Pengembangan Perbankan Syariah Melalui Pendekatan Diferensiasi Produk - Esai - RTF2023
Pengembangan Perbankan Syariah Melalui Pendekatan Diferensiasi Produk - Esai - RTF2023
Oleh:
M. Afin
Daftar Isi
BAB 1 ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB 2 ..................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .................................................................................................... 4
BAB 3 ..................................................................................................................... 7
KESIMPULAN ...................................................................................................... 7
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang Masalah
Menurut Kajian Transformasi Perbankan Syariah yang disusun OJK pada
tahun 2018, salah satu isu strategis yang menghambat akselerasi pengembangan
perbankan syariah adalah belum adanya diferensiasi model bisnis yang signifikan.1
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sendiri, diferensiasi model bisnis bisa
dicapai, salah satunya, dengan menciptakan produk (layanan) baru yang
memberikan kesan unik sekaligus ciri khas dari perbankan syariah yang
membedakannya dengan perbankan konvensional.2
1
Otoritas Jasa Keuangan, Roadmap Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia 2020-2025, hlm.
viii
2
Ibid, hlm. 28.
3
Ibid, hlm. 28
1
Di sisi lain, OJK menyadari potensi besar yang dimiliki pondok pesantren
dalam mengimplementasikan arah pengembangan perbankan syariah yang
dirancangnya.4 Namun, sekali lagi, Lembaga negara independen itu belum sampai
memberikan tawaran bentuk layanan apa yang berpotensi mengikat hubungan
kemitraan dengan pondok pesantren.
Maka dari itu, mengangkat kajian ini menjadi penting untuk memberikan
tawaran yang inovatif dan kreatif terkait produk (layanan) perbankan syariah yang
berpotensi menjadi wahana kerjasama dengan pondok pesantren, sekaligus
berpotensi menjadi ciri khas yang unik dari perbankan syariah dan berkemungkinan
kecil —untuk tidak mengatakan tidak bisa— diterapkan di perbakan konvensional
sebagaimana program OJK.
4
Ibid, hlm. 67.
5
Pasal 1 ayat 7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan
Syariah
6
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan
Syariah
2
diatur dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia Pasal 34
Ayat 1. 7
7
Adrian Sutedi, S.H., M.H., Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, cet. Ke-1 (Jakarta Timur: Raih
Asa Sukses, 2014), hlm. 42.
8
Wiliam J Station, Prinsip Pemasaran, vol. 1 (Jakarta: Erlangga, 1984), hlm. 222.
9
David E Richard, Manajemen (Jakarta: PT. Salemba Empat, 2013), hlm. 376.
10
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Terj. Hendra Teguh, Ronny A Rusli, Benyamin Molan
(Jakarta: Prehallindo, 2005), hlm. 347.
11
Hermawan Kertajaya, Hermawan Kertajaya On Marketing, cet. Ke-4 (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2006), hlm. 193.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Kerangka Arah Pengembangan Perbakan Syariah Rekomendasi OJK
Salah satu pilar arah pengembangan perbankan syariah yang disusun
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah penguatan identitas perbankan syariah.
Sedangkan untuk menuju ke arah penguatan identitas, OJK memberikan langkah-
langkah, di antaranya ialah mengembangkan keunikan produk Bank Syariah
sebagai bentuk diferensiasi model bisnis (produk/layanan) perbankan syariah di
industri perbankan. Karena absennya diferensiasi model bisnis merupakan isu
strategis yang menghambat laju pertumbuhan perbankan syariah. Untuk
menumbuhkan kreativitas dan inovasi dalam menciptakan produk layanan yang
unik dan tidak dapat diterapkan dalam perbankan konvensional, OJK memeberikan
beberapa masukan, diantaranya ialah mendorong pengembangan produk yang dapat
memberikan nilai tambah kepada nasabah, antara lain bisa berupa produk/layanan
yang memiliki manfaat fungsional (functional benefit) sekaligus manfaat spritual
(spiritual benefit). Di samping itu, produk tersebut juga harus memenuhi kebutuhan
nasabah secara universal.
12
Direktorat Pendidikan Agama Islam. (2022). Jumlah Pondok Pesantren, Guru dan Santri Menurut
Provinsi. (https://satudata.kemenag.go.id/dataset/detail/jumlah-pondok-pesantren,-guru,-dan-
santri-menurut-provinsi)
13
Otoritas Jasa Keuangan, op.cit. hlm. 64
4
2.2 Implementasi Arah Pengembangan Perbankan Syariah Sesuai
Rekomendasi Ojk
Sebagaimana disinggung sebelumnya, bahwa dalam upaya pengembangan
perbankan syariah, OJK telah memberikan dorongan untuk menciptakan produk
yang unik sekaligus menjadi pembeda dengan perbankan konvensional. Di samping
itu, OJK juga merekomendasikan perbankan syariah untuk mengoptimalkan
penggunaan bank syariah di semua institusi pendidikan Islam, salah satunya ialah
pondok pesantren.
14
Lihat juga dalam Heru Kreshna Reza, Elektronik Payment, cet.ke-1 (Cirebon-Jawa Barat: Yayasan
Wiyata Bestari Samasta, 2017), hlm. 56.
Chazh.Id PT. Cazh Teknologi Inovasi, Kartu Santri Digital, (Banyumas: PT. Cazh Teknologi
Inovasi, t.th), hlm. 1.
5
2.3 Relevansi Program layanan Pembayaran Biaya Pesantren Melalui Bank
Syariah dengan Strategi Diferensiasi Produk
Program layanan pembayaran biaya pendidikan santri melalui Bank Syariah
dapat dipandang sebagai produk/layanan yang berpotensi menjadi ciri khas Bank
Syariah dan keunikannya, serta berkemungkinan kecil —untuk tidak mengatakan
tidak bisa— ditempuh oleh pesaing (bank konvensional). Dengan demikian,
program tersebut berpotensi membuka jalan ke arah pengembangan perbankan
syariah dengan pendekatan diferensiasi produk/layanan, atau dengan kata lain
menciptakan diding pembeda antara bank syariah dan bank konvensional.
15
Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI Nomor 54 Tahun 2006 Tentang Syariah Card
6
BAB 3
KESIMPULAN
Dari rangkaian pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagaimana berikut:
SENARAI PUSTAKA
Buku
Chazh.Id PT. Cazh Teknologi Inovasi. Tanpa Tahun. Kartu Santri Digital.
Banyumas: PT. Cazh Teknologi Inovasi.
E Richard, David. 2013. Manajemen. Jakarta: PT. Salemba Empat.
J Station, Wiliam. 1984. Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Reza, Heru Kreshna. 2017. Elektronik Payment. Cirebon-Jawa Barat: Yayasan
Wiyata Bestari Samasta.
Kertajaya, Hermawan. 2006. Hermawan Kertajaya On Marketing. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran, Terj. Hendra Teguh, Ronny A Rusli,
Benyamin Molan. Jakarta: Prehallindo.
Sutedi, Adrian. 2014. Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan. Jakarta Timur: Raih
Asa Sukses.
Undang-Undang dan Peraturan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan
Syariah
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI Tentang Syariah Card
Website
7
Direktorat Pendidikan Agama Islam. (2022). Jumlah Pondok Pesantren, Guru dan
Santri Menurut Provinsi. (https://satudata.kemenag.go.id/dataset/detail/jumlah-
pondok-pesantren,-guru,-dan-santri-menurut-provinsi)