Materi 5 - Kep - Jiwa
Materi 5 - Kep - Jiwa
05
Sub Materi
Tutor
Hal. 1
Overview MK Jiwa : Diagnosa
01 Keperawatan Jiwa
ANSIETAS
1. Pengertian
Ansietas (Kecemasan) adalah perasaan was-was, khawatir, takut yang tidak
jelas atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang mengancam (Stuart,
Keliat, & Pasaribu, 2016).Ansietas juga merupakan keadaan emosi dan
pengalaman subjektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat
antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman (SDKI, 2016).
2. Tingkatan Ansietas
a. Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan
lahan persepsinya (Videbeck, 2011).Ansietas memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.Selama tahap ini, seseorang
menjadi lebih waspada dan kesadarannya menjadi lebih tajam terhadap
lingkungan.Jenis ansietas ini dapat memberikan motivasi pembelajaran dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b. Ansietas Sedang
Pada tingkat ini, individu berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi
individu.Individu tidak mempunyai perhatian yang selektif, kemampuan
penglihatan, pendengaran, dan penciuman menurun (Stuart, Keliat, &
Pasaribu, 2016). Jika diarahkan untuk melakukan sesuatu, individu dapat
berfokus pada perhatian yang lebih banyak.
c. Ansietas Berat
Lapang persepsi individu sangat menyempit (Videbeck, 2011). Individu
cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir
tentang hal yang lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus
Hal. 2
pada area yang lain. Kemampuan persepsi seseorang menjadi menurun
secara menyolok dan perhatiannya pun terpecah-pecah. Pikirannya hanya
fokus pada satu hal dan tidak memikirkan yang lain.
d. Panik
Panik adalah kehilangan kendali, individu tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun dengan arahan. Panik mengakibatkan disorganisasi kepribadian
dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan
untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan
kehilangan pemikiran yang rasional.Tingkat ansietas ini jika berlangsung
terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian
(Videbeck, 2011). Gejala yang terjadi adalah palpitasi, nyeri dada, mual atau
muntah, ketakutan kehilangan control, parestesia, tubuh merasa panas atau
dingin (Stuart, Keliat, & Pasaribu, 2013).
3. Penyebab
Krisis situasional, kebutuhan tidak terpenuhi, krisis maaturasional, ancaman
terhadap konsep diri, ancaman terhadap kematian, takut mengalami kegagalan,
disfungsi sistem keluarga, hubungan orang tua-anak tidak memuaskan,
keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir), penyalahgunaan zat, dan
terpapar bahaya lingkungan (mis. Toksin, polutan, dll).
Hal. 3
5. Diagnosis Medis Terkait
Penyakit kronis progresif (misal: kanker, penyakit autoimun), penyakit akut,
hospitalisasi, rencana operasi, kondisi diagnosis penyakit belum jelas, penyakit
neurologis, dan tahap tumbuh kembang.
Hal. 4
GANGGUAN CITRA TUBUH
1. Pengertian
Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas seseorang terhadap
tubuhnya yangdiakibatkan oleh perubahan struktur, ukuran, bentuk, dan fungsi
tubuh karena tidaksesuai dengan yang diinginkan (Stuart, Keliat, & Pasaribu,
2016). Gangguan citra tubuh juga merupakan perubahan persepsi tentang fisik
individu (SDKI, 2016).
2. Penyebab
Krisis situasional, kebutuhan tidak terpenuhi, krisis maaturasional, ancaman
terhadap konsep diri, ancaman terhadap kematian, takut mengalami kegagalan,
disfungsi sistem keluarga, hubungan orang tua-anak tidak memuaskan,
keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir), penyalahgunaan zat, dan
terpapar bahaya lingkungan (mis. Toksin, polutan, dll).
Mayor Minor
Data Subjektif Data Subjektif
• Menilai diri negative (mis, tidak • Kurang konsentrasi
berguna, tidak tertolong) Data Objektif
• Merasa malu/bersalah • Kontak mata kurang
• Menolak penilaian positif • Lesu dan tidak bergairah
tentang diri sendiri • Pasif
Data Objektif Tidak mampu membuat
• Berbicara pelan dan lirih keputusan
• Menolak berinterkasi dengan
orang lain
• Berjalan menunduk
Hal. 5
HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL
1. Pengertian
Harga diri rendah situasional adalah munculnya persepsi negative tentang
makna diri sebagai respons terhadap situasi saat ini.
