Anda di halaman 1dari 7

10.

Selisih Komposisi Bahan Baku dan Selisih Hasil (Materials Mix dan Yield Variance)

Bahan baku yang dipakai dalam perusahaan seringkali terdiri atas berbagai macam
jenis dan mutu. Dalam perusahaan-perusahan tertentu, seringkali terdapat kemungkinan
untuk mengubah komposisi bahan baku yang dipakai dengan tujuan untuk merendahkan
biaya, dengan mutu dan kuantitas hasil produk yang tetap memuaskan. Penurunan biaya
juga dapat dilakukan dengan perbaikan hasil bahan baku yang dipakai. Dalam perusahaan
semacam ini, manajemen memerlukan analisis selisih komposisi dan hasil bahan baku.

Selisih Komposisi Bahan Baku

Jika spesifikasi bahan baku telah ditentukan dan komposisi bahan baku yang
digunakan dalam proses produksi telah ditetapkan, maka telah terjadi penyimpangan
antara komposisi standar dengan komposisi sesungguhnya bahan yang dipakai,
penyimpangan ini disebut selisih komposisi. Dalam perusahaan tertentu, seperti
perusahaan tekstil, karet, dan perusahaan kimia, yang produknya harus memenuhi mutu
fisik dan kimia tertentu, terdapat kemungkinan untuk menggunakan berbagai kombinasi
bahan baku yang berbeda dengan hasil produk yang tetap memenuhi standar mutu yang
telah ditetapkan. Dalam banyak hal komposisi bahan baku yang baru akan diikuti dengan
timbulnya hasil selisih yang menguntungkan atau merugikan.

Selisih Hasil

Hasil dapat didefinisikan sebagai jumlah produk utama yang dihasilkan dari
sejumlah bahan baku tertentu. Jika untuk menghasilkan 10 satuan produk'dibutuhkan
20kg bahan baku, maka persentase hasil dalam hal ini adalah 50% (10/20 x 100%). Jika
persentase hasil menyimpang dari standar, maka penyimpangan ini disebut selisih hasil.

Contoh

Untuk menghasilkan 5 satuan produk A dibutuhkan bahan baku menurut komposisi


standar disajikan dalam tabel berikut:

Jenis Bahan Kuantitas Biaya bahan baku


Jumlah % Harga standar per kg
Baku per 5 satuan produk
X 6kg 60 Rp15 Rp90
Y 4kg 40 Rp20 Rp80
10kg 100 Rp170
Misalkan jumlah produk A yang dihasilkan dalam bulan April 20X1 berjumlah 4.550
satuan dengan pemakaian bahan baku X = 5.200 kg dan Y = 3.800 kg.
Perhitungan Selisih Komposisi Bahan

Berdasarkan data dalam tabel di atas dan data biaya produksi sesungguhnya, selisih
komposisi bahan dapat dihitung seperti tabel di bawah.

Kuantitas sesungguhnya Selisih Harga Selisih


bahan baku yang dipakai komposisi standar komposisi
Menurut Menurut
Jenis Komposisi bahan bahan bahan
komposisi komposisi
bahan standar baku (kg) baku baku
sesungguhnya standar
baku per kg
(2)x9.000 (3) - (4) (5) x (6)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
X 60% 5.200 kg 5.400 kg 200 Rp15 Rp3000 L
Y 40% 3.800 kg 3.600 kg 200 Rp20 Rp4000 R
9.000 kg 9.000 kg Rp1000 R

Perhitungan Selisih Hasil Bahan Baku

Untuk menghasilkan 5 satuan produk selesai dibutuhkan 10 kg bahan baku (X dan Y)


atau persentase hasilnya sebesar 50%. Jadi kalau jumlah bahan baku X dan Y yang diolah
dalam periode akuntansi tersebut sebanyak 9.000 kg, menurut persentase hasil standar
harus menghasilkan 50% x 9.000 = 4.500 unit produk selesai. Padahal hasil sesunguhnya
berjumlah 4.550 satuan, sehingga selisih hasil (dalam unit) sebesar 50 satuan. Perhitungan
hasil bahan baku dapat diringkas sebagai berikut:

Hasil sesungguhnya 4.550 satuan


Hasil menurut standar 50% x 9.000 satuan 4.500 satuan
Selisih hasil (dalam kuantitas) 50 satuan
Selisih hasil dalam rupiah 50 x Rp34 Rp1.700

Karena setiap 5 satuan produk membutuhkan biaya bahan baku Rp170, maka biaya bahan
yang terkandung dalam setiap 1 satuan produk selesai adalah sebesar Rp34 (Rp170:5).
Jadi selisih hasil dalam rupiah adalah 50 x Rp34 = Rp1.700 (laba).

