Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Disabilitas adalah kelompok masyarakat yang memiliki keterbatasan yang dapat menghambat
partisipasi dan peran serta mereka dalam kehidupan bermasyarakat. Disabilitas atau yang sering
juga disebut difabel dapat bersifat fisik, kognitif, mental sensorik, dan emosional. Disabilitas
bukan merupakan kecacatan semata, namun merupakan hasil interaksi dari keterbatasan yang
dialami seseorang dengan lingkungannya (Diono, 2014). Berdasarkan data PUSDATIN dari
Kementrian Sosial pada tahun 2010 yang dikutip oleh ((ILO), 2012), jumlah penyandang
disabilitas di Indonesia berjumlah 11.580.117 orang dengan diantaranya 3.474.035 orang adalah
penyandang disabilitas penglihatan (tuna netra), 3.010.830 orang penyandang disabilitas fisik,
2.547.626 orang adalah penyandang disabilitas pendengaran (tuna rungu), 1.158.012 orang
adalah penyandang disabilitas kronis, dan 1.389.614 orang adalah penyandang disabilitas
mental.

Jumlah Penyandang Disabilitas di Indonesia


4000000
3500000
3000000
2500000
2000000
1500000
1000000
500000
0
Disabilitas Disabilitas Fisik Disabilitas Disabilitas Disabilitas
Penglihatan Kronis Mental Pendengaran

Gambar 1.1 Jumlah Penyandang Disabilitas di Indonesia ((ILO), 2012)


Penyandang disabilitas dalam menjalankan kegiatan sehari-hari di lingkungan keluarga,
masyarakat, ataupun publik bisa dikatakan terbatas karena dipengaruhi oleh beberapa faktor,
sehingga penyandang disabilitas merasa kesusahan bahkan tidak bisa mengerjakan atau
menjalankan suatu kegiatan. Faktor-faktor tersebut antara lain jenis disabilitas dari orang
tersebut, kegiatan yang dikerjakan, usia, dll. Untuk memudahkan penyandang disabilitas pihak
pemerintah sudah berupaya memberikan fasilitas-fasilitas di ruang publik secara umum yang
bertujuan memudahkan para penyandang disabilitas dalam menjalankan aktivitas. Upaya
pemerintah dalam pemenuhan hak aksesibilitas bagi para penyandang disabilitas di ruang publik
yang salah satunya di pusat perbelanjaan adalah memberikan standar fasilitas bagi disabilitas
yang sudah diatur dalam Pasal 9 UU CRPD tahun 2011. Pada penelitian kali ini, peneliti
berfokus pada penyandang disabilitas tunadaksa yang menggunakan kursi roda di lingkungan
pusat perbelanjaan Indonesia. Seringkali terdapat permasalahan terhadap fasilitas di beberapa
pusat perbelanjaan, salah satunya adalah troli. Troli adalah alat yang digunakan untuk
membawa barang belanja agar lebih mudah dibawa. Troli yang sudah sering dijumpai memiliki
desain produk yang besar dan berat serta didesain bukan untuk penyandang disabilitas seperti
tunadaksa. Dari permasalahan tersebut dapat disimpulkan bahwa fasilitas yang berfungsi untuk
membantu membawa barang bagi tunadaksa di pusat perbelanjaan belum tersedia. Maka dari itu
diperlukan fasilitas troli khusus untuk tunadaksa.
(Nevala & Leena, 2004)dalam penelitiannya menyebutkan bahwa trolley yang memiliki
faktor usabilitiy dimana dapat mempermudah pengguna dalam melakukan tugas yang
dilakukannya. Trolley yang digunakan pekerja juga harus memiliki fitur yang dapat
meringankan kerja otot serta memiliki beberapa fitur yang membantu pekerjaan pekerja.
Mempertimbangkan permasalahan tersebut, maka peneliti berupaya membuat sebuah
troli khusus untuk tunadaksa perempuan dan laki-laki umur produktif (15-65 tahun) (Noviati
Fuada, 2013) dengan menggunakan pendekatan metode anthropometry dan usabilitas. Troli
khusus tunadaksa tersebut memiliki sistem assembly pada kursi roda, didesain dengan sempurna
serta memiliki ukuran yang sesuai dan mudah digerakkan bagi penyandang disabilitas
tunadaksa untuk membantu membawa barang belanja di pusat perbelanjaan. Diharapkan produk
TROLIFREN tersebut dapat membantu permasalahan yang dialami oleh penyandang disabilitas
khususnya tunadaksa di pusat perbelanjaan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana fitur-fitur desain troli yang diinginkan para penyandang disabilitas khususnya
tunadaksa di pusat perbelanjaan?
2. Bagaimana desain troli yang dapat digunakan bagi penyandang disabilitas khususnya
tunadaksa di pusat perbelanjaan?
3. Bagaimana perbandingan keefektifan menggunakan troli umum dengan TROLIFREN saat
berbelanja?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui fitur-fitur desain troli yang diinginkan para penyandang disabilitas khususnya
tunadaksa di pusat perbelanjaan.
2. Mengetahui desain troli yang dapat digunakan bagi penyandang disabilitas khususnya
tunadaksa di pusat perbelanjaan.
3. Mengetahui perbandingan keefektifan menggunakan troli umum dengan TROLIFREN saat
berbelanja.

