Anda di halaman 1dari 2

PERBEDAAN HAM DALAM ISLAM DAN BARAT

Ada perbedaan prinsip antara hak-hak asasi manusia dilihat dari sudut pandangan islam
dan barat. Hak asasi manusia menurut pemikiran pandangan barat semata-mata bersifat
antroposentris, artinya segala sesuatu berpusat kepada manusia. Dengan kemudian manusia sangat
dipentingkan.Sebaliknya hak asasi manusia dilihat dari sudut pandang islam bersifat teosentris,
artinya segalasesuatu berpusat kepada Tuhan. Dengan demikian, Allah menjadi sentral/pusat.
Pemikiran barat menempatkan manusia pada posisi bahwa manusialah menjadi tolak ukur
segalasesuatu, sedangkan islam melalui firman-Nya: Allah lah yang menjadi tolak ukur segala
sesuatu danmanusia adalah ciptaan Allah untuk mengabdi kepadanya. Di sinilah letak perbedaan
yangfundamental antara hak-hak asasi manusia menurut pola pemikiran barat dengan hak asasi
manusiamenurut pola ajaran islam. Makna teosentris bagi orang islam adalah “manusia pertama-
tama harus meyakini ajaran pokok islam yang dirumuskan dalam dua kalimat, syahadat, barulah
manusiamelakukan perbuatan-perbuatan yang baik menurut isi keyakinan itu” (Daud, Ali
Muhammad, 1995:304). Uraian di atas, sepintas menunjukkan bahwa seakan akan dalam islam
manusia tidak mempunyai hak-hak asasi. Dalam konsep islam seseorang hanya mempunyai
kewajiban-kewajiban kepada Allah karena ia harus mematuhi hukum-hukum-Nya.
Secara umum, Islam memandang manusia secara komunal "pandangan dunia" yang khas
di mana-mana sebelum era HAM. Manusia diidentifikasi berdasarkan komunitasnya. Misalkan
berdasarkan tempat tinggal, suku atau ras, keturunan, atau bahkan agamanya. Dalam hal ini,
nilai-nilai Islam memandang manusia per-agama yang dianut secara dikotomis; muslim vs non-
muslim. Ini pembedaan dasar. Kemudian, manusia muslim dibagi lagi menjadi laki-laki dan
perempuan karena akan ada perbedaan hak waris, diyat, hak-kewajiban di masyarakat, dst.

Sementara dalam konsep HAM, berbeda. HAM memandang manusia


perindividu, Karena itu, atmosfer HAM lebih equal, karena anda tidak dipandang berdasarkan
agama, keturunan, ras, atau wilayah asal. Anda dipandang sebagai diri anda sendiri yang
independen dari orang lain. Sebagai contoh, Jika anda ingin menjadi seorang hakim, dalam
perspektif individu HAM, maka yang pertama-tama anda butuhkan adalah pendidikan dan
kompetensi di bidang tersebut. Baru kemudian secara mekanis anda dipilih hanya berdasarkan
kompetensinya, tanpa memandang ras, gender, atau agama.Sementara dalam Islam, nggak
begitu. Pertama anda harus muslim dulu, kemudian juga harus lelaki. Ini syarat paling dasar
menjadi hakim dalam perspektif Islam. Baru kemudian, anda dipilih berdasarkan kompetensi.

Dalam beberapa pendapat, non-muslim bisa menjadi hakim tapi hanya untuk kasus-kasus
yang berkaitan dengan agama ybs saja, mis. sidang perceraian. Perempuan muslim juga bisa
menjadi hakim tapi hanya untuk kasus-kasus ringan keluarga saja. Syarat-syarat "diskriminatif"
ini tidak ada dalam perspektif HAM.

Itulah perbedaan mendasar antara sudut pandang Islam dan HAM dalam memandang
manusia. Nilai-nilai berubah dari zaman ke zaman. Islam yang lahir 1400 tahun yang lalu, tidak
bisa di-compare dengan HAM yang lahir di zaman modern. Tidak ada "mana yang lebih baik".
Semuanya baik dalam kerangka ruang-waktu masing-masing zaman.

Anda mungkin juga menyukai