Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN BUDAYA

ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN REWARD SEBAGAI


VARIABEL MODERATING
1)
Fitri Septyandini
1
septyandinifitri@gmail.com dan 2tajuddinpogo@yahoo.com
Magister Manajemen Universitas Mercu Buana
Abstract. This study aims to analyze the effect of transfomational leadership style and organizational culture on the
performance of employees in PT. Transfacific Finance Indonesia with reward as a moderating variable. The object
of the research is employees of PT. Transfacific Finance Indonesia, Jakarta with a sample of 120 people. The
independent variable is transformational leadership style and organizational culture while the dependent variable is
employee performance, and the modern variable is reward. Analysis of data used Descriptive Statistics using SPSS
and Structural Equation Modeling (SEM) analysis methods with variant-based multivariate statistical techniques
using PLS. The results of this study show that transformational leadership style influences employee performance,
organizational culture influences employee performance, rewards affect employee performance. The effect of
transformational leadership style on employee performance is not moderated by reward variables. While the
influence of organizational culture on employee performance is moderated by reward variables.

Keywords : transfomational leadership style organizational culture performance of employees, reward, moderating
variables.

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan transfomasional dan budaya
organisasi terhadap kinerja karwayan PT. Transfacific Finance Indonesia dengan reward sebagai variable
moderating. Obyek penelitiannya adalah karyawan PT. Transfacific Finance Indonesia, Jakarta dengan jumlah
sampel 120 orang. Variabel independen adalah gaya kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi
sedangkan variabel dependennya kinerja karyawan, serta variabel moderatig adalah reward. Analisis data yang
digunakan Statistik Deskriptif menggunakan SPSS dan metode analisis Structural Equation Modelling (SEM)
dengan tehnik statistika multivarian berbasis varian dengan menggunakan PLS. Hasil penilitian ini menunjukan
bahwa gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap kinerja karyawan, budaya organisasi
berpengaruh terhadap kinerja karyawan, reward berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Pengaruh gaya
kepemimpinan transformasional terhadap kinerja karyawan tidak dimoderasi oleh variabel reward. Sedangkan
pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan dimoderasi oleh variabel reward.

Kata kunci : gaya kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, kinerja karywawan, dan reward,
variabel mediasi.

1|P a ge
PENDAHULUAN pengarahan terhadap usaha-usaha semua pekerja
Persaingan di era global dewasa ini dalam mencapai tujuan organisasi. Tanpa
semakin ketat yang didukung oleh kepemimpinan, hubungan antara tujuan
perkembangan teknologi dan informasi yang perseorangan dan tujuan organisasi mungkin
semakin cepat, menuntut organisasi harus segera menjadi tidak searah. Keadaan ini menimbulkan
beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang situasi dimana perseorangan bekerja untuk
terjadi di lingkungan bisnis. Unggul atau mencapai tujuan pribadinya, sementara itu
tidaknya sebuah organisasi dalam persaingan, keseluruhan organisasi menjadi tidak efisien
bergantung pada bagaimana organisasi dalam dalam pencapaian sasaran-sasarannya.
mengadaptasi perubahan dan menghasilkan Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan
kinerja yang sesuai dengan harapan pelanggan. yang melekat pada diri seorang yang memimpin
Banyak cara yang dapat dilakukan organisasi yang tergantung dari macam-macam faktor baik
untuk menciptakan keunggulan bersaing, tetapi faktor-faktor intern maupun faktor-faktor
pada dasarnya kunci utama dari keunggulan ekstern. Menurut Winardi (2000) kepemimpinan
bersaing adalah pada kualitas sumber daya merupakan salah satu faktor yang membentuk
manusia. Setiap aktivitas sumber daya manusia dan membantu orang lain untuk berkerja dan
membutuhkan perencanaan dan pemahaman antusias mencapai tujuan yang direncanakan
tentang apa yang akan berhasil dan apa yang dalam kaitannya dengan keberhasilan organisasi.
tidak. Dalam lingkungan persaingan bisnis Handoko (2003) menyatakan, dalam
tantangan kerja terus berubah, hukum berubah, kenyataannya para pemimpin dapat
dan kebutuhan-kebutuhan organisasi juga mempengaruhi moral dan kepuasan kerja,
berubah, untuk itu maka sumber daya manusia kinerja kerja, keamanan, kualitas kehidupan
juga harus terus berubah dan mengikuti kerja terutama tingkat prestasi suatu organisasi.
perkembangan. Sumber daya manusia yang saat Berdasarkan hasil pra survey dengan
ini dibutuhkan adalah sumber daya manusia menggunakan sampel 30 orang karyawan yang
yang memiliki kinerja yang optimum terhadap menunjukkan gaya kepemimpinan
tujuan organisasi, karena keberhasilan tujuan transformasional dan diukur dengan item
organisasi sangat dipengaruhi oleh kinerja pernyataan diperoleh hasil sebagai berikut:
sumber daya manusianya terutama para
karyawannya. Tabel Deskripsi Pernyataan Responden
Variabel Kinerja Karyawan
Tabel Hasil Pra Riset Pertama Tentang
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja No Pernyataan Setuju Tidak
Karyawan Setuju
1 Hasil pekerjaan 15 15
No Faktor Yang Hasil Pra-Riset yang saya (50,00%) (50,00%)
Mempengaruhi Pertama selesaikan
Kinerja Skor Persentase memuaskan
pimpinan.
1 Gaya Kepemimpinan 3.63 91% 2 Saya mampu 15 15
Transformasional
menyelesaikan (50,00%) (50,00%)
2 Iklim Organisasi 3.34 84% pekerjaan diatas
3 Reward 3.47 87% rata-rata karyawan
4 Motivasi Kerja 3.32 86% lain.
5 Komitmen Organisasi 3.27 82% 3 Saya selalu 30 0 (0,00%)
6 Budaya Organisasi 3.54 88% menyelesaikan (100,00)%
Sumber: hasil pra survey 2018 pekerjaan tepat
waktu
Faktor penting yang menentukan kinerja 4 Keterampilan dan 30 0 (0,00%)
karyawan dan kemampuan organisasi pengetahuan saya (100,00%)
beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang berkaitan
menurut Bass et.al, Locander et.al., serta dengan pekerjaan
Yammarino et.al (dalam Rani Mariam, 2009) utama adalah baik
adalah kepemimpinan (leadership). 5 Saya memegang 14 16
Kepemimpinan yang efektif harus memberikan standar profesional (46,67%) (53,33%)
yang tinggi

