Anda di halaman 1dari 5

SURAT KUASA UNTUK MELAKUKAN BALIK NAMA

NOMOR :

Pada hari ini Rabu tanggal dua puluh empat Agustus dua ribu lima (24-08-2005) jam
10.00 WIB, Menghadap kepada Saya, SUKAMTO, SARJANA HUKUM , MAGISTER
HUMANIORA, NOTARIS DI BANTUL dengan dihadiri pada saksi yang akan Saya
sebutkan di bawah :
1. Nyonya SRI ZUWANTINI, Lahir di Bantul, tanggal delapan belas April seribu
sembilan ratus lima puluh satu (18 April 1951) Pekerjaan Kepala Sekolah Dasar,
Sekolah Dasar Muhammadiyah Sapen Kota Yogyakarta , bertempat tinggal di
Pelemsari KG II/93, Rt/Rw 003/001, Kelurahan Prenggan, Kecamatan Kota Gede.
Kota Yogyakarta.--------------------------------------------------------------------------------
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama jabatannya selaku Kepala Sekolah
Sekolah Dasar Muhammadiyah Sapen Kota Yogyakarta, atau calon Pembeli
selanjutnya disebut sebagai:----------------------------------------------------------------------
---------------------------------- PENERIMA KUASA ---------------------------------------
2. Tuan PONIYO, Lahir di Sleman pada tanggal 10 Desember 1942
Warga Negara Indonesia, bertempat tinggal di Gorongan Rukun Tetangga 05,
Rukun Warga 20 Kelurahan Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman,
3. Nyonya WAIDAH, Lahir di Yogyakarta pada tanggal 31 Desember 1943
Warga Negara Indonesia, bertempat tinggal di Sapen GK I/651, Rukun Tetangga
24, Rukun Warga 07 Kelurahan Demangan, Kecamatan Gondokusuman, Kota
Yogyakarta
4. Nyonya MARTO PAWIRO/GINEM, Lahir di Yogyakarta pada tanggal 31
Desember 1945 Warga Negara Indonesia, bertempat tinggal di Gungaran Kidul,
Rukun Tetangga 016, Rukun Warga 009, Desa Wahyuharjo, Kecamatan Lendah,
Kabupaten Kulon Progo
Para Pihak tersebut berturut-turut telah memperoleh ijin dari isteri/suaminya yang akan
disebut di bawah ini , selanjutnya disebut sebagai Pihak Kedua atau :
----------------------------------------- PEMBERI KUASA -----------------------------------------
---------------------------------------------- KHUSUS ------------------------------------------------
Untuk melakukan balik nama dari Pihak Kedua kepada Pihak Pertama atau yang
ditunjuk/mewakili sepenuhnya diserahkan kepada Pihak Pertama atas sebidang tanah
pekarangan beserta bangunan yang berada di atasnya tersebut dalam Sertifikat Hak Milik
No 01094/ Demangan, SU No 00411/Demangan/2005 Tertanggal 07-03-2005 seluas 661
m2,terletak di Sapen ,Kelurahan Demangan, Kecamatan Gondokusuman,Kota
Yogyakarta atas nama Tuan PONIYO, Nyonya WAIDAH dan Nyonya MARTO
PAWIRO/GINEM --------------------------------------------------------------------------------
Kepada Penerima Kuasa diberi hak untuk menghadap pejabat yang berwenang, memberi
keterangan, memberi penunjukan batas-batas, menandatangani surat-surat yang
diperlukan, melakukan pembayaran-pembayaran yang diperlukan, menghadirkan para
saksi dan lain-lain tindakan yang diperlukan guna tercapainya maksud dan tujuan
pemberian kuasa ini tanpa terkecuali.--------------------------------------------------------------
Surat Kuasa ini diberi hak substitusi.---------------------------------------------------------------
Surat Kuasa ini dalam keadaan apapun juga tidak dapat dicabut atas kekuatan apapun
juga termasuk ketentuan Pasal 1383 KUH Perdata.----------------------------------------------
DEMIKIAN AKTA INI
Dibuat dan diresmikan di Yogyakarta pada hari, tanggal, bulan dan tahun sebagaimana
tersebut pada bagian awal akta ini, dengan dihadiri oleh :
1. Tuan

2. Nyonya EMMY PRATIWI, Pekerjaan pegawai Notaris bertempat tinggal di


Dukuh MJ I/1167 Rt/Rw 63/13 Kal Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron Kota
Yogyakarta ------------------------------------------------------------------------------------
Keduanya sebagai saksi.
Akta ini setelah Saya, Notaris bacakan kepada para penghadap dan para saksi, maka
seketika itu juga ditandatangani para penghadap, para saksi dan Saya, Notaris.
Dibuat dengan tanpa tambahan dan coretan.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA


Ny. SRI ZUWANTINI Tn . P O N I YO

Ny. W A I D A H

Ny. MARTO PAWIRO/GINEM

PERSETUJUAN ISTERI PONIYO

SAKSI SAKSI

NOTARIS DI BANTUL

SUKAMTO,SH,.M.HUM
Akta Kuasa Menjual Tanah/Bangunan
Jual-beli tanah/bangunan merupakan salah satu peristiwa atau perbuatan pengalihan
kepemilikan hak atas tanah. Oleh karenanya, perbuatan atau transaksi tersebut harus
dilakukan oleh pemilik hak atas tanah tersebut. Permasalahannya, ada banyak alasan
yang menyebabkan seorang penjual (pemilik) berhalangan untuk melaksanakan
perbuatan itu sendiri dan menandatangani akta jual belinya. Sebagai contoh, pihak
penjual tinggal di wilayah kota atau kabupaten lain, di luar wilayah tanahnya atau pihak
penjual cukup sibuk sehingga ingin mengutus orang lain sebagai penggantinya. Lalu,
apakah pihak penjual dapat memberikan kuasa kepada pihak lain untuk mewakilinya?