1.4 Manfaat Penelitian


Peneliti berhatap penelitian ini dapat memberikan manfaat diantaranya :
1. Bagi Penyandang Tuna Daksa
- Memudahkan penyandang tunadaksa dalam melakukan aktivitas berbelanja di pusat
perbelanjaan dengan TROLIFREN.
- Memberi kesempatan bagi penyandang tunadaksa untuk dapat melakukan aktivitas-
aktivitas seperti orang pada umumnya tanpa bantuan orang lain.
2. Bagi Peneliti
- Penelitian ini memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan
metode antropometri dan usabilitas pada perbaikan alat kerja berupa TROLIFREN.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajain Deduktif
2.1.1 Ruang Publik
Menurut Oxfor Learner’s Pocket Dictionary (1983), publik adalah lawan kata dari
khusus. Ruang adalah hasil rekayasa manusia untuk mengakomodasi berbagai bentuk
kegiatan, dan menjadi tempat untuk stimulasi perilaku dan kehidupan sosial manusia
(Firdaus, 2007). Ruang publik setidaknya memiliki tiga hal dasar yang responsif,
demokratis, dan bermakna (Carr, 1992). Responsif berarti ruang publik harus dapat
menampung beragam kegiatan, minat, dan keinginan pengguna. Sarana demokratis ruang
publik harus dapat digunakan oleh masyarakat umum dari berbagai latar belakang sosial,
budaya, dan ekonomi serta daat diakses oleh beragam kondisi fisik manusia tanpa
diskriminasi.
2.1.2 Lingkungan Hidup
Manusia merupakan makhluk sosial, di mana manusia berhubungan erat dengan
lingkungan hidupnya. Menurut (Elly, 2006) Lingkungan Hidup adalah suatu media dimana
makluk hidup tinggal, mencari, dan memiliki karakter serta fungsi yang khas yang mana
terkait secara timbal balik dengan keberadaan makluk hidup yang menempatinya, terutama
manusia yang memiliki peranan yang lebih komplek dan riil. Lingkungan hidup merupakan
kesatuan ruang dimana terdapat benda, energi, serta makhluk hidup.
2.1.3 Difabel
Menurut (Mangungsong, 1998) difabel atau disability (kecacatan) menggambarkan
adanya disfungsi atau berkurangnya suatu fungsi yang secara objektif dapat diukur/dilihat,
karena adanya kehilangan atau kelainan dari bagian tubuh atau organ seseorang. Seperti
contoh pada tubuh seseorang, salah satu bagian tubuh yang dimiliki tidak lengkap atau
memiliki kelumpuhan pada bagian tubuh tertentu sehingga dalam melakukan kegaiatan
sehari-hari menjadi terhambat.
Menurut (Raymond, 2010) dalam American with Disabilities Act (ADA) melarang
segala kegiatan diskriminasi terhadap seorang penyandang disabilitas. Namun tidak hanya
kegiatan preventif saja, tetapi juga mengambil langkah yang tegas dalam membantu para
oenyandang disabilitas berdasarkan undang-undang yang telah berlaku.
Ada beberapa bantuan yang layak dan berkaitan dengan disabilitas, (Raymond, 2010)
menjelaskan beberaoa bantuan tersebut diantaranya:
1. Menyediakan berbagai fasilitas yang mudah diakses seperti jalur melandai dan/ lift bagi
individu penyandang cacat agar dapat memasuki tempat kerja.
2. Pembaca, penafsir atau teknologi untuk menawarkan bantuan membaca kepada
karyawan penyandang cacat.