1|P a ge
6 Saya memiliki 12 18 menyelesaikan
cara tersendiri (40,00%) (60,00%) suatu pekerjaan.
dalam 3 Pemimpin 15 15
menyelesaikan mendorong saya (50,00%) (50,00%)
pekerjaan lebih untuk
cepat dan tetap menggunakan
berkualitas kreativitas dalam
Sumber: hasil pra survey 2018 menyelesaikan
pekerjaan.
Faktor penting yang menentukan kinerja 4 Pemimpin saya 14 16
karyawan dan kemampuan organisasi memperlakukan (46,67%) (53,33%)
karyawan sebagai
beradaptasi dengan perubahan lingkungan
individu yang
menurut Bass et.al, Locander et.al., serta masing-masing
Yammarino et.al (dalam Rani Mariam, 2009) memiliki
adalah kepemimpinan (leadership). kebutuhan,
Kepemimpinan yang efektif harus memberikan kemampuan, dan
pengarahan terhadap usaha-usaha semua pekerja aspirasi yang
dalam mencapai tujuan organisasi. Tanpa berbeda.
kepemimpinan, hubungan antara tujuan Sumber: hasil pra survey 2018
perseorangan dan tujuan organisasi mungkin
menjadi tidak searah. Keadaan ini menimbulkan Kepemimpinan dan gaya kepemimpinan
situasi dimana perseorangan bekerja untuk dalam organisasi sangat berperan dalam
mencapai tujuan pribadinya, sementara itu mempengaruhi kinerja karyawan. Dengan kata
keseluruhan organisasi menjadi tidak efisien lain kepemimpinan adalah merupakan unsur
dalam pencapaian sasaran-sasarannya. yang sangat penting, karena kinerja karyawan
Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan bergantung pada bagaimana seorang pemimpin
yang melekat pada diri seorang yang memimpin memberikan arahan pada bawahannya untuk
yang tergantung dari macam-macam faktor baik mencapai tujuan bersama. Gaya kepemimpinan
faktor-faktor intern maupun faktor-faktor saat ini yang sesuai dengan karakteristik gaya
ekstern. Menurut Winardi (2000) kepemimpinan kepemimpinan transformasional yaitu kharisma,
merupakan salah satu faktor yang membentuk inspirasi, stimulasi intelektual dan pertimbangan
dan membantu orang lain untuk berkerja dan individual (Robbins, 2006). Selain
antusias mencapai tujuan yang direncanakan kepemimpinan, budaya organisasi juga
dalam kaitannya dengan keberhasilan organisasi. merupakan salah satu faktor yang memegang
Handoko (2003) menyatakan, dalam peranan penting dalam membantu kinerja
kenyataannya para pemimpin dapat karyawan, budaya organisasi dapat menciptakan
mempengaruhi moral dan kepuasan kerja, suatu tingkat motivasi bagi karyawan untuk
kinerja kerja, keamanan, kualitas kehidupan memberikan kemampuan terbaiknya dalam
kerja terutama tingkat prestasi suatu organisasi. memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh
organisasinya. Dalam mewujudkan budaya
Tabel Deskripsi Pernyataan Responden organisasi yang tepat untuk diterapkan pada
Variabel sebuah organisasi, diperlukan adanya dukungan
Gaya Kepemimpinan Transformasional dan partisipasi dari seluruh anggota yang terlibat
dalam ruang lingkup organisasi tersebut. Budaya
No Pernyataan Setuju Tidak yang dianut bersama diharapkan dapat membuat
Setuju karyawan merasa nyaman bekerja, memiliki
1 Pemimpin 14 16 komitmen dan kesetiaan serta membuat
menumbuhkan rasa (46,67%) (53,33%) karyawan berusaha lebih keras, dan memberikan
percaya diri saya kepuasan terhadap kerja karyawan serta terus
dalam melakukan menampilakan kinerja yang terbaik.
pekerjaan
2 Pemimpin 19 11
memberikan (63,33%) (36,67%) Tabel Deskripsi Pernyataan Responden
petunjuk kepada Variabel Budaya Organisasi
saya bagaimana No Pernyataan Setuju Tidak
Setuju

2|P a ge
1 Pemimpin memiliki 11 19 peningkatan produktivitas karyawan dan
dan memberi contoh (36,67%) (63,33%) peningkatan kinerja perusahaan secara
semangat kerja yang keseluruhan (Scott, Anthony dan Govindarajan
baik serta Merchant dalam Lina, 2014).
2 Saya peduli pada 16 14
masalah yang (53,33%) (46,67%)
dihadapi perusahaan Tabel Deskripsi Pernyataan Responden
dan berusaha Variabel Reward
menyelesaikannya.
3 Saya berusaha 15 15 No Pernyataan Setuju Tidak
mengembangkan (50,00%) (50,00%) Setuju
pengetahuan agar 1 Saya menerima 19 11
mampu melakukan kompensasi yang (63,33%) (36,67%)
pekerjaan dengan sesuai dengan
lebih baik prestasi kerja
4 Saya giat bekerja 18 12 2 Pemberian insentif 16 14
karena adanya (60,00%) (40,00%) kepada karyawan (53,33%) (46,67%)
kesempatan yang sudah sesuai
diberikan perusahaan dengan prestasi,
untuk menduduki beban kerja dan
posisi tertentu tanggung jawab
Sumber: hasil pra survey 2018 karyawan
3 Jaminan sosial 15 15
Budaya organisasi merupakan nilai-nilai yang diberikan (50,00%) (50,00%)
yang berkembang dalam suatu organisasi, di perusahaan kepada
karyawan sudah
mana nilai-nilai tersebut digunakan untuk
sesuai dengan
mengarahkan perilaku anggota-anggota ketentuan yang
organisasi (Soedjono, 2005). Perilaku karyawan berlaku
tersebut dipengaruhi oleh lingkungan tempat 4 Tunjangan jabatan 13 17
mereka bekerja yang dibentuk melalui budaya yang diberikan (43,33%) (56,67%)
organisasi, di mana keberadaan budaya dalam perusahaan kepada
suatu organisasi diharapkan akan meningkatkan karyawan sudah
kinerja karyawan. Budaya organisasi dikenal sesuai dengan
luas sebagai fondasi sistem dan aktivitas ketentuan yang
manajemen dalam setiap organisasi (Harber et al berlaku
1997). Kinerja karyawan yang berdampak pada 5 Bayaran di luar 17 13
gaji pokok seperti (56,67%) (43,33%)
produktivitas kerja perusahaan tidak lepas
uang lembur atau
rewards yang diberikan oleh perusahaan. yang lainnya telah
Perusahaan diharapkan mampu mempertahankan diberikan sesuai
karyawannya yang berkualitas serta menjaga dengan tugas-
mereka agar dapat terus termotivasi, salah tugas yang
satunya dengan menetapkan suatu sistem atau dijalankan
strategi tertentu untuk memberikan karyawan
keseimbangan antara kontribusi yang diharapkan Sumber: hasil pra survey 2018
dengan apa yang telah diberikan dalam bentuk
imbalan atau penghargaan tertentu Reward adalah feedback positif yang
(Puwanenthiren, 2011). Imbalan yang baik diberikan oleh perusahaan atas pencapaian yang
merupakan cara yang efektif untuk melibatkan telah dilakukan oleh karyawan, dengan kata lain
karyawan dengan pekerjaan dan perusahaan reward yang diberikan kepada karyawan akan
mereka. Pemberian kompensasi atau reward memotivasi karyawan untuk meningkatkan
yang layak dalam wujud moneter (monetary kinerja karyawan (Galih Koencoro, 2014).
rewards), seperti insentif tahunan (annual Penghargaan dapat digunakan sebagai alat untuk
incentives), dan dalam wujud non moneter mendorong atau memotivasi karyawan untuk
(psychological rewards) seperti promosi jabatan, bekerja dengan baik sesuai dengan tanggung
pemberian otonomi dan tanggung jawab jawabnya bahkan melebihi target pekerjaan yang
memiliki pengaruh yang positif terhadap telah ditetapkan perusahaan. Dalam manajemen,

