Anda di halaman 1dari 52

MATERI

05

Sub Materi

01. Overview MK Jiwa : Diagnosa Keperawatan Jiwa

02. Tindakan Keperawatan dalam Keperawatan Jiwa

03. Komunikasi Teraupetik pada Keperawatan Jiwa

Tutor

Ns. Rizka Amalya Nasution, M.Kep, Sp. Kep. J


Keperawatan Jiwa

Hal. 1
Overview MK Jiwa : Diagnosa
01 Keperawatan Jiwa

DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA

ANSIETAS
1. Pengertian
Ansietas (Kecemasan) adalah perasaan was-was, khawatir, takut yang tidak
jelas atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang mengancam (Stuart,
Keliat, & Pasaribu, 2016).Ansietas juga merupakan keadaan emosi dan
pengalaman subjektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat
antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman (SDKI, 2016).

2. Tingkatan Ansietas
a. Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan
lahan persepsinya (Videbeck, 2011).Ansietas memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.Selama tahap ini, seseorang
menjadi lebih waspada dan kesadarannya menjadi lebih tajam terhadap
lingkungan.Jenis ansietas ini dapat memberikan motivasi pembelajaran dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b. Ansietas Sedang
Pada tingkat ini, individu berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi
individu.Individu tidak mempunyai perhatian yang selektif, kemampuan
penglihatan, pendengaran, dan penciuman menurun (Stuart, Keliat, &
Pasaribu, 2016). Jika diarahkan untuk melakukan sesuatu, individu dapat
berfokus pada perhatian yang lebih banyak.
c. Ansietas Berat
Lapang persepsi individu sangat menyempit (Videbeck, 2011). Individu
cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir
tentang hal yang lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus

Hal. 2
pada area yang lain. Kemampuan persepsi seseorang menjadi menurun
secara menyolok dan perhatiannya pun terpecah-pecah. Pikirannya hanya
fokus pada satu hal dan tidak memikirkan yang lain.
d. Panik
Panik adalah kehilangan kendali, individu tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun dengan arahan. Panik mengakibatkan disorganisasi kepribadian
dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan
untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan
kehilangan pemikiran yang rasional.Tingkat ansietas ini jika berlangsung
terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian
(Videbeck, 2011). Gejala yang terjadi adalah palpitasi, nyeri dada, mual atau
muntah, ketakutan kehilangan control, parestesia, tubuh merasa panas atau
dingin (Stuart, Keliat, & Pasaribu, 2013).

3. Penyebab
Krisis situasional, kebutuhan tidak terpenuhi, krisis maaturasional, ancaman
terhadap konsep diri, ancaman terhadap kematian, takut mengalami kegagalan,
disfungsi sistem keluarga, hubungan orang tua-anak tidak memuaskan,
keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir), penyalahgunaan zat, dan
terpapar bahaya lingkungan (mis. Toksin, polutan, dll).

4. Tanda dan Gejala


Mayor Minor
Subjektif Subjektif
• Mengeluh sakit kepala • Mengeluh takut
• Mengeluh tidak nafsu • Mengeluh cepat Lelah
makan • Merasa tidak berdaya
• Merasa lemas dan khawatir
Objektif
Objektif • Gemetar
• Gelisah • Menangis
• Tampak tegang • Aktivitas sehari-hari
• Sulit tidur dan tidak lelap terbengkalai
Gangguan pencernaan • Sulit konsentrasi

Hal. 3
5. Diagnosis Medis Terkait
Penyakit kronis progresif (misal: kanker, penyakit autoimun), penyakit akut,
hospitalisasi, rencana operasi, kondisi diagnosis penyakit belum jelas, penyakit
neurologis, dan tahap tumbuh kembang.

Hal. 4
GANGGUAN CITRA TUBUH
1. Pengertian
Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas seseorang terhadap
tubuhnya yangdiakibatkan oleh perubahan struktur, ukuran, bentuk, dan fungsi
tubuh karena tidaksesuai dengan yang diinginkan (Stuart, Keliat, & Pasaribu,
2016). Gangguan citra tubuh juga merupakan perubahan persepsi tentang fisik
individu (SDKI, 2016).

2. Penyebab
Krisis situasional, kebutuhan tidak terpenuhi, krisis maaturasional, ancaman
terhadap konsep diri, ancaman terhadap kematian, takut mengalami kegagalan,
disfungsi sistem keluarga, hubungan orang tua-anak tidak memuaskan,
keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir), penyalahgunaan zat, dan
terpapar bahaya lingkungan (mis. Toksin, polutan, dll).

3. Tanda dan Gejala

Mayor Minor
Data Subjektif Data Subjektif
• Menilai diri negative (mis, tidak • Kurang konsentrasi
berguna, tidak tertolong) Data Objektif
• Merasa malu/bersalah • Kontak mata kurang
• Menolak penilaian positif • Lesu dan tidak bergairah
tentang diri sendiri • Pasif
Data Objektif Tidak mampu membuat
• Berbicara pelan dan lirih keputusan
• Menolak berinterkasi dengan
orang lain
• Berjalan menunduk

4. Diagnosis Medis Terkait


Mastektomi, amputasi, jerawat, perut atau luka bakar yang terlihat, obesitas,
hiperpigmentasi pada kehamilan, dan gangguan psikiatrik.

Hal. 5
HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL
1. Pengertian
Harga diri rendah situasional adalah munculnya persepsi negative tentang
makna diri sebagai respons terhadap situasi saat ini.

2. Penyebab
Gangguan gambaran diri, Gangguan fungsi, Gangguan peran sosial, Harapan
diri tidak realistic, Pemahaman terhadap situasi kurang, Penyakit fisik,
Kegagalan, Ketidakberdayaan, Riwayat kehilangan, Riwayat pengabaian,
Riwayat penolakan, dan transisi perkembangan.

3. Tanda dan Gejala

Mayor Minor
Data Subjektif Data Subjektif
• Menilai diri negative (mis, • Kurang konsentrasi
tidak berguna, tidak Data Objektif
tertolong) • Kontak mata kurang
• Merasa malu/bersalah • Lesu dan tidak bergairah
• Menolak penilaian positif • Pasif
tentang diri sendiri • Tidak mampu membuat
keputusan
Data Objektif
• Berbicara pelan dan lirih
• Menolak berinterkasi dengan
orang lain
• Berjalan menunduk

4. Diagnosis Medis Terkait


Cedera traumatis, Pembedahan, Kehamilan, Kondisi baru terdiagnosis
(mis.Diabetes melitus), Stroke, Penyalahgunaan zat, Demensia, dan
Pengalaman tidak menyenangkan.

Hal. 6
KETIDAKBERDAYAAN
1. Pengertian

Ketidakberdayaan adalah pengalamn hidup kurang pengendalian terhadap


situasi, termasuk persepsi bahwa tindakan seseorang secara signifikan tidak
akan mempengaruhi hasil (NANDA-I, 2018). Ketidakberdayaan adalah persepsi
seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara
bermakna; suatu keadaan ketika individu kurang dapat mengendalikan kondisi
tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (Stuart, 2016).

