Anda di halaman 1dari 39

Materi 3

Tutor : Ns. Nurul Fauziah, S.Kep, MMedEd

Waktu: 2 x 60 menit
1. Diagnosis Keperawatan Jiwa (Halusinasi, HDR, Isos, PK, RPK, RBD, waham, DPD)
2. SP jiwa
3. Obat-obatan jiwa
4. Fase berduka
5. TAK jiwa
6. Gangguan proses pikir

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 1


ANSIETAS

1. Pengertian
Ansietas (kecemasan) adalah perasaan was-was, khawatir, takut yang tidak jelas atau tidak nyaman
seakan-akan terjadi sesuatu yang mengancam (Stuart, Keliat, & Pasaribu, 2016).
Ansietas juga merupakan keadaan emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yang
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan
untuk menghadapi ancaman (SDKI, 2016).

Tingkatan Ansietas :
a. Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya (Videbeck,
2011). Ansietas memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Selama
tahap ini, seseorang menjadi lebih waspada dan kesadarannya menjadi lebih tajam terhadap
lingkungan. Jenis ansietas ini dapat memberikan motivasi pembelajaran dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreativitas.

b. Ansietas sedang
Pada tingkat ini, individu berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain.
Ansietas ini mempersempit lapang persepsi individu. Individu tidak mempunyai perhatian yang
selektif, kemampuan penglihatan, pendengaran, dan penciuman menurun (Stuart, Keliat, &
Pasaribu, 2016). Jika diarahkan untuk melakukan sesuatu, individu dapat berfokus pada
perhatian yang lebih banyak.

c. Ansietas Berat
Lapang persepsi individu sangat menyempit (Videbeck, 2011). Individu cenderung berfokus pada
sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal yang lain. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk
berfokus pada area yang lain. Kemampuan persepsi seseorang menjadi menurun secara
menyolok dan perhatiannya pun terpecah-pecah. Pikirannya hanya fokus pada satu hal dan tidak
memikirkan yang lain.

d. Tingkat Panik
Panik adalah kehilangan kendali, individu tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
arahan. Panik mengakibatkan disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas
motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini jika berlangsung terus
dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian (Videbeck, 2011). Gejala yang
terjadi adalah palpitasi, nyeri dada, mual atau muntah, ketakutan kehilangan kontrol, parestesia,
tubuh merasa panas atau dingin (Stuart, Keliat, & Pasaribu, 2013)

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 2


2. Penyebab
Krisis situasional, kebutuhan tidak terpenuhi, krisis maturasional, ancaman terhadap konsep diri,
ancaman terhadap kematian, takut mengalami kegagalan, disfungsi sistem keluarga, hubungan
orang tua-anak tidak memuaskan, keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir),
penyalahgunaan zat, dan terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan, dll).

3. Tanda dan gejala


MAYOR MINOR
a. Subjektif a. Subjektif
1) Merasa bingung, merasa cemas 1) Pusing
2) Merasa takut dengan akibat dari 2) Tidak nafsu makan, anoreksia
kondisi yang dihadapi 3) Merasa tidak berdaya
3) Sulit berkonsentrasi
b. Objektif
b. Objektif 1) Nadi cepat
1) Gelisah 2) Jantung berdebar-debar/deg-degan
2) Tampak tegang 3) Tremor
3) Sulit tidur (insomnia) 4) Muka tampak pucat
5) Suara bergetar
6) Kontak mata buruk
7) Sering berkemih
8) Berorientasi pada masa lalu

4. Diagnosis Medis Terkait


Penyakit kronis progresif (misal: kanker, penyakit autoimun), penyakit akut, hospitalisasi, rencana
operasi, kondisi diagnosis penyakit belum jelas, penyakit neurologis, dan tahap tumbuh kembang.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 3


GANGGUAN CITRA TUBUH

1. Pengertian
Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas seseorang terhadap tubuhnya yang diakibatkan
oleh perubahan struktur, ukuran, bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang
diinginkan (Stuart, Keliat, & Pasaribu, 2016). Gangguan citra tubuh juga merupakan perubahan
persepsi tentang fisik individu (SDKI, 2016).

2. Penyebab
Perubahan fungsi tubuh (misal: anomali, penyakit, obat-obatan, kehamilan, radiasi, pembedahan,
trauma, dll), perubahan fungsi kognitif, ketidaksesuaian budaya, transisi perkembangan, proses
penyakit, gangguan psikososial, ketidaksesuaian agama, trauma, dan tindakan pengobatan.