3|P a ge
penghargaan merupakan salah satu alat untuk digambarkan sebagai perilaku pemimpin yang
mengingkatkan motivasi kerja para karyawan. membuat para pengikutnya mengagumi,
Metode ini bisa mendorong perbuatan dan menghormati dan sekaligus mempercayainya.
kelakuan karyawan agar selalu merasa bahagia, Dimensi yang kedua disebut sebagai
senang, dan biasanya akan membuat mereka inspirational motivation (motivasi inspirasi).
melakukan suatu perbuatan yang baik secara Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional
berulang-ulang. Selain memotivasi, penghargaan digambarkan sebagai pemimpin yang mampu
juga bertujuan agar seseorang menjadi lebih giat mengartikulasikan pengharapan yang jelas
lagi usahanya untuk memperbaiki atau terhadap prestasi bawahan, mendemonstrasikan
meningkatkan prestasi yang telah dicapai. komitmennya terhadap seluruh tujuan
Sistem reward selain dapat meningkatkan organisasi, dan mampu menggugah spirit tim
kinerja manajerial, juga dapat menurunkan dalam organisasi melalui penumbuhan
kinerja manajerial apabila mereka merasa bahwa entusiasme dan optimisme. Dimensi yang ketiga
kompensasi yang mereka terima tidak sebanding disebut sebagai intellectual stimulation
dengan hasil kerja mereka dan tujuan untuk (stimulasi intelektual). Pemimpin
meningkatkan kinerja tidak tercapai. transformasional harus mampu menumbuhkan
ide-ide baru, memberikan solusi yang kreatif
KAJIAN TEORI terhadap permasalahan-permasalahan yang
Gaya Kepemimpinan Transformasional dihadapi bawahan, dan memberikan motivasi
Burns (2008) merupakan salah satu kepada bawahan untuk mencari pendekatan-
penggagas yang secara eksplisit mendefinisikan pendekatan yang baru dalam melaksanakan
kepemimpinan transformasional. Menurutnya, tugas-tugas organisasi. Dimensi yang terakhir
untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik disebut sebagai individualized consideration
tentang model kepemimpinan transformasional, (konsiderasi individu). Dalam dimensi ini,
model ini perlu dipertentangkan dengan model pemimpin transformasional digambarkan
kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan sebagai seorang pemimpin yang mau
transaksional didasarkan pada otoritas birokrasi mendengarkan dengan penuh perhatian
dan legitimasi di dalam organisasi. Pemimpin masukan-masukan bawahan dan secara khusus
transaksional pada hakekatnya menekankan mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
bahwa seorang pemimpin perlu menentukan apa bawahan akan pengembangan karir.
yang perlu dilakukan para bawahannya untuk Bryman (2002) menyebut
mencapai tujuan organisasi. Menurut kepemimpinan transformasional sebagai
Yammarino dan Bass (2010), pemimpin kepemimpinan baru (the new leadership),
transformasional harus mampu membujuk para sedangkan Sarros dan Butchatsky (2006)
bawahannya melakukan tugas-tugas mereka menyebutnya sebagai pemimpin penerobos
melebihi kepentingan mereka sendiri demi perubahan-perubahan yang mendasar dan besar
kepentingan organisasi yang lebih besar. dalam kehidupan dan pekerjaan mereka dalam
Yammarino dan Bass (2010) juga menyatakan mencapai hasil-hasil yang diinginkannya.
bahwa pemimpin transformasional Pemimpin penerobos mempunyai pemikiran
mengartikulasikan visi masa depan organisasi yang metanoiac, dan dengan bekal pemikiran ini
yang realistik, menstimulasi bawahan dengan sang pemimpin mampu menciptakan pergesaran
cara yang intelektual, dan menaruh parhatian paradigma untuk mengembangkan praktek-
pada perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh praktek organisasi yang sekarang dengan yang
bawahannya. Dengan demikian, seperti yang lebih baru dan lebih relevan. Metanoia berasal
diungkapkan oleh Tichy dan Devanna (2010), dari kata Yunani meta yang berarti perubahan,
keberadaan para pemimpin transformasional dan nous/noos yang berarti pikiran. Dengan
mempunyai efek transformasi baik pada tingkat perkembangan globalisasi ekonomi yang makin
organisasi maupun pada tingkat individu. nyata, kondisi di berbagai pasar dunia makin
Bass dan Avolio (2004) mengemukakan ditandai dengan kompetisi yang sangat tinggi
bahwa kepemimpinan transformasional (hyper-competition). Tiap keunggulan daya
mempunyai empat dimensi yang disebutnya saing perusahaan yang terlibat dalam permainan
sebagai "the Four I's". Dimensi yang pertama global (global game) menjadi bersifat sementara
disebutnya sebagai idealized influence (transitory).
(pengaruh ideal). Dimensi yang pertama ini

4|P a ge
Budaya Organisasi produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai
Budaya organisasi adalah suatu falsafah tantangan di masa yang akan dating
dengan didasari pandangan hidup sebagai nilai- (Yudhaningsih, 2011). Dalam budaya yang kuat,
nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga nilai-nilai inti organisasi dipegang teguh dan
pendorong yang dibudayakan dalam suatu dijunjung bersama. Semakin banyak anggota
kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi yang menerima nilai-nilai inti dan semakin besar
perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta komitmen mereka terhadap berbagai nilai itu,
tindakan yang terwujud sebagai kerja (Supriyadi semakin kuat budaya tersebut. Dengan demikian
dan Guno, 2007). Budaya organisasi juga budaya yang kuat akan memiliki pengaruh yang
berkaitan erat dengan pemberdayaan karyawan besar terhadap perilaku anggota-anggotanya
(employee empowerment) di suatu organisasi. karena kadar kebersamaan dan intensitas yang
Budaya organisasi dapat membantu kinerja tinggi menciptakan suasana internal berupa
karyawan, karena menciptakan suatu tingkat kendali perilaku yang tinggi (Robbins dan
motivasi yang besar bagi karyawan untuk Judge, 2008).
memberikan kemampuan terbaiknya dalam
memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh Kinerja Karyawan
organisasinya (Pratama, 2012). Budaya Istilah kinerja sebenarnya
organisasi adalah falsafah, ideologi, nilai-nilai, pengalihbahasan dari bahasa inggris
anggapan, keyakinan, harapan, norma-norma “Performance” yang dapat memberikan tiga
dan sikap yang dimiliki oleh suatu kelompok arti; prestasi, pertunjukan, pelaksanaan tugas.
secara bersama dan mengikat. (Andhatu Achsa Bernardin dan Russel (2010) adalah yang
et al, 2011). Sedangkan menurut Robbins dan pertama memberikan definisi tentang
Coulter (2010) budaya organisasi adalah nilai- performance sebagai berikut: ”Performance is
nilai, prinsip-prinsip, tradisi, dan cara-cara defined as the record of outcomes produce on a
bekerja yang dimiliki, dipercaya secara bersama spesific job function or activity during a
oleh seluruh anggota organisasi dan specified time period”. Kinerja/prestasi adalah
mempengaruhi bagaimana mereka bertindak. catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari
Robbins (2007) menyatakan bahwa budaya fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan
organisasi adalah sistem makna bersama yang tertentu selama kurun waktu tertentu. Kinerja
dianut oleh setiap anggota yang membedakan adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan
suatu organisasi dengan organisasi lainnya. oleh suatu karyawan yang mengandung elemen
Pendapat lain menurut Umam (2010) budaya seperti kuantitas dari hasil, kualitas dari hasil,
organisasi adalah sistem nilai yang diyakini, ketepatan waktu dari hasil, kehadiran, dan
dapat dipelajari dapat diterapkan, serta dapat kemampuan bekerja sama menurut Mathis dan
dikembangkan secara berkelanjutan. Budaya Jackson (2011). Sedangkan menurut
organisasi dapat digunakan sebagai pemersatu, Mangkunegara (2014) kinerja karyawan berasal
perekat, identitas, citra, pengembangan yang dari kata Job Performance atau Actual
berbeda dengan organisasi-organisasai lainnya Performance (prestasi kerja) merupakan hasil
yang dapat dipelajari dan diteruskan ke generasi kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang
selanjutnya, serta menjadi acuan perilaku dicapai oleh seseorang karyawan dalam
individu dalam organisasi dalam mencapai suatu mengerjakan tugasnya atas tanggung jawab yang
tujuan tertentu. diberikan kepadanya. Tika (2014) menyatakan
Budaya organisasi adalah suatu sistem bahwa kinerja adalah hasil-hasil fungsi
nilai yang diperoleh dan dikembangkan oleh pekerjaan atau kegiatan seseorang atau
organisasi dan pola kebiasaan dan falsafah dasar kelompok tertentu dalam suatu organisasi yang
pendirinya, yang terbentuk menjadi aturan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam
digunakan sebagai pedoman dalam berfikir dan mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu
bertindak dalam mencapai tujuan organisasi. tertentu. Kinerja menurut Torang Syamsir
Budaya yang tumbuh menjadi kuat mampu (2014) adalah kuantitas dan kualitas hasil kerja
memacu organisasi ke arah perkembangan yang individu maupun kelompok pada suatu
lebih baik (Robbins dalam Heriyanti, 2007). organisasi dalam mengerjakan tugas pokok dan
Budaya organisasi memiliki tujuan untuk fungsi yang sesuai dengan norma, standar
mengubah sikap dan juga perilaku sumber daya operasional prosedur, kriteria serta ukuran yang
manusia yang ada agar dapat meningkatkan telah ditetapkan oleh organisasi tersebut.

5|P a ge
Seorang karyawan akan memiliki tingkat kinerja appropriate and can be used again the future.”
yang tinggi apabila terdapat kesesuaian antara Robbins dan Judge (2008) penghargaan terhadap
pekerjaan dan kemampuannya. Apabila hal karyawan terdiri dari penghargaan intrinsik
tersebut dapat terpenuhi, maka akan timbul dapat berupa program pengakuan karyawan dan
perasaan tanggung jawab terhadap pekerjaannya penghargaaan ekstrinsik dapat berupa sistem
dan kesediaan untuk ikut berpartisipasi dalam kompensasi. Program pengakuan karyawan
mencapai tujuan organisasi melalui pelaksanaan berkisar dari ucapan “terima kasih” yang
tugas-tugas secara maksimal (Taurisa dan spontan dan pribadi sampai program formal
Ratnawati, 2012). yang diumumkan secara luas. Jenis-jenis reward
Menurut Hasibuan (2009) “ Kinerja yang bisa diterima para pekerja cukup
adalah sejumlah aktivitas fisik dan mental yang bervariasi, yang kesemuanya dimaksudkan
dilakukan seseorang untuk mengerjakan suatu untuk memenuhi komitmen karyawan sehingga
pekerjaan”. Sedangkan menurut Mathis dan tercipta kinerja karyawan.
Jackson (2009), menyatakan bahwa ” kinerja Reward yang paling menarik bagi
pada dasarnya apa yang dilakukan atau tidak karyawan adalah uang, karena dapat digunakan
dilakukan karyawan”. Dan mengemukakan membeli barang-barang yang dibutuhkan oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja masing-masing individu. Hal ini sejalan dengan
karyawan atau karyawan, yaitu: kuantitas pemikiran Luthans (2009), menyatakan “Money
(input), kualitas (output), hasil (outcome), dan is the most obvious organizational reward, but
manfaat (benefits). Mangkunegara (2009) the non financial reward and receiving
mengatakan, bahwa istilah kinerja berasal dari increased attention.In fact, one comprehensive
kata “job performance” atau “actual review of surveys that ask the value employees
performance” yaitu unjuk kerja atau prestasi place on various reward found that non
sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang financial reward were ranked much higher than
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan financial ones.” Sementara itu, Menurut Gibson
tanggung jawab yang diberikan kepadanya. et.al. (2006) ”Intrinsic rewards are important
Sedermayanti (2011) mengemukakan bahwa for develoving organizational management.
kinerja individu itu adalah bagaimana seseorang Organizational able to meet employees‟s needs
melaksanakan pekerjaannya atau unjuk kerja. by providing achievement opportunities and by
Dari pengertian ini terlihat kinerja merupakan recognizing achievement when it occurs have
perbuatan atau proses yang dapat dinilai oleh significant impact on commitment. Thus,
orang lain. Kinerja merupakan suatu kondisi managers need to develop intrinsic reward
yang harus diketahui dan diinformasikan kepada system that focus on personal importance or self
pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat esteem to intregrate individual and
pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan organizational goals and to design challenging
dengan visi yang diemban suatu organisasi serta jobs.”
mengetahui dampak positif dan negatif dari Pemikiran McShane dan Glinow (2003)
suatu kebijakan operasional yang diambil. menyatakan bahwa “Organizational reward
employees for theim membership and seniority,
Reward job status, competencies, and performance.
Penghargaan (reward) menjadi Each reward objective has its advantages an
motivator atau pendorong karyawan untuk disadvantages”. Luthans (2009) juga
berprestasi secara optimal. Pemberian memberikan pendapat “Organization provide
penghargaan yang ideal harus menjamin bahwa rewards to their personnel in order try to
mereka yang mempunyai kinerja yang baik akan motivate their performance and encourage their
mendapatkan hasil besar. Galbraith (2007) loyalty and retention. Organization reward take
mengatakan “ The reward system motivates a number of different forms including money
employees and reinforces the behaviors that add (salary, bonuses, incentive pay) recognition and
value to the organization through salary, benefits.” Perusahaan diharapkan mampu
bonuses, stock, recognition, and benefits.’’ mempertahankan karyawannya yang berkualitas
Pendapat lain menurut Locke (2009), “a reward serta menjaga mereka agar dapat terus
is something valued by the target termotivasi, salah satunya dengan menetapkan
person.”Menurut Daft (2012) penghargaan “also suatu sistem atau strategi tertentu untuk
informs the person that the behavior was memberikan keseimbangan antara kontribusi