2. Penyebab
Gangguan gambaran diri, Gangguan fungsi, Gangguan peran sosial, Harapan
diri tidak realistic, Pemahaman terhadap situasi kurang, Penyakit fisik,
Kegagalan, Ketidakberdayaan, Riwayat kehilangan, Riwayat pengabaian,
Riwayat penolakan, dan transisi perkembangan.
Mayor Minor
Data Subjektif Data Subjektif
• Menilai diri negative (mis, • Kurang konsentrasi
tidak berguna, tidak Data Objektif
tertolong) • Kontak mata kurang
• Merasa malu/bersalah • Lesu dan tidak bergairah
• Menolak penilaian positif • Pasif
tentang diri sendiri • Tidak mampu membuat
keputusan
Data Objektif
• Berbicara pelan dan lirih
• Menolak berinterkasi dengan
orang lain
• Berjalan menunduk
Hal. 6
KETIDAKBERDAYAAN
1. Pengertian
2. Penyebab
• Nyeri
• Ansietas
Objektif • Malu
• Tidak mampu merawat diri
Objektif
• Tidak mampu mencari • Kurang partisipasi dalam
informasi perawatan perawatan
Hal. 7
• Fraktur/kecelakaan
KEPUTUSASAAN
1. Pengertian
Keputusasaan merupakan kondisi subjektif seorang individu memandang
keterbatasan atau tidak adanya alternatif pemecahan masalahdan tidak
mampu memobilisasi energi demi kepentingannya sendiri (NANDA-I, 2018).
2. Penyebab
• Stress jangka Panjang
• Isolasi sosial
Hal. 8
HARGA DIRI RENDAH KRONIS
1. Pengertian
Keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri negatif mengenai diri dan
kemampuannya dalam waktu lama dan terus menerus yang berhubungan
dengan perasaan tidak berharga,tidak berdaya,putus asa, ketakutan, rentan,
rapuh, serta tidak berarti. Harga diri rendah kronik adalah evaluasi diri/
perasaan diri negative tentang diri sendiri atau kemampuan diri yang
berlangsung minimal tiga bulan (NANDA-I,2018 dalam Keliat et.al, 2019).
2. Penyebab
Sering disalahkan, Kurang mendapatkan kesempatan mengembangkan diri,
Kurang dihargai keluarga maupun orang lain, Sering mengalami kegagalan,
Dikucilkan oleh lingkungan.
3. Tanda dan Gejala
Mayor Minor
Subjektif Subjektif
• Menilai diri negative/mengkritik • Merasa sulit konsentrasi
diri • Mengatakan sulit tidur
• Merasa tidak berarti/ tidak • Mengungkapkan keputusasaan
berharga • Enggan mencoba hal baru
• Merasa malu/ minder • Menolak penilaian positif tentang
• Merasa tidak mampu melakukan diri sendiri
apapun • Melebih-lebihkan penilaian
• Meremehkan kemampuan yang negatif tentang diri sendiri
dimiliki
Objektif
• Merasa tidak memiliki kelebihan
• Bergantung pada pendapat orang
Objektif
lain
• Berjalan menunduk
• Sullit membuat keputusan
• Postur tubuh menunduk
• Seringkali mencari penegasan
• Kontak mata kurang
• Menghindari
• Lesu dan tidak bergairah
orang lain
• Berbicara pelan dan lirih
• Lebih senang menyendiri
• Ekspresi muka datar
• Pasif
Hal. 9
HALUSINASI/GANGGUAN PRESEPSI SENSORI
1. Pengertian
Halusinasi adalah gejala gangguan jiwa berupa respons panca-indera, yaitu
penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan terhadap
sumber yang tidak nyata (Keliat et.al, 2019). Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
2. Penyebab
• Kurang tidur
• Isolasi social
• Mengurung diri
• Kurang kegiatan social
3. Tanda dan Gejala
Mayor Minor
Subjektif Subjektif
• Mendengar suara orang bicara • Sulit tidur
tanapa ada orangnya
• Khawatir
• Melihat benda, orang atau sinar
tanpa ada objektifnya • Takut
• Menghirup bau-bauan yang Objektif
tidak sedap, seperti bau badan • Konsentrasi buruk
padahal tidak • Disorientasi waktu, tempat,
• Merasakan pengecapan yang orang atau situasi
tidak enak • Afek datar
• Merasakan rabaan atau • Curiga
gerakan badan • Menyendiri dan melamun
Objektif • Mondar-mandir
• Bicara sendiri • Kurang mampu merawat diri
• Tertawa sendiri
• Meihat kesatu arah
• Mengarahkan telinga kearah
tertentu
• Tidak dapat memfokuskan
pikiran
• Diam sambal menikmati
halusinasinya
4. Diagnosis Medis Terkait
Psikotik akut, Skizofrenia, Gangguan bipolar, Parkinson, Delirium, Dimensia
Hal. 10
WAHAM
1. Pengertian
Waham adalah keyakinan pribadi berdasarkan kesimpulan yang salah dari
realitas ekstrenal). Waham juga diartikan sebagai keyakinan yang salah yang
dipertahankan secara kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan
kenyataan.