3. Tanda dan Gejala


MAYOR MINOR
a. Subjektif a. Subjektif
1) Tidak mau 1) Pandangan pada tubuh berubah (mis. penampilan, struktur,
mengungkapkan fungsi)
kecacatan/kehilangan 2) Mengungkapkan perubahan gaya hidup
bagian tubuh 3) Merasa pada reaksi orang lain
2) Perasaan negatif tentang 4) Mengungkapkan perasaan tentang perubahan tubuh (mis.
tubuh penampilan struktur, fungsi)
5) Fokus pada perubahan/kehilangan
b. Objektif 6) Menolak mengakui perubahan keinginan bertemu pemuka
1) Kehilangan bagian tubuh agama
2) Fungsi dan/atau struktur
tubuh berubah b. Objektif
3) Menghindari melihat 1) Fokus berlebihan pada perubahan tubuh
dan/atau menyentuh 2) Kemampuan tubuh beradaptasi dengan lingkungan
tubuh berubah
3) Hubungan sosial berubah
4) Menyembunyikan bagian
tubuh 4) Respon non verbal pada perubahan dan persepsi tubuh
5) Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu

4. Kondisi Klinis atau Diagnosis Medis Terkait


Mastektomi, amputasi, jerawat, parut atau luka bakar yang terlihat, obesitas, hiperpigmentasi pada
kehamilan, dan gangguan psikiatrik.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 4


DEFISIT PENGETAHUAN

1. Pengertian
Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif dan keterampilan psikomotorik yang berhubungan
dengan topik tertentu yang dibutuhkan oleh pasien yang meliputi informasi tentang kondisi
kesehatan, penanganan, dan perubahan gaya hidup.

2. Penyebab
Keterbatasan kognitif, gangguan fungsi kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran, kurang terpapar
informasi, kurang minat dalam belajar, kurang mampu mengingat, dan ketidaktahuan menemukan
sumber informasi.

3. Tanda dan Gejala


MAYOR MINOR
a. Subjektif a. Subjektif
1) Menanyakan masalah yang 1) Kurang dapat menjawab pertanyaan sesuai
dihadapi kehendak perawat
2) Menanyakan kurangnya 2) Menanyakan sesuatu topik
informasi 3) Kurang terintegrasi rencana tindakan ke dalam
3) Menanyakan atau meminta kegiatan sehari-hari (kurang dapat berpartisipasi)
informasi tentang upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan b. Objektif
kesehatannya 1) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
2) Menunjukkan perilaku berlebihan
b. Objektif 3) Selama wawancara dapat duduk tidak bisa tenang
1) Menunjukkan perilaku yang dan tampak ketertarikan untuk mendengarkan
tidak sesuai anjuran 4) Menampikan secara tidak tepat perilaku sehat yang
2) Menunjukkan persepsi yang diinginkan atau yang sudah ditentukan
keliru terhadap masalah 5) Ketidakakuratan mengikuti perintah

4. Kondisi klinis terkait


Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien, penyakit akut, dan penyakit kronis.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 5


HARGA DIRI RENDAH KRONIK

1. Pengertian
Keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri negatif mengenai diri dan kemampuannya dalam
waktu lama dan terus-menerus yang berhubungan dengan perasaan tidak berharga, tidak berdaya,
putus asa, ketakutan, rentan, rapuh, serta tidak berarti.

2. Penyebab
Sering disalahkan, kurang mendapatkan kesempatan mengembangkan diri, kurang dihargai
keluarga maupun orang lain, sering mengalami kegagalan, dikucilkan oleh lingkungan.

3. Tanda dan Gejala


MAYOR MINOR
a. Subjektif a. Subjektif
1) Menilai diri negatif (misal: 1) Merasa sulit konsentrasi
mengungkapkan tidak berguna, 2) Mengatakan sulit tidur
tidak tertolong) 3) Mengungkapkan keputusasaan
2) Merasa malu/bersalah 4) Merasa tidak berarti
3) Merasa tidak mampu melakukan 5) Mengungkapkan enggan mencoba hal baru
apapun 6) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
4) Meremehkan kemampuan 7) Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri
mengatasi situasi sendiri
5) Merasa tidak memiliki kelebihan
atau kemampuan positif b. Objektif
1) Perilaku tidak asertif
b. Objektif 2) Mencari penguatan secara berlebihan
1) Berjalan menunduk 3) Bergantung pada pendapat orang lain
2) Postur tubuh menunduk 4) Sulit membuat keputusan
3) Kontak mata kurang 5) Seringkali mencari penegasan
4) Lesu dan tidak bergairah 6) Menghindari orang lain
5) Berbicara pelan dan lirih 7) Lebih senang menyendiri
6) Pasif 8) Mengkritik orang lain

4. Diagnosis Medis Terkait


Skizofrenia dan depresi berat.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 6


HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

1. Pengertian
Risiko harga diri rendah situasional adalah berisiko mengalami evaluasi atau perasaan negatif
terhadap diri sendiri atau kemampuan pasien sebagai respon terhadap situasi saat ini.

2. Penyebab
Gangguan gambaran diri, gangguan fungsi, gangguan peran sosial, harapan diri tidak realistis,
pemahaman terhadap situasi kurang, penyakit fisik, kegagalan, ketidakberdayaan, riwayat
kehilangan, riwayat pengabaian, riwayat penolakan, dan transisi perkembangan.