6|P a ge
yang diharapkan dengan apa yang telah lebih melalui pengujian hipotesis. Pada
diberikan dalam bentuk imbalan atau penelitian ini peneliti berusaha menjelaskan
penghargaan tertentu (Puwanenthiren, 2011). hubungan antar variabel gaya kepemimpinan
Imbalan yang baik merupakan cara yang efektif transformasional, budaya organisasi dan kinerja
untuk melibatkan karyawan dengan pekerjaan karyawan. Sedangkan variabel reward menjadi
dan perusahaan mereka. Pemberian kompensasi variabel moderasi.
atau reward yang layak dalam wujud moneter Penelitian ini menggunakan metode
(monetary rewards), seperti insentif tahunan penelitian deskriptif yang menggunakan
(annual incentives), dan dalam wujud non pendekatan kuantitatif, dengan desain asosiatif
moneter (psychological rewards) seperti kausal mencari dan mengkaji hubungan antar
promosi jabatan, pemberian otonomi dan variabel yaitu gaya kepemimpinan
tanggung jawab memiliki pengaruh yang positif transformasional, budaya organisasi, reward, dan
terhadap peningkatan produktivitas karyawan kinerja karyawan PT. Transfacific Finance
dan peningkatan kinerja perusahaan secara Jakarta. Teknik pengambilan sampel dalam
keseluruhan (Scott, Anthony dan Govindarajan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
serta Merchant dalam Lina, 2014). Reward Simple Random Sampling dengan pendekatan
adalah feedback positif yang diberikan oleh Slovin dengan toleransi kesahalan 5% (Lela,
perusahaan atas pencapaian yang telah dilakukan 2018), sampel yang didapat sebanyak 120
oleh karyawan, dengan kata lain reward yang responden. Data yang digunakan dalam
diberikan kepada karyawan akan memotivasi penelitian ini adalah Data Primer, yaitu data
karyawan untuk meningkatkan kinerja karyawan yang diperoleh dari pemilik data (responden).
(Galih Koencoro, 2014). Penghargaan dapat Data yang dikumpulkan menggunakan teknik
digunakan sebagai alat untuk mendorong atau survey dengan kuisioner sebagai alat. Kuesioner
memotivasi karyawan untuk bekerja dengan baik dibuat dari beberapa referensi, yang kemudian
sesuai dengan tanggung jawabnya bahkan dimodifikasi dalam bentuk pernyataan,
melebihi target pekerjaan yang telah ditetapkan selanjutnya untuk mengukur sikap, pendapat,
perusahaan. dan persepsi responden, penelitian menggunakan
Skala Likert. Sebelum kuesioner disebarkan,
Kerangka Pemikiran terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji
reliabilitas, terhadap instrument penelitian.
Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis jalur yang menganalisis efek langsung
dan tidak langsung, juga menganalisis indikator
untuk menguji validitas dan reliabilitas dengan
alat analisis perangkat lunak yang digunakan
Parsial Least Square (PLS).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Dalam langkah ini, dikembangkan
Sumber: Dikembangkan dalam penelitian ini
diagram model SEM yang tujuannya akan
mempermudah untuk melihat hubungan-
hubungan kausal yang ingin diuji. Dalam
METODE PENELITIAN
diagram ini, hubungan antar konstruk akan
Dalam penelitian ini, digunakan jenis
dinyatakan melalui anak panah. Anak panah
penelitian explanatory research yang
yang lurus menunjukkan sebuah hubungan
menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode
kausal yang langsung antara satu kontruk
explanatory research merupakan metode
dengan kontruk lainnya. Tiga kriteria
penelitian yang bermaksud menjelaskan
pengukuran digunakan dalam teknik analisis
kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta
data menggunakan SmartPLS untuk menilai
pengaruh antara satu variabel dengan variabel
model. Menurut Jogiyanto (2009) sebelum
yang lain. Berdasarkan jenis penelitian tingkat
melakukan pengujian hipotesis untuk
penjelasan, maka tipe penelitian ini adalah
memprediksi hubungan antar variabel laten
penelitian asosiatif yang bertujuan untuk
dalam modal struktural, pengujian model
mengetahui hubungan antar dua variabel atau
pengukuran harus dilakukan terlebih dahulu

7|P a ge
untuk verifikasi indikator serta variabel laten. Pertimbangan Individual 0,7442
Pengujian ini meliputi pengujian validitas Psikologis 0,8540
konstruk (convergent validity dan dicriminant Reward 0,8090
validity) dan pengujian reliabilitas konstruk. Uji Sumber Data diolah 2018
validitas dilakukan untuk mengetahui
kemampuan instrumen penelitian mengukur apa Nilai R-square Gaya Kepemimpinan
yang seharusnya diukur. Sedangkan uji Transformasional sebesar 0,378. Hal ini
reliabilitas digunakan untuk mengukur memiliki arti bahwa variabilitas konstruk
konsistensi alat ukur dalam mengukur suatu Kinerja Karyawan dapat dijelaskan oleh
konsep. Untuk menguji validitas dan reliabilitas variabilitas konstruk Gaya Kepemimpinan
dapat digunakan dengan merancang model Transformasional sebesar 37,8% sedangkan
pengukuran atau outer model. sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar
model yang diteliti. Semakin besar angka R-
square menunjukkan semakin besar variabel
independen tersebut dapat menjelaskan variabel
dependen sehingga semakin baik persamaan
strukturalnya. Nilai R-square Budaya
Organisasi sebesar 0,715. Hal ini memiliki arti
bahwa variabilitas konstruk Kinerja Karyawan
dapat dijelaskan oleh variabilitas konstruk
Budaya Organisasi sebesar 71,5% sedangkan
sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar
model yang diteliti. Semakin besar angka R-
square menunjukkan semakin besar variabel
independen tersebut dapat menjelaskan variabel
Gambar model setelah item tidak valid didrop dependen sehingga semakin baik persamaan
strukturalnya. Nilai R-square Reward sebesar
Pengujian inner model atau model 0,809. Hal ini memiliki arti bahwa variabilitas
struktural dilakukan untuk melihat hubungan konstruk Kinerja Karyawan dapat dijelaskan
antar konstruk, nilai signifikansi dan R- oleh variabilitas konstruk Reward sebesar 80,9%
square dari model penelitian. sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain
Hasil output SmartPls : di luar model yang diteliti. Semakin besar
angka R-square menunjukkan semakin besar
Tabel variabel independen tersebut dapat menjelaskan
Hasil R Square variabel dependen sehingga semakin baik
R Square persamaan strukturalnya. Berdasarkan output di
Adaptablitas 0,8861
atas menunjukkan bahwa nilai R-square
Budaya Organisasi 0,7150
Reward sebagai variabel moderasi pengaruh
Budaya Organisasi * Reward 1,6170
Efektivitas 0,5903
Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja
Finansial 0,7750 Karyawan sebesar 0,406. Hal ini memiliki arti
Gaya Kepemimpinan bahwa variabilitas konstruk Reward dapat
Transformasional 0,3780 dijelaskan sebagai variabel moderasi untuk
Gaya Kepemimpinan variabilitas konstruk Gaya Kepemimpinan
Transformasional * Reward 0,4060 Transformasional sebesar 40,6%. Hal ini dapat
Inspirasi 0,8628 diartikan bahwa variabel Reward mampu
Kemandirian 0,6886 memperkuat pengaruh variabel Gaya
Ketepatan Waktu 0,6779 Kepemimpinan Transformasional terhadap
Keterlibatan 0,5969 variabel Kinerja Karyawan. Nilai R-square
Kharisma 0,5959 Reward sebagai variabel moderasi atas pengaruh
Kinerja Karyawan 0,5286 Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan
Konsistensi 0,4937 sebesar 1,617. Hal ini memiliki arti bahwa
Kualitas 0,5763 variabilitas konstruk Reward dapat dijelaskan
Kuantitas 0,5040
sebagai variabel moderasi atas pengaruh
Misi 0,1242
variabilitas konstruk Budaya Organisasi

