Nim : 0220193
JAWAB :
Menurut Philip Kotler, salah seorang pakar pemasaran terkemuka, perilaku konsumen adalah “proses
yang dilalui oleh individu dan unit pembelian dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi,
dan membuang produk dan jasa yang diharapkan akan memuaskan kebutuhan.”
Schiffman dan Kanuk mendefinisikan perilaku konsumen sebagai “studinya tentang individu,
kelompok, atau organisasi serta proses-proses yang mereka gunakan untuk memilih, membeli,
menggunakan, dan membuang produk, jasa, pengalaman, atau ide untuk memenuhi kebutuhan dan
dampaknya yang terjadi pada konsumen dan masyarakat.”
Michael R. Solomon:
Michael R. Solomon, seorang ahli pemasaran, menjelaskan bahwa perilaku konsumen adalah “proses
fisik dan mental yang terlibat dalam memilih, membeli, dan menggunakan barang-barang, jasa, ide,
atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan pengaruh yang muncul dari penggunaan
tersebut.”
Kesimpulan:
Dari tiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen mencakup serangkaian
langkah atau proses yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam menghadapi produk atau
jasa. Ini melibatkan tahapan mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan, pada
akhirnya, membuang. Selain itu, pengaruh sosial dan dampak pada masyarakat juga menjadi
bagian integral dari studi perilaku konsumen. Definisi ini menyoroti aspek fisik, mental, dan
pengaruh sosial yang membentuk keputusan konsumen, menyoroti kompleksitas dan kedalaman
studi ini.
2.) Studi perilaku konsumen memiliki peran yang krusial dalam strategi pemasaran suatu
perusahaan atau bisnis. Tujuannya melibatkan pemahaman mendalam tentang cara
konsumen berinteraksi dengan produk atau layanan, sehingga perusahaan dapat merancang
kampanye pemasaran yang lebih efektif dan memenuhi kebutuhan pelanggan. Berikut
adalah alasan utama mengapa perusahaan melakukan studi perilaku konsumen dan
tujuannya:
Alasan: Dengan memahami apa yang diinginkan dan diharapkan oleh konsumen, perusahaan dapat
menyusun penawaran produk atau layanan yang lebih sesuai dan menarik.
2. Segmentasi Pasar:
Tujuan: Membagi pasar menjadi segmen yang lebih kecil berdasarkan karakteristik dan perilaku
konsumen.
Alasan: Memungkinkan perusahaan untuk menargetkan kampanye pemasaran dengan lebih tepat
dan menyesuaikan penawaran dengan preferensi masing-masing segmen.
Alasan: Membantu perusahaan merancang produk atau layanan yang inovatif dan sesuai dengan tren
pasar serta keinginan konsumen.
Tujuan: Mengetahui sejauh mana konsumen bersedia membayar untuk produk atau layanan
tertentu.
Alasan: Membantu perusahaan menetapkan harga yang kompetitif dan sesuai dengan persepsi nilai
pelanggan.
Tujuan: Memahami saluran pemasaran yang efektif dan pesan-pesan yang efektif.
Tujuan: Meningkatkan pengalaman pelanggan dengan memahami interaksi dan harapan mereka.
Alasan: Memungkinkan perusahaan membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan dan
meningkatkan tingkat kepuasan.
3.) Pendekatan temporer dalam mempelajari perilaku konsumen fokus pada pemahaman
perubahan dan dinamika dalam perilaku konsumen dari waktu ke waktu. Pendekatan ini
mengakui bahwa perilaku konsumen tidak statis, melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor,
termasuk perubahan tren, teknologi, budaya, dan ekonomi. Studi menggunakan pendekatan
temporer memberikan wawasan tentang bagaimana perilaku konsumen dapat berubah
seiring waktu.
Salah satu model terkenal dari pendekatan temporer adalah Model Diffusion of Innovation (Model
Difusi Inovasi) oleh Everett Rogers.
Model Difusi Inovasi menyelidiki cara dan seberapa cepat inovasi atau ide baru diterima oleh
kelompok-kelompok dalam masyarakat. Ini mengidentifikasi lima kelompok berbeda dari penerima
inovasi, yaitu inovator, early adopter, early majority, late majority, dan laggard. Model ini memetakan
bagaimana inovasi menyebar dari kelompok yang lebih dulu menerima hingga kelompok yang
menerima inovasi pada tahap akhir.
Inovator (Innovator): Individu atau kelompok yang pertama kali mengadopsi inovasi. Mereka
bersedia mengambil risiko dan mencoba sesuatu yang baru.
Early Adopter (Early Adopter): Kelompok berikutnya yang menerima inovasi setelah inovator. Mereka
adalah pemimpin opini dalam komunitas mereka dan memiliki pengaruh yang signifikan.
Early Majority (Early Majority): Kelompok yang menerima inovasi sebelum mayoritas, tetapi setelah
early adopter. Mereka cenderung memerlukan lebih banyak bukti sebelum mengadopsi suatu
inovasi.
Late Majority (Late Majority): Kelompok yang menerima inovasi setelah sebagian besar orang lain.
Mereka mungkin merasa perlu mengadopsi inovasi untuk menghindari ketinggalan.
Laggard (Laggard): Kelompok yang terakhir menerima inovasi. Mereka cenderung skeptis terhadap
perubahan dan akan mengadopsi inovasi hanya jika diperlukan.