2. Penyebab
• Genetik
• Biologis yaitu ketidakseimbangan neurotansmiter
• Diisolasi oleh lingkungan
• Mudah kecewa, kecemasan tinggi, mudah putus asa dan menutup diri
• Konsep diri yang negative
3. Tanda dan Gejala
Mayor Minor
Subjektif Subjektif
• Mengatakan bahwa ia adalah • Tidak mampu mengambil
artis, nabi, presiden, wali, dan keputusan
lainnya yang tidak sesuai • Merasa khawatir sampai
dengan kenyataan panik
• Curiga dan waspada berlebih Objektif
pada orang tertentu • Bingung
• Merasa diintai dan akan • Perubahan pola tidur
membahayakan dirinya • Kehilangan selera makan
• Merasa yakin menderita
penyakit fisik
Objektif
• Mudah tersinggung
• Marah
• Waspada
• Menarik diri
• Inkoheren
• Perilaku seperti isi wahamnya
Hal. 11
ISOLASI SOSIAL
1. Pengertian
Ketidakmampuan untuk membina hubungan yang erat, hangat, terbuka dan
interdependen dengan orang lain.
2. Penyebab
• Keterlambatan perkembangan • Ketidaksesuaian perilaku social
• Ketidakmampuan menjalin dengan norma
hubungan yang memuaskan • Perubahan penampilan fisik
• Ketidaksesuaian minat dengan • Perubahan status mental
tahap perkembangan • Ketidakadekuatan sumberdaya
• Ketidaksesuaian nilai-nilai personal (mis. Disfungsi berduka,
dengan norma budaya pengendalian diri buruk)
3. Tanda dan Gejala
Mayor Minor
• Ingin sendirian • Merasa berbeda dengan orang lain
• Merasa tidak aman di tempat • Merasa asyik dengan pikiran sendiri
umum • Merasa tidak mempunyai tujuan
• Menarik diri yang jelas
• Tidak berminat/menolak • Tidak mampu memenuhi harapan
melakukan kegiatan atau orang lain
interaksi dengan orang lain atau • Anggota subkultur tertentu
lingkungan • Menunjukkan permusuhan
• Tindakan tidak berarti
• Tidak ada kontak mata
• Perkembangan terlambat
• Tindakan berulang
• Tidak bergairah/lesu
• Afek datar
• Afek sedih
• Riwayat ditolak
• Kondisi difabel
4. Diagnosis Medis Terkait
Alzheimer, AIDS, Tuberculosis, Gangguan Psikiatris (misal Schizophrenia),
kondisi yang menyebabkan gangguan mobilitas.
5. Kata Kunci
• Kata kunci diangkatkannya diagnosis Isolasi sosial adalah : Menarik
diri/tidak berminat atau menolak berinteraksi dengan orang lain atau
lingkungan, merasa ingin sendiri, dan merasa tidak aman di tempat
umum.
