Satisfaction
Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester (UTS) mata kuliah Ilmu
Keperilakuan di Bidang Manajemen
Dosen Pengampu :
Dr. Dra. Andarwati, M.E.
Oleh :
Muhammad Rizky Andhika Pratama 236020200111026
MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERISTAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
2.3.1 Attitudes
Fishbein dan Ajzen dalam (Koay & Cheah, 2022), mendefinisikan sikap (attitude)
sebagai jumlah dari afeksi (perasaan) yang dirasakan seseorang untuk menerima atau menolak
suatu obyek atau perilaku dan diukur dengan suatu prosedur yang menempatkan individual
pada skala evaluatif dua kutub, misalnya baik atau jelek, setuju atau menolak, dan lainnya.
Menurut (Sulistomo et al., 2011) attitude toward the behavior adalah penilaian seseorang
ketika melihat atau mengetahui suatu perilaku yang dilakukan. Seseorang akan memberikan
suatu penilaian terhadap perilaku yang dilakukan seseorang. Penilaian yang diberikan dapat
berupa penilaian yang positif ataupun negatif.
(Fishbein & Ajzen, 1975) menjelaskan dalam konteks attitude toward the behavior,
keyakinan yang paling kuat (salient beliefs) menghubungkan perilaku untuk mencapai hasil
yang berharga baik positif atau negatif. Attitude toward the behavior yang dianggapnya positif
itu yang nantinya akan dipilih individu untuk berperilaku dalam kehidupannya. Secara umum,
seseorang akan melakukan suatu perilaku tertentu yang diyakini dapat memberikan hasil positif
(sikap yang menguntungkan) dibandingkan melakukan perilaku yang diyakini akan
memberikan hasil yang negatif (sikap yang tidak menguntungkan). Keyakinan yang mendasari
sikap seseorang terhadap perilaku yang disebut dengan keyakinan perilaku (behavioural
beliefs) (Fishbein & Ajzen, 1975). Selain itu faktor kedua yang menentukan sikap adalah
evaluasi hasil (outcome evaluation). Evaluasi hasil yang dimaksud ialah pertimbangan pribadi
bahwa konsekuensi atas perilaku yang diambil itu disukai atau tidak disukai (Suryono, 2014).
Konsekuensi yang disukai atas tindakan perilaku tertentu, cenderung meningkatkan intensi
seseorang untuk melakukan perilaku tersebut (Trongmateerut & Sweeney, 2013).
3.1.2 Tujuan
Dengan ketatnya persaingan di dunia, pemilik kedai kopi harus mencari solusi yang
lebih baik untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi niat konsumen untuk mengunjungi kembali
kedai kopi. Penelitian sebelumnya mengenai manajemen kualitas dan perilaku konsumen
dalam penelitian makanan dan minuman telah banyak dilakukan. Namun, belum banyak
penelitian yang dilakukan pada usaha kopi. Penelitian ini mengembangkan dan menguji secara
empiris model untuk memprediksi dan memahami niat konsumen untuk mengunjungi kembali
kedai kopi berdasarkan teori perilaku terencana (TPB). TPB yang terdiri dari sikap, norma
subjektif dan kontrol perilaku yang dirasakan dipilih karena penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa TPB berguna dalam menjelaskan niat konsumen untuk mengunjungi toko
dan restoran (Jang et al., 2015); (Bulan, 2021); (Teng et al., 2015)), selain itu peneliti
menambahkan faktor lain yang dirasakan keasliannya untuk digunakan sebagai salah satu
faktor pengukur untuk membantu menjelaskan niat berkunjung kembali pelanggan.
3.1.3 Desain/Metodelogi/Pendekatan
Penelitian ini mengambil metode kuantitatif dan asosiatif dengan horizon waktu cross-
sectional. Kami hanya menggunakan soal tertutup dan jawaban dengan menjawab pertanyaan
berdasarkan jawaban yang diberikan. Dengan menggunakan likert sebagai skala pengukuran,
skala lima poin dapat berkisar dari “sangat tidak setuju” hingga “sangat setuju”. Non-
probability sampling dengan purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini. Target responden yang harus diperoleh dalam penelitian ini minimal 186
responden. Responden yang diperoleh sebanyak 263 orang, 24 orang diantaranya dibuang
karena tidak memenuhi pertanyaan screening, sehingga yang digunakan hanya 239 responden.
