Anda di halaman 1dari 4

1.

Nilai Tambah
Konsep nilai tambah terjadi karena adanya perlakuan input pada
komoditas. Perlakuan ini dapat berupa proses pengolahan, pengemasan,
penyimpanan, distribusi dan lain lain dalam suatu proses produksi yang
menyebabkan terjadinya nilai tambah pada komoditas tersebut.
Tabel 4.1. Nilai Tambah Pada Entitas Rantai Pasok Komoditas Jamur
Tiram
No Variabel Nilai
Petani Pengecer
1. Output (kg) 150 140
2. Bahan Baku (kg) 50 150
3. Tenaga Kerja Langsung 2 1
4. Fartor Konversi 3 3
5. Koefesien Tenaga Kerja 0,04 0,02
Langsung (HOK/kg)
6. Harga Output (Rp/kg) Rp. 20.000 Rp. 25.000
7. Upah Tenaga Kerja Langsung Rp. 60.000 Rp. 30.000
(Rp/HOK)
Penerimaan dan Keuntungan
8. Harga Bahan Baku Rp. 10.000 Rp. 20.000
(Rp/kg/botol)
9. Harga Input Lain (Rp/kg) Rp. 15.400 Rp. 15.400
10 Nilai Output (Rp/kg) Rp. 60.000 Rp. 75.000
.
11 a. Nilai Tambah (Rp/kg) Rp. 34.600 Rp. 39.600
.
b. Rasio Nilai Tambah (%) 57,67 52,80
12 a. Pendapatan Tenaga Rp. 2.400 Rp. 600
. Kerja Langsung (Rp/kg)
b. Pangsa Tenaga kerja 6,94 1,52
langsung (%)
13 a. Keuntungan (Rp/kg) Rp. 32.200 Rp. 39.000
.
b. Tingkat Keuntungan (%) 53,67 52,00
Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
14 Marjin (Rp/kg) Rp. 50.000 Rp. 55.000
.
a. Pendapatan Tenaga 4,80 1,09
Kerja Langsung (%)
b. Sumbangan Input Lain 0,31 0,28
(%)
c. Keuntungan Perusahaan 64,40 70,91
(%)

A. Petani
Berdasarkan hasil perhitungan nilai tambah pada Tabel 4.1,
diketahui bahwa petani menghasilkan output untuk satu kali proses
produksi adalah sebesar 150 kg dengan penggunaan bahan baku/input
rata-rata sebesar 50 kg. Bahan baku utama yang digunakan di sini adalah
bibit jamur. Tenaga kerja yang dihitung pada produksi ini adalah semua
tenaga kerja yang berperan dalam proses produksi jamur tiram yang
berjumlah 2 orang.
Faktor konversi merupakan hasil bagi antara hasil produksi/output
dengan jumlah bahan baku/input yang digunakan, besarnya faktor
konversi pada perhitungan di atas adalah sebesar 3 yang berarti 1 kg
bahan baku dapat dihasilkan 3 kg jamur tiram
Koefisien tenaga kerja merupakan hasil bagi antara tenaga kerja
dengan jumlah bahan baku yang dipergunakan dalam proses produksi.
Besarnya nilai koefisien tenaga kerja sebesar 0,04 yang berarti untuk
mengolah 1 kg bahan baku/input dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 0,04
dengan demikian jika mengolah 150 kg bahan baku/input dibutuhkan
tenaga kerja sebanyak 6
Harga bahan baku/input Rp 10.000,00 per botol, bahan baku input
yang digunakan adalah bibit jamur tiram. Sumbangan input lain yang
digunakan dalam satu kali proses produksi per kg bahan baku adalah
sebesar Rp. 15.400.
Nilai output rata-rata jamur tiram pada penelitian ini adalah
Rp.60.000 per kg. Pendapatan/Imbalan Tenaga Kerja Langsung untuk
satu kali proses produksi adalah sebesar Rp. 2.400/Kg.