Hal. 12
• Pada isolasi sosial sama sekali tidak ada kontak, interaksi tidak ada dan
pasien hanya diam saja
Hal. 13
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
1. Pengertian
Rentan melalukan perilaku yang menunjukkan dapat membahayakan diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan baik secara fisik dan emosional
2. Faktor Risiko
• Pemikiran waham atau delusi • Persepsi pada lingkungan tidak
• Curiga pada orang lain akurat
• Halusinasi • Alam perasaan depresi
• Bahasa tubuh (mis. Postur kaku, • Riwayat kekerasan pada hewan
mengepalkan tangan dan • Lingkungan tidak teratur atau
mengatupkan geraham, kacau
hiperaktifitas, sesak, mondar • Penganiayaan atau pengabaian
mandir, situasi mengancam) anak
• Ide, rencana bunuh diri • Riwayat/ancaman kekerasan
• Disfungsi sistem keluarga terhadap diri sendiri/orang
• Kerusakan kognitif lain/destruksi property orang lain
• Disorientasi atau konfusi • Impulsivitas
• Kerusakan kontrol impuls • Perubahan kronis dalam
• Perubahan neurologis b.d struktur/fungsi jaringan, sekunder
prematuritas, distress fetal, karena proses penuaan, infark
persalinan cepat atau lama multipel, HIV, trauma kepala,
penyalahgunaan zat
kronis/disfungsi kondisi fisik
progresif akibat gejala
• Ilusi
3. Diagnosis Medis Terkait
Penganiayaan fisik, psikologis,/seksual, sindrom otak organic (mis:Alzheimer),
gangguan perilaku, oppositional defiant disorder, depresi, serangan panik,
gangguan Tourette, delirium, demensia, gangguan amnestic, halusinasi, upaya
bunuh diri, abnormalitas neurotransmitter otak.
4. Kata Kunci
Hal. 14
RISIKO BUNUH DIRI
1. Pengertian
Berisiko melakukan upaya menyakiti diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan.
2. Faktor Risiko
• Gangguan perilaku (mis. Euphoria mendadak setelah depresi, perilaku
mencari senjata berbahaya, membeli obat dalam jumlah yang banyak,
membuat surat warisan)
• Demografi (mis. Lansia, status perceraian, janda atau duda, ekonomi
rendah, pengangguran)
• Gangguan fisik (mis.nyeri kronis, penyakit terminal)
• Masalah social (mis. Berduka, tidak berdaya, putus asa, kesepian,
kehilangan hubungan yang penting, isolasi social)
• Gangguan psikologis (mis. Penganiayaan masa kanak kanak, Riwayat
bunuh diri sebelumnya, remaja homoseksual, gangguan psikiatrik,
penyakit psikiatrik, penyalahgunaan zat).
4. Kata Kunci
Kata kunci ditegakkannya diagnosis ini : adanya perilaku klien yang beresiko
untuk menyakiti diri sendiri dengan tujuan untuk mengakhiri kehidupan baik
berupa isyarat bunuh diri (mengatakan ingin mati dan telah mempersiapkan
alat untuk mengakhiri kehidupan) dan percobaan bunuh diri (misalnya
memotong nadi, gantung diri).
Hal. 15
DEFISIT PERAWATAN DIRI : [Spesifikkan]
1. Pengertian
Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri
2. Penyebab
▪ Gangguan musculoskeletal
▪ Gangguan neuromuskuler
▪ Kelemahan
▪ Gangguan psikologis dan/atau psikotik
▪ Penurunan motivasi/minat
3. Tanda dan Gejala
Mayor Minor
• Menolak melakukan perawatan • Tidak mampu mandi/mengenakan
diri pakaian/makan/ke toilet/berhias
secara mandiri
• Minat melakukan perawatan diri
kurang
5. Kata Kunci
Kata kunci ditegakkannya diagnosis ini : menolak melakukan perawatan diri,
tidakmampu mandi/mengenakkan pakaian/makan/ke toilet/ berhias secara
mandiri, dan minat melakukan perawatan diri kurang.
Hal. 16
Tindakan Keperawatan dalam
02 Keperawatan Jiwa
Kata Kunci :
pasien pada saat itu dan tindakan keperawatan yang diberikan pada
pasien tidak harus selalu berurutan tetapi disesuaikan dengan data yang
Diagnosa Tindakan
Ansietas Tindakan Keperawatan Pasien
1) Kaji tanda – gejala ansietas dan kemampuan klien
dalam mengurangi ansietas.
