Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN KASUS

PENANGANAN KUCING YANG DIDUGA TETANUS


DI RSHP FKH USK

Dosen Pengampu: Dr. drh. Nurliana, M.Si.

Disusun Oleh:
Ahmad Azhari Nopiosi Ahmad Khairi Abadi
NPM. 2202501010053 NPM. 2202501010056

PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2023
PENANGANAN KUCING YANG DIDUGA TETANUS DI RSHP FKH USK

1. Latar Belakang
Tetanus adalah penyakit neurologis yang tersebar luas, ditandai dengan
kelumpuhan spastik, yang tersebar di seluruh dunia pada manusia dan hewan.
Tetanus disebabkan oleh neurotoksin, tetanus toxin (TeNT) (Popoff, 2020). Toksin
tersebut diproduksi oleh Clostridium tetani yaitu bakteri anaerob yang ditularkan
melalui tanah, bersporulasi, dan bersifat anaerobik (Popoff, 2020). Tetanus
bukanlah penyakit menular (Popoff, 2020). Infeksi dan penyakit klinis yang
diakibatkannya sering kali diakibatkan oleh kontaminasi luka dengan spora C.
tetani (Popoff, 2020).
Anjing dan kucing jauh lebih rentan terhadap racun tetanus dibandingkan
spesies lainnya (Risio dan Gelati, 2003). Masa inkubasi tetanus umumnya 5–10 hari
dengan gejala kelumpuhan spastik diamati pada kelompok otot tertentu,
menyebabkan otot tahang kaku, anggota badan kaku, dan peregangan tubuh karena
kejang otot ekstensor tulang belakang, kejang otot relatif ringan, telinga biasanya
tegak dan berdekatan, kulit dahi sering berkerut karena ketegangan otot, serta
hipertermia sering terjadi (Popoff, 2020).
Kurangnya informasi dan pelaporan kasus tetanus yang terjadi pada kucing
di indonesia menjadi latar belakang penulis memilih kasus tetanus ini. Diharapkan
dengan laporan ini, pembaca dapat menambah informasi tentang penangan tetanus
pada kucing di indonesia, khususnya di RSHP FKH USK.

2. Anamnesis
Pada tanggal 6 Oktober 2023, Kucing bernama noni berusia 1 tahun dengan
jenis kelamin betina dan bermotif calico datang ke RSHP FKH USK. Kucing
merupakan hewan rescue dan ditemukan dalam keadaan lemah, serta tidak dapat
berdiri dan berjalan. Tidak ada riwayat vaksinasi dan obat cacing.
Gambar 1. Kondisi Kucing Noni.

3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kucing Noni memperlihatkan Kondisi kucing sangat
lemas dengan BCS: 1-2. Kucing terlihat tidak dapat berdiri dan bergerak bebas.
Pada saat dipalpasi, hampir keseluruhan tubuh dan ekstremitas mengalami
kekakuan, namun hewan masih memiliki respon untuk menelan makanan. Pada
bagian ekstremitas depan bagian sinister, saat dipalpasi kucing merespon/bersuara
menandakan bahwasanya sakit didaerah tersebut. Ditemukan bekas luka pada
carpal pad di bagian ekstremitas depan bagian sinister. Suhu tubuh : 36°C dengan
berat badan 1.8 Kg dan turgor kulit lebih dari 3 detik.

4. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang dikarenakan pemilik keterbatasan
biaya.

5. Diagnosis dan Penanganan


Diagnosis tetanus biasanya didasarkan pada riwayat dan tanda klinis (Risio
dan Gelati, 2003). Diagnosis didasarkan pada adanya luka yang terabaikan dan
kekakuan otot tak sadar yang terus-menerus pada hewan (Risio dan Gelati, 2003).
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, kucing Noni didiagnosis dengan
tetanus.
Penanganan yang diberikan ialah terapi cairan, pemberian lampu pijar,
antitetanus, antibiotik, dan pengobatan suportif. Pada tanggal 6 Oktober 2023,
kucing mengalami dehidrasi dan lemas diberikan terapi cairan dengan NaCl
fisiologis, pemberian lampu pijar untuk mengatasi hipotermi selama suhu tubuh
belum normal, pemberian Biodin 0.5cc sekali pemberian secara IM untuk
meningkatkan energi hewan agar tidak lemas, pemberian X-Tetani (Magnesium
sulfate 20%) secara IV untuk mengatasi kaku pada otot hewan dengan dosis 0.4 cc
selama 1x1 setiap hari hingga kaku pada otot menghilang, pemberian obat kapsul
(ciprofloxacin 324mg sebagai antimikroba bersepektrum luas dan bersifat
bakterisida, Cucurma force 1 Tab dengan kandungan Curcuma xanthorrhiza
rhizoma 20 mg dan ekstrak Piperin nigri fructus 2.5 mg sebagai suplemen , dan
Neurobion forte 1 Tab dengan kandungan Vitamin B1 100 mg, Vitamin B6 100mg,
Vitamin B12 5000 mg untuk kesehatan saraf) secara PO 2x1 selama 6 hari. Pada
tanggal 16 Oktober, diberikan suplemen Hematodin 0.4cc dan Biodin 0.6cc secara
IM sekali pemberian serta multivitamin dan mineral yaitu Viamin 34 0.5cc secara
SC sekali pemberian. Pada tanggal 17 Oktober, diberikan vit B Complex secara SC
sebanyak 0.1 cc sekali pemberian.

6. Edukasi Pemilik
Edukasi kepada pemilik dengan cara pencegahan yaitu menjauhkan benda
tajam maupun runcing disekitar kandang dan hewan yang mengalami luka harus
diberikan penanganan dengan dibersihkan dan didrainase serta diberikan
antibiotik.Jika hewan mengalami tanda kejang, segera dibawa ke dokter hewan
untuk diberikan penanganan.

7. Pembahasan
Kucing Noni ditemukan pada tanggal 6 Oktober 2023 dengan kondisi lemah
dan tidak dapat berdiri. Setelah dilakukan pemeriksaan, kucing Noni mengalami
kaku pada tubuh dan ekstremitasnya. Hal ini sesuai dengan teori Risio dan Gelati
(2003), kucing yang mengalami tetanus memiliki gejala kaku pada otot sebagian
atau keseluruhan tubuh. Ditemukan pula bekas luka pada ekstremitas sinister bagian
depan pada carpal pad. Hal ini sesuai dengan teori Risio dan Gelati (2003),
ditemukannya bekas luka merupakan salah satu faktor penyebab tetanus, dimana
spora dari C. tetani hidup secara anaerob didalam luka. Berdasarkan temuan
tersebut, kucing didiagnosa mengalami tetanus. Berdasarkan Risio dan Gelati,
(2003) menyatakan bahwa diagnosis tetanus umumnya didasarkan pada riwayat dan
tanda klinis.
Tetanus ditandai dengan hiperaktivitas otot-otot sadar yang menyebabkan
kekakuan dan kejang tetanik (Popoff, 2020). Kekakuan terdiri dari kontraksi otot
yang bersifat tonik, involunter, dan berkepanjangan, sedangkan spasme adalah
kontraksi otot yang berlangsung lebih singkat yang biasanya dipicu oleh
rangsangan sensorik (kejang refleks) seperti sentuhan, cahaya, atau kebisingan
(Popoff, 2020). Tanda-tanda kelumpuhan spastik bersifat khas, dan diagnosis sering
kali didasarkan pada observasi klinis ini (Popoff, 2020). Kesulitan dalam
mendiagnosis tetanus sering kali terjadi pada awal timbulnya tetanus ketika
kesalahan diagnosis dengan penyakit paralitik lain seperti miopati (Popoff, 2020).
Tetanus dapat muncul sebagai proses penyakit yang sistemik (umum) atau
terlokalisir (Popoff, 2020).
Pengobatan tetanus meliputi debridemen luka secara bedah, penggunaan
antibiotik, isolasi di ruangan yang tenang dan gelap, netralisasi toksin dan imunisasi
aktif, pengendalian kejang otot dan disautonomia serta tindakan suportif (Nepal et
al., 2021). Penanganan yang diberikan pada kucing noni hanya pengurangan kaku
pada otot, antibiotik, dan pemberian pengobatan suportif. Pemberian terapi cairan
untuk mengatasi dehidrasi (Popoff, 2020). Pemberian magnesium sulfat
dikarenakan obat yang murah dan tersedia secara luas dan digunakan di semua pusat
kesehatan perkotaan dan pedesaan serta tidak menggunakan ventilator seperti
diazepam (Nepal et al., 2021). Fungsi dari pemberian magnesium sulfat, terbukti
untuk mengendalikan kaku pada otot (Nepal et al., 2021). Pemberian antibiotik
yang bersifat sistemik menjadi pertimbangan pemberian untuk mengatasi C. tetani.
Pemberian suportif mempertimbangkan kondisi dari kucing, seperti kucing
mengalami gangguan pada syaraf akibat toksin dari tetanus sehingga diberikan
suplemen untuk saraf. Pemberian multivitamin dan mineral lainnya didukung
dengan kondisi hewan yang kurus dan malnutrisi untuk memenuhi kebutuhan tubuh
kucing Noni.

8. Kesimpulan
Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, kucing Noni diduga
mengalami penyakit tetanus ditandai dengan kekakuan pada tubuh dengan
prognosis dubius dilihat dari kondisi hewan. Pada tanggal 15 Oktober, Kucing Noni
sudah menunjukkan progress yang baik ditandai dengan Kekakuan pada otot kucing
Noni sudah berkurang, yang menunjukkan adanya progress yang baik dari proses
penyembuhan dapat dapat makan tanpa bantuan, namun pada tanggal 17 Oktober,
kucing Noni sudah kembali lemas. Pada tanggal 18 Oktober 2023 pukul 23.05 WIB,
Kucing Noni tidak dapat bertahan hidup. Kematian diduga dikarenakan kucing
Noni mengalami malnutrisi sehingga tidak dapat bertahan.

9. Saran
Saran penulis kepada rumah sakit hewan yaitu, menyediakan ruangan
isolasi khusus seperti pasien penderita tetanus yang memerlukan ruangan yang
gelap dan tidak berisik. Pemberian diazepam pada pasien tetanus dapat
dipertimbangkan untuk kedepannya.

10. Daftar Pustaka

De Risio, L., dan Gelati, A. (2003). Tetanus in the cat—an unusual presentation.
Journal of feline medicine and surgery, 5(4), 237-240.
Nepal, G., Coghlan, M. A., Yadav, J. K., Kharel, S., Ka Shing, Y., Ojha, R., dan Zhi
Lan, T. (2021). Safety and efficacy of Magnesium Sulfate in the
management of Tetanus: A systematic review. Tropical Medicine &
International Health, 26(10), 1200-1209.
Popoff, M. R. (2020). Tetanus in animals. Journal of Veterinary Diagnostic
Investigation, 32(2), 184-191.

Anda mungkin juga menyukai