Besaran nilai tambah merupakan hasil pengurangan nilai produk
dikurangi dengan harga bahan baku dan biaya diluar bahan baku.
Sedangkan imbalan tenaga kerja diperoleh dengan menganalisis nilai
tambah lebih lanjut. Hasil analisis menunjukkan nilai tambah dari setiap
kilogram bahan baku jamur tiram adalah Rp.34.600/Kg atau 57,67 %
dalam satu kali proses produksi. Besarnya nilai tambah ini tergantung
pada biaya pembelian bahan baku yaitu harga jamur tiram sebesar Rp.
10.000,00/botol dan biaya diluar bahan baku sebesar Rp. 15.400. Biaya
diluar bahan baku diperoleh dari pembagian antara jumlah faktor
produksi yang digunakan secara bersama-sama dengan jumlah bahan
baku yang digunakan untuk jamur tiram. Biaya diluar bahan baku
mencakup, biaya bahan tambahan dan biaya bahan bakar. Pengolahan
jamur tiram ini menghasilkan output sebanyak 150 Kg dengan harga
output perkilogram sebesar Rp. 20.000.
Besarnya rasio nilai tambah dari jamur tiram sebesar 57,67%.
Rasio nilai tambah yaitu perbandingan antara nilai tambah dengan nilai
output. Imbalan tenaga kerja/pendapatan tenaga kerja langsung
merupakan salah satu indikator penentu keberhasilan suatu usaha.
Imbalan tenaga kerja diperoleh dari kegiatan produksi dari petani yaitu
sebesar Rp. 2.400 per kilogram bahan baku. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa setiap nilai tambah yang dihasilkan dari satu kilogram bahan baku
akan terdistribusi keimbalan tenaga kerja sebesar Rp.2.400 atau 6,94 %
Keuntungan yang diperoleh petani yaitu sebesar Rp.32.200/Kg
atau sebesar 53,67 % dari nilai tambah produk, artinya setiap satu Kg
mampu memberikan keuntungan Rp.32.200/Kg dari nilai tambahnya.
Berdasarkan tabel hasil analisis nilai tambah diatas, dapat diketahui
bahwa margin dari jamur tiram adalah sebesar Rp.50.000/Kg. Nilai ini
diperoleh dari selisih harga atau nilai output per produk dengan nilai
input bahan baku utama. Margin ini kemudian didistribusikan sebagai
imbalan tenaga kerja, sumbangan input lain dan keuntungan pengrajin.
Margin sebagai imbalan tenaga kerja sebesar 4,80%, margin bagi
sumbangan input lain sebesar 0,31% dan margin bagi keuntungan
pengrajin/pemilik sebesar 64.40%.
B. Pengecer
Pengecer memberikan perlakuan berupa sortasi atau pemilihan
produk yang mengalami penurunan yang mengalami mutu. Mutu tersebut
dilihat dari segi fisik yaitu berupa ukuran dan kerusakan mekanis.
Adapun kerusakan mekanis bisa berupa susut berat, kotor dan perubahan
warna. Perubahan warna disebabkan oleh perubahan komposisi bahan
kimia yang di pengaruhi oleh suhu (Liu, 2010). Semakin tinggi suhu
penyimpanan maka semakin cepat perubahan warna terjadi dan
sebaliknya semakin rendah suhu penyimpana maka semakin lambat
perubahan warna terjadi.
Pengecer menghasilkan output untuk satu kali penjualan adalah
sebesar 140 kg dengan penggunaan bahan baku/input rata-rata sebesar
150 kg. Bahan baku utama yang digunakan di sini adalah jamur tiram.
Tenaga kerja yang dihitung pada produksi ini adalah semua tenaga kerja
yang berperan dalam proses penjualan jamur tiram yang berjumlah 1
orang.
