nm
D. Pembuatan Kurva Standar
Dipipet larutan stok 100 ppm sebanyak 3 mL untuk membuat larutan konsentrasi 30 ppm.

Dimasukkan dalam labu ukur 10 mL lalu ditambahkan dengan larutan etanol sampai tanda batas lalu kocok ad
homogen.

Dilakukan pengenceran bertingkat dengan mengambil larutan konsentrasi sebelumnya sebanyak 5 mL dan
didapatkan konsentrasi sebesar 15 ppm; 7,5 ppm; 3,75 ppm; 1,875 ppm; 0,9375 ppm; 0,4687 ppm; 0,2343 ppm

Diukur pada panjang gelombang maksimum yang didapatkan pada pengukuran panjang gelombang sebelumnya
dan etanol sebagai blanko. Cara untuk membuat kurva standar yaitu dengan memplot konsentrasi vs absorbansi

7
E. Preparasi Sampel
Ditimbang 500 mg sampel krim A dan B kemudian dilarutkan dalam 5 mL etanol PA.

Disaring dengan kertas saring ke dalam labu ukur 10 mL.

Ditambahkan etanol PA sampai tanda batas.

Di pipet larutan tersebut sebanyak 1 mL dan dimasukkan dalam labu ukur 10 mL, ditambahkan dengan etanol PA
sampai tanda batas.

Dibaca absorbansinya menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Masing-
masing pengukuran sampel direplikasi empat kali.

F. Penetapan Kadar
Dipipet sampel yang telah dipreparasi dan dimasukkan ke dalam kuvet kemudian diukur menggunakan
spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum.

Dicatat hasil absorbansi dari analit uji yang teridentifikasi dan dilakukan perhitungan penetapan kadar dengan
menggunakan persamaan regresi linear y = bx + a yang diperoleh melalui kurva baku hidrokuinon.

8
G. Validasi Metode
Linearitas: dihitung secara statistik melalui koefisien korelasi (r). Perhitungan tersebut
dapat dilakukan dengan cara memasukkan konsentrasi dan absorbansi larutan baku
(Gandjar dan Rohman, 2007).
LOD dan LOQ: Batas deteksi dan batas kuantitasi dihitung secara statistik melalui
persamaan regresi linier dari kurva standar (Harmita, 2004). Perhitungan tersebut dapat
dilakukan dengan cara memasukkan absorbansi larutan baku hasil pengukuran ke dalam
persamaan regresi linear yang diperoleh.
Keberulangan: Uji presisi dilakukan dengan cara membuat larutan baku hidrokuinon
konsentrasi 15 ppm kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum
dan diulangi pengukurannya sebanyak 10 kali, selanjutnya dapat diketahui nilai standar
deviasi dan relative standard deviation dari data yang didapatkan (Miller dan Miller, 2010).

9
DAFTAR PUSTAKA
Amponsah, D., 2010, Levels Of Mercury and Hydroquinone in Some SkinLightening Creams and Their Potential Risk To
The Health Of Consumers in Ghana, Tesis, Fakultas Ilmu Fisika, Universitas Kwame Nkrumah.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2007, Public Warning/Peringatan Nomor Kh.00.01.432.6081
Tentang Kosmetik mengandung Bahan Berbahaya dan Zat Warna Yang Dilarang, Jakarta.

Erasiska., Subardi, B., Tengku,A,H. 2015. Analisis kandungan Logam Timbal, Kadmium Dan Merkuri Dalam Produk Krim
Pemutih Wajah. Jurnal Online Matematika. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Riau Kampus
Bina Widya Pekanbaru

Gandjar,. I. G., dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Gianti., 2013, Analisis Merkuri dan Hidrokuinon Dalam Kosmetik Krim Racikan Dokter, Skripsi, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian Vol 1 (3)

Miller, J. N., dan Miller J. C. 2010. Statistics And Chemometrics For Analytical Chemistry Sixth Edition. Pearson
Education. England

Sofen, B., Prado, G., & Emer, J. 2016. Melasma and Post Inflammatory Hyperpigmentation: 9 Management Update and
Expert Opinion. Skin Therapy Lett. 21(1). p. 1-7

10
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai