Anda di halaman 1dari 8

ISLAM, HAM DAN

GENDERISME
ANGGOTA KELOMPOK 9 :
Puti Nazwa Vatur (2110070100092)
Dwitri Achda Ichromi (2110070100094)
M. Zhafran Al Ghozi (2110070100097)
KONSEP HAM
DALAM ISLAM

Hak asasi pada dasarnya menunjukkan kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang
bersifat mendasar. Hal ini sejalan dengan konsep Islam khususnya prinsip Tauhid yang
merupakan ajaran paling mendasar dalam Islam. Tauhid memiliki efek pembebasan diri (self-
liberation) sekaligus.
Menurut Miriam Budiardjo, Hak Asasi adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh
dan dibawanya bersamaan dengan kelahiran atau kehadirannya di dalam kehidupan
masyarakat. Dianggap bahwa beberapa hak itu dimilikinya tanpa perbedaan atas dasar negara,
ras, agama, dan kelamin dan karena itu bersifat asasi serta universal. Dasar ini dari semua hak
asasi adalah bahwa manusia harus memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai dengan
bakat dan cita-cita.
KONSEP HAM
DALAM ISLAM

Konsep hak asasi manusia dalam Islam dibagi dua macam dilihat dari kategori huquuqul
ibad. Huquuqul ibad adalah kategori hak asasi manusia dalam Islam yang berkaitan dengan
kewajiban manusia terhadap manusia lain dan makhluk ciptaan Allah lainnya, seperti
bintang dan tumbuhan. Adapun konsep HAM dalam islam dari kategori huquuqul ibad
yaitu:
1. Pertama HAM yang keberadaannya dapat diselenggarakan oleh suatu negara (Islam). Hak
hak yang ini disebut sebagai hak-hak legal.
2. Kedua adalah HAM yang keberadaannya tidak secara langsung dapat dilaksanakan oleh
suatu negara. Dimana yang kedua ini dapat disebut sebagai hak-hak moral.
Perbedaan antara keduanya hanya terletak pada masalah pertanggungjawaban di depan
Negara. Adapun masalah sumber, sifat, dan pertanggungjawaban di hadapan Allah adalah
sama.
PANDANGAN ISLAM
TERHADAP HAM
PRODUK BARAT
Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia (HAM),
bahkan konsep itu muncul lebih dahulu dibanding dengan konsep HAM ala pemikiran
Barat. HAM menurut pandangan barat semata-mata bersifat anthroposentris artinya
segala sesuatu berpusat kepada kepentingan dan kebebasan manusia. Dengan demikian
manusia sangat dipentingkan.
Sebaliknya HAM menurut pandangan Islam bersifat theosentris, artinya segala sesuatu
berpusat kepada Allah sebagai Tuhannya. Dengan demikian Tuhan sangat dipentingkan
sebagai tempat mengabdi. Karenanya, nilai-nilai HAM ala Barat yang jauh dari nilai-nilai
agama, tidak bisa dipaksakan untuk diterapkan di tengah-tengah umat Islam yang nilai-
nilai HAM selalu bersandar kepada Allah dan nilai-nilai aturan dalam agama.
HAK ASASI MANUSIA
DALAM PANDANGAN
ISLAM
1) Hifdhud dîn memberikan jaminan hak kepada umat Islam untuk memelihara agama dan
keyakinannya (al-din).
2) Hifdhun nafs wal ’irdh memberikan jaminan hak atas setiap jiwa (nyawa) manusia, untuk
tumbuh dan berkembang secara layak.
3) Hifdhul ‘aql adalah adanya suatu jaminan atas kebebasan berekspresi, kebebasan mimbar,
kebebasan mengeluarkan opini, melakukan penelitian dan berbagai aktivitas ilmiah.
4) Hifdhun nasl merupakan jaminan atas kehidupan privasi setiap individu, perlindungan atas
profesi (pekerjaan), jaminan masa depan keturunan dan generasi penerus yang lebih baik dan
berkualitas.
5) Hifdhul mâl dimaksudkan sebagai jaminan atas pemilikan harta benda, properti dan lain-lain.
Lima prinsip dasar (al-huquq al-insaniyyah) di atas sangatlah relevan dan bahkan seiring
dengan prinsip-prinsip hak-hak asasi manusia (HAM). Di samping itu, Islam sebagai agama tauhid,
datang untuk menegakkan kalimat Lâ ilâha illallâh, tiada Tuhan selain Allah.
PENGERTIAN
GENDERISME DAN
FEMINISME