3. Tanda dan Gejala


MAYOR MINOR
a. Subjektif a. Subjektif
1) Mudah menilai diri negatif (mis. tidak berguna, tidak 1) Kurang konsentrasi
tertolong)
2) Merasa malu/bersalah b. Objektif
3) Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri 1) Kontak mata kurang
4) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri 2) Lesu dan tidak bergairah
3) Pasif
b. Objektif 4) Tidak mampu membuat
1) Berbicara pelan dan lirih keputusan
2) Menolak berinteraksi dengan orang lain
3) Berjalan menunduk
4) Postur tubuh menunduk

4. Diagnosis Medis Terkait


Cedera traumatis, pembedahan, kehamilan, kondisi baru terdiagnosis (mis. diabetes melitus),
stroke, penyalahgunaan zat, demensia, dan pengalaman tidak menyenangkan

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 7


HALUSINASI/GANGGUAN PERSEPSI SENSORI

1. Pengertian
Halusinasi adalah gejala gangguan jiwa berupa respon panca indera, yaitu penglihatan,
pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan terhadap sumber yang tidak jelas.

2. Penyebab
a. Orang dengan gangguan jiwa
b. Sering mengurung diri
c. Tidak mau bicara dengan orang lain
d. Kurangnya kegiatan sosial di lingkungan tempat tinggal
e. Berpikir jelek tentang diri

3. Tanda dan Gejala


MAYOR MINOR
a. Subjektif a. Subjektif
1) Menyatakan 1) Sulit tidur
mendengarkan suara 2) Khawatir
bisikan/ melihat bayangan 3) Takut
2) Merasakan sesuatu melalui
indera perabaan, b. Objektif
penciuman, atau 1) Afek datar
pengecapan 2) Bosan
3) Menyendiri
b. Objektif 4) Melamun
1) Bicara sendiri 5) Konsentrasi buruk
2) Mengarahkan telinga 6) Distorsi sensori
kearah tertentu 7) Disorientasi waktu, tempat, orang, atau situasi.
3) Melihat ke satu arah 8) Respon tidak sesuai
9) Curiga
10) Bersikap seolah mendengar sesuatu
11) Melihat ke satu arah
12) Mondar-mandir

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 8


Tahap Intensitas Halusinasi
Dalam proses terjadinya halusinasi, halusinasi berkembang melalui 4 fase, dimana menurut Stuart,
Keliat, & Pasaribu (2016) tahapan fase tersebut yaitu :

Tahap I. Fase Comforting


Menenangkan, memberi rasa nyaman, tingkat ansietas sedang secara umum halusinasi merupakan
suatu kesenangan.
1) Karakteristik :
a) Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah, ketakutan.
b) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas.
c) Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran.

2) Perilaku Pasien:
a) Tersenyum, tertawa sendiri.
b) Menggerakkan bibir tanpa suara.
c) Pergerakan mata yang cepat.
d) Respon verbal yang lambat
e) Diam dan berkonsentrasi.

Tahap II. Fase Condemming


Menyalahkan, tingkat ansietas berat
1) Karakteristik:
a) Pengalaman sensori menakutkan dan menjijikkan.
b) Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut.
c) Mulai merasa kehilangan kontrol.
d) Menarik diri dari orang lain.

2) Perilaku Pasien :
a) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
b) Perhatian pada lingkungan berkurang.
c) Konsentrasi terhadap pengalaman sensorinya.
d) Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas.

Tahap III. Fase Controlling


Mengontrol, tingkat kecemasan berat. Pada fase ini individu mencoba untuk melawan dan
mengendalikan halusinasinya.
1) Karakteristik
a) Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya (halusinasi).
b) Isi halusinasinya menjadi aktaktif.

c) Kesepian bila pengalaman sensori berakhir.

2) Perilaku Pasien :
a) Perintah halusinasi ditaati

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 9


b) Sulit berhubungan dengan orang lain
c) Perhatian terhadap lingkungan berkurang, hanya beberapa detik
d) Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tampak tremor dan berkeringat.

Tahap IV. Fase Conquering


Menakutkan, ansietas tingkat panik. Klien sudah dikuasai oleh halusinasi.
1) Karakteristik
a) Pengalaman sensori menjadi pengancam
b) Halusinasi dapat berlangsung selama beberapa jam atau hari.

2) Perilaku Klien
a) Perilaku panik
b) Resiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
c) Tindak kekerasan agitasi, menarik atau katatonik
d) Tidak mampu berespon terhadap lingkungan

4. Diagnosis Medis Terkait


Skizofrenia Paranoid, Gangguan Bipolar dan Psikotik Akut

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 10


WAHAM

1. Pengertian
Waham adalah keyakinan pribadi berdasarkan kesimpulan yang salah dari realitas
ekstrenal).Waham juga diartikan sebagai keyakinan yang salah yang dipertahankan secara
kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.

2. Jenis Waham
Jenis Waham Pengertian Perilaku Klien
1. Waham Kebesaran Keyakinan secara berlebihan bahwa “Saya ini pejabat di Kementerian
dirinya memiliki kekuatan khusus atau Semarang!”
kelebihan yang berbeda dengan orang lain,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak “Saya punya perusahan paling
sesuai kenyataan. besar lho!”

2. Waham Agama Keyakinan terhadap suatu agama secara “Saya adalah Tuhan yang bisa
berlebihan, diucapkan berulang-ulang menguasai dan mengendalikan
tetapi tidak sesuai kenyataan. semua makhluk!”