2.1.4 Ergonomi
Menurut (Sastrowinanto, 1985)Ergonomi berasal dari kata Yunani ergos (bekerja) dan
nomos (hukum alam), sehingga memiliki makna yaitu ilmu yang meneliti tentang kaitan
antara orang dengan lingkungan kerjanya.
Menurut (Tarwaka, 2004)Pengertian Ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam sistem
kerja. Ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau
menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun
istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga
kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik.
Dalam praktiknya menunjukkan bahwa setiap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan,
apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan mengakibatkan ketidaknyamanan, biaya
tinggi, kecelakaan dan penyakit akibat kerja meningkat, performansi menurun yang
berakibat kepada penuruan efisiensi dan daya kerja. Dengan demikian, penerapan ergonomi
di segala bidang kegiatan adalah suatu keharusan (Tarwaka, 2004)
2.1.5 Antropometri
Dalam kehidupan sehari-hari, lingkungan hidup manusia akan dipermudah dengan
berbagai macam teknologi. Teknologi tersebut tentu disesuaikan dengan antropometri dari
populasi manusia yang tinggal pada lingkungan hidup tertentu. Dalam bukunya,
(Nurmianto, 1991) menjelaskan bahwa antropometri adalah satu kumpulan data numerik
yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk dan kekuatan
serta penerapandari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Menurut (Sanders &
McCormick, 1987) antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fisik
tubuh lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai orang. Sehingga
dalam penerapan sebuah teklogi dalam lingkungan hidup manusia dibutuhkan ukuran
dimensi tubuh manusia sehingga dalam pengimpelementasian teknologi tidak salah guna
dan lebih mudah digunakan kebanyakan manusia.
Data antropometri pada umumnya memiliki peranan penting dalam perancangan produk
atapun peraalatan dan stasiun kerja. Pada data antropometri harus memiliki nilai yang akurat
sehingga dalam proses perancangan tidak mengakibatkan rasa yang tidak nyaman bagi
pengguna produk yang telah dirancang. Namun pada umunnya, data antropometri yang
digunakan menggunakan data pada orang normal dan masih jarang masyarakat penyandang
disabilitas yang diperhatikan. Hal tersebut mengakibatkan pengimplementasian pada produk
yang mendukung masyarakat penyandang disabilitas masih minim. Dalam perancangan
produk, produk tersebut juga harus dapat digunakan oleh siapapun.
2.1.6 Usabilitas
Usabilitas adalah sebuah ukuran atau sebuah karakteristik yang mendeskripsikan
seberapa efektif seorang pengguna dalam berinteraksi dengan suatu produk. Usabilitas juga
merupakan ukuran seberapa mudah suatu produk bisa dipelajari dengan cepat dan seberapa
mudah suatu produk dapat digunakan (JeffAxup, 2004). Sementara itu, tidak hanya terbatas
kepada “penggunaan yang mudah”, tetapi menjelaskan bahwa tujuan dimana suatu produk
digunakan harus dicapai dengan efektivitas, efisiensi, dan kepuasan. Menurut (ISO, 2018),
usabilitas dapat didefinisikan sebagai tingkatan dimana sebuah produk dapat digunakan oleh
pengguna tertentu untuk mencapai suatu tujuan dengan efektivitas, efisiensi, dan kepuasan
dalam konteks tertentu dari penggunaan.
Menurut (ISO, 2018), usabilitas memiliki beberapa komponen yang secara tradisional
dikaitkan dengan tiga atribut usabilitas sebagai berikut :
a. Efektivitas (effectiveness)
Merupakan tingkatan yang menunjukkan seberapa baik pengguna mencapai tujuan
mereka dengan menggunakan sistem serta kelengkapan yang dapat diperoleh dalam
menyelesaikan tugas.
b. Efisiensi (efficiency)
Merupakan tingkatan seberapa besar sumberdaya yang dikeluarkan guna mencapai
ketepatan dan kelengkapan tujuan.
c. Kepuasan (satisfaction)
Merupakan kebebasan dari ketidak nyamanan, dan sikap positif terhadap penggunaan
produk atau ukuran subjektif bagaimana pengguna merasa puas tentang penggunaan
sistem.

