Anda di halaman 1dari 28

f

Bankindonesia05
Usaha Mikro, Usaha Kecil dan, Usaha Menengah memiliki peran strategis dalam
perekonomian nasional dilihat dari dominasi jumlah unit usaha yang mencapai 62,92 juta
unit atau 99,99% dari total unit usaha. Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah
juga mempunyai kontribusi yang besar dalam penyerapan tenaga kerja (97,02%), PDB
(61,1%), dan ekspor (14,4%). 1

Bank Indonesia secara konsisten berupaya memberikan kontribusi terbaik dalam


pengembangan usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah. Berdasarkan Peraturan
Dewan Gubernur Nomor 19/ 13/PDG/2017 tentang Kebijakan Pengembangan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah Bank Indonesia, pengembangan usaha mikro, usaha kecil, dan
usaha menengah Bank Indonesia dilakukan untuk mendukung tugas Bank Indonesia dalam
menjaga Stabilitas Moneter, Stabilitas Sistem Keuangan, dan Stabilitas Sistem Pembayaran.
Implementasi pengembangan usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah dilakukan di
KPWDN di seluruh Indonesia bekerjasama dengan pemangku kepentingan di daerah.

Potensi ekonomi lokal yang sangat besar dan beragam mencakup hampir seluruh
sektor ekonomi menuntut strategi pengembangan usaha mikro, usaha kecil, dan usaha
menengah lebih difokuskan pada komoditas atau produk atau jenis usaha unggulan daerah
yang prioritas untuk dikembangkan dan dapat secara efektif mendukung pembangunan
ekonomi lokal yang berkesinambungan dan pencapaian sasaran Bank Indonesia.

Untuk mengetahui prioritas komoditas atau produk atau jenis usaha unggulan
daerah, Bank Indonesia sejak lama telah mengembangkan penelitian Baseline Economic
Survey (BLS). Penelitian ini berupaya mengidentifikasi potensi ekonomi suatu daerah. Dalam
perkembangannya, sejak tahun 2006, penelitian BLS lebih diarahkan kepada penelitian
pengembangan potensi ekonomi daerah yang memberikan informasi kepada stakeholders
mengenai Komoditas atau Produk atau Jenis Usaha (KPJU) yang potensial untuk dijadikan
unggulan daerah yang dapat dikembangkan. KPJU difokuskan pada usaha mikro, usaha
kecil, dan usaha menengah yang merupakan pelaku mayoritas di daerah.

Data dan informasi dalam Penelitian KPJU Unggulan Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan
Usaha Menengah meliputi aspek makro dan aspek mikro. Aspek makro berupa kebijakan
daerah dalam rangka pengembangan usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah.
Sementara pada aspek mikro, meliputi kondisi dan potensi usaha mikro, usaha kecil, dan
usaha menengah. Hasil penelitian tersebut akan didiseminasikan melalui Minisite Info Usaha

1 Sumber dari BPS dan Kementerian Koperasi dan UMKM RI,2017


Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah yang dapat diakses melalui website resmi Bank
Indonesia pada alamat website www.bi.go.id.

Penelitian KPJU Unggulan Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah
menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang dimodifikasi atau modified
AHP. Disebut demikian karena penelitian ini juga menggunakan Metode Borda dan Metode
Bayes dalam menetapkan KPJU Unggulan Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah
kecamatan, kota/kabupaten, dan provinsi. AHP adalah suatu alat analisis yang didukung
oleh pendekatan matematika sederhana, yang dipergunakan untuk memecahkan
permasalahan decision making seperti pengambilan kebijakan atau penyusunan prioritas
(Marimin, 2004).

Dengan penelitian tersebut, nantinya tiap kecamatan dan kota/ kabupaten di suatu
provinsi diharapkan memiliki KPJU Unggulan Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha
Menengah dari berbagai sektor ekonomi yang patut dan cocok untuk dikembangkan.
Kriteria unggulan dapat dilihat dari beberapa perspektif:

a. Perspektif Tujuan
Dalam perspektif ini penentuan KPJU Unggulan mempertimbangkan tindak lanjut
atau tujuan atau target yang ingin dicapai, misalnya meyakinkan investor untuk
menanamkan uangnya di bisnis KPJU Unggulan yang terpilih dengan jaminan return
yang cepat, atau untuk memberikan stimulasi bagi usaha mikro dan kecil yang
berpotensi unggul di masa datang.
b. Perspektif Keberpihakan
Pemilihan KPJU Unggulan dengan melibat unsur keberpihakan, misalnya
keberpihakan pada pengusaha lokal.
c. Perspektif Skenario Kebijakan
KPJU dapat disebutkan unggulan, karena pada kondisi saat ini KPJU lebih unggul
dibandingkan dengan yang lain tanpa melihat adanya kontradiksi dengan skenario
kebijakan pemerintah normatif. Sebagai contoh, show room mobil bekas dengan
wacana adanya skenario kebijakan pembatasan kendaraan pribadi dan usia
kendaraan.
d. Perspektif Business Life Cycle (BLC)
Kriteria unggulan juga akan mempertimbangkan siklus usaha, apakah dalam tahap
matang (mature) karena saat ini unggul dibanding KPJU yang lain, meskipun
kemungkinan besar akan mengalami penurunan ( decline), atau saat ini tidak terlalu
unggul namun berpotensi besar menjadi unggulan di masa depan (tahap
pertumbuhan/growth). Keberadaan KPJU Unggulan pada satu tahap siklus tertentu
akan memberikan konsekuensi pada perspektif strategi pengembangan maupun
pengambilan kebijakan dan keputusan setiap pemangku kepentingan. Sebagai
contoh apakah pemilihan KPJU Unggulan bertujuan untuk pengembangan usaha
(yang sudah ada/intensif) atau memperbanyak usaha yang bergerak dalam KPJU
tersebut (ekstensif). Memprioritaskan kebijakan ekonomi melalui pengembangan
KPJU Unggulan di suatu kecamatan dan kota/kabupaten sebagai upaya untuk
menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
untuk mengurangi angka/ tingkat kemiskinan di daerah. Pada akhirnya, hal tersebut
diharapkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.
TUJUAN PENELITIAN

1. Mengenal dan memahami mengenai:


a. Profil daerah meliputi kondisi geografis, demografis, perekonomian dan potensi
sumber daya.
b. Profil usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah di wilayah penelitian termasuk
faktor pendorong dan penghambat dalam pengembangan usaha mikro , usaha
kecil, dan usaha menengah serta perkembangan kredit usaha mikro, usaha kecil,
dan usaha menengah oleh perbankan atau lembaga keuangan.
c. Kebijakan pemerintah baik pemerintah pusat atau pemerintah daerah terkait
dengan pengembangan usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah.
2. Memberikan informasi tentang KPJU Unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk
dikembangkan di suatu provinsi, kota/kabupaten, dan kecamatan dalam rangka:
a. Mendukung pembangunan ekonomi daerah.
b. Penciptaan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja.
c. Peningkatan daya saing daerah.
3. Memberikan informasi tentang masing-masing KPJU Unggulan serta permasalahan yang
timbul di masing-masing sektor dan lintas sektor di masing-masing Kota/ Kabupaten dan
provinsi, antara lain terkait bahan baku, tenaga kerja, teknologi yang digunakan,
produksi, kondisi permintaan, harga, dan lokasi
4. Memberikan informasi tentang KPJU Potensial, yaitu KPJU yang saat ini belum menjadi
unggulan, namun memiliki potensi menjadi unggul di masa datang apabila
mendapatkan perlakuan atau kebijakan tertentu.
5. Memberikan rekomendasi berupa:
a. KPJU Unggulan dan KPJU Potensial yang perlu/dapat dikembangkan di masing-
masing Kota/Kabupaten.
b. Peran perbankan dalam pengembangan KPJU Unggulan
c. Kebijakan kepada pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota), yang dikaitkan
dengan kebijakan pemerintah pusat, dalam rangka pengembangan KPJU Unggulan.

Dalam laporan, bobot atau proporsi pemaparan dari butir (1) sebesar 30%, gabungan
butir (2) dan (3) sebesar 40%, butir (4) 1O%, dan butir (5) 20% dari seluruh laporan.

RUANG LINGKUP SURVEI DAN PENELITIAN

1. Proses penelitian meliputi pengumpulan data primer, pengumpulan data


sekunder, analisis dan evaluasi data/ informasi yang diperoleh untuk
menetapkan KPJU Unggulan dan KPJU Potensial serta penginputan hasil
penelitian data KPJU tingkat kecamatan, kota/kabupaten, dan provinsi
melalui Aplikasi KPJU.

2. Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei langsung kepada


narasumber di lapangan.
3. Wilayah penelitian meliputi seluruh kota/kabupaten di Provinsi X, terdiri dari:
a. Kota/kabupaten 1
b. Kota/kabupaten 2
c. Kota/kabupaten 3
d. dst.

dan meliputi ± xx kecamatan.