2) Jelaskan proses terjadinya ansietas
3) Latih cara mengatasi ansietas
- Relaksasi dengan teknik tarik nafas dalam
- Distraksi: bercakap-cakap hal positif, dll
- Hipnotis lima jari yang fokus pada hal positif
- Kegiatan spiritual
Tindakan pada Keluarga
1) Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
klien yang mengalami ansietas
2) Jelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
dan proses terjadinya ansietas serta mengambil
keputusan merawat klien
3) Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien
mengatasi ansietas sesuai dengan arahan
keperawatan yang telah diberikan kepada klien
4) Latih keluarga menciptakan suasana keluarga dan
lingkungan yang mendukung perawatan ansietas klien
Hal. 17
5) Diskusikan tanda dan gejala ansietas yang
memerlukan rujukan segera serta menganjurkan
follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara
teratur
Gangguan Citra Tindakan Keperawatan Pasien
Tubuh 1) Kaji
a. Bagian tubuh yang terganggu dan bagian tubuh
yang sehat
b. Tanda dan gejala gangguan citra tubuh dan
kemampuan klien dalam mengatasi gangguan
citra tubuh
2) Jelaskan proses terjadinya gangguan citra tubuh
3) Diskusikan persepsi, perasaan, dan harapan klien
terhadap citra tubuhnya
4) Latih klien menggunakan bagian tubuh yang sehat
a. Diskusikan bagian tubuh yang sehat
b. Latih menggunakan tubuh yang sehat
c. Latih afirmasi bagian tubuh yang sehat
5) Latih klien merawat dan melatih bagian tubuh yang
terganggu
a. Diskusikan dengan klien manfaat yang telah
dirasakan dari bagian tubuh yang terganggu
pada saat sehat
b. Motivasi klien melihat dan mengatur bagian
tubuh yang terganggu
c. Latih pasien meningkatkan citra tubuh bagian
tubuh yang terganggu: menyesuaikan pakaian,
pakai alat bantu, kosmetik, dan rencana protesa
6) Motivasi klien melakukan latihan sesuai jadwal dan
beri pujian
7) Motivasi klien melakukan kegiatan sosial
Tindakan Pada Keluarga
1) Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat klien yang mengalami gangguan citra
tubuh
Hal. 18
2) Jelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
dan proses terjadinya gangguan citra tubuh serta
mengambil keputusan merawat klien
3) Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien
mengatasi gangguan citra tubuh sesuai dengan
arahan keperawatan yang telah diberikan kepada
klien
4) Latih keluarga menciptakan suasana keluarga yang
mendukung klien mengatasi gangguan citra tubuh
sesuai dengan asuhan keperawatan yang telah
diberikan pada klien
5) Diskusikan tanda dan gejala gangguan citra tubuh
yang memerlukan rujukan segera serta
menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan
kesehatan secara teratur
Harga diri rendah Tindakan Keperawatan Pasien
situasional 1) Kaji tanda dan gejala harga diri rendah situasional
2) Jelaskan proses terjadinya harga diri rendah
situasional
3) Latih cara meningkatkan harga diri klien
a. Membuat daftar aspek positif dan kemampuan
yang dimiliki
b. Menilai aspek positif dan kemampuan yang masih
dapat dilakukan
c. Memilih aspek positif dan kemampuan yang masih
dapat dilakukan untuk dilatih
d. Melatih aspek positif dan kemampuan yang masih
dapat dilakukan untuk dilatih secara bertahap
e. Membuat rencana latihan yang teratur secara
bertahap
Tindakan Keperawatan Keluarga
1) Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
klien
2) Jelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
dan proses terjadinya harga diri rendah situasional
Hal. 19
3) Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien
meningkatkan harga diri sesuai dengan asuhan
keperawatan pada klien. Motivasi keluarga
memberikan pujian atas keberhasilan klien (other
reinforcement)
4) Latih keluarga menciptakan suasana keluarga yang
mendukung peningkatan harga diri klien
5) Diskusikan tanda dan gejala harga diri rendah
situasional yang memerlukan rujukan segera serta
menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan
kesehatan secara teratur
Ketidakberdayaan Tindakan Keperawatan Pasien
1) Kaji tanda dan gejala ketidakberdayaan
2) Jelaskan proses terjadinya ketidakberdayaan
3) Latih cara mengendalikan situasi
