Anda di halaman 1dari 7

Jakarta, 8 Desember 2023

Nomor INV/2023/NW/1

Perihal: Permohonan Upaya Keberatan Administratif terhadap tindakan


menyebarluaskan agen biologi penyebab penyakit yang berpotensi
menimbulkan KLB dan Wabah (Nyamuk Wolbachia)

Kepada Yth.
Bapak Budi Gunadi Sadikin,
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
di Tempat

Dengan Hormat,

Yang bertanda tangan di lampiran “peserta permohonan”, selanjutnya disebut “para


pemohon”, dalam hal ini memohon kepada Yang Terhormat Bapak Budi Gunadi Sadikin,
selaku Menteri Kesehatan Republik Indonesia, untuk segera mencabut Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/1341/2022 dan menghentikan (sementara) segala
tindakan menyebarluaskan agen biologi penyebab penyakit yang berpotensi menimbulkan
KLB dan Wabah, khususnya Nyamuk yang dimodifikasi dengan bakteri Wolbachia
(selanjutnya disebut “Nyamuk Wolbachia”) atau makhluk hidup lainnya yang
dimodifikasi/direkayasa.

1. Dasar Faktual
Khusus mengenai program Nyamuk Wolbachia, para pemohon telah mengidentifikasi
permasalahan faktual dan kekurangan sebagai berikut:

- Tidak ada AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dan Izin terkait untuk
program Nyamuk Wolbachia, sedangkan AMDAL dan Izin terkait wajib secara hukum
untuk “kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan
buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;” dan/atau “introduksi jenis
tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;”
- Menteri Kesehatan tidak memiliki kewenangan untuk mengizinkan atau
memerintahkan kegiatan yang berdampak pada lingkungan/ekosistem
- Riset lokal di daerah kecil di Yogyakarta telah menjadi dasar untuk program Nyamuk
Wolbachia secara nasional. Penelitian yang dilakukan Universitas Jember (Genetic
Variation of Aedes Aegypti (Diptera : Culicidae) based on DNA Polymorphism)
misalnya menunjukkan tingginya tingkat keragaman genetik pada populasi Aedes
Aegypti, artinya hasil penelitian di satu wilayah kecil belum tentu bisa disamakan
hasilnya di wilayah lain, hasil penelitian di Yogyakarta harus dibuktikan terlebih
dahulu validitasnya pada populasi Aedes aegypti di wilayah sasaran lain.
- Asesmen Risiko yang dimanipulasi dan tidak lengkap, potensi dampak negatif pada
kesehatan dan lingkungan tidak cukup diteliti dan dikecualikan
- Berbagai penelitian yang telah menjadi dasar untuk program Nyamuk Wolbachia
diterbitkan dalam Jurnal yang tidak diakui (bahkan dilarang) oleh BRIN
- Kemenkes berpihak dengan kelompok yang berkepentingan dalam program Nyamuk
Wolbachia daripada netral
- Undangan Sepihak dari Komisi IX DPR kepada Menkes yang menyertakan Scott
O’Neill Direktur WMP yang merencanakan menyebar 200 juta Nyamuk terinfeksi
Wolbachia, di Bali
- Korelasi bukanlah sebab akibat, penurunan DBD di Yogyakarta (77%) yang diklaim
“akibat” program Nyamuk Wolbachia bisa saja terjadi akibat penyebab lain seperti
metode pengendalian nyamuk konvensional, iklim atau siklus alami lainnya. Misalnya
di Bali DBD juga telah menurun/bervariasi secara drastis, mirip Yogyakarta, tanpa
adanya Nyamuk Wolbachia:
- Hasil di Luar Negeri tidak jelas, misalnya di Sri Lanka angka DBD naik tiga kali lipat
sejak adanya program Nyamuk Wolbachia, di Singapura (program nyamuk
Wolbachia yang sangat luas) angka DBD naik juga dan NEA (National Environment
Agency) mengakui bahwa programnya masih dalam fase eksperimen dengan
banyak tantangan meskipun telah dimulai pada tahun 2016. NEA Singapura juga
telah memperhatikan adanya perubahan fenotipe virus DBD selama uji coba yang
mungkin disebabkan oleh kehadiran Nyamuk Wolbachia
- Sebuah studi komprehensif mengenai masalah evolusi (Wolbachia versus dengue:
Evolutionary forecasts) sampai pada kesimpulan bahwa manfaat jangka pendek dari
metode wolbachia cukup menjanjikan, namun dampak dan risiko jangka panjangnya
tidak diketahui: “analisis kami menunjukkan bahwa manfaat yang mungkin didapat
dari teknologi ini lebih besar daripada dampak negatifnya, namun risiko
sebenarnya sebagian besar tidak diketahui”
- Sebuah penelitian (Reduced competitiveness of Wolbachia infected Aedes aegypti
larvae in intra- and inter-specific immature interactions) telah menemukan bahwa
Aedes aegypti yang terinfeksi Wolbachia melemah sehingga mengurangi persaingan
mereka dengan spesies lain, seperti Aedes albopictus yang juga merupakan vektor
DBD dan berbagai virus lain, yang dapat menyebabkan peningkatan populasi
nyamuk lainnya.
- Sebuah penelitian (Wolbachia Enhances West Nile Virus (WNV) Infection in the
Mosquito Culex tarsalis) telah menemukan bahwa infeksi bakteri Wolbachia
meningkatkan tingkat infeksi virus West Nile dalam nyamuk Culex tarsalis. Risiko
yang sama/mirip belum cukup diteliti dalam program nyamuk Aedes aegypti
ber-Wolbachia di Indonesia
- Kemenkes mengabaikan penolakan dan kekhawatiran yang cukup besar dan
berdasar oleh masyarakat
- Pengaruh asing yang tidak semestinya dan tidak wajar, misalnya World Mosquito
Program yang didanai oleh berbagai entitas kontroversial seperti Bill & Melinda
Gates Foundation
- Impor telur Nyamuk Wolbachia dari Australia diduga tanpa izin dan prosedur
biosekuriti yang berlaku (LARTAS)
- Pelanggaran asas dasar informed consent (persetujuan berdasarkan informasi
lengkap), risiko disembunyikan oleh Kemenkes dan hanya manfaat yang
dipromosikan kepada masyarakat
- Belum ada tanggung jawab dan ketentuan yang jelas mengenai ganti rugi atas
kerusakan/kerugian yang diakibatkan oleh program Nyamuk Wolbachia
- Pelanggaran otonomi daerah untuk lingkungan hidup dan pariwisata, dampak negatif
pada pariwisata - Banyak atau bahkan kebanyakan orang menolak program Nyamuk
Wolbachia atau merasa tidak aman dan/atau nyaman dengan adanya Nyamuk
Wolbachia, fakta ini telah menjadi jelas dari reaksi nasional dan internasional
terhadap program Nyamuk Wolbachia. Penduduk lokal tidak mempunyai pilihan jika
Nyamuk Wolbachia dilepaskan tanpa persetujuan mereka di wilayah mereka, namun
wisatawan nasional dan internasional dapat dan akan memilih untuk menghindari
wilayah tersebut yang akan menyebabkan kerugian (signifikan) bagi industri
pariwisata di wilayah tersebut.
2. Dasar Hukum
Berdasarkan keseluruhan uraian di Nomor 1. di atas, pelepasan Nyamuk Wolbachia
melanggar hukum, asas hukum, dan konvensi antara lain sebagai berikut:

A. Undang-undang No. 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan

Pasal 399: “Setiap Orang dilarang:


a. melakukan kegiatan menyebarluaskan bahan yang mengandung penyebab penyakit dan
masalah Kesehatan yang berpotensi menimbulkan KLB; dan/atau

b. melakukan kegiatan menyebarluaskan agen biologi penyebab penyakit yang berpotensi


menimbulkan KLB dan Wabah.”

Pasal 445: “Setiap Orang yang melakukan kegiatan menyebarluaskan bahan yang
mengandung penyebab penyakit dan/ atau agen biologi penyebab penyakit dan masalah
Kesehatan yang berpotensi menimbulkan KLB dan Wabah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 399 dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun atau pidana
denda paling banyak Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah).”

B. Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup

Keseluruhan dari Paragraf 5 tentang AMDAL dan Paragraf 7 tentang Perizinan serta
perubahannya dalam UU Cipta Kerja (khususnya mengenai partisipasi masyarakat yang
terkena dampak)

C. Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

Pasal 11 ayat (1): “Badan Publik wajib menyediakan Informasi Publik setiap saat yang
meliputi:

b. hasil keputusan Badan Publik dan pertimbangannya;

c. seluruh kebijakan yang ada berikut dokumen pendukungnya;”

D. Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB) (Algemene Beginzedvan


Behoulijk Bestures/General Principles Of Good Administration):

Asas Kemanfaatan yakni: Dalam menerbitkan/melakukan objek sengketa, adanya manfaat


yang seimbang antara kepentingan individu yang satu dengan kepentingan individu yang
lain, kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat, kepentingan warga masyarakat
dan masyarakat asing, kepentingan kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok
masyarakat yang lain, kepentingan pemerintah dengan warga masyarakat, kepentingan
generasi sekarang dengan kepentingan generasi mendatang.
Asas Ketidakberpihakan yakni: asas yang mewajibkan Badan dan/ atau Pejabat
Pemerintahan dalam menetapkan dan/atau melakukan keputusan dan/atau Tindakan
dengan mempertimbangkan kepentingan para pihak secara keseluruhan dan tidak
diskriminatif.

Asas Kecermatan yakni; bahwa suatu Keputusan dan/atau Tindakan harus didasarkan
pada informasi dan dokumen yang lengkap untuk mendukung legalitas penetapan dan/atau
pelaksanaan Keputusan dan/atau Tindakan sehingga Keputusan dan/atau Tindakan yang
bersangkutan dipersiapkan dengan cermat sebelum keputusan dan/atau Tindakan tersebut
ditetapkan dan/atau dilakukan.