3. Waham Curiga Keyakinan terhadap seseorang atau “Saya tahu mereka mau
sekelompok orang yang mau merugikan menghancurkan saya, karena iri
atau mencederai diri klien, diucapkan dengan kesuksesan saya.”
berulang-ulang tetapi tidak sesuai
kenyataan.

4. Waham Somatik Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau “Saya menderita kanker.”
sebagian tubuhnya terserang penyakit,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak (Padahal hasil pemeriksa-an
sesuai kenyataan. lab/penunjang tidak
menunjukkan ada sel kanker
pada tubuh klien)

5. Waham Nihlistik Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah “Ini saya berada di alam kubur
meninggal dunia, diucapkan berulang- ya, semua yang ada di sini
ulang tetapi tidak sesuai kenyataan. adalah roh-roh.”

3. Penyebab
Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik, Neurotransmitter dopamin berlebihan, tidak
seimbang dengan kadar serotonin, Riwayat tinggal di lingkungan yang dapat mempengaruhi moral
individu, Kepribadian: mudah kecewa, kecemasan tinggi, mudah putus asa dan menutup diri,
Konsep diri yang negatif, Adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 11


4. Tanda dan Gejala
MAYOR MINOR
a. Subjektif a. Subjektif
1) Mudah lupa atau sulit konsentrasi 1) Tidak mampu
2) Mengatakan bahwa ia adalah artis,nabi, presiden, wali, dan mengambil
lainnya yang tidak sesuai dengan kenyataan keputusan
3) Mengatakan hal yang diyakini sacara berulang-ulang 2) Merasa khawatir
4) Sering merasa curiga dan waspada berlebihan sampai panik

b. Objektif b. Objektif
1) Inkoheren 1) Bingung
2) Flight of idea 2) Perubahan pola
3) Sirkumtansial tidur
4) Sangat waspada 3) Kehilangan selera
5) Khawatir makan
6) Sedih berlebihan atau gembira berlebihan
7) Wajah tegang
8) Perilaku sesuai isi waham
9) Banyak bicara
10) Menentang atau permusuhan
11) Hiperaktif
12) Menarik diri
13) Tidak bisa merawat diri
14) Defensive

5. Diagnosis Medis Terkait


Skizofrenia, Gangguan bipolar, Gangguan sistem limbik, Gangguan ganglia basalis, tumor otak,
depresi.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 12


Rangkuman diagnosis
• Kata kunci diagnosis ini:Menarik diri/tidak berminat atau menolak berinteraksi dengan
orang lain atau lingkungan, merasa ingin sendiri, dan merasa tidak aman di tempat umum.
• Pada isolasi sosial sama sekali tidak ada kontak, interaksi tidak ada dan pasien hanya diam
saja

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 13


Rangkuman diagnosis
• Kata kunci diagnosis ini: Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/ orang lain, merusak
lingkungan, perilaku agresif/ amuk (perilaku kekerasan yang dilakukan pasien).
• Perilaku kekerasan yang dilakukan pasien bersifat aktual

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 14


Rangkuman diagnosis
• Kata kunci diagnosis ini : Perilaku yang dilakukan berisiko untuk membahayakan diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan.
• Dirumuskan jika saat ini pasien tidak melakukan perilaku kekerasan (mempunyai riwayat
perilaku kekerasan) serta belum mempunyai kemampuan untuk mencegah atau
mengendalikan perilaku tersebut.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 15


Rangkuman diagnosis
• Kata kunci diagnosis ini: adanya perilaku klien yang berisiko untuk menyakiti diri
sendiri dengan tujuan untuk mengakhiri kehidupan baik berupa isyarat bunuh diri
(mengatakan ingin mati dan telah mempersiapkan alat untuk mengakhiri kehidupan)
dan percobaan bunuh diri (misalnya memotong nadi, gantung diri).

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 16


Rangkuman diagnosis
Kata kunci diagnosis ini: menolak melakukan perawatan diri, tidak mampu mandi/mengenakkan
pakaian/makan/ke toilet/ berhias secara mandiri, dan minat melakukan perawatan diri kurang.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 17


Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 18
Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 19
Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 20
Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 22
Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 23
Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 24
Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 25
Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 26
Kata Kunci:
Tindakan yang diberikan pada pasien harus disesuaikan dengan kondisi pasien pada saat itu
dan pasien berhak memilih tindakan apa yang akan diberikan oleh perawat.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 27


OBAT-OBATAN JIWA

Psikofarmaka adalah berbagai jenis obat yang bekerja pada susunan saraf pusat. Efek
utamanya pada aktivitas mental dan perilaku, yang biasanya digunakan untuk pengobatan
gangguan kejiwaan. Terdapat banyak jenis obat psikofarmaka dengan farmako kinetik khusus
untuk mengontrol dan mengendalikan perilaku pasien gangguan jiwa. Golongan dan jenis
psikofarmaka ini perlu diketahui perawat dapat mengembangkan upaya kolaborasi pemberian
psikofarmaka, mengidentifikasi dan mengantisipasi terjadinya efek samping, serta
memadukan dengan berbagai alternatif terapi lainnya. Berdasarkan efek klinik, obat
psikotropika dibagi menjadi golongan antipsikotik, antidepresan, antiansietas, dan antimanik
(mood stabilizer).