2.2 Kajian Induktif


Penelitian ini mengambil referensi dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya dan berkaitan dengan perbaikan desain kursi roda yang berkaitan dengan
antropometri dan usabilitas. Penelitian yang berjudul “An anthropometric study of manual and
powered wheelchair user” yang disusun oleh Victor Paquet dan David Feathers yang
melakukan penelitian dengan metode pengambilan data antropometri pada pengguna kursi roda
manual dan penyandang cacat, Desain kursi roda menggunakan CAD. Penelitian tersebut
menghasilkan sampel yang terdiri dari 75 pria dan 46 wanita pengguna kursi roda. Sampel
terdiri dari beberapa ukuran antropometri seperti tinggi mata duduk, tinggi baku/ akromium
duduk, tinggi siku duduk, tinggi duduk, tinggi lutut hingga pijakan kaki, dan tinggi popliteal.
Kemudian data diolah menggunakan aplikasi untuk dicari rata-rata, persentil 5 dan 95.
Kemudian, data yang telah ditemukan akan digunakan sebagai data ukuran pada proses
pembuatan gambar 3D yang menerapkan prinsip antropometri. Penelitian merangkum dimensi
antropometri dari 121 pengguna kursi roda laki-laki dan perempuan sebagai data kelanjutan
yang dapat digunakan dan diterapkan dalam mendesain sebuah kursi roda.
Penelitian yang berjudul “Determination of the workspace of wheelchair users” yang
disusun oleh Emilia Jarosz yang melakukan penelitian dengan metode pengambilan data 18
karakteristik antropometri pada pengguna kursi roda dewasa, metode grafik guna menentukan
jangkauan data. Penelitian menggunakan 101 data pria dan 60 wanita yang diukur pada 18
karakteristik antropometri yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi
penentuan desain pada kursi roda seperti tinggi duduk tegak, tinggi bahu duduk, pantat
popliteal, tinggi popliteal, tinggi siku duduk, jarak tangan kanan dan tangan kiri, rentangan
tangan, dan lain,lain. Data tersebut kemudian ditentukan persentil-5 dan persentil-95 sebagai
dasar untuk menentukan ukuran desain kursi roda. Penelitian antropometrik yang dilakukan
dipelopori oleh sebuah bidang di Polandia yang digunakan sebagai dasar untuk desain
workstation dan interior rumah. Nilai-nilai mendasar yang diaplikasikan membuat desainer
dapat memperlakukan pengguna secara keseluruhan terhadap desain yang dibuat dan dapat
memudahkan para pengguna lebih professional dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.
Penelitian yang berjudul “Anthropometric variability, equipment usability and
musculoskeletal paint in a group of nurse in the Western Cape” yang dilakukan oleh Botha
W.E yang melakukan penelitian dengan pengambilan data yang dilakukan adalah dengan
menggunakan 100 orang orang perawat full-time dari sebuah rumah sakit. Mereka diberikan
sebuah kuisioner tentang survei antropometrik. Penelitian menghasilkan bahwa 30% peralatan
yang pada perawat gunaka melukai tangan mereka. Lalu 40% mengungkapkan bahwa peralatan
yang mereka gunakkan menjebak tangan mereka. 20% perawat mengungkapkan bahwa
peralatan mereka terlalu tinggi dan sisanya mengungkapkan bahwa peralatan mereka terlalue
rendah. Pada populasi perawat di Western Cape kebanyakan bukanlah pekerja tetap.
Dikarenakan ada beberapa konflik yang terjadi di Afrika Selatan, banyak perawat yang
mengalami perubahan sekiranya dalam 10 tahun. dari sbujek yang telah didapatkan hanya 52%
yang merupakan asli dari Western Cape. Oleh karena itu perancanga harus membuat fasilitas
antropometrik netral.
Penelitian berjudul “Wheelchair for Physically Disabled People with Voice, Ultrasonic and
Infrared Sensor Control” dilakukan untuk mengembangkan kursi roda untuk orang tuna daksa
dengan menambah sensor kendali suara, ultrasonik, infra merah. Setelah tiga tahun riset dan
pengembangan, kursi roda ini dapat digunakan oleh tuna daksa dan memudahkan dalam
mobilitas penggunanya.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian


Subjek pada penelitian ini adalah penyandang disabilitas yang difokuskan kepada tuna daksa
yang memiliki permasalahan dalam berbelanja menggunakan kursi roda pada pasar swalayan.
Dimana ketika berbelanja menggunakan kursi roda, subjek merasa kesulitan dalam menyimpan
barang belanjaannya.