8|P a ge
terhadap Kinerja Karyawan sebesar 161,7%. Hal Tabel
ini dapat diartikan bahwa variabel Reward Ringkasan Path Coefficients
mampu memperkuat pengaruh variabel Budaya Hasil Uji Pengaruh Antar Variabel
Organisasi terhadap variabel Kinerja Karyawan. Koefsiensi T P
Untuk mengetahui kebaikan model digunakan Jalur statistik value
dengan mengukur R Square sebagai nilai absolut Gaya 0,3335 1,7971 0,042
kontribusi individu dari masing-masing variabel Kepemimpinan
prediktor laten pada nilai R Square variabel Transformasional
 Kinerja
laten. Menurut Hair et al dalam Masydzulhak et
Karyawan
al (2016) ukuran efek dikelompokkan menjadi Budaya 0,5765 2,786 0,000
tiga kategori: lemah (0,02), sedang (0,15) dan OrganisasiKinerja
kuat (0,35). Hasil output R Square sebagai Karyawan
berikut: Gaya Kepemimpinan 0,2919 1,3792 0,065
Transformasional*
Tabel Reward  Kinerja
Hasil Ringkasan R Square Karyawan
VARIABEL R-Square Kategori Budaya Organisasi* 1,4623 6,3969 0,000
Gaya Kepemimpinan 0,378 Kuat Reward  Kinerja
Transformasional  Karyawan
Kinerja Karyawan Reward -> Kinerja 0,9485 5,2235 0,000
Budaya OrganisasiKinerja 0,715 Sangat Karyawan
Karyawan Kuat Sumber Data diolah 2018
Reward Kinerja Karyawan 0,809 Sangat
Kuat Pengujian dilakukan dengan mengukur
Gaya Kepemimpinan 0,406 Kuat masing masing dimensi dengan indikatornya
Transformasional* Reward dengan melihat nilai koefisien parameter dan
 Kinerja Karyawan nilai signifikansi t statistik. Hasil output
Budaya Organisasi* Reward 1,617 Sangat SmartPLS dengan menggunakan calculate-PLS
 Kinerja Karyawan Kuat Bootstrapping sebagai berikut:
Sumber hasil olah data 2018
Tabel
Dari tabel 4.13 dapat disimpulkan bahwa
Ringkasan Path Coefficients
kontribusi variabel Budaya Organisasi terhadap
Hasil Uji Dimensi Variabel Penelitian
Kinerja Karyawan, Reward terhadap Kinerja Variabel Original T P Value
Karyawan, kategori sangat kuat sedangkan
Sampel Statistic
konstribusi variabel Gaya Kepemimpinan (O)
Transformasional terhadap terhadap Kinerja Gaya Kepemimpinan Transformasional
Karyawan kategorinya kuat. Selanjutnya efek Kharisma 0,772 24,287 0,000
moderasi Reward atas pengaruh Gaya Inspirasi 0,928 99,070 0,000
Kepemimpinan Transformasional terhadap Pertimbangan 0,862 42,374 0,000
Kinerja Karyawan berada dalam kategori kuat. Individual
Sedangkan efek moderasi variabel Reward atas Simulasi 0,906 63,971 0,000
pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Intelektual
Karyawan berada dalam kategori sangat kuat. Budaya Organisasi
Untuk melihat signifikansi pengaruh Gaya Misi 0,352 5,224 0,000
Kepemimpinan Transformasional terhadap Adaptabilitas 0,941 94,008 0,000
Kinerja Karyawan dan pengaruh Budaya Keterlibatan 0,773 27,380 0,000
Konsistensi
Organisasi terhadap Kinerja Karyawan dengan 0,703 15,591 0,000
Reward
masing-masing dimoderasi oleh Reward, yaitu
Finansial
dengan melihat nilai koefisien parameter dan Psikologis
0,8803 42,177 0,000
nilai signifikansi t . Hasil output SmartPLS 0,9241 78,441 0,000
statistik
dengan Kinerja Karyawan
menggunakan calculate-PLS Kualitas 0,865 24,475 0,000
Bootstrapping sebagai berikut: Kuantitas 0,902 20,209 0,000
Ketepatan Waktu 0,928 31,892 0,000
Efektivitas 0,768 22,332 0,000

9|P a ge
Kemandirian 0,829 31,914 0,000 Transformasional yang baik diharapkan
Sumber Data Diolah 2018 dapat mencapai tingkat Kinerja Karyawan
yang lebih tinggi.
Dimensi yang paling besar 2. Budaya Organisasi berpengaruh terhadap
konstribusinya dalam membentuk Gaya Kinerja Karyawan.
Kepemimpinan Transformasional adalah Berdasarkan hasil uji statistik
dimensi inspirasi sebesar 99,070, sedangkan diketahui bahwa Budaya Organisasi
dimensi adaptabilitas paling besar berkonstribusi berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan
dalam membentuk konstruk Budaya Organisasi karena nilai thitung > ttabel (2,786 > 1,657)
dengan nilai sebesar 94,008. Dalam membentuk atau P values < 0,05 (0,000 < 0,05). Hasil
Reward, dimensi reward psikologis dengan nilai ini menunjukkan terdapat pengaruh positif
78,441 yang paling besar berkonstribusinya, dan yang signifikan antara Budaya Organisasi
untuk pembentukan konstruk Kinerja Karyawan terhadap Kinerja Karyawan. Hal ini
dimensi kemandirian yang paling besar sejalan dengan penelitian, Heriyanti (2007),
berkonstribusi dengn nilai 31,914. Kusumawati (2008), Mariam (2009), dan
Berdasarkan perumusan masalah yang Trang (2013) yang menemukan Budaya
menjadi dasar penelitian, berikut merupakan Organisasi memiliki pengaruh positif dan
pembahasan sesuai dengan beberapa hasil uji signifikan terhadap Kinerja Karyawan.
yang sudah dilakukan; Semakin baik Budaya Organisasi pada
1. Gaya Kepemimpinan Transformasional suatu perusahaan maka akan meningkatkan
berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan, Kinerja Karyawan pada perusahaan
berdasarkan hasi uji statistik, Gaya tersebut. Dengan kata lain ketika
Kepemimpinan Transformasional perusahaan mampu menanamkan budaya
berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan, organisasi yang baik maka tentunya akan
karena nilai t hitung > t tabel (1,791 > 1,657) membuat karyawan dan manejemen
atau P values < 0,05 (0,042 < 0,05). Hasil perusahaan tersebut memiliki kinerja yang
ini menunjukkan terdapat pengaruh positif baik dan bermanfaat bagi kemajuan
yang signifikan antara Gaya Kepemimpinan perusahaan.
Transformasional terhadap Kinerja 3. Reward berpengaruh terhadap Kinerja
Karyawan. Hal ini sejalan dengan Karyawan.
penelitian Tria Mondiani (2012), Paraca, Berdasarkan hasil uji statistik
Qamar, Mirza dan Waqas (2012), menunjukkan bahwa Reward berpengaruh
Cavazotte, Moreno dan Bernardo (2013), terhadap Kinerja Karyawan karena nilai t
Subhi (2014), Yulianti (2015), Astuti hitung > t tabel (5,224 > 1,657) atau P values <
(2015), Pambudi, Mukzam, Gunawan 0,05 (0,000 < 0,05). Hasil ini menunjukkan
(2016), Harsono (2016), dan Jiang, Zhao terdapat pengaruh positif yang signifikan
dan Ni (2017) yang menemukan Gaya variabel Reward terhadap variabel Kinerja
Kepemimpinan Transformasional Karyawan. Hal ini sejalan dengan
meningkatkan Kinerja Karwayan, sehingga penelitian Subhi (2014), Astuti (2015) dan
Gaya Kepemimpinan Transformasional Harsono (2016) yang menemukan Reward
berpengaruh kepada Kinerja Karyawan. menunjukkan pengaruh positif dan
Bagi karyawan, penerapan Gaya signifikan terhadap Kinerja Karyawan.
Kepemimpinan Transformasional yang Semakin baik Reward pada suatu
tepat dapat mendorong kualitas diri perusahaan yang diberikan kepada
karyawan dan kompetensinya sehingga karyawannya maka akan meningkatkan
mampu meningkatkan kinerja, sedangkan Kinerja Karyawan tersebut. Dengan kata
bagi perusahaan akan peningkatan lain ketika karyawan merasakan adanya
kompetensi diri karyawan dapat bermanfaat Reward atas semua prestasi kerjanya
bagi perusahaa dalam meningkatkan kinerja selama bekerja tentunya akan membuat
perusahaan secara umum. Oleh karenanya karyawan tersebut memiliki kinerja yang
perusahaan harus memperhatikan dan tinggi dan bermanfaat bagi kemajuan
menerapkan Gaya Kepemimpinan perusahaan.
Transformasional dengan baik. Hal ini
bertujuan melalui Gaya Kepemimpinan