Unit analisis penelitian ini mencakup partisipan berusia 17 hingga 55 tahun yang berdomisili
di Malang dan pernah mengunjungi kedai kopi berbasis UKM di Malang. Peneliti tertarik untuk
memusatkan penelitiannya di Malang, karena Malang dikenal sebagai kota pelajar, dan banyak
terdapat bisnis makanan dan minuman khususnya kedai kopi. Responden harus memenuhi
kriteria yaitu pernah mengunjungi kedai kopi berbasis UKM minimal satu kali agar
mendapatkan responden yang mempunyai pengalaman untuk menjawab pengukuran dalam
kuesioner.
Penelitian ini memadukan pendekatan analisis SEM dengan metode PLS Path
Modeling. Analisis data menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan metode
pemodelan jalur Partial Least Squares (PLS) atau biasa dikenal dengan PLS-SEM. PLS-SEM
merupakan pendekatan prediktif kausal pada SEM yang menekankan pada prediksi dalam
memperkirakan model statistik, yang strukturnya dirancang untuk memberikan penjelasan
kausal. Dengan demikian, teknik ini mengatasi dikotomi antara penjelasan seperti yang
biasanya ditekankan dalam penelitian akademis – dan prediksi, yang merupakan dasar untuk
mengembangkan implikasi manajerial. Proses SEM tidak bisa dilakukan secara manual. Selain
karena keterbatasan kemampuan manusia, juga disebabkan oleh kompleksitas model dan alat
statistik yang digunakan. Ada perangkat lunak pemodelan jalur PLS modern yang mudah
digunakan dengan Antarmuka pengguna grafis, seperti PLS-Graph, SmartPLS, dan paket yang
lebih kompleks untuk lingkungan perangkat lunak komputasi statistik, seperti R (R
Development Core Team 2012) yaitu SmartPLS yang dapat juga menjalankan PLS-SEM (Hair,
Risher, Sarstedt, & Ringle, 2019). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan software
SmartPLS versi 3.3.5 sebagai alat analisis, pendekatan ini dinilai rumit oleh model konseptual
penelitian ini.
3.1.4 Temuan
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa pelaku usaha kedai kopi yang baik mampu
memberikan kualitas produk yang baik dan mewakili sebagian besar konsumennya.
Selanjutnya ada faktor kewajaran harga bagi konsumen kedai kopi. Konsumen akan menilai
apakah kualitas produk yang disajikan oleh kedai kopi tersebut sesuai dengan harga yang
diberikan, dan dengan sendirinya konsumen akan memunculkan sikap apa yang ditunjukkan.
Selain itu kenyamanan konsumen ketika berada di sebuah kedai kopi juga berpengaruh
signifikan terhadap perilaku atau sikap yang akan ditunjukkan konsumen. Ada pula faktor yang
tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku atau sikap konsumen yaitu kualitas pelayanan
di kedai kopi. Kemudian, faktor sikap atau perilaku konsumen yang berimplikasi positif
terhadap minat berkunjung kembali ke kedai kopi sama dengan penelitian sebelumnya ((Koay
& Cheah, 2022b); (Huang & Hsu, 2009); (Zeithaml et al., 2009)). Berikutnya adalah faktor
norma subjektif (subjective norm) dan kontrol perilaku (perceived behavioral control) yang
ternyata tidak mempunyai interaksi positif terhadap minat berkunjung kembali (intention to
revisit) sama seperti penelitian sebelumnya (Tanggara et al., n.d.), dan diketahui bertentangan
dengan penelitian sebelumnya ((Fishbein & Ajzen, 1975); (Koay & Cheah, 2022b)). Penelitian
ini juga mengungkapkan bahwa faktor keaslian atau persepsi keaslian, seperti bagaimana
konsumen dapat mempersepsikan suatu nilai berhubungan langsung secara positif dengan
bagaimana konsumen akan melakukan kunjungan kembali ke kedai kopi, hasil ini serupa
dengan penelitian sebelumnya ((K. Kim & Baker, 2017 ); (Meng & Choi, 2017); (Youn &
Kim, 2017); (J.-H. Kim, 2019)).