3.2 Objek Penelitian


Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Hypermart Hartono Mall
Yogyakarta. Hypermart merupakan salah satu pusat perbelanjaan di Yogyakarta tepatnya di Jln.
Ring Road Utara, Sanggrahan, Kaliwaru, Condongcatur, Kec. Depok, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta 55281.

3.3 Alur Penelitian


Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian
Berikut adalah keterangan dari alur penelitian :
1. Penentuan Lokasi Penelitian
Tahap pertama dalam penelitian ini adalah menentukan lokasi yang dianggap memiliki
masalah yang sesuai dengan persyaratan penelitian dan dijadikan sebagai objek penelitian.
2. Identifikasi Masalah
Mencari permasalahan pada objek penelitian yang telah ditentukan.
3. Pengambilan Data
Pengambilan data penelitian dilakukan dengan mengambil data Antropometri
menggunakan alat pengukur seperti penggaris, meteran penjahit dan kuisioner tentang fitur-
fitur yang diinginkan oleh subjek penelitian. Pada pengambilan data Antropometri
digunakan alat penggaris dan juga meteran.
4. Data Pengukuran Antropometri dan data Kuisioner
Hasil penelitian berupa data antropometri yang digunakan sebagai acuan dalam membuat
desain dari produk yang akan dibuat dan kuisioner berupa fitur-fitur yang diinginkan oleh
subjek penelitian.
5. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji Validitas digunakan untuk menguji kuisioner apakah memiliki ketepatan dan
kecermatan sesuai dengan apa yang akan diteliti. Sementara itu, Uji Reliabilitas digunakan
untuk menguji kuisioner memiliki keajegan pengukuran atau data yang dikasilkan dapat
dipercaya atau dapat diandalkan.
6. Pengolahan Data
Data antropometri diolah dengan mencari nilai persentil yang akan digunakan dalam
mendesain produk. Hasil kuisioner diolah untuk menambah fitur-fitur yang diinginkan.
7. Analisis Data
Menganalisis data dari setiap dimensi antropometri dan menetapkan fitur-fitur yang akan
digunakan dalam mendesain produk.
8. Pembuatan Model
Setelah data dari setiap dimensi antropometri dan fitur-fitur produk telah ditentukan, data
tersebut akan digunakan sebagai acuan ukuran dalam pembuatan model.

9. Model Rekomendasi
Model rekomendasi berupa produk jadi yang siap diimplementasikan kepada subjek
penelitian.
10. Implementasi Model
Implementasi model akan dilakukan untuk mengetahui efektivitas, efisiensi, dan kepuasan
dari subjek penelitian.
11. Data Usabilitas
Data Usabilitas berupa efektivitas, efisiensi, dan tingkat error dari produk yang telah dibuat
dibanding dengan produk yang sudah ada.
12. Analisa Model
Analisa model dilakukan dengan metode Usabulitas untuk mengetahui apakah produk yang
dibuat telah memenuhi komponen-komponen Usabilitas, yaitu : efektivitas, efisiensi, dan
kepuasan.
13. Kesimpulan
Setelah didapatkan hasil berdasarkan pengambilan data dan analisis, maka dapat ditarik
kesimpulan yang menjawab rumusan-rumusan masalah disertai dengan rekomendasi bagi
penelitian selanjutnya.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data


4.1.1 Data Dimensi Tubuh
Berikut merupakan data dimensi tubuh yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 4.1 Data Dimensi Tubuh