Karena harga pokok produk selesai tidak hanya terdiri dari biaya bahan baku,
tetapi juga meliputi biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, maka
timbulnya selisih hasil tidak saja menyebabkan terjadinya selisih hasil bahan baku saja,
namun juga menimbulkan selisih hasil upah dan selisih hasil biaya overhead pabrik.
Kedua selisih hasil yang terakhir ini dihitung dengan cara mengalikan selisih hasil
dalam satuan dengan biaya tenaga kerja langsung atau biaya overhead pabrik standar
yang terkandung dalam setiap satuan produk selesai.

Misalkan dari contoh di atas, untuk menghasilkan 5 satuan produk dibutuhkan


biaya tenaga kerja standar Rp150 dan biaya overhead pabrik standar Rp200 maka selisih
hasil dapat dihitung sebagai berikut:

Selisih Hasil Biaya Tenaga Kerja

Hasil sesungguhnya x biaya tenaga kerja standar per satuan


produk 4.550 x Rp30 = Rp136.500
Hasil standar x biaya tenaga kerja standar per satuan
produk 4.500 x Rp30 = Rp135.000
Selisih hasil biaya tenaga kerja Rp1.500 L
=

Selisih Hasil Overhead Pabrik

Hasil sesungguhnyaa x biaya overhead pabrik


per satuan produk 4.550 x Rp40 = Rp182.000
Hasil standar x biaya overhead pabrik
persatuan produk 4.500 x Rp40 = Rp180.000
Selisih hasil overhead pabrik = Rp 2.000 L

Pencatatan Selisih Komposisi Bahan dan Selisih Hasil

Perbedaan antara selisih komposisi dan selisih hasil bahan baku merupakan selisih
pemakaian bahan. Dalam contoh di atas selisih pemakaian bahan sebesar Rp700
(Rp1.700 – Rp1.000) sama dengan:

Selisih hasil bahan baku Rp1.700 L


Selisih komposisi bahan baku Rp1.000 R
Rp700 L

Selisih komposisi bahan baku dicatat pada saat bahan baku dipakai dalam
produksi. Dalam hal ini rekening barang dalam proses didebit sebesar hasil kali kuantitas
sesunguhnya bahan baku yang dipakai menurut komposisi standar dengan harga standar
bahan baku per satuan dan rekening persediaan bahan baku dikredit sebesar hasil kali
kuantitas sesungguhnya bahan baku yang dipakai menurut komposisi sesungguhnya
dengan harga standar bahan baku per satuan. Selisih pendebitan rekening barang dalam
proses dengan pengkreditan rekening persediaan bahan baku tersebut dicatat dalam
rekening selisih komposisi bahan baku.

Dari contoh di atas pencatatan selisih komposisi bahan baku adalah sebagai berikut:

Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp153.000


Selisih Komposisi Bahan Baku Rp1.000
Persediaan Bahan Baku Rp154.000

Untuk mencatat selisih hasil bahan baku, rekening barang dalam proses dengan
hasil produk sesuai dengan persentase hasil standar kali biaya bahan baku per satuan
produk selesai, sedangkan rekening persediaan produk jadi didebit dengan hasil produk
selesai sesungguhnya kali biaya bahan baku per satuan produl selesai. Dari contoh di atas,
jurnal pencatatan selisih hasil bahan adalah sebagai berikut:

Persediaan Produk Jadi Rp154.700*)


Selisih Hasil Bahan Baku Rp1.700
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Rp153.000**)
Baku
Catatan:

*) 4.500 satuan x Rp34 = Rp154.000


**) 5.400 satuan x Rp15 = Rp 81.000
**) 3.600 satuan x Rp20 = Rp72.000
Rp153.000

Begitu pula pencatatan selisih hasil biaya tetap tenaga kerja dan selisih hasil
overhead pabrik adalah sebagai berikut:

Untuk mencatat selisih hasil upah dibuat jurnal berikut ini:

Produk jadi Rp136.500


Selisih hasil biaya tenaga kerja Rp1.500
Barang dalam proses – biaya tenaga kerja Rp135.000

Untuk mencatat selisih hasil biaya overhead pabrik:

Persediaan Produk Jadi Rp182.000


Selisih hasil overhead pabrik Rp2.000
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp180.000

11. Perlakuan Terhadap Selisih

Selisih yang terjadi dapat diperlakukan dengan cara:

a. Ditutup ke rekening laba rugi


b. Dipakai untuk menyesuaikan rekeing-rekening harga pokok penjualan dan persediaan
produk jadi dan persediaan barang dalam proses.