Feminisme dan genderisme merupakan gerakan yang bertaut satu sama lain. Keduanya
berjejak pada cita-cita yang sama namun memiliki beberapa perbedaan. Gerakan feminisme
lebih bersifat pemberontakan yang menggugat struktur interaksi kekuasaan yang
memarjinalkan perempuan. Perlawanan terhadap dominasi laki-laki sekaligus menolak
posisi perempuan sebagai subordinasi laki-laki. Gerakan feminisme adalah gerakan
perlawanan terhadap dominasi perempuan. Genderisme tidak melakukan perlawanan
namun membangun kesadaran kesetaraan dan keadilan gender. Tidak melihat laki-laki dan
perempuan sebagai lawan yang berhadap-hadapan namun melihatnya sebagai mitra yang
setara. Feminisme dan genderisme pada dasarnya adalah konsep yang sederhana dimana
perempuan hanya ingin memperoleh keadilan dalam segala hal terutama pendidikan, bukan
untuk melebihi pria dan kodratnya.
HAK LAKI – LAKI DAN
PEREMPUAN DALAM
ISLAM

Laki-laki dan perempuan mempunyai posisi yang sama dalam Islam. Dalam surat Al-Hujarat
ayat 13 disebutkan, “wahai seluruh manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan manusia
dari seorang laki-laki dan perempuan dan kami jadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-
bangsa agar kamu saling mengenal satu sama lain, sesungguhnya yang paling mulia di antara
kamu adalah yang paling bertaqwa”, intinya bahwa kemuliaan dapat ada baik pada laki-laki
maupun pada perempuan dan bukan di dapat dari keturunan, suku atau jenis kelamin, sehingga
perbedaan adalah pada jenis kelamin sedangkan dalam kehidupan laki-laki dan perempuan
mempunyai peran yang sama.
Kesetaraan gender dalam Islam lainnya dapat dilihat dalam khutbah haji Wada’Muhammad
SAW (632 M) yaitu, “perempuan adalah “imad al-bilad (tiang negara)…. Kaum perempuan
adalah penolong dari laki-laki…. Sesuai yang digariskan Allah…. Dan orang mukmin, laki-
laki maupun perempuan, satu dengan lainnya saling menjadi penolong“(QS al-Taubah:71).
ISU GENDERISME
DALAM PANDANGAN
ISLAM
Isu gender biasanya yang menjadi bahan perbincangan adalah tentang ketimpangan (bias)
dan kesetaraan gender. Isu bias banyak berkaitan dengan ketidakadilan terhadap
perempuan. Ajaran dalam agama selalu dianggap sebagai akar kepada segala ketidakadilan
atau diskriminasi terhadap perempuan, sedangkan kenyataannya bukanlah seperti demikian,
melainkan suatu amalan budaya atau tradisi masyarakat yang terkadang lari dari konsep ajaran
Islam yang sebenarnya.
Al Qur’an sejak 14 abad yang lampau telah menghapus diskriminasi antara laki-laki dan
perempuan. Al Qur’an memandang sama kedudukan laki-laki dan perempuan. “Tidak ada
perbedaan antara keduanya, kalaupun ada maka itu adalah akibat fungsi dan tugas-tugas
utama yang dibebankan agama kepada masing-masing jenis kelamin Al Qur’an sebagai rujukan
prinsip dasar masyarakat Islam menunjukkan bahwa pada dasarnya kedudukan laki-laki dan
perempuan adalah adil” (Qs. An-Nisa:1). Keduanya diciptakan dari diri yang satu (living
entity/nafs wahidah) dimana yang satu tidak memiliki keunggulan terhadap yang lain. Al Qur’an
tidak menjelaskan secara tegas bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam sehingga
kedudukan dan statusnya lebih rendah.

Anda mungkin juga menyukai