Asas Tidak Menyalahgunakan Kewenangan yakni; asas yang mewajibkan setiap Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan tidak menggunakan kewenangannya untuk kepentingan
pribadi atau kepentingan yang lain dan tidak sesuai dengan tujuan pemberian kewenangan
tersebut, tidak melampaui, tidak menyalahgunakan, dan/ atau tidak mencampuradukkan
kewenangan.

Asas Keterbukaan, yakni: Dalam menerbitkan/melakukan objek sengketa a quo tidak


terbuka menerima setiap informasi terkait peraturan perundang undangan yang berlaku.

Asas Kepentingan Umum, yakni: Mendahulukan kesejahteraan dan kemanfaatan


umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, selektif dan tidak diskriminatif

Asas Kepastian Hukum yakni: Dalam menerbitkan/melakukan objek sengketa


mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan
dalam setiap kebijakan dan sehingga keputusan yang dihasilkan memenuhi unsur
kepastian hukum.

E. Undang-Undang Dasar 1945:

Pasal 28A ayat (1): “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup
dan kehidupannya”

Pasal 28G ayat (1): “Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas
rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi”

Pasal 28H ayat (1): Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.

F. Pancasila, khususnya:

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab


3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

G. Salus Populis Suprema Lex Esto (Keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi)

3. Ketentuan untuk melanjutkan pelepasan Nyamuk Wolbachia


di lingkungan terbuka dan/atau kegiatan lain yang
menyebarluaskan agen biologi di lingkungan terbuka,
selanjutnya disebut Program.

- Riset/Penelitian independen, setidaknya untuk mereplikasi dan memvalidasi


penelitian yang telah menjadi dasar untuk Program
- Asesmen risiko dan analisis risiko-manfaat yang lengkap, tepat dan independen
- Hanya penelitian yang diterbitkan di jurnal yang diakui oleh BRIN dapat digunakan
dalam evaluasi, persetujuan dan pelaksanaan Program
- AMDAL dan Izin untuk Program sesuai Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta perubahannya dalam UU
Cipta Kerja
- Mendapatkan informed consent / persetujuan masyarakat untuk Program
- Tanpa kewajiban, menghormati otonomi daerah yang menolak berpartisipasi dalam
Program
- Tanpa kepentingan komersial oleh pihak nasional maupun asing; transparansi total
pendanaan Program
- Peraturan yang memberikan ganti rugi kepada pihak-pihak yang dirugikan akibat
Program, misalnya operator pariwisata yang mengalami penurunan jumlah
pengunjung
- Peraturan yang jelas dan dapat ditegakkan yang menjelaskan tanggung jawab atas
kerusakan/kerugian yang disebabkan oleh, atau diduga disebabkan oleh Program,
dengan proses ganti rugi yang sederhana dan cepat serta tidak memerlukan
tindakan hukum
- Transparansi yang lengkap dan menyeluruh mengenai semua aspek dari Program,
terutama risiko dan ketidakpastian, termasuk peraturan yang melarang komunikasi
publik mengenai manfaat tanpa menyebutkan risiko dan ketidakpastian
- Pembentukan komite yang melibatkan semua pihak (stakeholders), termasuk para
pemohon, sebagai penasehat dan pengawas Program

Berdasarkan seluruh uraian di atas, kiranya permohonan keberatan ini bisa dengan segera
ditindak lanjuti oleh Bapak Budi Gunadi Sadikin, selaku Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, dan mengabulkan permohonan ini dengan menghentikan (sementara) segala
tindakan menyebarluaskan agen biologi penyebab penyakit yang berpotensi menimbulkan
KLB dan Wabah, khususnya Nyamuk yang dimodifikasi dengan bakteri Wolbachia atau
makhluk hidup lainnya yang dimodifikasi/direkayasa.

Namun apabila permohonan ini tidak mendapatkan respon sesuai permohonan para
pemohon dalam waktu 10 hari kerja, maka dengan tidak mengurangi rasa Hormat, para
pemohon akan menempuh upaya hukum ke Pengadilan Tata Usaha Negara sebagaimana
saluran hukum yang telah diatur dalam UU 30/2014 tentang Administrasi Pemerintahan / UU
6/2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang dan Peraturan Mahkamah Agung
No. 2 Tahun 2019, dan/atau Gugatan Warga Negara (citizen lawsuit) di Pengadilan Negeri.

Jika ada pertanyaan mengenai permohonan ini atau termohon ingin berdiskusi, para
pemohon dapat dihubungi melalui informasi kontak yang tersedia di bawah.

Demikian Surat Permohonan Keberatan Administratif ini kami ajukan kepada Yang
Terhormat Bapak Budi Gunadi Sadikin, selaku Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Terima Kasih.

Hormat Kami,

Para Pemohon

Kontak:

Investigasi.org

Jalan Kalasan No. 15, Cimanggu Permai 1, Kec. Tanah Sareal, Kel. Kedung Badak, 16164
Kota Bogor

Tel. & WhatsApp: 0812 94055 112

Email: investigasidotorg@gmail.com

Lampiran: Daftar Para Pemohon

Anda mungkin juga menyukai