Perlakuan terhadap selisih yang terjadi tergantung pada:

1. Jenis selisih: selisih biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik.
2. Besarnya selisih. Jika jumlah selisih relative kecil, disajikan langsung dalam laporan
laba rugi, sedangkan jka jumlahnya relative besar, diperlakukan sebagai adjustment
terhadap persediaan dan harga pokok penjualan.
3. Pengalaman penggunaan biaya standar.
4. Sebab-sebab terjadinya selisih (misalnya: apakah selisih terjadi karena kesalahan
dalam penentuan standar).
5. Waktu terjadinya selisih (misalnya: apakah selisih yang terjadi merupakan selisih
yang tidak biasa, yang disebabkan karena fruktuasi musim).

Selisih Ditutup ke Rekening Laba Rugi

Dari contoh prosedur akuntansi biaya standar dengan metode ganda (partial plan) dapat
dibuat ringkasan jenis dan jumlah selisih sebagai berikut:

Jenis Selisih Jumlah


Selisih harga bahan baku Rp 105.000 R
Selisih kuantitas bahan baku 200.000 L
Selisih tarif upah 127.000 L
Selisih efisiensi upah 50.000 R
Selisih pengeluaran 50.000 R
Selisih kapasitas 30.000 R
Selisih efisiensi overhead 70.000 R

Jurnal untuk menutup selisih tersebut ke dalam rekening laba rugi adalah sebagai berikut:

Selisih kuantitas bahan baku Rp200.000


Selisih tarif upah 127.500
Selisih harga bahan baku Rp105.000
Selisih efisiensi upah 50.000
Selisih pengeluaran 50.000
Selisih kapasitas 30.000
Selisih efisiensi overhead 70.000
Rugi-Laba 22.500

Penyajian selisih dalam laporan laba rugi disajikan di bawah ini:

PT Eliona Sari
Laporan Laba Rugi
Untuk Bulan Januari 20X1
Hasil Penjualan Rp10.000.000
Harga Pokok Penjualan (standar) 7.250.000
Laba Bruto Standar Rp2.750.000
Selisih Rugi
Selisih harga bahan baku Rp105.000
Selisih efisiensi upah 50.000
Selisih pengeluaran 50.000
Selisih kapasitas 30.000
Selisih efisiensi overhead 70.000
Jumlah Selisih Rugi Rp305.000
Selisih Laba
Selisih kuantitas bahan baku Rp200.000
Selisih tarif upah 127.500
Jumlah Selisih Laba Rp327.500
Rp22.500
Laba Bruto Sesungguhnya Rp2.772.500

Selisih Dibagikan ke Rekening-rekening Persediaan dan Harga Pokok Penjualan

Pembagiaan selisih ke rekening-rekening persediaan dan harga pokok penjualan dapat


didasarkan pada perbandingan harga pokok atau kuantitasnya.

12. Perbaikan Terhadap Standar

Standar harus diubah hanya apabila kondisi yang mendasari penentuannya tekah
mengalami perubahan. Mengenai kapan standar harus diubah, ada dua pendapat.
Pendapat yang pertama mengatakan bahwa standar harus diubah dalam periode akuntansi,
yaitu segera setelah diketahui bahwa standar tersebut keliru ditetapkan.
Pendapat yang kedua mengatakan bahwa jika standar diperbaiki dalam akuntansi,
perubahan tersebut akan menghandurkan standar sebagai alat pengukur efisiensi. Oleh
karena itu meskipun standar yang ditetapkan telah mengalami kekeliruan, perbaikan
standar harus ditunda sampai akhir periode akuntansi.
Jalan tengah yang diambil dalam pertentangan dua pendapat tersebut adalah:
ditinjau dari segi praktisnya, apabila terjad perubahan yang penting dalam metode
produksi, tenaga kerja atau bahan baku yang dipakai baik kuantitas maupun kualitasnya,
maka standar haru segera diubah. Baik standar harga bahan maupun standar tarif upah
harus diubah bila terjadi perubaha yang penting pada harga pasar bahan baku dan tarif
upah. Setiap sistem harga pokok standar harus ditinjau secara periodik sehingga bisa
dilakukan perbaikan jika standar tersebut ternyata keliru atau menjadi ketinggalan
terhadap metode produksi. Bagian akuntansi biaya harus selalu mengadakan penyesuaian
dan perbaikan biaya standar agar standar tesebut tidak meyesatkan manajemen.
Perubahan hendaknya diterapkan pada standar tertentu tanpa mengganggu sistem harga
pokok standar secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai