Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Dalam bidang agribisnis didapat berbagai istilah yang dapat digunakan


secara bersamaan (interchangeable), misalnya pemasaran produk pertanian
(agricultural product marketing) dan pemasaran produk makanan (food
marketing), dimana untuk tujuan terbatas istilah tersebut dapat digunakan
secara umum. Agribisnis dapat didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan
meliputi manufaktur, distribusi kebutuhan usahatani, proses produksi
usahatani, penyimpanan, pengolahan, serta distribusi hasil atau komoditas
dari usahatani dan jenis lainnya. Definisi lain yang dapat disebutkan
mengatakan bahwa agribisnis adalah setiap kegiatan perusahaan yang
dimaksudkan untuk mencapai laba, meliputi bahan-bahan pertanian atau
pengolahan, pemasaran, transportasi, serta distribusi material dan produkproduk konsumen. Sedangkan Ewel Roy mendefinisikan agribisnis sebagai
pengetahuan yang mengkoordinasikan masukan pertanian, input, seterusnya
produksi, pengolahan, serta distribusi produk makanan dan serat.
Bidang agribisnis menjadi lebih berkembang dewasa ini karena produkproduknya dihasilkan dalam berbagai bentuk yang sedemikian rupa
sehingga mudah dikonsumsi dan dapat memenuhi pola konsumsi
masyarakat modern. Sepertinya sudah tidak mengherankan lagi ketika anda
memasuki supermarket dan menyaksikan produk pertanian seperti buahbuahan,biji-bijian, kacang-kacangan serba tersedia; dan mungkin tidak perlu
mempersoalkan lagi di mana semua itu dihasilkan, diangkut, dikemas
dengan baik; sehingga bisa sampai di tempat tujuan. Konsumen
menyaksikan ini dan merasa semuanya siap dikonsumsi. Padahal setiap
industri yang terlibat di dalamnya dengan seksama mengelola seluruh input
(mulai dari bibit, pupuk pemeliharaan, panen, kepakan) hingga ada
pengiriman ke tempat lain. Kegiatan yang terdapat di dalamnya
sesungguhnya menarik dan kompleks. Kegiatan ini sangat kompleks karena
melibatkan banyak kegiatan pada satu perusahaan dan melibatkan
Pemerintah; kebijakan pemerintah politik dalam mempertahankan dan
mengembangkan satu komoditi.
BAB II
PEMBAHASAN

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk


mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu
spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT
(strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan
penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang
tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisa SWOT dapat diterapkan
dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi
keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT,
dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu
mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada,
bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah
keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)yang ada, selanjutnya
bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats)
yang ada, dan terakhir adalah bagimana cara mengatasi kelemahan
(weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau
menciptakan sebuah ancaman baru.
Menurut Daniel Start dan Ingie Hovland Analisis SWOT adalah instrument
perencanaaan strategis yang klasik. Dengan menggunakan kerangka kerja
kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan ancaman,
instrument ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara
terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong para
perencana apa yang bias dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu
diperhatikan oleh mereka. Kerangka SWOT sebuah matrix dua kali dua
sebaiknya dikerjakan dalam suatu kelompok yang terdiri dari anggota kunci
tim atau organisasi. Pertama, penting untuk diketahui dengan jelas tentang
apa tujuan perubahan kunci, dan terhadap tim atau organisasi apa analisis
SWOT akan dilakukan. Setelah pertanyaan-pertanyaan ini dijelaskan dan
disepakati, mulailah dengan brainstorming gagasan, dan kemudian setelah
itu dipertajam dan diperjelas dalam diskusi. Perkiraan mengenai kapasitas
internal dapat membantu mengidentifikasi dimana posisi sebuah proyek atau
organisasi saat ini: sumberdaya yang dapat segera dimanfaatkan
danmasalah yang belum juga dapat diselesaikan. Dengan melakukan hal ini
kita dapat mengidentifikasi dimana/kapan sumberdaya baru, keterampilan
atau mitra baru akan dibutuhkan.
Dalam materi ini, yang akan kemudian lebih jauh di bahas adalah faktor
kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) internal agribisnis.

Usaha bidang peternakan yang dilakukan di Kota Bengkulu di samping untuk


memenuhi
kebutuhan
daerah
juga
sebagai
sumber
pemasukan
perekonomian daerah dengan memasarkan sebagian komoditas peternakan
ke luar daerah. Untuk meningkatkan peran sub sektor peternakan dalam
meningkatkan perekonomian masyarakat dan pemasukan bagi daerah maka
agribisnis bidang peternakan memberikan peluang bagi pelaku agribisnis
untuk dikembangkan baik pada sub sistem penyediaan sarana produksi, sub
sistem budidaya (on farm) maupun sub sistem pemasaran (off farm).
Masalah yang dihadapi dalam meningkatkan peran subsektor peternakan
untuk
meningkatkan
pendapatan
masyarakat
dan
pembangunan
perekonomian di Kota Bengkulu adalah belum ditentukannya komoditas
unggulan yang paling menguntungkan untuk dikembangkan, belum
ditentukannya faktor-faktor strategi yang mempengaruhi pengembangan
agribisnis komododitas unggulan peternakan, upaya yang dapat dilakukan,
serta bagaimana strategi pengembangan agribisnis komoditas unggulan
peternakan di Kota Bengkulu.
Faktor-faktor
strategis
internal
berupa
kekuatan (strengths) dalam
pengembangan agribisnis komoditas unggulan adalah;
a.

Lahan untuk usaha peternakan masih tersedia,

b.

Iklim cocok untuk usaha,

c.

Tersedianya tenaga kerja

d.

Usaha peternakan sebagai sumber pendapatan utama keluarga,

e.

Sumberdaya manusia yang dimiliki dinas peternakan

f.

Keberadaan lembaga pembina,

g.

Usaha peternakan dapat memanfaatkan sumberdaya alam yang ada

h.

Transportasi lancar.

Faktor-faktor yang merupakan kelemahan (weaknesses) adalah;


a.

Keterampilan peternak yang masih rendah,

b.

Keterbatasan modal usaha,

c.

Ketergantungan bibit dan pakan ternak dari luar daerah,

d.

Angka kematian ternak masih tinggi,

e.
f.

Kelompok peternak belum berfungsi,


Sarana listrik dan air bersih masih kurang.

Alternatif strategi yang dapat dilakukan sesuai dengan lingkungan eksternal


dan internal yang didapat dari hasil analisis SWOT adalah; (1) Mendorong
terbentuknya perusahaan pembibitan dan pakan ternak untuk menghindari
ketergantungan dari daerah luar, (2) Menciptakan kondisi yang mendukung
untuk menarik investor dari luar daerah, (3) Pengembangn pola kemitraan
antara peternak dengan perusahaan lokal sebagai penyedia bibit dan pakan
ternak, (4) Penyediaan modal usaha dengan bunga yang kompetitif, (5)
Membangun sarana dan prasarana pendukung usaha, (6) Mendorong dan
memberikan perlindungan kepada usaha kecil dan menengah bidang
peternakan yang ditetapkan dengan peraturan daerah dan diwujudkan
dalam APBD (7) Melakukan pembinaan terhadap peternak secara terpadu,
(8) Meningkatkan peran dan fungsi dinas peternakan sebagai instansi teknis
pemerintah daerah bidang peternakan dan didukung dengan kebijakan yang
berpihak kepada petani peternak dan (9) mengefektifkan fungsi asosiasi
peternak unggas yang ada di Kota Bengkulu.
Strategi prioritas yang dapat dilaksanakan dalam pengembangan agribisnis
komoditas unggulan peternakan di Kota Bengkulu dari hasil analisis QSPM
didapatkan hasil sebagai berikut; Prioritas pertama dengan Total
Attractiveness Score 6.439 adalah melalui pengembangan pola kemitraan
antara peternak dan pemilik modal dan menciptakan kondisi yang
mendukung untuk menarik investor dari luar daerah. Prioritas kedua dengan
Total Attractiveness Score 6.032 adalah dengan pembangunan sarana dan
prasarana pendukung serta pembuatan pabrik pakan ternak dan usaha
pembibitan. Prioritas ketiga dengan Total Attractiveness Score 5.610 adalah
dengan mendorong dan memberikan perlindungan kepada usaha kecil dan
menengah (UKM) bidang peternakan ayam ras pedaging serta melakukan
pembinaan secara terpadu. Prioritas keempat dengan Total Attractiveness
Score 4.326 yaitu meningkatkan peran dan fungsi dinas peternakan sebagai
instansi teknis pemerintah daerah bidang peternakan dan didukung dengan
kebijakan yang berpihak kepada petani peternak.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan komoditas unggulan peternakan untuk
dikembangkan di Kota Bengkulu adalah ayam ras pedaging. Kondisi
lingkungan eksternal dan internal dengan nilai matriks EFE 2.678 dan
matriks IFE 2.757 menunjukkan strategi yang ada saat ini mampu merespon
kondisi eksternal dan internal untuk pengembangan agribisnis komoditas

unggulan peternakan. Prioritas pertama dalam melaksanakan strategi ini


adalah dengan mengembangkan pola kemitraan antara peternak dan pemilik
modal dan menciptakan kondisi yang mendukung untuk menarik investor
dari luar daerah. Prioritas kedua adalah pembangunan sarana dan prasarana
pendukung serta pembuatan pabrik pakan ternak dan usaha pembibitan dan
prioritas ketiga adalah mendorong dan memberikan perlindungan kepada
usaha kecil dan menengah (UKM) bidang peternakan ayam ras pedaging
serta melakukan pembinaan secara terpadu. Saran yang dapat diberikan
dalam penelitian tentang strategi pengembangan agribisnis komoditas
ungulan peternakan di Kota Bengkulu adalah perlu adanya; (1) Peraturan
daerah yang dituangkan dalam bentuk Perda untuk mengatur tentang pola
kemitraan, (2) Penelitian atau kajian tentang skala ekonomi (economies of
scale) pemeliharaan ayam ras pedaging, (3) Dukungan pemerintah daerah
dan dinas peternakan untuk mengefektifkan asosiasi peternak unggas yang
ada terutama dalam hal informasi pasar dan penentuan harga, (4)
Pembinaan dan bimbingan secara intensif dari dinas peternakan untuk
meningkatkan keterampilan peternak melalui penyuluhan dan pelatihan
serta (5) Mengaktifkan kembali kelompok tani peternak.
Contoh analisa SWOT dalam pertanian ( Usaha Budi Daya Tanaman Kopi )
Analisa SWOT
Dalam menetapkan strategi dan kebijakan pengenmbangan perkopian
Indonesia ke depan digunakan analisis SWOT. Identifikasi peluang dan
ancaman ( tantangan ) yang dihadapai suatu industry serta analisis terhadap
factor-faktor kunci menjadi bahan acuan dalam menetapkan strategi dan
kebijakan penanganan perkopian.
Analisis SWOT yaitu analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
( Strength, Weakness, Opportunities, dan Treats). Analisa SWOT merupakan
identifikasi yang bersifat sistematis dari factor faktor kekuatan dan
kelemahan organisasi serta peluang dan ancman lingkungan luar dan
strategi yang menyajikan kombinasi terbaik diantara keempatnya. Setelah
diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, barulah perusahaan
dapat menentukan strategi dengan memanfaatkan kekuatan yang
dimilikinya untung mengambil keuntungan dar peluang-peluang yang ada,
sekaligus memperkecil atau bahkan mengatasi kelemahan yang dimiliki
untuk menghindari ancaman yang ada.
Matriks SWOT digunakan untuk menyusun strategi organisasi atau
perusahaan yang menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan

ancaman yang dihadapi organisasi perusahaan dapat disesuaikan dengan


kekuatan dan kelemahan organisasi perusahaan. Matriks ini menghasilkan
empat kemungkinan alternative strategi yaitu strategi S-O, strategi W-O,
strategi S-T dan strategi W-T.
Untuk lebih jelasnya kondisi industry perkopian Indonesia, apakah masih
mempunyai peluang dalam pengembangannyan atau tidak relevan lagi saat
ini, hendaknya kita menganalisis terlebih dahulu dengan menggunakan
analisis SWOT.
Kekuatan ( Strength )
1.
Tersedianya berbagai peket teknologi dari mulai prapanen, panen dan
pasca panen yang telah dikembangkan ke masyarakat petani perkebun
2.
Tersedianya keragaman produk kopi baik dalam bentuk regular coffe
atau specialty coffe
3.
Masih terbukanya peluang pengembangan Product development dalam
bentuk kopi setengah jadi ( roasted coffe ) maupun kopi jadi ( soluble dan
instant coffe )
4.
Ketersedianya lahan dan
pengembangan kopi Arabika
5.

agroklimat

yang

sesuai,

khususnya

Biaya produk relative lebih rendah

Di Indonesia memiliki sedikitnya tujuh macam kopi specialiti yang telah


dikenal dunia seperti

Gayo Mountain Coffe dari dataran tinggi Takengon, Aceh Tengah

Mandheling dan Lintong coffe dari Sumatra utara

Jaya Coffe dari dataran Tinggi Ijen, Jawa Timur

Toraja / Kalosi Coffe dari dataran tinggi Tana Toraja, Sulawesi Selatan

Bali Coffe dari dataran tinggi Kintamani, Bali

Flores Coffe dari dataran tinggi Manggarai, Nusa Tenggara Timur dan

Balliem Highland coffe dari dataran tinggi jaya wijaya, irian jaya

Kelemahan ( Weaknesses )
1.
Rendahnya produktivitas kopi di Indonesia, baik kopi Robusta maupun
Arabika
2.
Belum proposionalnya komposisi kopi Arabika dan Robusta.
Pertanaman kopi dunia mendominasi dibandingkan dengan kopi Arabika,
sedangkan permintaan kopi dunia hingga saat ini masih didominasi oleh
Arabika dengan pangsa pasar >70%
3.

Terbatasnya ketersedian lahan yang memadai

4.

Terbatasnya panen kopi

5.

Rendahnya kualitas mutu kopi Indonesia

6.
Kurangnya sasaran dan prasarana yang mendukung industry kopi,
khususnya untuk kopi Arabika yang menuntut lingkungan dengan suhu
rendah, yang hanya terdapat pada dataran tinggi di pegunungan.
7.

Kurangnya informasi pasar dalam mengifisienkan sistem tataniaga.

8.
KK

Pemilikan lahan yang rata-rata masih sempit yaitu seluas 0,69 ha per

9.
Terbatasnya atau lemahnya kelembagaan petani dalam posisi rebut
pasar ( bargaining position )
10. Ditinjau dari aspek hukum belum banyak produk kopi yang tergolong
dalam produk specialty secara legal memiliki hak paten
11. Penerapan teknologi ( agronomi, pasca panen dan pengolahan ) yang
amat terbatas.
Alternative Strategi
1.

Strategi S-O

Pengembangan area selain didasarkan pada kesesuian lahan juga


dengan pertimbangan memiliki daya kompetitif dan komperatif secara antar
dan intra wilayah serta pertimbangan permintaan pasar/ konsumen baik
domestic maupun dunia

Mengisi dan meningkatkan peluang pasar yang tersedia baik domestic


maupun internasional serta mempertahankan pasar yang telah ada melalui

berbagai upaya promosi baik dalam dan luar negri termasuk mendukung
agrowisata.

Pengembangan iklim usaha yang kondusif untuk investasi dibidang


perkopian, khususnya berupa kebijakan yang diterapkan secra konsisten dan
berkesinambungan.
2.

Strategi W-O

Optimalisasi ketersediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana


yang diperlukan dalam mendukung peningkatan kualitas tanaman dan
produk yang dihasilkan.

Menumbuh kembangkan fungsi kelembagaan dan kemitraan yang


berazaskan kebersamaan ekonomi.

Optomalisasi usaha tani dalam luasan skala usaha dan ekonomis baik
ditingkat petani maupun usaha menengah dan besar.
3.

Strategi S-T

Penajaman wilayah potensial yang berkelayakan teknis dan tanaman


dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman dan lahan

Mendukung pelestarian lingkungan yang berkelanjutan melalui


perwujudan usaha perkebunan kopi yang ramah lingkungan ( environmental
friendly coffe )
4.

Strategi W-T

Melakukan koordinasi dengan berbagai instansi terkait dalam rangka


legalisasi produk-produk kopi special ( specialty dan bio coffe ) untuk
mendapatkan nama dagang ( trade mark ) atau hak paten dari produkproduk yang bersangkutan.

Sosialisasi penerapan sistem manajemen mutu ( SNI, ISO, HACCP )


diikuti dengan perbaikan melalui penerapan reward dan punishment
terhadap pembelian produk

Meningkatkan jaminan keamanan berusaha terhadap segala bentuk


penjarahan, perambahan atau aktivita serupa lainnya

Anda mungkin juga menyukai