No Data yang di ukur Simbol Kegunaan
1 Tinggi Bahu Duduk TBD (P50) Dimensi ini digunakan untuk
membuat tinggi sandaran pada kursi
roda
2 Tinggi Siku Duduk TSD (P50) Dimensi ini digunakan untuk
membuat sandaran tangan dengan
cara mengukur tinggi siku saat
operaror duduk.
3 Tinggi Popliteal TPO (P50) Dimensi TPO digunakan untuk
menentukan tinggi alas kursi yang
menggunakan persentil 50.
4 Pantat Popliteal PPO (P50) Dimensi PPO digunakan untuk
membuat panjang alas kursi pada kursi
roda yang akan dibuat.
5 Lebar Bahu LB (P50) Dimensi ini digunakan untuk
mengukur lebar sandaran kursi.
6 Jarak Tangan Kanan dan JRT (P50) Dimensi ini digunakan untuk
Tangan Kiri menentukan jarak sandaran tangan
kanan dan tangan kiri.
7 Jangkauan Tangan JT (P5) Dimensi ini digunakan untuk
menentukan jarak jangkauan terhadap
trolley.
No Data yang di ukur Simbol Kegunaan
8 Panjang Telapak Lengan PTLK (P50) Dimensi ini digunakan untuk
Kaki menentukan panjang dari pijakan kaki.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dimensi tubuh dari responden yang diambil dari pengambilan data dari beberapa
disabilitas khususnya tuna daksa dan juga data yang diambil dari bank data. Data yang berjumlah 30 data dengan jenis kelamin laki-laki
karena dimensi tubuh laki-laki cenderung lebih bernilai besar dibandingkan dengan perempuan. Maka dari itu, ukuran dimensi
perempuan dapat masuk kedalam ukuran dimenssi laki-laki. Berikut merupakan data yang digunakan dalam penelitian ini :
Tabel 4.2 Data Operator
Umur
No. Nama Suku TBD(Cm) TSD(Cm) TPO(Cm) PPO(Cm) LB(Cm) JRT(Cm) JT(Cm) PTLK(Cm)
(Tahun)
1 Amir 33 Jawa 62 24 52.2 46 43 39 73 20
2 Agus 37 Jawa 82.5 12.8 50 50 26.5 28 72.5 16.6
3 Imam 26 Jawa 60.5 26.5 41 49.5 51 37.5 85 11.9
Muhammad
4 20 Jawa 66.5 25 45 46 47 29.8 81 15
fadli rohma
Roy Rizki
5 21 Jawa 59 33 44.7 48.5 42.8 32 82 18
Bugiawan
Agung
6 Budi 19 Jawa 60 23 42 45.5 43 34.5 71.5 13.3
Hartono
Ichsan
7 20 Jawa 60 25 42 46.5 36 30 68.5 15
Hndri D.P
Adya
8 23 Jawa 62 24 41 48 47 27.2 81 16
Bagus
Muhammad
9 20 Jawa 59 23 41.5 47 41 27 75.5 18
Khairi I
Umur
No. Nama Suku TBD(Cm) TSD(Cm) TPO(Cm) PPO(Cm) LB(Cm) JRT(Cm) JT(Cm) PTLK(Cm)
(Tahun)
10 Galih 21 Jawa 61 33 41.9 47 41.7 28.8 82.5 19
11 Ardiles 21 Jawa 68.8 24.9 45.3 52.5 49 40.7 95 17
Ariyan
12 20 Jawa 60.5 40 39.2 42.4 39 27.8 83 17
Noviyanto
Herdy Juni
13 20 Jawa 62 32 44 46.5 44 28.5 82 17
Ansyah
14 Ikhsan H. 20 Jawa 56.5 38 42 49.2 44.2 30.7 77.5 18.8
Yohan
15 Arya 20 Jawa 63.5 36 46 48.5 45.7 25.4 90 18
Prasetya
16 Jumakir 61 Jawa 51 18 43 61 43 53 67 18
17 Ngudyono 76 Jawa 49 15 46 46 39 67 71 16
Midi
18 80 Jawa 50 11 42 47 27 30 72 17
Sumarto
19 Bondan 59 Jawa 57 23 42 52 38 43 67 19
20 Badri 76 Jawa 57 25 32 52 30 40 93 23
21 Muji 48 Jawa 50 21 40 46 45 33 71 19
22 Supriyanto 52 Jawa 62 24 42 35 45 47 69 14
23 Jamroni 62 Jawa 43 19 40 51 43 36 70 18
24 Suradal 55 Jawa 57 24 40 53 42 41 74 14
25 M.Sutopo 65 Jawa 53 23 40 51 41 47.3 76 16.6
Umur
No. Nama Suku TBD(Cm) TSD(Cm) TPO(Cm) PPO(Cm) LB(Cm) JRT(Cm) JT(Cm) PTLK(Cm)
(Tahun)
26 Sumandi 90 Jawa 45 16 43 53 48 40 89.2 18
Sunusma
27 61 Jawa 58 31.8 39 52.8 40.8 35.2 78.2 17
Wisudato
28 Bangun 60 Jawa 65 27.7 47.6 57.4 46.6 37.5 89.5 18.9
29 Djoko 45 Jawa 60 31 46 43 50 41 67 21
30 Bondan 60 Jawa 54 24 49 49 43 35 78 18
Rata-rata 58.49 25.12 42.98 48.74 42.08 36.43 77.73 17.27
Standar Deviasi 7.56 17.35 3.87 4.73 5.96 8.98 8.12 2.29
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Perhitungan Uji Normalitas
Setelah data dari responden terkumpul, dilakukan uji normalitas guna memastikan
bahwa data yang digunakan telah berdistribusi normal dan telah mewakili populasi
yang ada. Berikut merupakan hasil uji normalitas yang dilakukan dari delapan dimensi
tubuh manusia dari 30 responden.