Faktor konversi merupakan hasil bagi antara hasil produksi/output
dengan jumlah bahan baku/input yang digunakan, besarnya faktor
konversi pada perhitungan di atas adalah sebesar 3 yang berarti 1 kg
bahan baku dapat dihasilkan 3 kg jamur tiram
Koefisien tenaga kerja merupakan hasil bagi antara tenaga kerja
dengan jumlah bahan baku yang dipergunakan dalam proses produksi.
Besarnya nilai koefisien tenaga kerja sebesar 0,02 yang berarti untuk
mengolah 1 kg bahan baku/input dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 0,02
dengan demikian jika mengolah 140 kg bahan baku/input dibutuhkan
tenaga kerja sebanyak 3 orang
Harga bahan baku/input Rp 20.000,00 per Kg, bahan baku input
yang digunakan adalah jamur tiram. Sumbangan input lain yang
digunakan dalam satu kali proses penjualan per kg bahan baku adalah
sebesar Rp. 15.400.
Nilai output rata-rata jamur tiram pada penelitian ini adalah
Rp.75.000 per kg. Pendapatan/Imbalan Tenaga Kerja Langsung untuk
satu kali proses produksi adalah sebesar Rp. 600/Kg.
Besaran nilai tambah merupakan hasil pengurangan nilai produk
dikurangi dengan harga bahan baku dan biaya diluar bahan baku.
Sedangkan imbalan tenaga kerja diperoleh dengan menganalisis nilai
tambah lebih lanjut. Hasil analisis menunjukkan nilai tambah dari setiap
kilogram bahan baku jamur tiram adalah Rp.39.600/Kg atau 52,80 %
dalam satu kali proses penjualan. Besarnya nilai tambah ini tergantung
pada biaya pembelian bahan baku yaitu harga jamur tiram sebesar Rp.
20.000,00/Kg dan biaya diluar bahan baku sebesar Rp. 15.400. Biaya
diluar bahan baku diperoleh dari pembagian antara jumlah faktor
produksi yang digunakan secara bersama-sama dengan jumlah bahan
baku yang digunakan untuk jamur tiram. Biaya diluar bahan baku
mencakup, biaya bahan tambahan dan biaya bahan bakar. Pengolahan
jamur tiram ini menghasilkan output sebanyak 140 Kg dengan harga
output perkilogram sebesar Rp. 25.000.
Besarnya rasio nilai tambah dari jamur tiram sebesar 52,80%.
Rasio nilai tambah yaitu perbandingan antara nilai tambah dengan nilai
output. Imbalan tenaga kerja/pendapatan tenaga kerja langsung
merupakan salah satu indikator penentu keberhasilan suatu usaha.
Imbalan tenaga kerja diperoleh dari kegiatan produksi dari petani yaitu
sebesar Rp. 600 per kilogram bahan baku. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa setiap nilai tambah yang dihasilkan dari satu kilogram bahan baku
akan terdistribusi keimbalan tenaga kerja sebesar Rp.600 atau 1,52 %
Keuntungan yang diperoleh pengecer yaitu sebesar Rp.39.000/Kg
atau sebesar 55,61 % dari nilai tambah produk, artinya setiap satu Kg
mampu memberikan keuntungan Rp.39.000/Kg dari nilai tambahnya.
Berdasarkan tabel hasil analisis nilai tambah diatas, dapat diketahui
bahwa margin dari jamur tiram adalah sebesar Rp.55.000/Kg. Nilai ini
diperoleh dari selisih harga atau nilai output per produk dengan nilai
input bahan baku utama. Margin ini kemudian didistribusikan sebagai
imbalan tenaga kerja, sumbangan input lain dan keuntungan pengrajin.
Margin sebagai imbalan tenaga kerja sebesar 1,09%, margin bagi
sumbangan input lain sebesar 0,28% dan margin bagi keuntungan
pengrajin/pemilik sebesar 70,91%.

Anda mungkin juga menyukai