a. Diskusikan situasi hidup yang tidak dapat
dikendalikan
b. Diskusikan situasi hidup yang dapat dikendalikan
c. Latih cara-cara mengendalikan situasi hidup yang
dapat dikendalikan
d. Beri penguatan dan pujian
4) Latih cara mengendalikan pikiran
a. Diskusikan pikiran negatif dan pikiran tidak rasional
b. Latih pikiran positif dan rasional
c. Latih mengembangkan harapan positif dan
lakukan afirmasi positif
d. Beri penguatan dan pujian
5) Latih peran yang dapat dilakukan
a. Diskusikan peran yang dimiliki, yang dapat
dilakukan dan yang tidak dapat dilakukan
b. Latih peran yang dapat dilakukan
c. Beri penguatan dan pujian
Tindakan Keperawatan Keluarga
1) Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat klien
Hal. 20
2) Jelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
dan proses terjadinya ketidakberdayaan serta
mengambil keputusan merawat klien
3) Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien
mengatasi ketidakberdayaan sesuai dengan asuhan
keperawatan yang telah diberikan
4) Latih keluarga menciptakan suasana keluarga yang
mendukung mengatasi ketidakberdayaan
5) Diskusikan tanda dan gejala ketidakberdayaan yang
memerlukan rujukan segera serta menganjurkan
follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara
teratur
Keputusasaan Tindakan Keperawatan Pasien
1) Kaji tanda dan gejala keputusasaan
2) Jelaskan proses terjadinya keputusasaan
3) Diskusikan dengan klien
a. Kemampuan yang dimiliki
b. System pendukung yang dimiliki
c. Harapan kehidupan
4) Latih hubungan sosial dengan lingkungan
a. Bercakap-cakap dengan system pendukung
b. Bercakap-cakap dengan lingkungan
5) Latih melakukan kegiatan sehari-hari
a. Memenuhi kebutuhan makan
b. Memenuhi kebutuhan istirahat/tidur
c. Merawat diri: kebersihan diri
d. Melakukan kegiatan spiritual
6) Latih membangun harapan yang realistis
a. Diskusikan harapan dan keinginan masa depan
b. Bantu klien membuat rencana mencapai
harapan secara bertahap
7) Berikan motivasi dan pujian atas keberhasilan klien
Tindakan pada Keluarga
1) Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat klien
Hal. 21
2) Jelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
dan proses terjadinya keputusasaan serta
mengambil keputusan merawat klien
3) Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien
mengatasi keputusasaan sesuai dengan asuhan
keperawatan yang telah diberikan
4) Latih keluarga menciptakan suasana keluarga yang
mendukung mengatasi keputusasaan: suasana yang
positif
5) Diskusikan tanda dan gejala keputusasaan yang
memerlukan rujukan segera serta menganjurkan
follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara
teratur
Diagnosis Tindakan
Risiko perilaku kekerasan Tindakan Keperawatan Pasien
tertulis
Hal. 22
5) Latih klien patuh minum obat dengan cara
benar dokumentasi).
klien
Hal. 23
b. Membimbing klien melakukan latihan
perawat ke klien
klien
halusinasi klien
menghardik
bersikap cuek
secara teratur
Hal. 24
cara, benar tanggal kadaluwarsa dan benar
dokumentasi
halusinasi
halusinasi
merawat klien
klien
halusinasi
klien
Hal. 25
nyaman: mengurangi stress didalam
simple
waham klien
yang aman
terpenuhi
yang realistis
dimiliki klien
merawat klien
Hal. 26
2) Menjelaskan pengertian, penyebab, tanda
klien
klien
keberhasilannya
teratur
Hal. 27
diri (lingkungan aman)
kehidupan
masa depan
diri
positif
pikiran
bunuh diri
Hal. 28
(keluarga) dan tenaga kesehatan jika tidak
merawat klien
diri
melukai diri
depan
Hal. 29
e. Mendampingi klien sampai melakukan
kegiatan positif
digunakan/dilakukan
keberhasilannya
membudayakan
dilakukan
Hal. 30
1) Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat klien
rendah klien
orang lain
Hal. 31
2) Diskusikan keuntungan melakukan kegiatan
kegiatan sehari-hari
merawat klien
klien
dengan klien
orang baru
Hal. 32
e. Memberikan dukungan, kesempatan
merawat klien
Hal. 33
4) Melatih keluarga cara merawat defisit
lingkungan rumah
dan pujian
Hal. 34
Komunikasi Terapeutik pada
03 Keperawatan Jiwa
Definisi
cara, yaitu secara verbal (penggunaan kata-kata) dan secara non verbal
2012).
kesembuhan pasien.
tanggung jawab.