10 | P a g e
4. Reward memoderasi pengaruh Gaya Penutup
Kepemimpinan Transformasional terhadap Berdasarkan analisis hasil penelitian dan
Kinerja Karyawan. pembahasan pada bagian sebelumnya, maka
Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa: Gaya Kepemimpinan
statistik terlihat hasil output (original Transformasional berpengaruh terhadap Kinerja
sample) pengaruh Gaya Kepemimpinan Karyawan. Organisasi berpengaruh terhadap
Transformasional terhadap Kinerja Kinerja Karyawan. Reward berpengaruh
Karyawan tidak dimoderasi oleh variabel terhadap Kinerja Karyawan. Reward
Reward dengan nilai t hitung < t tabel (1,379 < memoderasi pengaruh Gaya Kepemimpinan
1,675) atau P values > 0,05 (0,065 > 0,05). Transformasional terhadap Kinerja Karyawan.
Hasil ini menunjukkan tidak terdapat Reward memoderasi pengaruh Budaya
pengaruh positif yang signifikan Reward Organisasi terhadap Kinerja Karyawan. Hasil
yang memoderasi pengaruh Gaya engujian antar dimensi menunjukkan bahwa
Kepemimpinan Transformasional terhadap dimensi yang paling besar konstribusinya dalam
Reward. Hal ini berbeda dengan hasil membentuk Gaya Kepemimpinan
penelitian Subhi (2014) yang menemukan Transformasional adalah dimensi inspirasi,
gaya kepemimpinan tranformasional sedangkan dimensi adaptabilitas paling besar
berpengaruh secara positif dan signifikan berkonstribusi dalam membentuk konstruk
terhadap kinerja karyawan dengan sistem Budaya Organisasi. Dalam membentuk Reward,
penghargaan sebagai variabel moderating. dimensi reward psikologis yang paling besar
Perbedaan hasil ini memungkinkan terjadi berkonstribusinya, dan untuk pembentukan
mengingat Reward tidak dapat memperkuat konstruk Kinerja Karyawan dimensi
atau pun memperlemah pengaruh Gaya kemandirian yang paling besar memberikan
Kepemimpinan Transformasional terhadap konstribusi. Dimensi yang paling besar
Kinerja Karyawan. Gaya Kepemimpinan konstribusinya dalam membentuk Gaya
Transformasional berpengaruh secara Kepemimpinan Transformasional adalah
postitif dan signifikan terhadap Kinerja dimensi inspirasi, sedangkan dimensi
Karyawan tanpa perlu dimoderasi oleh adaptabilitas paling besar berkonstribusi dalam
variabel lain dalam hal ini variabel Reward. membentuk konstruk Budaya Organisasi. Dalam
5. Reward memoderasi pengaruh Budaya membentuk Reward, dimensi reward psikologis
Organisasi terhadap Kinerja Karyawan. yang paling besar berkonstribusinya, dan untuk
Berdasarkan hasil pengujian pembentukan konstruk Kinerja Karyawan
statistik terlihat hasil output (original dimensi kemandirian yang paling besar
sample) pengaruh Budaya Organisasi berkonstribusi.
terhadap Kinerja Karyawan dimoderasi oleh Berdasarkan keterbatasan yang ada dalam
variabel Reward dengan nilai t hitung < t tabel penelitian ini, studi masa depan dapat
6,397 > 1,675) atau P values < 0,05 (0,000< memperluas model yang diterapkan dalam
0,05). Hasil ini menunjukkan terdapat penelitian ini untuk memprediksi niat dan
pengaruh positif yang signifikan variabel penggunaan sistem informasi. Hal ini dapat
Reward yang memoderasi pengaruh Budaya dilakukan dengan menambahkan variabel yang
Organisasi terhadap Kinerja Karyawan. Hal dapat mempengaruhi Kinerja Karyawan, dilihat
ini sejalan dengan penelitian Pamungkas dari perhitungan nilai R-square di mana masih
dan Franksiska (2018) yang menemukan ada variabel potensial di luar model yang
adanya pengaruh yang signifikan variabel mempengaruhi Kinerja Karyawan.
Budaya Organisasi terhadap Kinerja
Karyawan yang dimoderasi oleh Variabel Daftar Pustaka
Reward. Jika budaya organisasi dilakukan Avolio, B.J., Zhu, W., Koh, W., and Bhatia, P.
dengan maksimal atau dengan teratur maka 2007. Transformational Leadership and
akan berdampak pada kinerja karyawan Organizational Commitment: Mediating
yang semakin meningkat atau tinggi. Untuk Role of Psychological Empowerment
reward ternyata setelah diuji dapat and Moderating Role of Structural
memoderasi antara pengaruh budaya Distance. Journal of Organizational
organisasi terhadap kinerja karyawan. Behavior, Vol. 25, pp. 951-968.