2. Penyebab
• Nyeri

• Ansietas

• Harga diri rendah

• Strategi koping tidak efektif

• Kurang pengetahuan untuk mengelola masalah

• Kurang dukungan social

3. Tanda dan Gejala


Mayor Minor
Subjektif Subjektif
• Mengatakan • Menyatakan keraguan tentang
ketidakmampuan kemampuannya

• Frustasi karena tidak mampu • Menyatakan kurang mampu


mengatasi situasi mengontrol situasi

Objektif • Malu
• Tidak mampu merawat diri
Objektif
• Tidak mampu mencari • Kurang partisipasi dalam
informasi perawatan perawatan

• Tidak mampu memutuskan • Depresi

• Bergantung pada orang lain

4. Diagnosis Medis Terkait


• Penyakit kronis: stroke, gagal ginjal, gagal jantung, penyakit terminal,
dan diabetes melitus

Hal. 7
• Fraktur/kecelakaan

KEPUTUSASAAN
1. Pengertian
Keputusasaan merupakan kondisi subjektif seorang individu memandang
keterbatasan atau tidak adanya alternatif pemecahan masalahdan tidak
mampu memobilisasi energi demi kepentingannya sendiri (NANDA-I, 2018).
2. Penyebab
• Stress jangka Panjang

• Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual

• Kehilangan kepercayaan pada nilai-nilai penting

• Pembatasan aktivitas jangka Panjang

• Isolasi sosial

3. Tanda dan Gejala


Mayor Minor
Subjektif Subjektif
• Mengungkapkan • Sulit tidur
keputusasaan
• Selera makan menurun
• Mengungkapkan isi
• Mengungkapkan keragu-
pembicaraan yang pesimis
raguan
“Saya tidak bisa”
• Mengungkapkan frustasi
• Kurang dapat berkonsentrasi
Objektif
• Mengungkapkan bingung
• Afek datar
Objektif
• Kurang inisiatif
• Berperilaku pasif
• Meninggalkan lawan bicara
• Kontak mata kurang
• Mengangkat bahu sebagai
• Perubahan pola tidur
respons pada lawan bicara
• Porsi makan tidak habis
• Perawatan diri kurang
• Kurang bicara
• Sulit membuat keputusan

4. Diagnosis Medis Terkait


• Penyakit kronis (Diabetes melitus, hipertensi, stroke, TBC)

• Penyakit terminal (kanker)

• Penyakit yang tidak dapat disembuhkan

• Kondisi fisik terus menurun

Hal. 8
HARGA DIRI RENDAH KRONIS
1. Pengertian
Keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri negatif mengenai diri dan
kemampuannya dalam waktu lama dan terus menerus yang berhubungan
dengan perasaan tidak berharga,tidak berdaya,putus asa, ketakutan, rentan,
rapuh, serta tidak berarti. Harga diri rendah kronik adalah evaluasi diri/
perasaan diri negative tentang diri sendiri atau kemampuan diri yang
berlangsung minimal tiga bulan (NANDA-I,2018 dalam Keliat et.al, 2019).

2. Penyebab
Sering disalahkan, Kurang mendapatkan kesempatan mengembangkan diri,
Kurang dihargai keluarga maupun orang lain, Sering mengalami kegagalan,
Dikucilkan oleh lingkungan.
3. Tanda dan Gejala
Mayor Minor
Subjektif Subjektif
• Menilai diri negative/mengkritik • Merasa sulit konsentrasi
diri • Mengatakan sulit tidur
• Merasa tidak berarti/ tidak • Mengungkapkan keputusasaan
berharga • Enggan mencoba hal baru
• Merasa malu/ minder • Menolak penilaian positif tentang
• Merasa tidak mampu melakukan diri sendiri
apapun • Melebih-lebihkan penilaian
• Meremehkan kemampuan yang negatif tentang diri sendiri
dimiliki
Objektif
• Merasa tidak memiliki kelebihan
• Bergantung pada pendapat orang
Objektif
lain
• Berjalan menunduk
• Sullit membuat keputusan
• Postur tubuh menunduk
• Seringkali mencari penegasan
• Kontak mata kurang
• Menghindari
• Lesu dan tidak bergairah
orang lain
• Berbicara pelan dan lirih
• Lebih senang menyendiri
• Ekspresi muka datar
• Pasif

4. Diagnosis Medis Terkait


Skizofrenia, Depresi berat, Bipolar, Gangguan jiwa lainnya

Hal. 9
HALUSINASI/GANGGUAN PRESEPSI SENSORI
1. Pengertian
Halusinasi adalah gejala gangguan jiwa berupa respons panca-indera, yaitu
penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan terhadap
sumber yang tidak nyata (Keliat et.al, 2019). Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada.

2. Penyebab
• Kurang tidur
• Isolasi social
• Mengurung diri
• Kurang kegiatan social
3. Tanda dan Gejala
Mayor Minor
Subjektif Subjektif
• Mendengar suara orang bicara • Sulit tidur
tanapa ada orangnya
• Khawatir
• Melihat benda, orang atau sinar
tanpa ada objektifnya • Takut
• Menghirup bau-bauan yang Objektif
tidak sedap, seperti bau badan • Konsentrasi buruk
padahal tidak • Disorientasi waktu, tempat,
• Merasakan pengecapan yang orang atau situasi
tidak enak • Afek datar
• Merasakan rabaan atau • Curiga
gerakan badan • Menyendiri dan melamun
Objektif • Mondar-mandir
• Bicara sendiri • Kurang mampu merawat diri
• Tertawa sendiri
• Meihat kesatu arah
• Mengarahkan telinga kearah
tertentu
• Tidak dapat memfokuskan
pikiran
• Diam sambal menikmati
halusinasinya
4. Diagnosis Medis Terkait
Psikotik akut, Skizofrenia, Gangguan bipolar, Parkinson, Delirium, Dimensia

Hal. 10
WAHAM
1. Pengertian
Waham adalah keyakinan pribadi berdasarkan kesimpulan yang salah dari
realitas ekstrenal). Waham juga diartikan sebagai keyakinan yang salah yang
dipertahankan secara kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan
kenyataan.
2. Penyebab
• Genetik
• Biologis yaitu ketidakseimbangan neurotansmiter
• Diisolasi oleh lingkungan
• Mudah kecewa, kecemasan tinggi, mudah putus asa dan menutup diri
• Konsep diri yang negative
3. Tanda dan Gejala
Mayor Minor
Subjektif Subjektif
• Mengatakan bahwa ia adalah • Tidak mampu mengambil
artis, nabi, presiden, wali, dan keputusan
lainnya yang tidak sesuai • Merasa khawatir sampai
dengan kenyataan panik
• Curiga dan waspada berlebih Objektif
pada orang tertentu • Bingung
• Merasa diintai dan akan • Perubahan pola tidur
membahayakan dirinya • Kehilangan selera makan
• Merasa yakin menderita
penyakit fisik
Objektif
• Mudah tersinggung
• Marah
• Waspada
• Menarik diri
• Inkoheren
• Perilaku seperti isi wahamnya

4. Diagnosis Medis Terkait


Skizofrenia, Gangguan Bipolar, Obsessive-Complusive Disorder, Epilepsi

Hal. 11
ISOLASI SOSIAL
1. Pengertian
Ketidakmampuan untuk membina hubungan yang erat, hangat, terbuka dan
interdependen dengan orang lain.
2. Penyebab
• Keterlambatan perkembangan • Ketidaksesuaian perilaku social
• Ketidakmampuan menjalin dengan norma
hubungan yang memuaskan • Perubahan penampilan fisik
• Ketidaksesuaian minat dengan • Perubahan status mental
tahap perkembangan • Ketidakadekuatan sumberdaya
• Ketidaksesuaian nilai-nilai personal (mis. Disfungsi berduka,
dengan norma budaya pengendalian diri buruk)
3. Tanda dan Gejala
Mayor Minor
• Ingin sendirian • Merasa berbeda dengan orang lain
• Merasa tidak aman di tempat • Merasa asyik dengan pikiran sendiri
umum • Merasa tidak mempunyai tujuan
• Menarik diri yang jelas
• Tidak berminat/menolak • Tidak mampu memenuhi harapan
melakukan kegiatan atau orang lain
interaksi dengan orang lain atau • Anggota subkultur tertentu
lingkungan • Menunjukkan permusuhan
• Tindakan tidak berarti
• Tidak ada kontak mata
• Perkembangan terlambat
• Tindakan berulang
• Tidak bergairah/lesu
• Afek datar
• Afek sedih
• Riwayat ditolak
• Kondisi difabel
4. Diagnosis Medis Terkait
Alzheimer, AIDS, Tuberculosis, Gangguan Psikiatris (misal Schizophrenia),
kondisi yang menyebabkan gangguan mobilitas.
5. Kata Kunci
• Kata kunci diangkatkannya diagnosis Isolasi sosial adalah : Menarik
diri/tidak berminat atau menolak berinteraksi dengan orang lain atau
lingkungan, merasa ingin sendiri, dan merasa tidak aman di tempat
umum.

Hal. 12
• Pada isolasi sosial sama sekali tidak ada kontak, interaksi tidak ada dan
pasien hanya diam saja

Hal. 13
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
1. Pengertian
Rentan melalukan perilaku yang menunjukkan dapat membahayakan diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan baik secara fisik dan emosional
2. Faktor Risiko
• Pemikiran waham atau delusi • Persepsi pada lingkungan tidak
• Curiga pada orang lain akurat
• Halusinasi • Alam perasaan depresi
• Bahasa tubuh (mis. Postur kaku, • Riwayat kekerasan pada hewan
mengepalkan tangan dan • Lingkungan tidak teratur atau
mengatupkan geraham, kacau
hiperaktifitas, sesak, mondar • Penganiayaan atau pengabaian
mandir, situasi mengancam) anak
• Ide, rencana bunuh diri • Riwayat/ancaman kekerasan
• Disfungsi sistem keluarga terhadap diri sendiri/orang
• Kerusakan kognitif lain/destruksi property orang lain
• Disorientasi atau konfusi • Impulsivitas
• Kerusakan kontrol impuls • Perubahan kronis dalam
• Perubahan neurologis b.d struktur/fungsi jaringan, sekunder
prematuritas, distress fetal, karena proses penuaan, infark
persalinan cepat atau lama multipel, HIV, trauma kepala,
penyalahgunaan zat
kronis/disfungsi kondisi fisik
progresif akibat gejala
• Ilusi
3. Diagnosis Medis Terkait
Penganiayaan fisik, psikologis,/seksual, sindrom otak organic (mis:Alzheimer),
gangguan perilaku, oppositional defiant disorder, depresi, serangan panik,
gangguan Tourette, delirium, demensia, gangguan amnestic, halusinasi, upaya
bunuh diri, abnormalitas neurotransmitter otak.
4. Kata Kunci

▪ Kata kunci ditegakkannya diagnosis ini : Perilaku yang dilakukan


beresiko untuk membahayakan diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan.

▪ Dirumuskan jika saat ini pasien tidak melakukan perilaku kekerasan


(mempunyai riwayat perilaku kekerasan) serta belum mempunyai
kemampuan untuk mencegah atau mengendalikan perilaku
tersebut

Hal. 14
RISIKO BUNUH DIRI
1. Pengertian
Berisiko melakukan upaya menyakiti diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan.

2. Faktor Risiko
• Gangguan perilaku (mis. Euphoria mendadak setelah depresi, perilaku
mencari senjata berbahaya, membeli obat dalam jumlah yang banyak,
membuat surat warisan)
• Demografi (mis. Lansia, status perceraian, janda atau duda, ekonomi
rendah, pengangguran)
• Gangguan fisik (mis.nyeri kronis, penyakit terminal)
• Masalah social (mis. Berduka, tidak berdaya, putus asa, kesepian,
kehilangan hubungan yang penting, isolasi social)
• Gangguan psikologis (mis. Penganiayaan masa kanak kanak, Riwayat
bunuh diri sebelumnya, remaja homoseksual, gangguan psikiatrik,
penyakit psikiatrik, penyalahgunaan zat).

3. Diagnosis Medis Terkait


• Sindroma otak akut atau kronis
• Ketidakseimbangan hormone (mis. Premenstrual syndrome, postpartum
psychosis)
• Penyalahgunaan zat
• Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
• Penyakit kronis atau terminal (mis.kanker)

4. Kata Kunci
Kata kunci ditegakkannya diagnosis ini : adanya perilaku klien yang beresiko
untuk menyakiti diri sendiri dengan tujuan untuk mengakhiri kehidupan baik
berupa isyarat bunuh diri (mengatakan ingin mati dan telah mempersiapkan
alat untuk mengakhiri kehidupan) dan percobaan bunuh diri (misalnya
memotong nadi, gantung diri).

Hal. 15
DEFISIT PERAWATAN DIRI : [Spesifikkan]
1. Pengertian
Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri
2. Penyebab
▪ Gangguan musculoskeletal
▪ Gangguan neuromuskuler
▪ Kelemahan
▪ Gangguan psikologis dan/atau psikotik
▪ Penurunan motivasi/minat
3. Tanda dan Gejala
Mayor Minor
• Menolak melakukan perawatan • Tidak mampu mandi/mengenakan
diri pakaian/makan/ke toilet/berhias
secara mandiri
• Minat melakukan perawatan diri
kurang

4. Kondisi Klinis Terkait


• Stroke
• Cedera medulla spinalis
• Depresi
• Arthritis rheumatoid
• Retardasi mental
• Delirium
• Demensia
• Gangguan amnestic
• Skizofrenia dan gangguan psikotik lain
• Fungsi penilaian terganggu

5. Kata Kunci
Kata kunci ditegakkannya diagnosis ini : menolak melakukan perawatan diri,
tidakmampu mandi/mengenakkan pakaian/makan/ke toilet/ berhias secara
mandiri, dan minat melakukan perawatan diri kurang.

Hal. 16
Tindakan Keperawatan dalam
02 Keperawatan Jiwa

Kata Kunci :

Tindakan yang diberikan pada pasien harus disesuaikan dengan kondisi

pasien pada saat itu dan tindakan keperawatan yang diberikan pada

pasien tidak harus selalu berurutan tetapi disesuaikan dengan data yang

ditemukan dalam pengkajian.

Diagnosis Risiko (Psikososial)

Diagnosa Tindakan
Ansietas Tindakan Keperawatan Pasien
1) Kaji tanda – gejala ansietas dan kemampuan klien
dalam mengurangi ansietas.
2) Jelaskan proses terjadinya ansietas
3) Latih cara mengatasi ansietas
- Relaksasi dengan teknik tarik nafas dalam
- Distraksi: bercakap-cakap hal positif, dll
- Hipnotis lima jari yang fokus pada hal positif
- Kegiatan spiritual
Tindakan pada Keluarga
1) Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
klien yang mengalami ansietas
2) Jelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
dan proses terjadinya ansietas serta mengambil
keputusan merawat klien
3) Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien
mengatasi ansietas sesuai dengan arahan
keperawatan yang telah diberikan kepada klien
4) Latih keluarga menciptakan suasana keluarga dan
lingkungan yang mendukung perawatan ansietas klien

Hal. 17
5) Diskusikan tanda dan gejala ansietas yang
memerlukan rujukan segera serta menganjurkan
follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara
teratur
Gangguan Citra Tindakan Keperawatan Pasien
Tubuh 1) Kaji
a. Bagian tubuh yang terganggu dan bagian tubuh
yang sehat
b. Tanda dan gejala gangguan citra tubuh dan
kemampuan klien dalam mengatasi gangguan
citra tubuh
2) Jelaskan proses terjadinya gangguan citra tubuh
3) Diskusikan persepsi, perasaan, dan harapan klien
terhadap citra tubuhnya
4) Latih klien menggunakan bagian tubuh yang sehat
a. Diskusikan bagian tubuh yang sehat
b. Latih menggunakan tubuh yang sehat
c. Latih afirmasi bagian tubuh yang sehat
5) Latih klien merawat dan melatih bagian tubuh yang
terganggu
a. Diskusikan dengan klien manfaat yang telah
dirasakan dari bagian tubuh yang terganggu
pada saat sehat
b. Motivasi klien melihat dan mengatur bagian
tubuh yang terganggu
c. Latih pasien meningkatkan citra tubuh bagian
tubuh yang terganggu: menyesuaikan pakaian,
pakai alat bantu, kosmetik, dan rencana protesa
6) Motivasi klien melakukan latihan sesuai jadwal dan
beri pujian
7) Motivasi klien melakukan kegiatan sosial
Tindakan Pada Keluarga
1) Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat klien yang mengalami gangguan citra
tubuh

Hal. 18
2) Jelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
dan proses terjadinya gangguan citra tubuh serta
mengambil keputusan merawat klien
3) Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien
mengatasi gangguan citra tubuh sesuai dengan
arahan keperawatan yang telah diberikan kepada
klien
4) Latih keluarga menciptakan suasana keluarga yang
mendukung klien mengatasi gangguan citra tubuh
sesuai dengan asuhan keperawatan yang telah
diberikan pada klien
5) Diskusikan tanda dan gejala gangguan citra tubuh
yang memerlukan rujukan segera serta
menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan
kesehatan secara teratur
Harga diri rendah Tindakan Keperawatan Pasien
situasional 1) Kaji tanda dan gejala harga diri rendah situasional
2) Jelaskan proses terjadinya harga diri rendah
situasional
3) Latih cara meningkatkan harga diri klien
a. Membuat daftar aspek positif dan kemampuan
yang dimiliki
b. Menilai aspek positif dan kemampuan yang masih
dapat dilakukan
c. Memilih aspek positif dan kemampuan yang masih
dapat dilakukan untuk dilatih
d. Melatih aspek positif dan kemampuan yang masih
dapat dilakukan untuk dilatih secara bertahap
e. Membuat rencana latihan yang teratur secara
bertahap
Tindakan Keperawatan Keluarga
1) Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
klien
2) Jelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
dan proses terjadinya harga diri rendah situasional

Hal. 19
3) Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien
meningkatkan harga diri sesuai dengan asuhan
keperawatan pada klien. Motivasi keluarga
memberikan pujian atas keberhasilan klien (other
reinforcement)
4) Latih keluarga menciptakan suasana keluarga yang
mendukung peningkatan harga diri klien
5) Diskusikan tanda dan gejala harga diri rendah
situasional yang memerlukan rujukan segera serta
menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan
kesehatan secara teratur
Ketidakberdayaan Tindakan Keperawatan Pasien
1) Kaji tanda dan gejala ketidakberdayaan
2) Jelaskan proses terjadinya ketidakberdayaan
3) Latih cara mengendalikan situasi
a. Diskusikan situasi hidup yang tidak dapat
dikendalikan
b. Diskusikan situasi hidup yang dapat dikendalikan
c. Latih cara-cara mengendalikan situasi hidup yang
dapat dikendalikan
d. Beri penguatan dan pujian
4) Latih cara mengendalikan pikiran
a. Diskusikan pikiran negatif dan pikiran tidak rasional
b. Latih pikiran positif dan rasional
c. Latih mengembangkan harapan positif dan
lakukan afirmasi positif
d. Beri penguatan dan pujian
5) Latih peran yang dapat dilakukan
a. Diskusikan peran yang dimiliki, yang dapat
dilakukan dan yang tidak dapat dilakukan
b. Latih peran yang dapat dilakukan
c. Beri penguatan dan pujian
Tindakan Keperawatan Keluarga
1) Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat klien

Hal. 20
2) Jelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
dan proses terjadinya ketidakberdayaan serta
mengambil keputusan merawat klien
3) Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien
mengatasi ketidakberdayaan sesuai dengan asuhan
keperawatan yang telah diberikan
4) Latih keluarga menciptakan suasana keluarga yang
mendukung mengatasi ketidakberdayaan
5) Diskusikan tanda dan gejala ketidakberdayaan yang
memerlukan rujukan segera serta menganjurkan
follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara
teratur
Keputusasaan Tindakan Keperawatan Pasien
1) Kaji tanda dan gejala keputusasaan
2) Jelaskan proses terjadinya keputusasaan
3) Diskusikan dengan klien
a. Kemampuan yang dimiliki
b. System pendukung yang dimiliki
c. Harapan kehidupan
4) Latih hubungan sosial dengan lingkungan
a. Bercakap-cakap dengan system pendukung
b. Bercakap-cakap dengan lingkungan
5) Latih melakukan kegiatan sehari-hari
a. Memenuhi kebutuhan makan
b. Memenuhi kebutuhan istirahat/tidur
c. Merawat diri: kebersihan diri
d. Melakukan kegiatan spiritual
6) Latih membangun harapan yang realistis
a. Diskusikan harapan dan keinginan masa depan
b. Bantu klien membuat rencana mencapai
harapan secara bertahap
7) Berikan motivasi dan pujian atas keberhasilan klien
Tindakan pada Keluarga
1) Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat klien

Hal. 21
2) Jelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
dan proses terjadinya keputusasaan serta
mengambil keputusan merawat klien
3) Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien
mengatasi keputusasaan sesuai dengan asuhan
keperawatan yang telah diberikan
4) Latih keluarga menciptakan suasana keluarga yang
mendukung mengatasi keputusasaan: suasana yang
positif
5) Diskusikan tanda dan gejala keputusasaan yang
memerlukan rujukan segera serta menganjurkan
follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara
teratur

Diagnosis Gangguan Jiwa

Diagnosis Tindakan
Risiko perilaku kekerasan Tindakan Keperawatan Pasien

1) Latih klien untuk melakukan relaksasi : tarik

nafas dalam, pukul bantal dan kasur,

senam dan jalan-jalan

2) Latih klien untuk bicara dengan baik :

mengungkapkan perasaan, meminta

dengan baik dan menolak dengan baik

3) Latih deeskalasi secara verbal maupun

tertulis

4) Latih klien untuk melakukan kegiatan

ibadah sesuai dengan agama dan

kepercayaan yang dianut (sholat,

sembahyang dan berdoa)

Hal. 22
5) Latih klien patuh minum obat dengan cara

8 benar (benar nama klien, benar obat,

benar dosis, benar cara, benar waktu, benar

manfaat, benar tanggal kadaluwarsa dan

benar dokumentasi).

6) Bantu klien mengendalikan risiko perilaku

kekerasan jika klien mengalami kesulitan

7) Diskusikan manfaat yang didapatkan

setelah mempraktikkan latihan

mengendalikan risiko perilaku kekerasan

8) Berikan pujian pada klien saat mampu

mempraktikkan latihan mengendalikan

risiko perilaku kekerasan

Tindakan Keperawatan Keluarga

1) Kaji masalah yang dirasakan keluarga

dalam merawat klien

2) Menjelaskan pengertian, penyebab,

tanda dan gejala, dan proses terjadinya

risiko perilaku kekerasan yang dialami

klien

3) Mendisikusikan cara merawat risiko

perilaku kekerasan dan memutuskan cara

merawat yang sesuai dengan kondisi klien

4) Melatih keluarga cara merawat risiko

perilaku kekerasan klien

a. Menghindari penyebab terjadinya

risiko perilaku kekerasan

Hal. 23
b. Membimbing klien melakukan latihan

cara mengendalikan perilaku

kekerasan sesuai dengan yang dilatih

perawat ke klien

c. Memberi pujian atas keberhasilan klien

5) Melibatkan seluruh anggota keluarga

untuk menciptakan suasana keluarga

yang nyaman: mengurangi stress didalam

keluarga dan memberi motivasi pada

klien

6) Menjelaskan tanda dan gejala perilaku

kekerasan yang memerlukan rujukan

segera serta melakukan follow up ke

pelayanan kesehatan secara teratur

Halusinasi Tindakan Keperawatan Pasien

1) Tidak mendukung dan tidak membantah

halusinasi klien

2) Latih klien melawan halusinasi dengan

menghardik

3) Latih klien mengabaikan halusinasi dengan

bersikap cuek

4) Latih mengalihkan halusinasi dengan

bercakap-cakap dan melakukan kegiatan

secara teratur

5) Latih minum obat dengan prinsip 8 benar,

yaitu : benar nama, benar obat, benar

manfaat, benar dosis, benar frekuensi, benar

Hal. 24
cara, benar tanggal kadaluwarsa dan benar

dokumentasi

6) Diskusikan manfaat yang didapatkan setelah

memparktikkan latihan mengendalikan

halusinasi

7) Berikan pujian pada klien saat mampu

mempraktikkan latihan mengendalikan

halusinasi

Tindakan Keperawatan Keluarga

1) Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam

merawat klien

2) Menjelaskan pengertian, penyebab, tanda

dan gejala, dan proses terjadinya

halusinasi yang dialami klien

3) Mendisikusikan cara merawat halusinasi dan

memutuskan cara merawat yang sesuai

dengan kondisi klien

4) Melatih keluarga cara merawat halusinasi

klien

a. Menghindari penyebab terjadinya

halusinasi

b. Membimbing klien melakukan latihan

cara mengendalikan halusinasi sesuai

dengan yang dilatih perawat ke klien

c. Memberi pujian atas keberhasilan

klien

5) Melibatkan seluruh anggota keluarga untuk

menciptakan suasana keluarga yang

Hal. 25
nyaman: mengurangi stress didalam

keluarga dan memberi motivasi pada klien

6) Menjelaskan tanda dan gejala halusinasi

yang memerlukan rujukan segera serta

melakukan follow up ke pelayanan

kesehatan secara teratur

Waham Tindakan Keperawatan Pasien

1) Sikap perawat: kalem, lembut, netral, jujur,

hindari pertentangan, bicara jelas, dan

simple

2) Tidak mendukung dan tidak membantah

waham klien

3) Yakinkan klien berada pada lingkungan

yang aman

4) Bantu klien untuk orientasi realitas (orang,

tempat, dan waktu)

5) Diskusikan kebutuhan klien yang tidak

terpenuhi

6) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan

yang realistis

7) Diskusikan kemampuan/aspek positif yang

dimiliki klien

8) Latih klien dalam melakukan

kemampuan/aspek positif yang dimiliki

Tindakan Keperawatan Keluarga

1) Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam

merawat klien

Hal. 26
2) Menjelaskan pengertian, penyebab, tanda

dan gejala, dan proses terjadinya waham

yang dialami klien

3) Mendisikusikan cara merawat waham dan

memutuskan cara merawat yang sesuai

dengan kondisi klien

4) Melatih keluarga cara merawat waham klien

a. Tidak mendukung dan tidak

membantah waham klien (netral)

b. Membimbing klien melakukan latihan

cara mengendalikan waham sesuai

dengan yang dilatih perawat kepada

klien

c. Memberi pujian atas keberhasilan

klien

5) Melibatkan seluruh anggota keluarga dalam

membimbing orientasi realita (orang,

tempat, dan waktu), memenuhi kebutuhan

klien yang tidak terpenuhi, memotivasi

melakukan kemampuan/ aspek positif yang

dimiliki. Memberi pujian atas

keberhasilannya

6) Menjelaskan tanda dan gejala waham yang

memerlukan rujukan segera serta melakukan

follow up ke pelayanan kesehatan secara

teratur

Risiko Bunuh Diri Tindakan Keperawatan Pasien

1) Mengamankan lingkungan dari risiko bunuh

Hal. 27
diri (lingkungan aman)

2) Membangun harapan dan masa depan

a. Diskusikan tujuan dari kehidupan

b. Diskusikan membangun harapan terkait

diri sendiri, orang yang berarti dalam

kehidupan

c. Diskusikan cara dan tekad untuk

mencapai harapan dan masa depan

d. Latih untuk mencapai harapan dan

masa depan

3) Latih cara mengendalikan dorongan bunuh

diri

a. Diskusikan dan buat daftar aspek positif

diri dan lakukan afirmasi positif

b. Diskusikan dan buat daftar aspek positif

dari orang yang berarti dalam hidup

dan lakukan afirmasi positif

c. Diskusikan dan buat daftar aspek positif

dari lingkungan dan lakukan afirmasi

positif

d. Latih semua aspek positif yang dimiliki:

dari diri sendiri, orang yang berarti

e. Latih mengevaluasi perasaan dan

pikiran

4) Berikan motivasi untuk membangun

harapan dan mengendalikan dorongan

bunuh diri

5) Minta klien menghubungi care giver

Hal. 28
(keluarga) dan tenaga kesehatan jika tidak

dapat mengendalikan dorongan bunuh diri

6) Berikan pengawasan ketat dan terkendali

jika klien tidak dapat mengendalikan

dorongan bunuh diri (perawatan intensif)

Tindakan Keperawatan Keluarga

1) Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam

merawat klien

2) Menjelaskan proses terjadinya risiko bunuh

diri pada klien

3) Mendisikusikan cara merawat risiko bunuh

diri dan memutuskan cara merawat yang

sesuai dengan kondisi klien

4) Melatih keluarga cara merawat risiko bunuh

diri

a. Menyediakan lingkungan yang aman dari

risiko bunuh diri antara lain menjauhkan

alat-alat yang berbahaya yang dapat

melukai diri

b. Memberi pujian atas semua aspek positif

klien, hindari menyampaikan aspek

negatif atau kekurangan

c. Berdiskusi tentang harapan dan masa

depan

d. Memotivasi dan membimbing klien

melakukan kegiatan sesuai dengan

asuhan yang telah diberikan perawat

Hal. 29
e. Mendampingi klien sampai melakukan

kegiatan positif

5) Melibatkan seluruh anggota keluarga

menciptakan suasana positif: saling memuji,

mendukung, dan peduli

6) Menjelaskan tanda dan gejala risiko bunuh

dirisx yang memerlukan rujukan segera serta

melakukan follow up ke pelayanan

kesehatan secara teratur

Harga diri rendah kronik Tindakan Keperawatan Pasien

1) Diskusikanaspek positif dan kemampuan

yang pernah dan masih dimiliki klien

2) Bantu klien menilai aspek positif dan

kemampuan yang masih dimiliki dan dapat

digunakan/dilakukan

3) Bantu klien memilih aspek positif atau

kemampuan yang akan dilatih

4) Latih aspek positif atau kemampuan yang

dipilih dengan motivasi yang positif

5) Berikan pujian untuk setiap kegiatan yang

dilakukan dengan baik

6) Fasilitasi klien bercerita tentang

keberhasilannya

7) Bantu klien membuat jadwal latihan untuk

membudayakan

8) Bantu klien menilai manfaat latihan yang

dilakukan

Tindakan Keperawatan Keluarga

Hal. 30
1) Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam

merawat klien

2) Menjelaskan pengertian, penyebab, tanda

dan gejala, dan proses terjadinya harga

diri rendah yang dialami klien

3) Mendisikusikan cara merawat harga diri

rendah dan memutuskan cara merawat

yang sesuai dengan kondisi klien

4) Melatih keluarga cara merawat harga diri

rendah klien

a. Mendiskusikan aspek positif dan

kemampuan yang dimiliki klien

b. Membimbing klien melakukan aspek

positif dan kemampuan yang dimiliki

klien: memilih, melatih, memberi motivasi

c. Memberi pujian atas keberhasilan klien

5) Melibatkan seluruh anggota keluarga

menciptakan suasana lingkungan yang

nyaman: mengurangi kritik, memfasilitasi

keberhasilan, dan memberi pujian

6) Menjelaskan tanda dan gejala harga diri

rendah yang memerlukan rujukan segera

serta melakukan follow up ke pelayanan

kesehatan secara teratur

Isolasi Sosial Tindakan Keperawatan Pasien

1) Diskusikan keuntungan berinteraksi dengan

orang lain

Hal. 31
2) Diskusikan keuntungan melakukan kegiatan

bersama orang lain

3) Latih klien berkenalan

4) Latih klien bercakap-cakap saat melakukan

kegiatan sehari-hari

5) Latih klien kegiatan sosial: berbelanja, ke

rumah ibadah, ke arisan, ke bank, dll

Tindakan Keperawatan Keluarga

1) Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam

merawat klien

2) Menjelaskan proses terjadinya isolasi

social yang dialami klien

3) Mendisikusikan cara merawat isolasi sosial

dan memutuskan cara merawat yang sesuai

dengan kondisi klien

4) Melatih keluarga cara merawat isolasi sosial

klien

a. Membuat jadwal bercakap-cakap

dengan klien

b. Membantu klien berkenalan dengan

orang baru

c. Melibatkan klien melakukan kegiatan

rumah tangga dan activity daily living

secara bersama dan bercakap-cakap

d. Melibatkan klien melakukan kegiatan

social: berbelanja, menghadiri kegiatan

ibadah, terlibat kegiatan kelompok seperti

arisan, kerja bakti, dll

Hal. 32
e. Memberikan dukungan, kesempatan

terlibat dan pujian kepada klien

5) Melibatkan seluruh anggota keluarga dalam

bersosialisasi dengan klien, kegiatan

keluarga bersama, jadwal bercakap-cakap

tiap anggota keluarga

6) Menjelaskan tanda dan gejala isolasi sosial

yang memerlukan rujukan segera serta

melakukan follow up ke pelayanan

kesehatan secara teratur

Defisit Perawatan Diri Tindakan Keperawatan Pasien

1) Melatih kebersihan diri: mandi, keramas, sikat

gigi, berpakaian, berhias, dan gunting kuku

2) Melatih makan dan minum

3) Melatih BAB dan BAK

4) Melatih kebersihan dan kerapihan

lingkungan rumah: klien dilatih

membersihkan dan merapikan lingkungan

rumah, yaitu kamar tidur, ruang tamu, ruang

makan, dapur, kamar mandi, dll

Tindakan Keperawatan Keluarga

1) Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam

merawat klien

2) Menjelaskan proses terjadinya defisit

perawatan diri yang dialami klien

3) Mendisikusikan cara merawat defisit

perawatan diri dan memutuskan cara

merawat yang sesuai dengan kondisi klien

Hal. 33
4) Melatih keluarga cara merawat defisit

perawatan diri seperti yang telah dilatih

perawat pada klien

a. Menyediakan alat-alat yang diperlukan

dalam menjaga kebersihan diri

b. Membimbing klien melakukan perawatan

diri: kebersihan diri, makan dan minum,

BAB dan BAK, kebersihan dan kerapihan

lingkungan rumah

5) Melibatkan seluruh anggota keluarga

menciptakan suasana keluarga yang

mendukung: mengingatkan klien, melakukan

kegiatan bersama-sama, memberi motivasi

dan pujian

6) Menjelaskan tanda dan gejala defisit

perawatan diri yang memerlukan rujukan

segera serta melakukan follow up ke

pelayanan kesehatan secara teratur

Hal. 34
Komunikasi Terapeutik pada
03 Keperawatan Jiwa

Definisi

Komunikasi merupakan proses yang digunakan individu untuk bertukar

informasi. Pesan-pesan secara simultan dikirim dan diterima melalui dua

cara, yaitu secara verbal (penggunaan kata-kata) dan secara non verbal

(perilaku yang menyertai ucapan) (Balzer-Riley, 1996 dalam Videbeck, S.L.,

2012).

Komunikasi terapeutik pada individu merupakan komunikasi yang

dilakukan antara perawat dengan individu pasien yang bertujuan untuk

menyelesaikan diagnosis keperawatan pasien. Komunikasi terapeutik

merupakan komunikasi yang bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk

kesembuhan pasien.

Komunikasi terapeutik merupakan hal penting bagi perawat dalam

melakukan asuhan keperawatan kepada klien. Komunikasi terapeutik

sebagai “kendaraan” yang mengantarkan perawat kepada klien. Hubungan

terapeutik akan terbina jika perawat memahami prinsip-prinsip komunikasi

terapeutik dan memiliki kualitas personal yang meliputi kesadaran diri,

klarifikasi nilai, eksplorasi perasaan, model peran, altruisme, etik dan

tanggung jawab.