Ketentuan Pasal 1792 KUH Perdata menyebutkan bahwa pemberian kuasa merupakan
suatu persetujuan yang berisikan pemberian kekuasaan kepada orang lain yang
menerimanya untuk melaksanakan sesuatu atas nama orang yang memberikan kuasa.
Jadi, selain pemberian kuasa, unsurnya terpenting lainnya adalah pihak yang diberi
kuasa menerima kuasa tersebut. Namun, penerima kuasa tidak boleh melakukan apa pun
yang melampaui kuasanya.

Pemberian kuasa dapat dilakukan secara khusus (kuasa khusus), yaitu hanya mengenai
satu kepentingan tertentu atau lebih, atau secara umum, yaitu meliputi segala kepentingan
pemberi kuasa. Pemberian kuasa yang dirumuskan secara umum hanya meliputi
tindakan-tindakan yang menyangkut pengurusan saja, sedangkan pemberian kuasa secara
khusus menyangkut tindakan untuk memindahtangankan (mengalihkan kepemilikan)
barang atau meletakkan hipotek (menjaminkan) di atasnya, ataupun melakukan tindakan
lain yang hanya dapat dilakukan oleh seorang pemilik. Pemberian kuasa secara khusus
tersebut harus tegas dinyatakan dalam aktanya (Pasal 1796 KUH Perdata).

Dalam hal pemberian kuasa untuk menjualkan sebidang tanah/bangunan, maka


sebagaimana ketentuan Pasal 1796 KUH Perdata tersebut, kuasa seperti tersebut harus
dibuat khusus dan tegas dinyatakan dalam aktanya. Pengertian khusus dan kata-kata tegas
di sini tentu tidak saja menyangkut hak untuk menjual suatu obyek tanah/bangunan atas
nama penjual, melainkan juga menyangkut siapa pembelinya dan berapa harga yang
disepakati, kesemuanya harus dituangkan dalam akta kuasa menjual. Artinya, kuasa
menjual sebenarnya dibuat dalam hal penjualan akan dilakukan, bila tidak maka kuasa
menjual akan kehilangan esensi kekhususannya tadi dihubungkan dengan unsur-unsur
perjanjian jual beli.

Lalu, bagaimana dengan kuasa menjual yang sifatnya hanya memberikan kuasa
menjualkan sebidang tanah/bangunan tanpa merinci pihak pembeli dan harganya? Dalam
hal seperti ini, kuasa menjual tersebut menjadi tidak tegas dan makna kuasa khusus disini
hanya berarti tentang perbuatan menjual saja. Kepada siapa tanah dijual dan harganya
berapa menjadi terserah penerima kuasa.

Badan Pertanahan Nasional (BPN) selaku instansi yang mencatat perubahan kepemilikan
hak atas tanah juga tidak begitu saja mau menerima akta kuasa menjual bila tidak kuat
alasannya, apalagi kuasa yang diberikan bersifat mutlak (Kuasa Jual Mutlak), artinya
pemberi kuasa tidak dapat menarik kembali kuasanya sehingga penerima kuasa seolah-
olah berubah kedudukannya sebagai pemilik tanah tersebut, padahal sebagaimana
ketentuan Pasal 1813 KUH Perdata, kuasa dapat ditarik kembali dan juga berakhir bila
pemberi kuasa meninggal dunia atau pailit. Namun, jika pemegang kuasa tidak tahu
tentang meninggalnya pemberi kuasa atau tentang suatu sebab lain yang menyebabkan
berakhirnya kuasa itu, maka perbuatan dari kuasa tersebut tetap sah dan harus dipenuhi.
Salah satu alasan yang diterima oleh BPN (Kantor Pertanahan) untuk menerima Kuasa
Jual Mutlak adalah adanya alas hak yang kuat atas kuasa menjual tersebut. Alas hak
tersebut memberikan kuasa kepada pembeli untuk bertindak sebagai kuasa pihak penjual
untuk melaksanakan akta jual belinya. Sebagai contoh, penjual telah menerima harga
tanah/bangunan, namun proses jual beli belum dilakukan karena pajak-pajak belum
dibayar, sehingga untuk mendahuluinya, dilakukan PPJB (perjanjian pengikatan jual beli)
antara penjual dan pembeli. PPJB ini mengandung kuasa menjual kepada pihak pembeli
agar pembeli dapat menyelesaikan/menandatangani Akta Jual Belinya dihadapan Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT) setempat. Artinya, kalau PPJB dibatalkan, maka kuasa
menjualnya juga dibatalkan. Sebaliknya, bila PPJB diubah, maka kuasa menjualnya juga
harus diubah.

Hal yang perlu dicatat bahwa Akta Kuasa Menjual seharusnya bukan untuk
memindahkan kepemilikan hak kepada penerima kuasa, tetap hanya mewakili pemberi
kuasa selaku penjual. Dalam artinya, kepentingannya tetap atas nama penjual
sebagaimana diamanatkan secara tegas dalam kuasanya. Akta Kuasa Menjual juga bukan
kuasa untuk mencari pembeli (memasarkan/menjualkan), melainkan kuasa untuk
mewakili penjual dalam suatu transaksi jual beli, dimana para pihak, obyek dan harganya
sudah disepakati sebelumnya. Bila perlu, harga yang dibayarkan diterima langsung ke
rekening penjual, bukan rekening atau diterima langsung oleh kuasa. Hal-hal ini untuk
menghindari perselisihan atau konflik dalam hal pemberian kuasa menjual.

Anda mungkin juga menyukai