11 | P a g e
Bass B.M., & Avolio B.J., Berson Y, Jung. D.I. Kartono, Kartini. 2008. Pemimpin dan
2004. Predicting Unit performance by Kepemimpinan. Jakarta: PT. Rajawali
Assesing Transformational and Grafindo Persada.
Transactional Leadership. Journal of Kotter, P. & Heskett, L. 1992. Corporate
Applied Psycology, 88(2) 207-218. Culture and Performance. New York:
Bernardin, H. John and Russel. 2010. Human Macmillan.
Resource Management. New York: Lina dan Dewi. 2014. Analisis Pengaruh
McGraw-Hill. Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi
Bryman, Alan. 2002. Effective Leadership in Terhadap Kinerja karyawan Dengan
Higher Education. School of Sistem Reward Sebagai Variabel
Management, University of Leicester. Moderating. Volume 14 Nomer 1.
Dessler, G. 1992. Manajemen Sumber Daya Locke, E. A. 2009. Pay For Performance.
Manusia. Jilid 1. Jakarta: PT. Indeks Handbook of Principles of Organization
Prentice Hall. Behavior. Indispensable Knowledge for
Galbraith J. 2007. Designing Your Organization: Evidence based Management (Second.).
Using the STAR Model to Solve 5 United Kingdom: Wiley.
Critical Design Challenges. Jossey- Luthans, Fred. 2009. Perilaku Organisasi. Edisi
Bass. 10. Yogyakarta: Penerbit ANDI,
Gibson, James L. John M. Ivansevich dan James Mangkunegara, Anwar Prabu. 2009. Manajemen
H. Donnelly,Jr., dan Robert Konopaske. Sumber Daya Manusia. Bandung: PT.
2006. Organiations. New York: Remaja Rosda Karya.
McGraw-Hill. Mariam, Rani. 2009. Pengaruh Gaya
Handoko, T. Hani. 1993. Organization Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi
Perusahaan Teori Struktur Dan Terhadap Kinerja Karyawan Melalui
Perilaku. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE Kepuasan Kerja Karyawan Sebagai
UGM. Variabel Intervening Studi Pada Kantor
Harber, D.G., N.M. Ashkanasy & V.J. Callan. Pusat PT.Asuransi Jasa Indonesia
1997. Implementing quality service in a (Persero). Tesis,Universitas Diponegoro
public hospital setting: A path-analytic Semarang.
study of the organizational antecedents Marcoulides, G. & Heck, R. 1993.
of employee perceptions and outcomes. Organizational culture and
Public Productivity & Management performance: Proposing and testing a
Review, Vol. 21, No. 1, pp. 13-29. model. Organization Science, 4(2), 209-
Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Manajemen 225.
Dasar, Pengertian, Dan Masalah. Mathis, Robert L dan Jackson Jonh H. 2009.
Jakarta: PT Bumi Aksara. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Hater, J. J. dan Bass, B. M. 1988. Superiors’ Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.
Evaluations and Subordinates’ McShane, Steven, M. Von Glinow, 2003.
Perceptions of Transformational and Organizational Behavior. Edition No. 5.
Transactional Leadership.” Journal of Chicago, IL: McGraw Hill.
Applied Psychology, 73: 695 – 702. Ogbonna, E.and L.C. Harris, 2000. Leadership
Heriyanti, Dewita. 2007. Analisis Pengaruh Style, Organizational Culture and
Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja, Performance: Empirical Evidence From
dan Gaya Kepemimpinan terhadap UK Companies. International Journal of
Kinerja Karyawan dengan Komitmen Human Resource Management 11:4
Organisasional sebagai Variabel August, p.766-788.
Interving Pada PT. PLN APJ Semarang. Pratama, Yoga. 2012. Pengaruh Budaya
Semarang: Universitas Diponegoro. Organisasi Terhadap Kinerja karyawan
Koencoro, Galih. 2014. Pengaruh Reward dan Pada kantor Kecamatan Nanggung
Punishment Terhadap Kinerja (Survei Kabupaten Bogor. Depok. Universitas
Pada Karyawan PT. INKA (persero) Indonesia. Universitas Negeri
Madiun). Malang: Universitas Yogyakarta.
Brawijaya. Puwanenthiren, Pratheepkanth. 2011. Capital
Structure And Financial Performance:

12 | P a g e
Evidence From Selected Business Supriyadi, Gering. dan Guno, Tri. 2007. Budaya
Companies In Colombo Stock Exchange Kerja Organisasi Pemerintah: Modul
Sri Lanka Journal. University of Jaffna, Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Sri Lanka. Golongan III. Jakarta. Lembaga
Rahadi, Dedi Rianto. 2010. Manajemen Kinerja Administrasi Negara.
Sumber Daya Manusia. Malang: Suwanto. 2011. Manajemen Sumber Daya
Tunggal Mandiri Publishing. Manusia dalam Organisasi Publik dan
Rees, Erik. 2001. Seven Principles of Bisnis. Alfabeta. Bandung
Transformational Leadership: Creating Terry, George R. 2003. Prinsip-Prinsip
A Synergy of Energy. Diakses pada May Manajemen. Cetakan 10. Jakarta: PT.
6, 2018, dari Bumi Aksara.
http://cicministry.org/commentary/issue Taurisa dan Intan Ratnawati. 2012. Analisis
85_warren_article.pdf Pengaruh Budaya Organisasi dan
Rivai, Veithzal dan Deddy Mulyadi. 2003. Kepuasan Kerja terhadap Komitmen
Kepemimpinan dan Perilaku Organisasional dalam Meningkatkan
Organisasi. Jakarta: PT Rajagrafindo Kinerja Karyawan. Jurnal Bisnis dan
Persada. Ekonomi.Vol. 19, No. 2, 2012.
Robbins, Stephen P. 2007. Perilaku Organisasi.
Jilid 1 dan 11. Terjemahan oleh
Hadyana Puja Atmaja. Jakarta:
Prenhallindo.
Rousseau, D. M. 1990. New hire perceptions of
their own and their employer’s
obligations: A study of psychological
contracts. Journal of Organizational
Behaviour, 11(5), 389-400.

Saluy, A. B. THE ROLE OF


TRANSFORMATIONAL
LEADERSHIP STYLE,
COMPENSATION, AND JOB
SATISFACTION ON TURNOVER
INTENTION.
http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/
t!@file_artikel_abstrak/Isi_Artikel_164
462989705.pdf
Saluy, A. B., & Gustiah, I. P. The Influence of
Transformational Leadership Style,
Motivation and Organizational
Communication on Employee
Performance. Scholars Journal of
Economics, Business and Management.
Jul, 2018; 5(7): 686-693

Sarros, J.C., & Butchatsky, O. 2006. Leadership.


Australia’s Top CEOs: Finding Out
What Makes Them the Best. Sidney:
Harper Business.
Soedjono. 2005. Pengaruh Budaya Organisasi
terhadap Kinerja Organisasi dan
Kepuasan Kerja Karyawan pada
Terminal Penumpang Umum di
Surabaya. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan Vol. 7 No. 1. STIESIA
Surabaya.
13 | P a g e
Tika, Pabundu. 2010. Budaya Organisasi dan
Peningkatan Kinerja Perusahaan.
Cetakan ke-3. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Torang, Syamsir. 2014. Organisasi dan
Manajemen (Perilaku, Struktur,
Budaya & Perubahan Organisasi.
Alfabeta. Bandung.
Wukir. 2013. Manajemen Sumber Daya
Manusia Dalam Organisasi Sekolah.
Cetakan I, Yogyakarta: Multi
Presindo.
Yammarino, F.J., W.D. Spangler & B.M.
Bass. 2010. Transformational
leadership and performance: A
longitudinal
investigation. Leadership Quarterly.
Yudhaningsih, Resi. 2011. Peningkatan
Efektivitas Kerja Melalui Komitmen,
Perubahan dan Budaya Organisasi.
Jurnal Pengembangan Humaniora,
Vol.11 No.1.
Yukl, G. 2008. Kepemimpinan Dalam
Organisasi. Jakarta: PT INDEKS.

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai