Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

“FASE EKSPOSISI,FASE TOKSIKO KINETIC”


“FASE TOKSIKO DINAMIK“

Penyusun : Putra ari susanto

Nim:22133410845

Prodi:Toksikologi Industri

PRODI DIV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

POLITEKNIK AISYIYAH SUMATERA BARAT

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat dan salam
tidak lupa kami ucapkan kepada nabi MUHAMMAD SAW, beserta segenap keluarga dan
para sahabatnya.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu


mata kuliah Toksikologi Industri serta teman-teman yang telah memberikan dukungan demi
selesainya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kesalahan,oleh karena itu
penulis menerima saran dan masukan serta perbaikan untuk kesempurnaan makalah ini,
supaya bisa dipahami pembaca. Sekiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca.

Wassalam.

Padang,12 NOVEMBER 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.……………………………………………………………………1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...2

BAB I…………………………………………………………………………………...…3

PENDAHULUAN………………………………………………………………………...3

A.LATAR BELAKANG……………………………………………………………….…4

B.RUMUSAN MASALAH………………………………………………………………5

C.TUJUAN……………………………………………………………………………..…6

BAB II…………………………………………………………………………………….6

PEMBAHASAN………………………………………………………………………….7

A.FASE EKSPOSISI……………..…..…………………………………………………..8

B.FASE TOKSIKO KINETIC…………………………………………………………..9

C.FASE TOKSIKO DINAMIK…………………..……………………………………..10

BAB III…………………………………………….……………………………………..10

A.KESIMPULAN DAN SARAN….……………………………………………………11

B.DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………12
BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Berdasarkan hasil pencarian, fase eksposisi, fase toksikokinetik, dan fase
toksikodinamik merupakan konsep yang terkait dengan analisis dampak
lingkungan dan kesehatan. Namun, informasi yang relevan dengan latar
belakang ketiga fase tersebut ditemukan dalam hasil pencarian yang diberikan.
Oleh karena itu, saya dapat memberikan penjelasan yang akurat mengenai latar
belakang ketiga fase tersebut berdasarkan hasil pencarian yang ada.
B.RUMUSAN MASALAH
A.FASE EKSPOSISI
B.FASE TOKSIKO KINETIC
C.FASE TOKSIKO DINAMIC
C.TUJUAN
1.Fase eksposisi: Tujuan dari fase eksposisi adalah untuk mengevaluasi paparan
bahan kimia di lingkungan kerja, termasuk jenis, dosis, dan durasi paparan Pada
fase ini, toksikan dapat diubah melalui reaksi kimia menjadi senyawa yang lebih
toksik atau kurang toksik dari senyawa awal
2.Fase toksikokinetik: Tujuan dari fase toksikokinetik adalah untuk
mengevaluasi bagaimana bahan kimia masuk ke dalam tubuh, didistribusikan,
disimpan, dimetabolisme, dan diekskresikan Pada fase ini, dilakukan analisis
terhadap absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi bahan kimia dalam
tubuh
3.Fase toksikodinamik: Tujuan dari fase toksikodinamik adalah untuk
mengevaluasi interaksi antara bahan kimia dengan reseptor dalam organ
Pada fase ini, dilakukan analisis terhadap efek biologis dari bahan kimia pada
organisme, termasuk efek jangka pendek dan jangka Panjang
BAB II
PEMBAHASAN

A.FASE EKSPOSISI
Fase Eksposisi adalah fase dimana terjadinya kontak pada suatu organisme
denganxenobiotika, kecuali radioaktif. Takson yang berada dalam bentuk
terlarut, terdispersi molecular dan terabsorsi menuju system sistematik
yangmana pada fase ini dikenal dengan fasefarmaseutika. Fase farmaseutika
meliputi hancurnya bentuk sediaan obat kemudian zat aktif tersebut melarut dan
terdispersi molecular sehingga zat tersebut terabsorbsi menuju
systemsistematik.
Dalam fase ini terjadi kotak antara xenobiotika dengan organisme atau dengan
lain kata,terjadi paparan xenobiotika pada organisme. Paparan ini dapat terjadi
melalui kulit, oral, saluran pernafasan (inhalasi) atau penyampaian xenobiotika
langsung ke dalam tubuh organisme(injeksi). Jika suatu objek biologik terpapar
oleh sesuatu xenobiotika maka (kecuali senyawaradioaktif) efek biologik atau
toksik akan muncul. Jika xenobiotika tersebut telah terabsorpsimenuju sistem
sistemik. Umumnya hanya xenobiotika yang terlarut, terdistribusi
molekular,yang dapat diabsorpsi. Dalam hal ini akan terjadi pelepasan
xenobiotika dari bentuk farmaseutikanya. Misalnya paparan xenobiotika melalui
oral (misal sediaan dalam bentuk padat:tablet, kapsul, atau serbuk), maka
terlebih dahulu kapsul/tablet akan terdistegrasi (hancur),sehingga xenobiotika
akan telarut di dalam cairan saluran pencernaan. Xenobiotika yang terlarutakan
siap terabsorpsi secara normal dalam duodenal dari usus halus dan ditranspor
melalui pembuluh kapiler mesenterika menuju vena porta hepatika menuju hati
sebelum ke sirkulasisistemik.
Penyerapan xenobiotika sangat tergantung pada konsentrasi dan lamanya kontak
antaraxenobiotika dengan permukaan organisme yang berkemampuan untuk
mengaborpsi xenobiotikatersebut.Dalam hal ini laju absorpsi dan jumlah
xenobitika yang terabsorpsi akan menentukan potensiefek biologik/toksik. Pada
pemakaian obat, fase ini dikenal dengan fase farmaseutika, yaitu semua proses
yang berkaitan dengan pelepasan senyawa obat dari bentuk farmasetikanya
(tablet, kapsul,salep, dll). Bagian dosis dari senyawa obat, yang tersedia untuk
diabsorpsi dikenal denganketersediaan farmaseutika. Pada kenyataannya sering
dijumpai, bahwa sediaan tablet dengankandungan zat aktif yang sama dan
dibuat oleh fabrik farmasi yang berbeda, dapat memberikan potensi efek
farmakologik yang berbeda. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan
ketersediaanfarmaseutikanya.
Perbedaan ketersediaan farmaseutika suatu sediaan ditentukan oleh sifat fisiko-
kimia, umpanya ukuran dan bentuk kristal, demikian pula jenis zat pembantu
(tambahan pada tablet)dan metode fabrikasi. Disamping bentuk farmaseutika
yang berpengaruh jelas terhadap absorpsi dandemikian pula tingkat toksisitas,
sifat fisiko-kimia dari xenobiotika (seperti bentuk dan ukurankristal, kelarutan
dalam air atau lemak, konstanta disosiasi) tidak boleh diabaikan dalam hal
ini.Laju absorpsi suatu xenobiotika ditentukan juga oleh sifat membran biologi
dan aliran kapiler darah tempat kontak. Suatu xenobiotika, agar dapat
diserap/diabsorpsi di tempat kontak, maka harusmelewati membran sel di
tempat kontak. Suatu membran sel biasanya terdiri atas lapisan biomolekular
yang dibentuk oleh molekul lipid dengan molekul protein yang tersebar
diseluruhmembran. Jalur utama bagi penyerapan xenobiotika adalah saluran
cerna, paru-paru, dan kulit. Namun pada keracunan aksidential, atau penelitian
toksikologi, paparan xenobiotika dapat terjadimelalui jalur injeksi, seperti
injeksi intravena, intramuskular, subkutan, intraperitoneal, dan jalur injeksi
lainnya
B.FASE TOKSIKO KINETIC
Pada berbagai kerja toksik, mekanisme kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis,
yaitu:
1. Kerja toksik yang dilandasi oleh interaksi kimia antara suatu zat atau
metabolitnya dengan substrat biologi.
2.Efek toksik, karena terjadi interaksi yang reversibel antara zat asing dengan
substrat biologi.
1. Kerja toksik yang dilandasi oleh interaksi kimia antara suatu zat atau
metabolitnya dengan substrat biologi.
• Dalam pengertian pembentukan suatu ikatan kimia kovalen atau berasaskan
suatu perubahan kimia dari substrat biologi sebagai akibat dari suatu perubahan
kimia zat.
• Mekanisme ini jarang terjadi untuk zat yang digunakan sebagai terapeutika.
2. Efek toksik, karena terjadi interaksi yang reversibel antara zat asing dengan
substrat biologi.
• Hal ini mengakibatkan suatu perubahan fungsional, yang lazimnya hilang bila
zat tersebut dieliminasi dari plasma.
• Kerja farmakodinamik kebanyakan obat bertumpu pada interaksi yang
reversibel.
• Zat yang bekerja bolak-balik, diutamakan dalam terapi karena mereka
kemudian meninggalkan organisme, setelah bekerja tanpa menimbulkan
kerusakan kimia yang berlangsung lama.
• Fase toksokinetik, bersama bagian prosesnya, yaitu invasi (absorpsi dan
distribusi) dan evasi (biotransformasi dan ekskresi) sangat turut menentukan
daya kerja zat, karena konsentrasi zat dalam berbagai kompartemen organisasi
dan dalam jaringan sasaran tergantung pada parameter toksokinetik.
Ada dua jenis proses yang memainkan peranan penting pada fase toksokinetik:
•Proses transpor, yang meliputi absorpsi, distribusi (termasuk transpor dan
fiksasi pada komponen jaringan dalam organ) dan ekskresi.
•Perubahan metabolik -disebut juga biotransformasi-yang sering menyebabkan
ketidakaktifan zat yang diserap (bioaktivasi). Namun perubahan biokimia
dalam organisme dapat mengakibatkan juga pembentukan senyawa aktif dan
mengakibatkan
bioaktivasi.
1. Jangka waktu zat asing berada dalam organisme ditentukan oleh dua hal,
yaitu:
(1)suatu eksposisi selama periode yang lama meningkatkan risiko kerusakan
dan karena itu terjadi efek toksik;
(2)suatu perpanjangan penahanan (retensi) zat dalam organisme bersama-sama
dengan eksposisi ulang dapat menimbulkan kumulasi.
2. Kumulasi
• Bila suatu zat yang mempunyai waktu paruh biologi yang sangat tinggi
diberikan pada organisme dalam jangka waktu yang lama, dengan sendirinya
dapat terjadi kumulasi dalam organisme pada konsentrasi zat yang rendah.
Ini terjadi terutama untuk zat yang lipofil yang sulit dibiotransformasi seperti
DDT, Aldrin, Dieldrin atau turunan difenil terklorinasi
(campuran cat kapal).
Konsentrasi zat pencemar yang relatif rendah yang dapat masuk ke dalam
lingkungan, mempunyai akibat yang membinasakan.
• Disamping pestisida, jenis kumulasi ini untuk zat lain seperti senyawa organik
timah putih dan merkuri.
C.FASE TOKSIKO DINAMIC
• Fase toksodinamik meliputi interaksi antara molekul zat racun dan tempat
kerja spesifik yaitu reseptor.
• Konsentrasi zat aktif pada tempat sasaran menentukan kekuatan efek biologi
yang dihasilkan.
• Pada umumnya ditemukan konsentrasi zat aktif yang tinggi dalam hati dan
ginjal, karena di sini zat itu dimetabolisme dan diekskresi.
1. Interaksi dengan sistem enzim
2. Interaksi dengan fungsi sel umum
3. Interaksi kimia langsung pada jaringan

1. Interaksi dengan sistem enzim


• Inhibisi enzim tak bolak balik, contohnya inhibisi (hambatan)
asetilkolinesterase
oleh organofosfat
• Inhibisi enzim bolak balik, contohnya senyawa antimetabolit yang secara
mirip dengan substrat normal untuk enzim, sehingga dapat berikatan dengan
enzim meskipun nukan tempat yang sebenarnya
• Pemutusan reaksi biokimia, contohnya ATP
yang pada proses biokimia, energi yang dibebaskan pada umumnya disimpan
dalam bentuk fosfat berenergi tinggi, selanjutnya
dapat digunakan untuk semua proses biokimia yang memerlukan energi.
• Inhibisi fotosintensis pada tanaman, contohnya herbisida yang menghambat
fotosintesis
• Sintesis zat mematikan, suatu proses dimana zat toksik, mirip dengan substrat
yang penting untuk reaksi metabolisme tertentu.
• Pengambilan ion logam yang penting untuk kerja enzim, contohnya
ditiokarbamat yang digunakan pada vulkanisasi ban dan antioksidan pada
industri karet, apabila pekerja yang kontak dengan zat ini meminum alkohol,
walaupun dalam jumlah kecil, akan terjadi intoksikasi.
• Inhibisi penghantaran elektron dalam rantai pernapasan, contohnya keracunan
HCN
yang menghambat pernapasan aerob, karena terjadi asfiksia secara biokimia.
• Inhibisi pada transpor oksigen karena gangguan pada hemoglobin, contohnya
keracunan CO, pembentukan methemoglobin
dan sulfhemoglobin, serta proses hemolitik

2. Interaksi dengan fungsi sel umum


• Pengaruh penghantaran rangsang neuro-humoral.
Kerja sebagian besar obat mempengaruhi sinaps pada penghantaran rangsang
dari sel saraf yang satu ke sel saraf yanglain atau mempengaruhi ujung sarat sel
efektor. Contoh: racun panah, toksin botulinum, keracunan ikan dan kerang,
opium.
• Kerja sitostatika, yaitu penghambatan pembelahan sel yang akan
mempengaruhi pertumbuhan jaringan pada perbanyakan sel.
Contoh: obat tumor ganas.
• Gangguan pada sintesis DNA dan RNA
• Kerja imunosupresit, yaitu penghambatan
pembelahan sel dengan penekanan pertahanan imunologi melalui penekanan
proliferasi sel limfosit. Contoh: obat yang digunakan pada transplantasi organ
dan penyakit autoimmun.
• Kerja mutagenik, yaitu zat kimia yang bekerja mengubah sifat genetika sel.
• Kerja karsinogenik, yaitu zat kimia yang dapat menyebabkan kanker pada
waktu yang lama.
• Kerja teratogenik, yaitu obat dan zat kimia yang dapat menyebabkan
kerusakan janin.
• Reaksi hipersensitit, yaitu kepekaan suatu objek biologi yang meningkat
terhadap zat aktif, yang terjadi akibat kontak ulang dengan zat tertentu.
Contoh: fotoalergi, sensibilisasi cahaya, dan fototoksik
3. Interaksi kimia langsung
pada jaringan
• Suatu rangsangan kimia langsung pada jaringan disebabkan oleh zat mudah
bereaksi dengan berbagai bagian jaringan.
• Biasanya zat ini tidak mencapai peredaran darah, karena langsung bereaksi
dengan tempat jaringan yang pertama berhubungan.
• Jaringan atau organ yang terlibat terutama adalah mata, hidung, tenggorokan,
trakhea, bronkus, epitel, alveolus, esofagus dan kulit.
Interaksi kimia yang langsung pada jaringan, a.l.:
•Kerusakan kulit yang disebabkan oleh zat kimia
•Gas yang merangsang
•Gas air mata
•Zat yang berbau
•Toksisitas pada jaringan
•Penimbunan (sekuestrasi) zat asing, terdiri dari:
•Penimbunan dalam jaringan lemak
•Penimbunan dalam tulang
•Pneumokoniosis
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1.Fase Eksposisi: Tahap ini penting untuk mengevaluasi paparan bahan kimia di
lingkungan kerja, termasuk jenis, dosis, dan durasi paparan. Fase eksposisi
membantu dalam memahami bagaimana bahan kimia dapat mempengaruhi
lingkungan dan kesehatan manusia.
2.Fase Toksikokinetic: Tahap ini mempelajari
bagaimana zat toksik masuk ke dalam tubuh, didistribusikan, dimetabolisme,
dan diekskresikan. Melalui pemahaman ini, dapat dilakukan evaluasi terhadap
potensi toksisitas suatu zat dan dampaknya
terhadap kesehatan manusia atau lingkungan.
3.Fase Toksikodinamic: Tahap ini mempelajari
interaksi antara bahan kimia dengan reseptor dalam organ. Pemahaman terhadap
fase toksikodinamik membantu dalam mengevaluasi efek biologis dari bahan
kimia pada organisme, termasuk efek jangka pendek dan jangka panjang.

Saran

1.Perlu dilakukan pemantauan yang cermat terhadap paparan bahan kimia di


lingkungan kerja untuk mengurangi risiko dampak negatif terhadap kesehatan
pekerja dan lingkungan.
2.Evaluasi toksikokinetik dan toksikodinamik
dapat membantu dalam pengembangan strategi pengendalian dampak bahan
kimia serta perlindungan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
3.Pemahaman yang mendalam terhadap ketiga fase tersebut dapat menjadi dasar
untuk pengambilan keputusan yang lebih baik terkait manajemen risiko bahan
kimia di lingkungan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
• Des W. Connel & Gregory J. Miller. 1995. Kimia dan
Ekotoksikologi Pencemaran. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia
• E.J. Ariens, E. Mutschler & A.M. Simonis.
1987. Toksikologi Umum, Pengantar. Terjemahan oleh Yoke
R.Wattimena dkk. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
• Frank C. Lu. 1995. Toksikologi Dasar. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
• J. H. Koeman. 1987. Pengantar Umum Toksikologi.
Terjemahan oleh R.H. Yudono Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Anda mungkin juga menyukai