Gambar 4.1 Hasil Test of Normality


Hipotesis :
Ho: Data berdistribusi normal
Ha: Data tidak berdistribusi normal
Tingkat signifikansi 5% atau 0,05.
Kriteria pengujian:
a. Signifikansi atau probabilitas > 0,05 maka data berdistribusi normal.
b. Signifikansi atau probabilitas < 0,05 maka data tidak berdistribusi
normal.

4.2.2 Perhitungan Persentil


Perhitungan persentil pada setiap dimensi sebagai berikut:
a. Tinggi Bahu Duduk (TBD)
P5 = x - (z x σ)
= 58,49 – (1,645*7,56)
= 46,05
P50 =x
= 58,49
P95 = x + (z x σ)
= 58,49 + (1,645*7,56)
= 70,9

b. Tebal Siku Duduk (TSD)


P5 = x - (z x σ)
= 25,12 – (1,645*7,02)
= 13,6
P50 =x
= 25,12
P95 = x + (z x σ)
= 25,12 + (1,645*7,02)
= 36,7

c. Tinggi Popliteal (TPO)


P5 = x - (z x σ)
= 42,98 – (1,645*3,87)
= 36,6
P50 =x
= 42,98
P95 = x + (z x σ)
= 42,98 + (1,645*3,87)
= 49,3

d. Pantat Popliteal (PPO)


P5 = x - (z x σ)
= 48,74 – (1,645*4,73)
= 40,95
P50 =x
= 48,74
P95 = x + (z x σ)
= 48,74 + (1,645*4,73)
= 56,5
e. Lengan Bahu (LB)
P5 = x - (z x σ)
= 42,08 – (1,645*5,96)
= 32,3
P50 =x
= 42,08
P95 = x + (z x σ)
= 42,08+ (1,645*5,96)
= 51,9

f. Jarak Tangan Kanan dan Kiri (JRT)


P5 = x - (z x σ)
= 36,43 – (1,645*8,97)
= 21,7
P50 =x
= 36,43
P95 = x + (z x σ)
= 36,43+ (1,645*8,97)
= 50,9

g. Jangkauan Tangan (JT)


P5 = x - (z x σ)
=77,73– (1,645*8,12)
= 64,4
P50 =x
= 77,73
P95 = x + (z x σ)
= 77,73+ (1,645*8,12)
= 91,1

h. Panjang Telapak Lengan Kaki (PTLK)


P5 = x - (z x σ)
=17,27– (1,645*2,29)
= 13,5
P50 =x
= 17,27
P95 = x + (z x σ)
= 17,27+ (1,645*2,29)
= 21,04
Tabel 4.3 Data Antropometri
Perhitungan Ukuran
Hasil
Dimensi Dimensi Nilai
No Perhitungan
Atropometri Produk Persentil Persentil Allowance
(cm)
(cm)
Tinggi
Bahu
1. (TBD) P50 58,49 - 58,49
Duduk