Hal. 35
Prinsip-prinsip Komunikasi Teraupetik dalam Keperawatan

Menurut Carl Rogers (1961 dalam Stuart, 2013), prinsip-prinsip komunikasi

terapeutik meliputi :

1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri (self awareness) yang berarti

memahami nilai-nilai yang di anut

2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling

percaya dan saling menghargai

3. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik fisik

maupun mental

4. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien

bebas berkembang tanpa rasa takut

5. Perawat harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan

klien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap, tingkah

lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan

masalah-masalah yang dihadapi

6. Perawat harus mampu mengontrol perasaan sendiri secara bertahap

untuk mengetahui dan mengatasi perasaan emosional seperti

perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan, maupun frustasi

7. Perawat harus mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan

dapat mempertahankan konsistensinya

8. Perawat harus mampu memahami arti empati dan

menggunakannya sebagai tindakan yang terapeutik, dan mampu

memahami arti simpati yang bukan sebagai tindakan terapeutik

Hal. 36
9. Perawat harus mampu memahami bahwa kejujuran dan komunikasi

terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik

10. Perawat harus mampu menjadi role model agar dapat meyakinkan

dan sebagai contoh kepada orang lain tentang perilaku sehat.

11. Perawat harus mampu mengungkapkan perasaan dan menyatakan

sikap yang jelas

12. Perawat mampu memiliki sifat altruisme yang berarti menolong atau

membantu permasalahan klien tanpa mengharapkan imbalan

apapun dari klien

13. Perawat harus mampu mengambil keputusan berdasarkan prinsip

kesejahteraan manusia

14. Bertanggung jawab pada setiap sikap dan tindakan yang dilakukan .

Hal. 37
Penerapan Komunikasi Teraupetik

Tahapan Komunikasi Terapeutik

1. Tahap Pra-Interaksi

2. Tahap Perkenalan

3. Tahap Orientasi

4. Tahap Kerja

5. Tahap Terminasi

1. Tahap Pra Interkasi

Tahap ini dimulai sebelum kontak pertama perawat dengan klien.

Hal-hal yang dilakukan pada Tahap ini yaitu evaluasi diri, penetapan

tahapan hubungan dan rencana interaksi. Tugas utama perawat

dalam tahap ini antara lain :

1. Mengeksplorasi perasaan, fantasi, dan ketakutan diri (evaluasi diri)

2. Menganalisis kekuatan profesional diri dan keterbatasan (evaluasi

diri)

3. Mengumpulkan data tentang klien (jika mungkin)

4. Merencanakan untuk pertemuan pertama dengan klien/keluarga

2. Tahap Perkenalan atau Orientasi

Merupakan kegiatan yang dilakukan perawat saat pertama kali

bertemu atau kontak dengan klien/ keluarga. Hal-hal yang perlu

dilakukan pada tahap ini :

Hal. 38
• Memberi salam

• Memperkenalkan diri

• Menanyakan nama klien

• Mengevaluasi perasaan/ kondisi klien/ keluarga

• Memvalidasi cara yang sudah dilakukan untuk mengatasi

• Menyepakati kontrak/pertemuan: topik, kesediaan klien untuk

bercakap-cakap, waktu, tempat

3. Tahap Orientasi

Tahap ini dilakukan pada awal setiap pertemuan kedua dan

seterusnya. Tujuan tahap ini adalah menvalidasi kekurangan data,

rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini dan

mengevaluasi hasil tindakan yang lalu. umumnya dikaitkan dengan

hal yang telah dilakukan bersama klien. Hal-hal yang harus dilakukan

perawat pada fase ini adalah :

Hal-hal yang perlu dilakukan pada tahap ini :

• Memberi salam (sama dengan tahap perkenalan)

• Mengevaluasi dan memvalidasi keadaan klien/ keluarga

• Menyepakati kontrak pertemuan

Tugas utama perawat dalam tahap ini, antara lain :

1. Mengidentifikasi mengapa klien mencari bantuan

2. Menyediakan kepercayaan, penerimaan dan komunikasi

terbuka

Hal. 39
3. Membuat kontrak timbal balik

4. Mengeksplorasi perasaan klien, pikiran dan tindaka

5. Mengidentifikasi masalah klien

6. Mendefinisikan tujuan dengan klien

4. Tahap Kerja

Tahap kerja merupakan inti hubungan perawat klien yang terkait erat

dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang akan

dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

• Tahap kerja pada pertemuan pertama berisikan pengkajian,

penjelasan masalah dan melatih satu cara mengatasi

masalah.

• Pada pertemuan selanjutnya, tahap kerja merupakan tindakan

perawat melatih kemampuan mengatasi masalah yang

selanjutnya.

5. Tahap Terminasi

Merupakan akhir dari setiap pertemuan perawat dan klien terbagi

menjadi 2 :

a. Terminasi sementara (akhir dari tiap pertemuan perawat & klien

atau keluarga yang akan ada pertemuan lagi pada waktu yang

telah ditentukan):

b. Terminasi akhir (terjadi jika klien & keluarganya telah mampu

menyelesaikan masalahnya).

Hal-hal yang harus dilakukan pada tahap terminasi ini, antara lain :

Hal. 40
1. Evaluasi hasil, yang terdiri evaluasi subjektif dan evaluasi

objektif

2. Rencana tindak lanjut

3. Kontrak yang akan datang

Tugas utama perawat dalam tahapan terminasi adalah :

1. Menyediakan realitas perpisahan

2. Melihat kembali kemajuan dari terapi dan pencapaian tujuan

3. Saling mengeksplorasi perasaan adanya penolakan,

kehilangan, sedih dan marah serta tingkah laku yang berkaitan

Hal. 41
FORMAT STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI DALAM TINDAKAN

KEPERAWATAN

Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan berguna untuk panduan bagi

perawat dalam berinteraksi dengan klien. Strategi pelaksanaan tindakan

keperawatan harus dibuat setiap sebelum melakukan asuhan keperawatan

kepada klien dengan tujuan agar perawat mengetahui kekurangan dan

kemampuan yang dimiliki perawat agar dapat di perbaiki sebelum

melakukan proses keperawatan kepada klien.

Adapun bentuk strategi pelaksanaan tindakan keperawatan harian adalah

sebagai berikut :

1. Proses keperawatan

a. Kondisi klien

b. Diagnosa keperawatan

c. Tujuan khusus

d. Tindakan keperawatan

2. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

a. Orientasi

1. Salam terapeutik

2. Evaluasi / validasi

3. Kontrak : topik, tujuan, waktu dan tempat

b. Kerja

Hal. 42
1. Pengkajian

2. Penjelasan Diagnosis

3. Tindakan Keperawatan

c. Terminasi

1. Evaluasi subjektif dan evaluasi objektif

2. Rencana tindak lanjut pasien

3. Rencana tindak lanjut perawat (Kontrak yang akan datang : topik,

waktu, dan tempat)

Hal. 43
PENERAPAN KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA KELUARGA

Komunikasi terapeutik pada keluarga merupakan komunikasi yang

dilakukan antara perawat dengan keluarga sebagai klien yang bertujuan

untuk menyelesaikan masalah keperawatan keluarga. Interaksi dengan

keluarga atau pemberian pendidikan kesehatan kepada keluarga

dilakukan secara bertahap :

• Permulaan hubungan perawat-keluarga

• Pendidikan kesehatan tentang keterampilan keluarga merawat klien

• Penerapan cara merawat klien

• Peran keluarga merawat klien di rumah-keluarga- masyarakat

Asuhan keperawatan yang dilakukan kepada keluarga ditujukan untuk

memampukan keluarga melakukan tugas kesehatan keluarga:

• Mengenal masalah kesehatan anggota keluarga (khususnya klien

gangguan jiwa yang ada dalam keluarga).

• Mengambil keputusan yang tepat dalam merawat anggota keluarga

yang memerlukan pertolongan (keluarga setuju dirawat oleh perawat

puskesmas saat klien dibawa berkunjung ke puskesmas).

• Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Keluarga dapat merawat sesuai dengan diagnosis keperawatan

yang ditemukan pada klien.

• Menciptakan lingkungan yang kondusif di keluarga dan lingkungan.

Dalam hal ini termasuk sikap dan fasilitas dalam keluarga dan

Hal. 44
lingkungan yang mendukung perbaikan klien.

• Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat membantu

pemulihan dan pemeliharaan kesehatan jiwa anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa.

Hal. 45
STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) PADA KELUARGA

Komunikasi yang dilakukan saat kunjungan rumah dibagi dalam beberapa

tahap yaitu :

• Perawat dengan keluarga atau care giver

• Perawat dengan klien (Ex: klien ansietas)

• Perawat dengan keluarga atau care giver

• Komunikasi akan dilanjutkan di PUSKESMAS yaitu

• Perawat dengan dokter menggunakan ISBAR dan TBaK

• Perawat dengan pasien dan keluarga

SP Komunikasi pada Keluarga

1. Fase Orientasi

• Salam dan Perkenalan

• Evaluasi keluhan keluarga dan Validasi : koping keluarga

• Kontrak : Topik, Tujuan, Waktu, dan Tempat

2. Fase kerja

• Pengkajian : Data Keluarga, IKS, SR

• Menyampaikan kesimpulan : hasil Data Keluarga, IKS, SRQ

• Tindakan Keperawatan pada care giver

• Tindakan Keperawatan pada pasien gangguan Jiwa (Fase

Hal. 46
Orientasi sd Terminasi)

• Edukasi tindakan keperawatan pada keluarga

3. Fase terminasi

• Evaluasi subjektif dan evaluasi objektif

• Rencana tindak lanjut pasien

• Rencana tindak lanjut perawat (Kontrak yang akan datang : topik,

waktu, dan tempat)

Hal. 47
TEKNIK-TEKNIK KOMUNIKASI TERAUPETIK (Stuart, 2016) :

1. Mendengarkan (Listening)

Mendengarkan merupakan dasar dalam komunikasi yang akan

mengetahui perasaan klien. Teknik mendengarkan dengan cara

memberi kesempatan klien untuk bicara banyak dan perawat sebagai

pendengar aktif. Mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian

akan menunjukkan pada orang lain bahwa apa yang dikatakannya

adalah penting dan dia adalah orang yang penting. Mendengarkan juga

menunjukkan pesan ”anda bernilai untuk saya” dan ”saya tertarik

padamu”.

2. Pertanyaan terbuka (Broad Opening)

Memberikan inisiatif kepada klien, mendorong klien untuk menyeleksi

topik yang akan dibicarakan. Kegiatan ini bernilai terapeutik apabila

klien menunjukkan penerimaan dan nilai dari inisiatif klien dan menjadi

non terapeutik apabila perawat mendominasi interaksi dan menolak

respon klien

3. Mengulang (Restating)

Merupakan teknik yang dilaksanakan dengan cara mengulang pokok

pikiran yang diungkapkan klien, yang berguna untuk menguatkan

ungkapan klien dan memberi indikasi perawat untuk mengikuti

pembicaraan. Teknik ini bernilai terapeutik ditandai dengan perawat

mendengar dan melakukan validasi, mendukung klien dan memberikan

respon terhadap apa yang baru saja dikatakan oleh klien.

Hal. 48
4. Penerimaan (Acceptance)

Penerimaan adalah mendukung dan menerima informasi dengan

tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai.

Penerimaan bukan berarti persetujuan. Menunjukkan penerimaan

berarti kesediaan mendengar tanpa menunjukkan keraguan atau

ketidaksetujuan. Dikarenakan hal tersebut, perawat harus sadar

terhadap ekspresi nonverbal. Bagi perawat perlu menghindari memutar

mata ke atas, menggelengkan kepala, mengerutkan atau memandang

denga muka masam pada saat berinteraksi dengan klien.

5. Klarifikasi

Klarifikasi merupakan teknik yang digunakan bila perawat ragu, tidak

jelas, tidak mendengar atau klien malu mengemukakan informasi dan

perawat mencoba memahami situasi yang digambarkan klien

6. Refleksi

Refleksi ini dapat berupa refleksi isi dengan cara memvalidasikan apa

yang didengar, refleksi perasaan dengan cara memberi respon pada

perasaan klien terhadap isi pembicaraan agar klien mengetahui dan

menerima perasaannya. Teknik ini akan membantu perawat untuk

memelihara pendekatan yang tidak menilai

2. Asertif

Asertif adalah kemampuan dengan cara meyakinkan dan nyaman

mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai

hak orang lain.

Hal. 49
3. Memfokuskan

Cara ini dengan memilih topik yang penting atau yang telah dipilih

dengan menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik,

lebih jelas dan berfokus pada realitas.

4. Membagi persepsi

Merupakan teknik komunikasi dengan cara meminta pendapat klien

tentang hal - hal yang dirasakan dan dipikirkan.

5. Identifikasi ”tema”

Merupakan teknik denga mencari latar belakang masalah klien yang

muncul dan berguna untuk meningkatkan pengertian dan eksplorasi

masalah yang penting.

6. Diam

Diam dilakukan dengan tujuan untuk mengorganisir pemikiran,

memproses informasi, menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk

menunggu respon. Diam tidak dilakukan dalam waktu yang lama karena

akan mengakibatkan klien menjadi khawatir. Diam juga dapat diartikan

sebagai mengerti atau marah. Diam disini juga menunjukkan kesediaan

seseorang untuk menanti orang lain untuk berpikir, meskipun begitu diam

yang tidak tepat dapat menyebabkan orang lain merasa cemas.

7. Informing

Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan

respon lebih lanjut. Beberapa keuntungan dari menawarkan informasi

adalah akan memfasilitasi komunikasi, mendorong pendidikan

Hal. 50
kesehatan dan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan.

8. Humor

Tertawa dapat membantu mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang

disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam

memberikan dukungan emosional terhadap klien.

9. Saran

Teknik yang bertujuan memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah.

Teknik ini tidak tepat dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase

awal hubungan.

Hal. 51
REFERENSI

Afnuhazi, R. (2015). Komunikasi terapeutik dalam keperawatan jiwa.

Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Anjaswarni. (2016). Komunikasi dalam keperawatan. Jakarta: Pusdik SDM

Kesehatan.

Herdman, T. H. dan S. K. (2018). Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan:

Definisi dan Klasifikasi 2018-2020 (Edisi 11). Jakarta: EGC.

Keliat, B.A, dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Nasir, A., Muhith, A., Sajidin, M., & Mubarak, W.I. (2009). Komunikasi dalam

keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Stuart, G.W. (2013). Principles and practice of psychiatric nursing. Tenth

edition. Elsevier Mosby: St.Louis

Stuart, G.W., Keliat, B.A., & Pasaribu. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan

Kesehatan Jiwa Stuart. Singapura. Elsevier.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Varcarolis, E.M. (2012). Psychiatric Nursing Clinical Guide: Assesment Tools

And Diagnosis. Philadelphia. W.B. Saunders Co.

Videbeck, S.L. (2012). Psychiatric mental health nursing. Wolters Kluwer

Health. Lippincott Williams & Wilkins

Hal. 52

Anda mungkin juga menyukai