Hal. 35
Prinsip-prinsip Komunikasi Teraupetik dalam Keperawatan
terapeutik meliputi :
maupun mental
Hal. 36
9. Perawat harus mampu memahami bahwa kejujuran dan komunikasi
10. Perawat harus mampu menjadi role model agar dapat meyakinkan
12. Perawat mampu memiliki sifat altruisme yang berarti menolong atau
kesejahteraan manusia
14. Bertanggung jawab pada setiap sikap dan tindakan yang dilakukan .
Hal. 37
Penerapan Komunikasi Teraupetik
1. Tahap Pra-Interaksi
2. Tahap Perkenalan
3. Tahap Orientasi
4. Tahap Kerja
5. Tahap Terminasi
Hal-hal yang dilakukan pada Tahap ini yaitu evaluasi diri, penetapan
diri)
Hal. 38
• Memberi salam
• Memperkenalkan diri
3. Tahap Orientasi
rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini dan
hal yang telah dilakukan bersama klien. Hal-hal yang harus dilakukan
terbuka
Hal. 39
3. Membuat kontrak timbal balik
4. Tahap Kerja
Tahap kerja merupakan inti hubungan perawat klien yang terkait erat
masalah.
selanjutnya.
5. Tahap Terminasi
menjadi 2 :
atau keluarga yang akan ada pertemuan lagi pada waktu yang
telah ditentukan):
menyelesaikan masalahnya).
Hal-hal yang harus dilakukan pada tahap terminasi ini, antara lain :
Hal. 40
1. Evaluasi hasil, yang terdiri evaluasi subjektif dan evaluasi
objektif
Hal. 41
FORMAT STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI DALAM TINDAKAN
KEPERAWATAN
sebagai berikut :
1. Proses keperawatan
a. Kondisi klien
b. Diagnosa keperawatan
c. Tujuan khusus
d. Tindakan keperawatan
a. Orientasi
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi / validasi
b. Kerja
Hal. 42
1. Pengkajian
2. Penjelasan Diagnosis
3. Tindakan Keperawatan
c. Terminasi
Hal. 43
PENERAPAN KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA KELUARGA
Dalam hal ini termasuk sikap dan fasilitas dalam keluarga dan
Hal. 44
lingkungan yang mendukung perbaikan klien.
Hal. 45
STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) PADA KELUARGA
tahap yaitu :
1. Fase Orientasi
2. Fase kerja
Hal. 46
Orientasi sd Terminasi)
3. Fase terminasi
Hal. 47
TEKNIK-TEKNIK KOMUNIKASI TERAUPETIK (Stuart, 2016) :
1. Mendengarkan (Listening)
adalah penting dan dia adalah orang yang penting. Mendengarkan juga
padamu”.
klien menunjukkan penerimaan dan nilai dari inisiatif klien dan menjadi
respon klien
3. Mengulang (Restating)
Hal. 48
4. Penerimaan (Acceptance)
5. Klarifikasi
6. Refleksi
Refleksi ini dapat berupa refleksi isi dengan cara memvalidasikan apa
2. Asertif
Hal. 49
3. Memfokuskan
Cara ini dengan memilih topik yang penting atau yang telah dipilih
4. Membagi persepsi
5. Identifikasi ”tema”
6. Diam
menunggu respon. Diam tidak dilakukan dalam waktu yang lama karena
seseorang untuk menanti orang lain untuk berpikir, meskipun begitu diam
7. Informing
Hal. 50
kesehatan dan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan.
8. Humor
9. Saran
Teknik ini tidak tepat dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase
awal hubungan.
Hal. 51
REFERENSI
Kesehatan.
Nasir, A., Muhith, A., Sajidin, M., & Mubarak, W.I. (2009). Komunikasi dalam
Stuart, G.W., Keliat, B.A., & Pasaribu. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Hal. 52