Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KROMATOGRAFI

Nama : Anita Cahya Wulansari


NIM : 1840004
Kelas/Kel : Aksel-A / 4
Tanggal Praktikum : 2 April 2019

JUDUL
Estimasi Ketidakpastian Pengukuran Kafein Dalam Sampel Tablet Obat Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis Kinerja Tinggi

TUJUAN
1. Mampu mengidentifikasi senyawa kafein dan menetapkan kadar kafein dalam sample obat menggunakan HP-TLC
2. Mampu mengoperasikan alat HP-TLC sesuai SOP

PRINSIP
Kafein dalam sample dapat ditetapkan secara HP-TLC. Fasa diam yang digunakan berupa padatan (Silica gel 60F 254) dalam
bentuk plat atau lembaran, sedangkan fasa gerak berupa campuran larutan dari kloroform, aseton, ammonia 25% dengan perbandingan
8:2:0,1. Komponen caffeine dapat terpisah berdasarkan perbedaan laju migrasi komponen diantara 2 fase. kadar caffeine dalam
sample dapat dihitung dengan membandingkan luas area sample dengan standar, dengan cara dilakukan spoting lalu dielusikan
kemudian diletakkan dibawah sinar uv yang selanjutnya diukur menggunakan HP-TLC scanner.
CARA KERJA
1. Pembuatan Larutan Standar Induk 10.000 mg/L
Dilarutkan dan ditera
Ditimbang standar
Labu Takar 25 ml dengan kloroform,
kafein 250 mg
kemudian dihomogenkan

2. Pembuatan Deret Standar


Standar induk
10.000 mg/L

ppm 500 1000 1500

mL 0.5 1.0 1.5

Labu takar 10mL


Dilarutkan dan ditera dengan
kloroform, kemudian
dihomogenkan
3. Pembuatan Fase Gerak

Ditambahkan kloroform,
Disiapkan Ditutup rapat lalu
aseton, dan amonia dengan
tabung ulir perbandingan 8 : 2 : 0.1 dihomogenkan

4. Preparasi Sampel

Ditimbang 10 tablet Dilarutkan dan ditera


Dihaluskan, Dimasukkan ke
obat (dihitung bobot dengan kloroform,
Ditimbang 25mg labu takar 10 mL
rata rata pertablet) kemudian dihomogenkan

Dielusikan pada Filtrat di spotkan


Dikeringkan, lalu elusi Disaring dan filtrat
chamber berisi fase sebanyak 2µL
dibaca dengan alat ditampung pada
gerak, tunggu sampai dengan syringe
scanner HP-TLC tabung ulir
eluen naik sampai tanda pada silica gel
batas
IV. DATA PENGAMATAN :

A. Tabel Data Pengamatan Fisik Sampel dan Reagen

Pengamatan Fisik
No Nama Bahan atau reagen
Warna Bau Wujud

1 Larutan Induk kafein Tidak Berwarna Tak Berbau Cairan

2 Kloroform Tidak Berwarna Khas Klorofom Cairan

3 Aseton Tidak Berwarna Khas Aseton Cairan

4 Amoniak Tidak Berwarna Khas Amoniak Cairan

5 Tablet sampel obat Putih Khas Obat Padatan

6 Aquadest Tidak Berwarna Tidak Berbau Cairan


PEMBAHASAN

Pada penentuan kadar kafein dalam sampel dilakukan menggunakan HP-TLC. Hal ini dapat dilakukan secara kualitatif dan

kuantitatif. Analisis kualitatif dapat dilihat dari nilai Retention Factor (RF). Dapat dilihat pada nilai RF standar dan RF sampel

memiliki nilai RF yang relatif sama. Hal ini menunjukan bahwa dalam sampel obat mengandung senyawa kafein. Pada penetapan kali

ini digunakan fasa normal, dimana sifat fasa diam adalah polar dan fasa geraknya adalah nonpolar. senyawa yang mempunyai nilai RF

lebih rendah menandakan bahwa senyawa tersebut memiliki kepolaran yang lebih besar dibandingan senyawa lainnya. Hal ini

dikarenakan senyawa tersebut akan tertahan pada fasa diam, dimana fasa diam pada penetapan kali ini bersifat polar, dan untuk

senyawa yang memiliki nilai RF yang lebih besar menandakan bahwa senyawa memiliki kepolaran yang lebih rendah dibandingan

senyawa lainnya. Analisis kuantitatif dilihat dari luas area peak. Luas area peak berbanding lurus dengan konsentrasi, sehingga

semakin besar Luas area maka semakin besar konsentrasinya.


TES FORMATIF

1. Mengapa perlu dihitung nilai ketidakpastian pengukuran?

Ketidakpastian merupakan parameter yang menetapkan rentang nilai yang didalamnya diperkirakan nilai benar yang diukur

berada. Nilai ketidakpastian memungkinkan pengguna data hasil uji untuk mengevaluasi kehandalan data, mengevaluasi

kesesuaian dengan data hasil uji terhadap tujuan penggunaannya. Setiap nilai yang diperoleh dari suatu pengukuran kuantitatif

hanya merupakan suatu perkiraan terhadap nilai benar dari sifat yang terukur. Tanpa pernyataan kuantitatif kesalahan suatu

pengukuran maka data hasil pengukuran kurang mempunyai arti. Ketidakpastian pengukuran metode pengujian sangat perlu

diketahui oleh laboratorium karena kewajiban laboratorium mencantumkan estimasi ketidakpastian pengukuran pada hasil

analisa yang diperoleh apabila diminta oleh pengguna jasa laboratorium. Nilai ketidakpastian juga menyatakan mutu hasil

pengukuran atau pengujian, semakin kecil nilai ketidakpastian maka semakin baik hasil pengujian.

2. Mengapa pengukuran kafein dapat dilakukan menggunakan panjang gelombang elektromagnetik ultra violet?

Karena daerah serapan sampel kafein berada sekitar panjang gelombang 200 – 350 nm. Panjang gelombang pada absorbansi

maksimum berada pada panjang gelombang 276 nm.


3. Apa saja aspek kritis yang dapat mempengaruhi kelinearan kurva kalibrasi?

Pembuatan kurva kalibrasi atau kurva standar bertujuan untuk mengetahui linieritas hubungan antara konsentrasi dengan

absorbansi. Titik kritisnya yaitu, Labu takar yang digunakan harus dalam keadaan bersih dan kering; penurunan larutan standar

induk ke dalam labu takar deret standar dan ketika menera labu takar harus secara teliti; larutan deret standar harus homogen;

menggunakan kuvet yang bersih dan berbahan kuarsa. Hal-hal seperti itulah yang dapat mempengaruhi perubahan konsentrasi

terhadap absorbansi yang nantinya akan muncul.

4. Apakah ketidakpastian kurva kalibrasi merupakan sumber ketidakpastian terbesar dalam pengukuran estimasi ketidakpastian

kadar kafein? Jelaskan!

Iya, kurva kalibrasi merupakan sumber ketidakpastian terbesar yang dihasilkan. Hal tersebut dikarenakan kurangnya

kelinearan hubungan antara konsentrasi dengan luas area yang didapatkan. Hal tersebut dapat dikarenakan kurang baiknya

dalam membuat deret standar dan menentukan track X dan Y pada alat HPTLC.

Anda mungkin juga menyukai