Tujuan Model:
Model ini membantu perusahaan memahami bagaimana inovasi diserap oleh pasar dan kelompok
konsumen. Dengan memahami di mana target pasar berada dalam model ini, perusahaan dapat
merancang strategi pemasaran yang sesuai untuk memfasilitasi adopsi inovasi.
Model Difusi Inovasi mengakui bahwa inovasi melewati proses tertentu dan bahwa konsumen
memiliki peran yang berbeda dalam mengadopsi perubahan. Dengan memahami tahapan ini,
perusahaan dapat mengoptimalkan pendekatan pemasaran mereka untuk mencapai kelompok-
kelompok ini dan mempercepat adopsi inovasi
Gambaran: Proses dimulai ketika konsumen menyadari adanya kebutuhan atau keinginan yang
belum terpenuhi.
Penjelasan: Kebutuhan ini bisa bersifat primer (seperti makanan atau pakaian) atau bersifat sekunder
(seperti status sosial atau pengakuan).
Gambaran: Konsumen mulai mencari informasi untuk memahami cara memenuhi kebutuhan atau
keinginannya.
Penjelasan: Proses ini dapat melibatkan pencarian online, pembicaraan dengan teman, membaca
ulasan, atau mengevaluasi pengalaman sebelumnya.
Penjelasan: Pertimbangan melibatkan faktor-faktor seperti harga, kualitas, merek, dan manfaat
produk atau layanan.
Penjelasan: Keputusan ini dapat dipengaruhi oleh faktor seperti preferensi pribadi, pengaruh
kelompok, atau tawaran promosi.
Penjelasan: Ini bisa berupa proses pembelian online, kunjungan ke toko fisik, atau pemesanan
produk atau layanan.
Penjelasan: Jika pengalaman positif, hal ini dapat memperkuat loyalitas pelanggan. Sebaliknya,
pengalaman negatif dapat memicu penolakan merek atau produk.
Gambaran: Konsumen memberikan umpan balik, baik secara langsung maupun melalui perilaku
pembelian berikutnya.
Penjelasan: Proses ini memengaruhi pembelajaran konsumen untuk keputusan pembelian masa
depan dan dapat mempengaruhi citra merek atau keputusan pemasaran perusahaan.
Kesimpulan:
Model ini mencerminkan dinamika kompleks yang terlibat dalam proses motivasi konsumen, mulai
dari menyadari kebutuhan hingga memberikan umpan balik setelah pembelian. Penting bagi
perusahaan untuk memahami setiap tahapan ini dan merancang strategi pemasaran yang memenuhi
serta memahami kebutuhan dan keinginan konsumen sepanjang perjalanan pembelian. Pemahaman
mendalam terhadap motivasi konsumen membantu perusahaan merespon dengan lebih efektif
terhadap dinamika pasar yang terus berubah.
Fokus:
Teori Perilaku: Menyatakan bahwa perilaku dapat dipelajari melalui penguatan dan pengamatan
perilaku orang lain.
Teori Perilaku: Menggunakan strategi penguatan positif atau negatif untuk membentuk atau
mengubah perilaku
Proses Kognitif:
Pengenalan Kebutuhan: Konsumen menyadari bahwa gadget yang dimilikinya sudah usang dan
membutuhkan perangkat baru dengan fitur terkini.
Pencarian Informasi: Konsumen memulai pencarian informasi online, membaca ulasan, dan
membandingkan spesifikasi produk yang berbeda.
Evaluasi Alternatif: Konsumen menilai kelebihan dan kekurangan masing-masing produk berdasarkan
informasi yang diperoleh.
Pilihan Pembelian: Setelah mempertimbangkan dengan seksama, konsumen memilih produk yang
paling sesuai dengan kebutuhan dan preferensinya.
Hasil Kognitif:
Perubahan Pengetahuan: Konsumen memperoleh pengetahuan baru tentang teknologi terbaru dan
fitur yang ditawarkan.
Perubahan Sikap: Sikap konsumen terhadap produk tersebut dapat berubah menjadi positif
berdasarkan informasi yang ditemukan.
Perubahan Niat Pembelian: Konsumen memiliki niat kuat untuk membeli produk tersebut setelah
melakukan evaluasi secara kognitif.
Proses Perilaku:
Pemberian Insentif Positif: Pelanggan yang sering berbelanja diberikan poin loyalitas atau diskon
sebagai insentif positif.
Pembelian Berulang: Pelanggan merasakan manfaat dari insentif tersebut dan mulai berbelanja lebih
sering untuk mengumpulkan poin atau mendapatkan diskon.
Penguatan Positif: Pelanggan yang aktif dalam program loyalitas mendapatkan manfaat tambahan,
seperti akses ke penawaran eksklusif atau hadiah khusus, memperkuat perilaku pembelian berulang.
Pembelajaran dan Pengulangan: Pelanggan terus berpartisipasi dalam program dan mengulangi
perilaku pembelian berulang untuk memaksimalkan manfaat dari insentif.
Hasil Perilaku:
Penguatan Positif: Pelanggan merasa puas dengan insentif dan manfaat yang diterima.
Perubahan Perilaku Pembelian: Pelanggan yang awalnya sporadis menjadi lebih setia dan cenderung
melakukan pembelian berulang.
Dalam kedua contoh tersebut, pendekatan kognitif lebih menekankan pada proses pemikiran dan
pengetahuan yang membentuk keputusan konsumen, sementara pendekatan perilaku menyoroti
penguatan positif yang membentuk dan memelihara perilaku pembelian. Perbedaan ini
mencerminkan kerangka kerja dasar teori kognitif dan perilaku dalam memahami perilaku
konsumen.