A. Antipsikotik
Obat ini dahulu disebut neuroleptika atau major tranqullizer. Indikasi utama obat
golonganini adalah untuk penderita gangguan psikotik (skizofrenia atau psikotik
lainnya). Klasifikasinya antara lain sebagai berikut.
1. Derivat fenotiazin
Rantai samping alifatik Rantai samping piperazin Rantai samping piperidin
Contoh : Contoh : Contoh:
1) Chlorpromazine 1) Trifluoperazin Thioridazin (Melleril)
(Largatil, ethibernal) (Stelazine)
2) 2) Levomepromazine 2) Perfenazin (Trilafon)
(Nozinan) 3) Flufenazin (Anatensol)

2. Derivat butirofenon
Contoh: Haloperidol (Haldol, Serenace)
3. Derivat thioxanten
Contoh: Klorprotixen (Taractan)
4. Derivat dibenzoxasepin
Contoh: Loksapin
5. Derivat difenilbutilpiperidin
Contoh Pimozide (Orap)
6. Derivat benzamide
Contoh: Sulpirid (dogmatil)
7. Derivat benzisoxazole
Contoh: Risperidon (Risperdal)
8. Derivat dibenzoxasepin (antipsikotik atipikal)
Contoh: Clozapin (Leponex)

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 28


Efek utama obat antipsikotik adalah menyupresi gejala psikotik seperti gangguan proses
pikir (waham), gangguan persepsi (halusinasi), aktivitas psikomotor yang berlebihan
(agresivitas), dan juga memiliki efek sedatif serta efek samping ekstrapiramidal.
Timbulnya efek samping sangat bervariasi dan bersifat individual. Efek samping yang
dapat terjadi antara lain sebagai berikut.
1. Gangguan neurologik
a. Gejala ekstrapiramidal
a) Akatisia
Kegelisahan motorik, tidak dapat duduk diam, jalan salah duduk pun tak enak.
b) Distonia akut
Kekakuan otot terutama otot lidah (protusio lidah), tortikolis (otot leher
tertarikke satu sisi), opistotonus (otot punggung tertarik ke belakang), dan
okulogirikrisis (mata seperti tertarik ke atas).
c) Sindroma Parkinson/Parkinsonisme
Terdapat rigiditas otot/fenomena roda bergerigi, tremor kasar, muka
topeng,hipersalivasi, disartria.
d) Diskinesia tardif
Gerakan-gerakan involunter yang berulang, serta mengenai bagian
tubuh/kelompok otot tertentu yang biasanya timbul setelah pemakaian
antipsikotik jangka lama.

b. Sindroma neuroleptika maligna


Kondisi gawat darurat yang ditandai dengan timbulnya febris tinggi, kejang-
kejang,denyut nadi meningkat, keringat berlebihan, dan penurunan kesadaran.
Sering terjadi pada pemakaian kombinasi antipsikotik golongan Butirofenon
dengan garam lithium.

c. Penurunan ambang kejang


Perlu diperhatikan pada penderita epilepsi yang mendapat antipsikotik.

2. Gangguan otonom
a. Hipotensi ortostatik/postural
Penurunan tekanan darah pada perubahan posisi, misalnya dari keadaan
berbaring kemudian tiba-tiba berdiri, sehingga dapat terjatuh atau
syok/kesadaran menurun.
b. Gangguan sistem gastrointestinal
Mulut kering, obstipasi, hipersalivasi, dan diare.
c. Gangguan sistem urogenital
Inkontinensia urine.

d. Gangguan pada mata

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 29


Kesulitan akomodasi, penglihatan kabur, fotofobia karena terjadi mydriasis.
e. Gangguan pada hidung
Selaput lendir hidung edema sehingga pasien mengeluh hidungnya mampet.

3. Gangguan hormonal
a. Hiperprolaktinemia
b. Galactorrhoea
c. Amenorrhoea
d. Gynecomastia pada laki-laki

4. Gangguan hematologi
a. Agranulositosis
b. Thrombosis
c. Neutropenia

5. Lain-lain
Dapat terjadi ikterus obstruktif, impotensia/disfungsi seksual, alergi, pigmentasi
retina,dermatosis.

B. Antidepresan
Merupakan golongan obat-obatan yang mempunyai khasiat mengurangi atau
menghilangkangejala depresif.Pada umumnya bekerja meningkatkan neurotransmitter
norepinefrin dan serotonin.

Klasifikasinya antara lain sebagai berikut.


1.Golongan trisiklik
Contoh:
a. Imipramin (Tofranil)
b. Amitriptilin (Laroxyl)
c. Clomipramin (Anafranil)
2.Golongan tetrasiklik
Contoh: Maprotilin (Ludiomil)
3. Golongan monoaminoksidase inhibitor (MAOI)
Contoh: Rima/Moclobemide (Auroric)
4. Golongan serotonin selective reuptake inhibitor (SSRI)
Contoh:
a. Setralin (Zoloft)
b. Paroxetine (Seroxal)
c. Fluoxetine (Prozax)

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 30


Untuk gangguan depresi berat dengan kecenderungan bunuh diri, perlu
dipertimbangkanpenggunaan ECT sebagai pendamping pemberian antidepresan.
Efek samping yang sering terjadi pada pemberian antidepresan antara lain
sebagaiberikut.
1. Gangguan pada sistem kardiovaskular.
a. Hipotensi, terutama pada pasien usia lanjut.
b. Hipertensi (sering terjadi pada antidepresan golongan MAOI yang klasik).
c. Perubahan pada gambaran EKG (kardiotoksik terutama pada antidepresan
golongantrisiklik).
2. Gangguan sistem atonom akibat efek antikolinergik.
Obstipasi, mulut dan tenggorokan kering, mual, sakit kepala, serta lain-lain.

C. Antiansietas (Anxiolytic Sedative)


Obat golongan ini dipakai untuk mengurangi ansietas/kecemasan yang patologis tanpa
banyakberpengaruh pada fungsi kognitif.Secara umum, obat-obat ini berefek sedatif
dan berpotensimenimbulkan toleransi/ketergantungan terutama pada golongan
Benzodiazepin.

Klasifikasinya adalah sebagai berikut.


Derivat benzodiazepin Derivat gliserol Derivat barbitrat
Contoh: Contoh: Meprobamat Contoh: Fenobarbital
a. Klordiazopoksid (Deparon) (Luminal)
(Librium)
b. Diazepam (Valium)
c. Bromazepam
(Lexotan)
d. Lorazepam (Aktivan)
e. Clobazam (Frisium)
f. Alprazolam (Xanax)
g. Buspiron (Buspar)

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 31


Obat-obat golongan Benzodiazepam paling banyak disalahgunakan karena
efekhipnotiknya dan terjaminnya keamanan dalam pemakaian dosis yang berlebih.
Obat-obatgolongan ini tidak berefek fatal pada overdosis kecuali bila dipakai dalam
kombinasi denganantisiolitik jenis lain atau dicampur alkohol.
Efek samping yang sering dikeluhkan adalah sebagai berikut.
1. Rasa mengantuk yang berat.
2. Sakit kepala.
3. Disartria.
4. Nafsu makan bertambah.
5. Ketergantungan.
6. Gejala putus zat (gelisah, tremor, bila berat bisa sampai terjadi kejang-kejang).

D. Antimanik (Mood Stabilizer)


Merupakan kelompok obat yang berkhasiat untuk kasus gangguan afektif bipolar
terutamaepisodik mania dan sekaligus dipakai untuk mencegah kekambuhannya. Obat
yang termasuk kelompok ini adalah sebagai berikut.
1. Golongan garam lithium (Teralith, Priadel)
2. Karbamazepin (Tegretol, Temporol)
3. Asam Valproat

Hal yang penting untuk diperhatikan pada pemberian obat golongan ini adalahkadarnya
dalam plasma. Misalnya pada pemberian lithium karbonat, dosis efektif antara0,8–1,2
meq/L. Hal ini perlu selalu dimonitor karena obat ini bersifat toksik terutamaterhadap
ginjal.Efek samping yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut.
1. Tremor halus
2. Vertigo dan rasa lelah
3. Diare dan muntah-muntah
4. Oliguria dan anuria
5. Konvulsi
6. Kesadaran menurun
7. Edema
8. Ataksia dan tremor kasar

Berbagai obat yang sering digunakan di rumah sakit jiwa dan tindakan keperawatanyang
dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Golongan Butirofenon (Haloperidol, Serenace)
a. Efek

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 32


Antipsikotik, sedasi psikomotor, mengontrol keseimbangan psikis dan
otomatik,menghambat gerakan-gerakan yang tidak terkendali dan
antiemetik.

b. Efek samping
Efek ekstrapiramidal, spasme otot, dan parkinson.
c. Tindakan keperawatan
Observasi ketat tingkah laku pasien, beri dukungan dan rasa aman kepada
pasien,berada dekat pasien. Selain itu, lakukan tindakan kolaboratif dengan
pemberianobat-obat antikolinergik untuk mengatasi spasme otot dan
dopamin agonis untukmengatasi parkinson.
d. Cara pemberian: per oral

2. Golongan Fenotiazin (Klorpromazin, Stelazine)


a. Efek
Penenang dengan daya kerja antipsikotik, antisiolitik, dan antiemetik yang kuat.
b. Efek samping
1) Efek antikolinergik: hipotensi orthostatik, konstipasi, mulut kering,
penglihatankabur.
2) Efek ekstrapiramidal pada pemakaian dosis tinggi atau pada pasien berusia
diatas 40 tahun seperti gelisah dan sukar tidur.
c. Tindakan keperawatan
1) Untuk efek antikolinergik
a) Observasi bising usus, beri diet tinggi serat, tingkatkan input cairan, danberi
aktivitas untuk mencegah konstipasi.
b) Monitor tekanan darah, tingkatkan volume cairan untuk
mengembangkanpembuluh darah dan beritahu pasien untuk berpindah
posisi perlahanlahanuntuk mengontrol hipotensi orthostatik.
c) Beri pelembap mulut secara berkala untuk mengurangi rasa kering,
misalnyagliserin.
d) Anjurkan pasien untuk tidak bekerja dengan alat berbahaya, benda
tajam,dan tidak bepergian untuk mengurangi kecelakaan akibat adanya
kekaburanpandangan.
e) Kolaborasi: pemberian kolinergik agonis dan laksatif.
2) Untuk efek ekstrapiramidal
a) Prinsip tindakan sama dengan pada pemberian haloperidol.
b) Untuk mengatasi sulit tidur dapat diberi susu hangat sebelum tidur atau
c) dengan cara lain.
d. Cara pemberian: per oral

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 33


3. Trihexifenidil yaitu obat yang digunakan untuk mengatasi efek ekstrapiramidal. Cara
pemberian: per oral

Kata Kunci
Obat yang biasa diberikan pada pasien halusinasi yaitu:
1. CPZ (Chlorpromazine)
Obat CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara yang selalu mengganggu pikiran
pasien.Efek samping obat CPZ adalah sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk, hipotensi
orthostatik,mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenorrhae pada wanita. Warna
obat orange.
2. THP (Trihexiphenidyl)
Obat THP gunanya untuk merileksasikan pikiran dan otot agar tidak kaku. Efek samping
obat THP adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih,gelisah. Warna obat putih.

3. HLP (Haloperidol)
Obat HLP gunanya untuk membuat pikiran menjadi tenang.Efek samping ekstrapiramidal:
gejala fisik, termasuk tremor , bicara cadel, akatisia, distonia , kecemasan, kesedihan,
paranoia.Warna obat merah jambu.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 34


FASE BERDUKA

Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.Stroebe dan


Stroebe (1987) (dalam Moyle & Hogan, 2006) menganggap berduka sebagai situasi objektif
dari seorang individu yang baru saja mengalami kehilangan dari sesuatu yang sebelumnya ada
menjadi tidak ada.Berduka mengacu pada respons emosional terhadap kehilangan ini,
termasuk beberapa reaksi psikologis dan fisik (Buglass, 2010).Terdapat beberapa teori
mengenai tahap berduka.Salah satunya adalahteori yang dikemukan Kubler-Ross (1969)
(dalam Moyle & Hogan, 2006).Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross adalah
berorientasipada perilaku dan menyangkut lima tahap, yaitu sebagai berikut:

1) Fase pengingkaran (Denial)


Perasaan tidak percaya, syok, biasanya ditandai dengan menangis,gelisah, lemah, letih, dan
pucat.Individu bertindak seperti seolah tidakterjadi apa-apa dan dapat menolak untuk
mempercayai bahwa telahterjadi kehilangan.Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin
sepertiitu.” atau “Tidak akan terjadi pada saya!” umumnya dilontarkan klien.

2) Fase kemarahan (Anger)


Perasaan marah dapat diproyeksikan pada orang atau benda yangditandai dengan muka
merah, suara keras, tangan mengepal, nadicepat, gelisah, dan perilaku agresif.Individu
mempertahankankehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada setiap orang dansegala
sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase iniindividu akan lebih sensitif
sehingga mudah sekali tersinggung danmarah. Hal ini merupakan koping individu untuk
menutupi rasakecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi
kehilangan.

3) Fase tawar menawar (Bargaining)


Individu mampu mengungkapkan rasa marah akan kehilangan, ia akanmengekspresikan
rasa bersalah, takut dan rasa berdosa. Individuberupaya untuk membuat perjanjian dengan
cara yang halus atau jelasuntuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, individu sering
kalimencari pendapat orang lain. Peran perawat pada tahap ini adalahdiam,
mendengarkan, dan memberikan sentuhan terapeutik.

4) Fase depresi (Depression)


Fase ini terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyatadari makna kehilangan
tersebut.Individu menunjukan sikap menarikdiri, tidak mau bicara, putus asa. Perilaku yang
muncul sepertimenolak makan, susah tidur, dan dorongan libido menurun. Peranperawat
pada fase ini tetap mendampingi individu dan tidak meninggalkannya sendirian.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 35


5) Fase penerimaan (Acceptance)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang berpusat pada
objek kehilangan mulai berkurang. Peran perawat pada tahap ini menemani klien bila
mungkin, bicara dengan pasien,dan menanyakan apa yang dibutuhkan klien.

Jenis – jenis kehilangan


a. Kehilangan seseorang yang dicintai, dan sangat bermakna atau orang yang berarti
merupakan salah satu jenis kehilangan yang paling mengganggu dari tipe – tipe
kehilangan.
b. Kehilangan pada diri sendiri (loss of self) adalah kehilangan diri atau anggapan tentang
mental seseorang, meliputi kehilangan perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri,
kehilangan kemampuan fisik dan mental, serta kehilangan akan peran dalam
kehidupan, dan dampaknya.
c. Kehilangan objek eksternal, misalnya kehilangan benda milik sendiri atau bersama –
sama, perhiasan, uang atau pekerjaan.
d. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal, diartikan sebagai terpisahnya individu dari
lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga
dalam waktu satu periode atau bergantian secara menetap.
e. Kehilangan kehidupan / meninggal

Tipe-tipe kehilangan:
1. Actual Loss adalah kehilangan yang dapat dikenali atau diidentifikasi oleh orang lain
sama dengan individu yang mengalami kehilangan
2. Perceived Loss adalah kehilangan yang dirasakan oleh ybs, tetapi tidak diketahui orang
lain
3. Anticipatory Loss adalah perasaan kehilangan yang dialami sebelum kehilangan itu
terjadi

Sedangkan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien agar tujuan berhasil
adalah:
a. Membina hubungan saling percaya dengan pasien
b. Berdiskusi mengenai kondisi pasien saat ini (kondisi pikiran, persaan, fisik, sosial, dan
spritual sebelum/sesuda mengalami peristiwa kehilangan dan hubungan anara kondisi
saat ini dengan peristiwa kehilangan yang terjadi).
c. Berdiskusi cara mengatasi berduka yang dialami
1) Cara verbal (mengungkapkan perasaan)
2) Cara fisik (memberi kesempatan aktivitas fisik)
3) Cara sosial (sharing melalui kelompok)
4) Cara spiritual (berdoa, berserah diri)

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 36


d. Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang tersedia untuk saling
memberikan pengalaman dengan seksama.
e. Membantu pasien memasukan kegiatan dalam jadual harian. `
f. Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa puskesmas

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 37


TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

1. Risiko perilaku kekerasan dan perilaku kekerasan


Pasien dengan risiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan diberikan terapi aktivitas
kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai
stimulus dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif
penyelesaian masalah.
Terdiri dari 5 sesi:
- Sesi 1: Mengenal perilaku kekerasan
- Sesi 2: Mencegah perilaku kekerasan dengan cara fisik
- Sesi 3: Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh minum obat
- Sesi 4: Mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan asertif
- Sesi 5: Mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan ibadah

2. Waham
Pasien dengan waham diberikan terapi aktivitas kelompok (TAK) orientasi realita, yang
merupakan upaya untuk mengorientasikan keadaan nyata kepada pasien, yaitu diri sendiri,
orang lain, lingkungan atau tempat dan waktu.
TAK orientasi realita terdiri dari 3 sesi di antaranya:
- Sesi 1: Pengenalan orang
- Sesi 2: Pengenalan tempat
- Sesi 3: Pengenalan waktu

3. Halusinasi
Pasien dengan halusinasi diberikan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi.
Yang terdiri dari 5 sesi di antaranya:
- Sesi 1: Mengenal halusinasi
- Sesi 2: Mengontrol halusinasi dengan menghardik
- Sesi 3: Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
- Sesi 4: Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain
- Sesi 5: Mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat

4. Isolasi sosial
Pasien dengan isolasi sosial diberikan TAK sosialisasi, yang merupakan upaya memfasilitasi
kemampuan pasien dalam meningkatkan sosialisasi.
Terdiri dari 7 sesi, di antaranya:
- Sesi 1: Kemampuan memperkenalkan diri

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 38


- Sesi 2: Kemampuan berkenalan
- Sesi 3: Kemampuan bercakap-cakap
- Sesi 4: Kemampuan bercakap-cakap topik tertentu
- Sesi 5: Kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
- Sesi 6: Kemampuan berkerjasama
- Sesi 7: Evaluasi kemampuan sosialisasi

5. Harga diri rendah dan risiko bunuh diri


Pasien dengan harga diri rendah dan risiko bunuh diri diberikan terapi aktivitas kelompok
(TAK) stimulasi persepsi harga diri rendah, terdiri dari 2 sesi yaitu:
- Sesi 1: Identifikasi untuk harga diri rendah/hal positif diri
- Sesi 2: Melatih kemampuan/hal positif pada diri

6. Defisit perawatan diri


TAK untuk pasien dengan defisit perawat diri lebih fokus kependidikan kesehatan tentang
DPD.

7. Isolasi sosial, menarik diri, harga diri rendah yang disertai dengan kurangnya komunikasi
verbal
Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori adalah upaya menstimulasi semua panca indra
(sensori) agar memberi responss yang adekuat. Dalam terapi aktivitas kelompok ini
terdapat 3 sesi yaitu:
- Sesi 1: Mendengarkan musik
- Sesi 2: Menggambar
- Sesi 3: Menonton TV/Video

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 39


GANGGUAN PROSES PIKIR

1. Sirkumtansial
Pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai dengan tujuan pembicaraan.

2. Tangensial
Pembicaraan yang berbelit-belit tetapi tidak sampai dengan tujuan pembicaraan.

3. Kehilangan asosiasi
Pembicaraan tidak ada hubungannya antara satu kalimat satu dengan kalimat lainnya dan
pasien tidak menyadarinya.

4. Flight of ideas
Pembicaraan meloncat dari satu topik ke topik lainnya, masih ada hubungan yang tidak
logis, dan tidak sampai pada tujuan.

5. Blocking
Pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan kembali.

6. Perseverasi
Pembicaraan yang diulang berkali-kali

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 40

Anda mungkin juga menyukai