4. Survei dan penelitian terhadap KPJU Unggulan dilaksanakan untuk


mengidentifikasi dan menetapkan KPJU Unggulan yang dikategorikan
sebagai unggulan daerah pada tingkat kecamatan, kota/kabupaten, dan
provinsi.
5. KPJU adalah suatu jenis barang atau jasa atau kegiatan usaha yang memiliki
nilai ekonomi.
6. KPJU Unggulan adalah KPJU yang mendukung perekonomian daerah,
mampu menciptakan dan menyerap tenaga kerja, memiliki prospek serta
mempunyai daya saing yang tinggi. KPJU Unggulan dilakukan pada tingkat
kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi. KPJU yang tergolong unggulan
adalah KPJU di masing-masing sektor dan/atau lintas sektor yang menempati
ranking 1 s.d 5 berdasarkan hasil penjaringan dan penyaringan KPJU
Unggulan pada tingkat kecamatan, yang kemudian dilakukan penetapan
KPJU Unggulan di tingkat kabupaten/kota, serta penetapan KPJU Unggulan
di tingkat provinsi.
7. KPJU Potensial adalah KPJU unggulan yang tidak memasuki urutan lima
besar, namun memiliki potensi untuk menjadi KPJU Unggulan dengan
adanya perlakuan atau kebijakan tertentu. KPJU yang tergolong potensial
adalah KPJU yang menempati ranking 6 s.d. 10 setelah dilakukan
perhitungan dan penetapan KPJU Potensial pada tingkat kabupaten/kota dan
provinsi.
8. Sektor Ekonomi yang termasuk dalam cakupan penelitian merupakan
kelompok sektor ekonomi yang tercakup pada Klasifikasi Baku Lapangan
Usaha Indonesia (KBLI) terkini yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS).
9. Definisi usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah adalah sebagaimana
disebutkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha, Mikro, Kecil
dan Menengah, yaitu:
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan
usaha perorangan, dengan kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagai berikut:
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,- (lima puluh
juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000 (tiga
ratus juta Rupiah).
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha
Kecil atau Usaha Besar dengan kriteria kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan sebagai berikut:
1. Memilik kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,- (lima ratus juta
Rupiah) sampai dengan paiing banyak Rp10.000.000.000,- (sepuluh
miliar Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,- (dua
miliar lima ratus juta Rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,- (lima puluh miliar Rupiah).
10. Materi penelitian mencakup identifikasi dan analisis mengenai:
a. Profil daerah untuk provinsi dan untuk masing-masing kota/ kabupaten,
antara lain meliputi struktur geografis, demografi, ekonomi, potensi
sumber daya dan aspek lainnya yang terkait.
b. Profil usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah di provinsi dan di
masing-masing kota/kabupaten termasuk potensi, peluang, faktor
pendorong dan penghambat dalam pengembangan usaha mikro, usaha
kecil, dan usaha menengah.
c. Kebijakan Pemerintah (pusat/daerah) dalam rangka pengembangan usaha
mikro, usaha kecil, dan usaha menengah dan KPJU Unggulan.
d. Peranan perbankan dalam pengembangan usaha mikro, usaha kecil, dan
usaha menengah, khususnya KPJU Unggulan di wilayah penelitian, antara
lain berupa data kredit usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah
sampai dengan kota/kabupaten.
e. Penetapan KPJU Unggulan untuk masing-masing subsektor/ sector dan
atau lintas sektoral di daerah penelitian (tingkat kecamatan,
kota/kabupaten dan provinsi).
f. Informasi atau permasalahan yang dihadapi dalam rangka pengembangan
KPJU di masing-masing kota/kabupaten di provinsi.
g. KPJU Potensial yang dapat dikembangkan untuk menjadi KPJU Unggulan
di tingkat kota/kabupaten, dan provinsi.
h. Rekomendasi kebijakan kepada pemerintah daerah (provinsi dan
kota/kabupaten) dalam pengembangan KPJU Unggulan.
i. KPJU Unggulan dan KPJU Potensial yang diidentifikasi adalah sampai
dengan nama KPJU akhir pada sektor tertentu sebagaimana disebutkan
dalam KBLI yang diterbitkan oleh BPS. Khusus untuk Sektor Pertanian
Kehutanan, dan Perikanan, identifikasi dilakukan pada tingkat sektor,
subsektor dan nama KPJU akhir. Sementara untuk sektor lainnya,
identifikasi dilakukan hanya pada tingkat sektor dan nama KPJU akhir.
11. Cakupan fungsi penginputan data hasil penelitian KPJU melalui aplikasi KPJU
Web adalah:
a. Sebagai user Admin KPJU Web, yang memiliki peran sebagai koordinator
mengelola User Author, melakukan verifikasi data hasil penginputan User
Author, dan melakukan penginputan data ringkasan eksekutif KPJU
Unggulan.
b. Sebagai user author, yang memiliki peran melakukan input hasil
penelitian KPJU tingkat kecamatan, kota/kabupaten, dan provinsi.
METODE PENELITIAN

1. Pendekatan
Pendekatan yang diacu dalam penelitian adalah:
a. KPJU Unggulan merupakan KPJU yang berpotensi dan mempunyai prospek dalam
rangka pengembangan ekonomi wilayah, penyerapan kerja, dan peningkatan daya
saing.
b. KPJU Unggulan merupakan KPJU dari, oleh, dan untuk daerah yang bersangkutan.
Atas dasar pendekatan ini, penelitian dilakukan dengan pendekatan partisipatif
dalam pengertian bahwa penetapan bobot kriteria dan KPJU Unggulan melibatkan
pemangku kepentingan.
c. KPJU Unggulan ditetapkan untuk tujuan yang kongkrit berdasarkan kriteria yang
komprehensif, yaitu mencakup kriteria faktor input, proses, dan output dari kegiatan
usaha KPJU.
d. KPJU Unggulan ditetapkan berdasarkan proses seleksi/penyaringan yang bersifat
bottom-up (yaitu berawal dari seleksi KPJU Unggulan di tingkat kecamatan,
kemudian tingkat kota/kabupaten, dan tingkat provinsi.
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data serta informasi penelitian terdiri dari:
a. Data Primer, yaitu data dan informasi yang diperoleh secara langsung melalui kegiatan
survei lapangan, Focus Group Discussion (FGD), dan/atau indepth interview
(wawancara) kepada narasumber/responden di tingkat kecamatan, kota/kabupaten
dan provinsi.
b. Data Sekunder, yaitu data dan informasi yang diperoleh dari
dokumen/publikasi/laporan penelitian dari dinas/instansi maupun sumber data lainnya
yang menunjang.
3. Daerah survei untuk penelitian meliputi:
a. Seluruh kecamatan dan kota/kabupaten di suatu provinsi yang ditetapkan sebagai
wilayah penelitian.
b. Apabila daerah survei untuk penelitian tidak memungkinkan dilaksanakan di
seluruh wilayah kecamatan dan/atau kota/kabupaten yang ada karena berbagai
pertimbangan dan keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian, maka penetapan
kecamatan dan kota/ kabuaten sebagai daerah penelitian dilakukan dengan
mempertimbangkan keterwakilan dari karakteristik wilayah secara geografis
(pantai/pesisir, daratan, dataran tinggi/pegunungan), jumlah unit usaha mikro,
usaha kecil, dan usaha menengah, kontribusi dalam pembentukan PDRB provinsi
serta kebijakan Pemerintah Daerah (provinsi dan kota/kabupaten).
4. Metode analisis yang digunakan adalah:
a. Metode Bayes atau Bayesian Decision Theory merupakan suatu metode pendekatan
secara statistik untuk menghitung trade-offs di antara keputusan yang berbeda-beda
dengan menggunakan probabilitas yang menyertai suatu pengambilan keputusan
tersebut (Marimin, 2004);
b. Metode Borda merupakan metode yang digunakan untuk menetapkan urutan
peringkat (Marimin, 2004). Metode Borda (dikembangkan Jean-Charles de Borda, abad
18) digunakan untuk menganalisis keberagaman variabel yang diteliti sehingga dapat
menentukan suatu alternatif terbaik dari beberapa alternatif yang dipilih.
c. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu analisis yang didukung
oleh pendekatan matematika sederhana dan dapat dipergunakan untuk memecahkan
permasalahan pengambilan keputusan (decision making) seperti pengambilan
kebijakan atau penyusunan prioritas (Marimin, 2004).
d. Analisis Business Iife Cycle (BLC) merupakan analisis yang digunakan untuk melihat
posisi suatu KPJU dalam tahap introduksi, tahap pertumbuhan (growth), tahap matang
(mature), atau sudah mencapai tahap kejenuhan dan cenderung menurun ( decline)
berdasaran data time series. Dalam hal tidak tersedia data time series untuk KPJU, maka
analisa BLC dapat dilakukan melalui mekanisme FGD dan/atau indepth interview
dengan narasumber yang kompeten ( expert).
e. Analisis Inflasi merupakan analisis yang digunakan untuk melihat sejauh mana KPJU
Unggulan tersebut memiliki sumbangan pada pembentukan inflasi di masing-masing
provinsi. Apabila KPJU Unggulan tersebut bukan penyumbang inflasi secara langsung
maka perlu dianalisis komoditi pembentuknya. Sebagai contoh, untuk KPJU Unggulan
berupa roti, maka analisis dilakukan terhadap gandum atau beras.
f. Analisis SWOT merupakan metode perencanaan strategis yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities),
dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini
melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek yang
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan tidak dalam
mencapai tujuan tersebut.
5. Tahapan pengumpulan dan analisis data
a. Pengumpulan data primer dilakukan melalui kegiatan survei ke lapangan kepada
responden/narasumber sbb:
1. Indepth Interview (wawancara) kepada narasumber/ responden di seluruh
kecamatan di setiap wilayah kota/kabupaten.
2. Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dengan narasumber dilaksanakan di
tingkat provinsi dan kota/kabupaten yang telah ditetapkan sebagai daerah
penelitian. Untuk setiap provinsi dan kota/ kabupaten masing-masing akan
dilaksanakan FGD sebanyak 2 (dua) kali dengan mempertimbangkan beberapa
kemungkinan disesuaikan dengan kondisi dan situasi di lokasi.
a. FGD Tingkat Provinsi
Kegiatan FGD Pertama di tingkat provinsi sebelum pelaksanaan penelitian
lapang sebagai informasi awal kepada stakeholders dan untuk menentukan
bobot Tujuan, bobot Faktor, dan bobot Kriteria yang akan diberlakukan
untuk seluruh wilayah penelitian di provinsi yang bersangkutan. FGD Kedua
dilaksanakan dalam rangka penyampaian hasil konfirmasi penetapan KPJU
Unggulan, mendapatkan masukan tentang solusi masalah, dan
kebijakan/program untuk pengembangan KPJU Unggulan, dan Informasi
terkait tahap pertumbuhan KPJU Unggulan menurut Business Ljfe Cycle.
b. FGD Tingkat Kota/Kabupaten
Kegiatan FGD Pertama di tingkat kota/kabupaten dilaksanakan untuk
menyampaikan rencana penelitian kepada stakeholders serta memperoleh
penilaian dari narasumber/ pemangku kepentingan terhadap pemilihan KPJU
Unggulan menurut kriteria yang telah ditetapkan. Pada FGD Pertama ini juga
dilakukan pembobotan Sektor Ekonomi dalam rangka mencapai tujuan
penetapan KPJU Unggulan. Dalam hal data hasil FGD belum memadai, maka
penjaringan pendapat stakeholders dilakukan melalui FGD di masing masing
instansi atau indepth interview (wawancara).
Kegiatan FGD Kedua dilaksanakan sebagai tahapan konfirmasi hasil penilaian
KPJU Unggulan dan KPJU Potensial yang telah dilakukan konsultan melalui
metode yang telah ditetapkan. Dalam FGD ini diharapkan mendapat masukan
tentang solusi masalah dan kebijakan/program untuk pengembangan KPJU
Unggulan, dan informasi terkait tahap pertumbuhan KPJU Unggulan menurut
Business Life Cycle.
b. Tahap Pembobotan
1. Pada FGD di tingkat kota/kabupaten dilakukan pembobotan sektor/ subsektor
ekonomi yang akan digunakan untuk penetapan KPJU Unggulan lintas sektoral
di tingkat kota/kabupaten.
2. Pada FGD di tingkat provinsi dilakukan pembobotan Tujuan, Faktor, dan Kriteria
dalam rangka penetapan KPJU Unggulan.
a. Variabel pembobotan Tujuan terdiri dari 1) pertumbuhan ekonomi, 2)
penciptaan lapangan kerja, dan 3) peningkatan daya saing daerah. Hasil
pembobotan akan digunakan sebagai dasar penetapan KPJU Unggulan di
seluruh kecamatan dan kota/ kabupaten.
b. Variabel pembobotan Faktor terdiri dari 1) input, 2) proses, dan 3) output
kegiatan usaha. Hasil pembobotan akan digunakan sebagai dasar penetapan
KPJU Unggulan di seluruh kota/ kabupaten.
c. Variabel pembobotan Kriteria terdiri dari:
i. Variabel Kriteria yang digunakan untuk penetapan KPJU Unggulan di
tingkat Kecamatan terdiri dari 1) potensi ekonomi kecamatan, yang
mencakup luas areal, jumlah produksi, jumlah rumah tangga, jumlah
unit usaha, atau jumlah populasi sesuai dengan KPJU-nya, bersumber
dari statistik kecamatan, laporan UPD atau sumber data sekunder
lainnya, 2) ketersediaan bahan baku, 3) jangkauan pemasaran
produk, dan 4) sumbangan terhadap perekonomian lokal. Penentuan
bobot Kriteria dilakukan dengan menggunakan metode AHP. Nilai
pembobotan kriteria berlaku sama untuk setiap Kecamatan yang
menjadi daerah penelitian.
ii. Variabel Kriteria yang digunakan untuk penetapan KPJU Unggulan di
tingkat kota/kabupaten terdiri dari 1) kebutuhan tenaga kerja
terampil, 2) bahan baku, 3) modal usaha, 4) sarana produksi/usaha,
5) teknologi, 6) dampak lingkungan, 7) sosial budaya, 8) pengelolaan
usaha, 9) pasar/pemasaran, 10) nilai tambah, 11) penyerapan tenaga
kerja, dan 12) sumbangan terhadap perekonomian. Penentuan
bobot kriteria dilakukan dengan menggunakan metode AHP. Nilai
pembobotan kriteria berlaku sama untuk setiap kota/kabupaten yang
menjadi daerah penelitian.
c. Tahap Penentuan KPJU Unggulan di Tingkat Kecamatan
1. Berdasarkan longlist daftar KPJU untuk seluruh kecamatan pada suatu
kota/kabupaten yang diperoleh dari data sekunder (BPS dan dinas terkait)
maupun sumber lainnya, dilakukan verifikasi di tingkat kecamatan. Berdasarkan
hasil verifikasi longlist daftar KPJU dilakukan penetapan KPJU tingkat kecamatan
dengan menggunakan 4 (empat) kriteria berikut:
a. Potensi setiap kecamatan, yaitu luas areal, jumlah produksi, jumlah rumah
tangga, jumlah unit usaha, atau jumlah populasi menurut KPJU yang
bersumber dari statistic kecamatan, laporan Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) atau sumber data sekunder lainnya.
b. Pasar, dengan kriteria jangkauan pemasaran komoditas/ produk (persepsi
narasumber).
c. Ketersediaan bahan baku/ sarana produksi/ sarana pertanian dana/ atau
sarana usaha (persepsi narasumber).
d. Kontribusi KPJU terhadap perekonomian tingkat kecamatan (persepsi
narasumber)
Penilaian untuk setiap alternatif KPJU dilakukan melalui kegiatan FGD
terbatas di tingkat kecamatan atau melalui kegiatan indepth interview
kepada narasumber di tingkat kecamatan yaitu terdiri dari camat, mantri tani
atau PPL, mantri statistik atau Koordinator Statistik Kecamatan (KSK), pejabat
atau staf seksi perekonomian kecamatan, dan/atau tokoh masyarakat yang
mengetahui potensi ekonomi daerah setempat (disesuaikan dengna kondisi
kecamatan di masing-masing daerah). Jumlah responden di setiap
kecamatan minimal sebanyak 3 (tiga) orang.
Analisis dalam rangka penetapan KPJU di tingkat kecamatan dilakuan
dengan menggunakan Metode Bayes, yaitu dengan melakukan proses
perkalian antara nilai alternatif KPJU dengan bobot kriteria dari KPJU yang
bersangkutan.
2. Berdasarkan hasil analisis Bayes maka ditetapkan minimal 1 (satu) KPJU
Unggulan dan maksimal 5 (lima) KPJU Unggulan berdasarkan nilai skor yang
diperoleh untuk setiap sektor/ subsektor ekonomi yang teridentifikasi di tingkat
kecamatan.
d. Tahap Penentuan Kandidat KPJU di Tingkat Kota/Kabupaten
Berdasarkan hasil KPJU dari seluruh kecamatan di suatu kota/kabupaten dengan
Metode Bayes, dilakukan penentuan kandidat KPJU Unggulan di tingkat
kota/kabupaten dengan menggunakan Metode Borda. Berdasarkan hasil
perhitungan dengan Metode Borda ditetapkan maksimal 10 (sepuluh) kandidat
KPJU untuk setiap sektor/ subsektor ekonomi di tingkat kota/ kabupaten untuk dipilih
sebagai KPJU Unggulan kota/kabupaten.
e. Tahap Penentuan KPJU Unggulan menurut Sektor/Subsektor Ekonomi dengan
Metode AHP di Tingkat Kota/Kabupaten
Tahap penentuan KPJU Unggulan dilaksanakan dalam rangka proses penyaringan
utu menetapkan KPJU Unggulan per sektor/subsektor ekonomi pada tingkat kota/
kabupaten berdasarkan 1 2 kriteria yang telah ditetapkan, dengan panduan
penilaian sebagai berikut:
1. Faktor Input
a. Kebutuhan Tenaga Terampil
KPJU-X dinilai relatif lebih unggul dibandingkan KPJU-Y, jika KPJU-X
membutuhkan tenaga kerja dengan tingkat keterampilan yang relatif lebih
rendah dibandingkan dengan KPJU-Y.
b. Bahan Baku (khusus untuk KPJU Sektor Industri Pengolahan).
KPJU-X dinilai relatif lebih unggul dibandingkan KPJU-Y, jika untuk KPJU-X
bahan bakunya relatif lebih tersedia atau lebih berkesinambungan
ketersediaannya dibandingkan bahan baku untuk KPJU-Y.
c. Modal
KPJU-X dinilai relatif lebih unggul dibandingkan KPJU-Y, jika untuk KPJU-X
membutuhkan modal usaha atau biaya usaha yang relatif lebih kecil
dibandingkan untuk KPJU-Y.
d. Sarana Usaha/Produksi
KPJU X dinilai relatif lebih unggul dibandingkan KPJU-Y jika untuk KPJU-X
sarana produksinya relatif lebih tersedia atau lebih berkesinambungan
ketersediaannya dibandingkan sarana produksi untuk KPJU-Y.
2. Faktor Proses/Operasi
a. Teknologi
KPJU-X dinilai relatif lebih unggul dibandingkan KPJU-Y, jika untuk KPJU-X
membutuhkan atau menggunakan teknologi yang relatif lebih
sederhana/mudah dibandingkan KPJU-Y. KPJU-X dinilai relatif lebih unggul
dibandingkan KPJU-Y, jika untuk KPJU-X teknologinya relatif lebih
tersedia/mudah diperoleh dibandingkan KPJU-Y.
b. Dampak Lingkungan
KPJU-X dinilai relatif lebih unggul dibandigkan KPJU-Y jika untuk KPJU-X
kegiatan prosesnya relatif kurang atau tidak berpotensi mencemari
lingkungan dibandingkan KPJU-Y.
c. Sosial Budaya
KPJU-X dinilai relatif lebih unggul dibandingkan KPJU-Y, jika untuk KPJU-X
proses usahanya relatif lebih merupakan warisan budaya daerah
dibandingkan KPJU-Y.
KPJU-X dinilai relatif lebih unggul dibandingkan KPJU-Y jika untuk KPJU-X
relatif lebih merupakan ciri khas lokal dibandingkan KPJU-Y.
d. Pengelola Usaha
KPJU-X dinilai relatif lebih unggul dibandingkan KPJU-Y, jika untuk KPJU-X
pengelolaan proses/usahanya relatif lebih sederhana/ mudah dibandingkan
KPJU-Y.
3. Faktor Output
a. Prospek Pasar
KPJU-X dinilai relatif lebih unggul dibandingkan KPJU-Y, jika untuk KPJU-X
jangkauan wilayah pasar produknya relatif lebih luas dibandingkan KPJU-Y.
KPJU-X dinilai relatif lebih unggul dibandingkan KPJU-Y, jika untuk KPJU-X
prospek pasar produknya relatif lebih luas dibandingkan KPJU-Y.
b. Nilai Tambah
KPJU-X dinilai relatif lebih unggul dibandingkan KPJU-Y, jika untuk KPJU-X
nilai tambah yang dihasilkan relatif lebih tinggi dibandingkan KPJU-Y.
c. Penyerapan Tenaga Kerja
KPJU-X dinilai relatif lebih unggul dibandingkan KPJU-Y, jika untuk KPJU-X
menyerap tenaga kerja yang relatif lebih besar dibandingkan KPJU-Y.
d. Sumbangan terhadap Perkonomian
KPJU-X dinilai relatif lebih unggul dibandingkan KPJU-Y, jika untuk KPJU-X
mempunyai sumbangan terhadap perekonomian yang relatif lebih besar
dibandingkan KPJU-Y.

Analisis penetapan KPJU Unggulan di tingkat kota/kabupaten dilakukan dengan


menggunakan metode relatif (Saaty, 2000). Penilaian dari setiap alternatif KPJU
Unggulan ditetapkan berdasarkan penilaian/pendapat narasumber yang diperoleh
melalui FGD dan atau wawancara/ indepth interview dengan masing-masing
narasumber/stakeholder di tingkat kota/kabupaten, antara lain pejabat dinas
instansi terkait, asosiasi usaha, Kadin, Bappeda, BPS, Pejabat Organisasi Perangkat
Daerah (OPD), perbankan, dan peneliti/dosen perguruan tinggi setempat.

Berdasarkan analisis AHP ditetapkan maksimal 5 (lima) KPJU Unggulan untuk setiap
sektor/ subsektor ekonomi di tingkat kota/kabupaten. Melalui kegiatan FGD atau
wawancara, dimintakan pula pendapat dari para narasumber mengenai program
atau kebijakan pengembangan yang sedang atau akan dilaksanakan dalam rangka
pengembangan KPJU Unggulan yang telah teridentifikasi.

f. Tahap Konfirmasi KPJU Unggulan utuk setiap Sektor/ Subsektor Ekonomi Di Tingkat
Kota/Kabupaten
Pada tahap ini dilakuan konfirmasi terhadap 5 (lima) KPJU Unggulan untuk setiap
sektor/ subsektor ekonomi yang telah diperoleh dengan menggunakan metode AHP
melalui kegiatan FGD hasil penelitian, serta konfirmasi dan rekomendasi kebijakan
dalam rangka pengembangan KPJU Unggulan.
g. Tahap Penentuan KPJU Unggulan Lintas Sektor dan Analisis Kendala Permasalahan
KPJU Unggulan di Tingkat Kota/Kabupaten
1. Berdasarkan hasil penetapan KPJU per sektor/ subsektor ekonomi di tingkat
kota/kabupaten dengan metode AHP, dilakukan penetapan KPJU Unggulan
lintas sektor dengan menggunakan Metode Bayes. Untuk memperoleh skor
terbobot lintas sektor dilakukan proses perkalian antara skor KPJU Unggulan
dengan bobot Sektor/Subsektor Ekonomi dari KPJU Unggulan yang
bersangkutan. Dalam hal ini sebelumnya dilakukan normalisasi nilai skor KPJU
Unggulan yang bersangkutan.
2. Berdasarkan perhitungan dengan metode di atas, ditetapkan maksimal 10
(sepuluh) KPJU Unggulan lintas sektor ditingkat kota/kabupaten. Selanjutnya,
masing-masing KPJU Unggulan lintas sektor dimaksud diidentifikasi kekuatan
dan kelemahannya pada saat ini. Untuk mengidentifikasi kelemahan dari KPJU
Unggulan dapat menggunakan metode SWOT.
Di samping itu untuk menentukan posisi KPJU tersebut dapat pula dilakukan
pemetaan KPJU Unggulan dengan analisis prospek dan potensi, dimana garis
vertikal menunjukan tingkat prospek usaha KPJU dimaksud dan garis horizontal
menunjukkan potensi/ kondisi saat ini.
h. Tahap Penentuan KPJU Unggulan Per Sektor/Sub Sektor di Tingkat Provinsi
Tahap ini merupakan proses seleksi lebih lanjut dalam rangka penetapan KPJU per
sektor/subsektor ekonomi pada tingkat provinsi yang dilakukan dengan metode
Borda. Pada setiap KPJU Unggulan per sektor/subsektor dari setiap kota/kabupaten
dilakukan penjumlahan dari nilai skor komoditas yang muncul pada tiap-tiap
kabupaten dikalikan dengan nilai rangkingnya, sehingga pada setiap sektor/
subsektor ekonomi di provinsi diperoleh daftar KPJU berdasarkan urutan total nilai
skornya. Sesuai perhitungan dengan metode Borda ditetapkan maksimal 5 (lima)
KPJU Unggulan persesktor/ subsektor ekonomi.
i. Tahap Penentuan KPJU Unggulan Lintas Sektor di tingkat Provinsi
1. Berdasarkan hasil penetapan KPJU Unggulan per sektor/ subsektor di tingkat
provinsi, maka dilakukan penetapan KPJU Unggulan lintas sektor di tingkat
provinsi dengan menggunakan metode Bayes. Nilai skor masing-masing KPJU
Unggulan per sektor/ subsektor Ekonomi tingkat provinsi dari KPJU yang
bersangkutan sehingga diperoleh nilai skor terbobot. Bobot sektor/ subsektor
tingkat provinsi diperoleh berdasarkan hasil rata-rata setiap bobot Sektor/
Subsektor dari seluruh kota/kabupaten yang ada.
2. Berdasarkan nilai skor terbobot tersebut akan ditetapkan 10 (sepuluh) KPJU
Unggulan lintas sektor di tingkat provinsi. Selanjutnya, masing-masing KRJU
Unggulan lintas sector dimaksud diidentifikasi kekuatan dan kelemahannya pada
saat ini. Untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekurangan dari KPJU Unggulan
dapat menggunakan metode SWOT.

Di samping itu untuk menentukan posisi usaha KPJU tersebut dapat pula dilakukan
pemetaan KPJU Unggulan dengan analisis prospek dan potensi, dimana garis vertikal
menunjukan tingkat prospek usaha KPJU dimaksud dan garis horizontal
menunjukkan potensi/kondisi saat ini.

j. Dalam rangka penetapan KPJU Unggulan lintas sektor di tingkat provinsi dilakukan
pendalaman terhadap KPJU Unggulan yang teridentifikasi berdasarkan perspektif
Business Life Cycle (BLC).
k. Selain itu, terhadap KPJU Unggulan Lintas Sektor di tingkat provinsi perlu dilakukan
pula pendalaman/analisis sejauh mana KPJU tersebut memiliki sumbangan pada
pembentukan inflasi di masing masing provinsi (misal: cabai, beras). Apabila KPJU
Unggulan tersebut bukan penyumbang inflasi secara langsung, maka perlu dilakukan
analisis komoditas-komoditas pembentuknya (misal roti yang dibuat dari gandum
atau beras)

Ringkasan selengkapnya dari proses penetapan KPJU Unggulan dapat dilihat pada
Lampiran 1 s.d. 6. Pada Lampiran 7 disajikan contoh perhitungan dengan Metode Bayes
dan Borda. Pada lampiran 8 disajikan contoh kuesioner pembobotan (AHP).

6. Prinsip Penilaian Kriteria dan Rekomendasi Kebijakan


a. Prinsip Penilaian Kriteria
Penilaian perbandingan antar KPJU untuk setiap kriteria didasarkan atas kondisi saat
ini dan prospeknya. Penilaian ( scoring) setiap kriteria didasarkan atas prinsip
kemudahan bagi usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah dalam rangka
memulai usaha baru atau mengembangkan usaha pada KPJU.

b. Rekomendasi Kebijakan kepada Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kota/Kabupaten


dalam Pengembangan KPJU Unggulan.
Setelah diperoleh KPJU Unggulan dari hasil penelitian, selanjutnya peneliti
memberikan rekomendasi maupun saran-saran serta solusi dalam upaya
pengembangan KPJU yang terpilih tersebut. Rekomendasi kebijakan kepada
pemerintah daerah (provinsi dan kota/kabupaten) ini diharapkan akan dapat
dimanfaatkan oleh pemerintah daerah maupun menjadi referensi daiam pembuatan
kebijakan tindak lanjut dari pemerintah daerah seperti Produk Unggulan Daerah
(PUD).
ALUR PENELITIAN

JANGKA WAKTU KEGIATAN

Jangka waktu penelitian nimulai pada triwulan kedua (awal April) sampai dengan bulan
November, terhitung sejak tanggal penandatanganan Surat Perintah Kerja (SPK)/Perjanjian
Kerja atau tanggal penunjukan pemenang, disesuaikan dengan kondisi wilayah pada
masing masing provinsi/ Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri.

Kegiatan diseminasi hasil penelitian melalui seminar dilaksanakan setelah penelitian


dinyatakan selesai dan tidak termasuk dalam jangka waktu penelitian. Diseminasi melalui
KPJU Web dilakukan pada triwulan berikutnya setelah pelaksanaan penelitian dinyatakan
selesai. Berikut ini merupakan timeline kegiatan:
Timeline Penelitian KPJU

KETENTUAN NARASUMBER

Guna menjaga kualitas dari data yang didapatkan dalam penelitian, narasumber FGD dan
indepth interview yang dipilih adalah narasumber ahli. Oleh karena itu, Bank Indonesia
Provinsi Aceh memberikan ketentuan kualifikasi narasumber yang dihadirkan pada tiap
tahapan berikut:

Tabel Kebutuhan Narasumber tiap Tahapan dalam Penelitian KPJU

Jumlah
No Tahapan Ketentuan Narasumber
Narasumber
Asisten II/Biro Ekonomi Setda Prov Bappeda Prov ,
Pembobotan Tujuan, Faktor,
1 4-5 Orang Dinas Koperasi dan UKM Provinsi , dan Disperindag
dan Kriteria (AHP-Provinsi)
Prov.
Camat , Sekcam Kasi e Perekonomian dan
Identifikasi dan Skoring KPJU Pembangunan Koord Statistik Kecamatan , Kasi e
2 3 Orang
(Bayes Kecamatan Pemberdayaan Masyarakat, Tokoh Masyarakat
terpilih jika diperlukan
Asisten /Bag Perekonomian & Pembangunan Setda ,
Pembobotan Sektor /Sub
3 5 Orang Bappeda , Dinas Kop dan UMKM , Dinas Perindag,
Sektor KPJU (AHP Kota/ Kab
BupatenRI/BPD KC Kota Kabupaten

Pembobotan KPJU Unggulan Asisten Perekonomian & P embangunan Setda /Bag ,


4 Persektor /Sub Sektor AHP 8-10 Orang Bappeda , Dinas Kop dan UMKM , Dinas Perindag ,
Kota / Kabupaten Dinas Teknis, BRI/BPD KC Kota Kabupaten

Asisten /Bag Perekonomian & Pembangunan,


Konfirmasi dan Pendalaman
Bappeda , Dinas Kop UKM, Dinas P erindag , Dinas
5 KPJU Unggulan Lintas 8-12 Orang
Teknis KPJU Terpilih , BRI/BPD KC Kota /Kabupaten ,
Sektoral (FGD Kota /Kab)
dan Asosia si UMKM

Pendalaman dan Asisten /Biro Perekonomian Setda Prov Bappeda ,


Rekomendasi KPJU Dinas Koperasi UKM Prov, Dinas Perindag Prov, Dinas
6 8-12 Orang
Unggulan Provinsi FGD/ Teknis Prov Terpilih , BRI/BPD Provinsi , Asosiasi Dunia
Indepth Interview Provinsi) Usaha Provinsi
LAPORAN

Materi yang diteliti kemudian disusun menjadi suatu laporan hasil survei dan penelitian
dalam bentuk hard copy dan soft copy serta dilakukan penginputan pada Aplikasi KPJU
Web, sebagai berikut:

1. Hard copy dalam bentuk:


a. Buku Penelitian dan Bahasa Indonesia
b. Ringkasan eksekutif dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
c. Buku lampiran data (annex) yang merupakan kumpulan data-data pendukung
penelitian termasuk data skoring setiap variabel dalam Bahasa Indonesia
2. Soft copy dalam media penyimpanan file hasil penelitian.
3. Penginputan hasil penelitian KPJU tingkat kecamatan, kota/kabupaten, dan provinsi
pada aplikasi KPJU Web oleh user author dan dilakukan verifikasi oleh user admin
KPJU Web yang dilengkapi pula dengan informasi matriks kuadran dan ringkasan
eksekutifyang telah diverifikasi.

URUTAN KEGIATAN

Sesuai dengan tahapan kegiatan survei dan penelitian perlu diadakan konsultasi/diskusi
antara lembaga peneliti yang telah ditunjuk dengan pihak Bank Indonesia mengenai
berbagai persiapan, penyusunan laporan yang akan disampaikan, dan penginputan data
hasil penelitian oleh tim peneliti sebagai berikut:

1. Proposal penelitian
2. Daftar pertanyaan (Questionaire)
3. Persiapan dan pelaksanaan penelitian lapangan
4. Konsep laporan awal ( Draft Premilinary Report)
5. Persiapan proses input data hasil penelitian pada aplikasi KPJU Web
6. Konsep laporan akhir ( Draft Final Report)
7. Laporan akhir (Final Report )

PENYELESAIAN PEKERJAAN

Agar hasil penelitian sesuai dengan yang diharapkan, Bank Indonesia akan melakukan
supervisi sesuai dengan kebutuhan antara lain supervisi dalam rangka pengambilan data di
lapangan (witness system).
TIM PENELITI

Tim peneliti terdiri dari Ketua Tim Peneliti, diutamakan berpengalaman


menggunakan metode AHP dibantu beberapa orang anggota tim menurut
spesialisasi kemampuan yang diperlukan, antara lain ahli ekonomi studi
pembangunan (studi ekonomi regional dan perdagangan internasional), ahli
ekonomi manajemen, ahli statistik, dan ahli pertanian/industri dan diutamakan
memiliki pengetahuan dan berpengalaman menggunakan metode AHP. Tim peneliti
untuk kegiatan survei dan penelitian ini minimal lulus strata satu (S-1), khusus untuk
Ketua minimal lulusan strata dua (S-2) serta telah berpengalaman dalam penelitian
sejenis.

Banda Aceh, Februari 2020


Kepala Perwakilan,

Achris Sarwani

Anda mungkin juga menyukai