Tinggi Siku
2. (TSD) P50 25,12 - 36,7
Duduk
Tinggi
3. TPO P50 42,98 - 42,98
Popliteal
Pantat
4. PPO P50 48,74 - 48,74
Popliteal
5. Lebar Bahu LB P50 42,08 - 42,08
Jarak
Tangan
6 JRT P50 36,43 - 36,43
Kanan dan
Tangan Kiri
Jangkauan
7 JT P5 64,4 - 64,4
Tangan
Panjang
Telapak
8 PTLK P50 17,27 - 17,27
Lengan
Kaki
4.3 Analisis
4.3.1 Analisa Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk memastikan bahwa data yang akan diolah
telah berdistribusi normal atau mewakili seluruh populasi yang ada.
Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan dengan menggunakan
software SPSS dapat diketahui bahwa semua data telah berdistribusi normal
dengan hipotesis diterima karena nilai Sig. > 0,05 sebagai berikut :
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas

No Dimensi Tubuh Hasil Uji Normalitas


1 TBD 0.065
2 TSD 0.128
3 TPO 0.076
4 PPO 0.094
5 LB 0.164
6 JRT 0.146
7 JT 0.200*
8 PTLK 0.200*
Dari tabel tersebut dapat diketahui hasil uji normalitas untuk dimensi
tubuh TBD, TSD, TPO, PPO, LB, JRT, JT, dan PTLK secara berurutan
adalah 0,065; 0,128; 0,076; 0,094; 0,164; 0,146; 0,200; 0,200.

4.3.2 Analisa Dimensi Tubuh


Bagian dari kursi roda yang didesain dibuat berdasarkan ukuran dimensi tubuh yang
diukur menggunakan metode Antropometri pada penyandang disabilitas khususnya
tuna daksa. Pada bagian tinggi sandaran pada kursi, dibuat berdasarkan ukuran P50
dari dimensi tubuh TBD (Tinggi Bahu Duduk), pada bagian tinggi sandaran tangan
dibuat berdasarkan ukuran P50 dari dimensi tubuh Tinggi Siku Duduk (TSD), pada
bagian tinggi alas kursi, pada bagian tinggi alas kursi atau tempat duduk dibuat
berdasarkan ukuran P50 dari dimensi Tinggi Poptiteal (TPO), pada bagian panjang
alas kursi roda dibuat berdasarkan ukuran P50 dari dimensi Pantat Popliteal (PPO),
pada bagian lebar sandaran kursi roda dibuat berdasarkan ukuran P50 dari dimensi
Lebar Bahu (LB), pada bagian jarak sandaran tangan kanan dan tangan kiri kursi roda
dibuat berdasarkan ukuran P50 dari dimensi Jarak Tangan Kanan dan Tangan Kiri
(JRT), dan pada bagian panjang pijakan kaki kursi roda dibuat berdasarkan ukuran
P50 dari dimensi Panjang Telapak Lengan Kaki (PTLK). Pada ketujuh dimensi yang
digunakan menggunakan persentil-50 dengan harapan Trolley dapat digunakan oleh
semua jenjang usia mulai 15-65 tahun. Sementara itu, agar semua usia dapat
menjangkau trolley yang terdapat pada kursi roda, maka digunakan Jangkauan Tangan
(JT) dengan persentil 95.

4.4 Produk Design


4.4.1 Gambar Visualisasi
Berikur merupakan hasil render dari desain produk TROLLEY untuk
digunakan pada penyandang disabilitas. Pada desain produk
TROLLEY ini ditambahkan beberapa fitur yang dapat membantu
dalam melakukan kegiatan jual beli di supermarket pada penyangdang
disabilitas. Pada pembuatan desain produk ini menggunakan software
3D yaitu Solidwork 2018.

4.4.2 Analisa Produk


Pada proses pengolahan data telah didaptkan hasil dari pengukuran
antropometri berupa dimensi yang digunakan dalam mendesain produk
TROLLEY. Berdasarkan konsep desain yang diharapkan dapat
membantu kaum disabilitas dalam melakukan kegiatan jaul beli.
Berikut merupakan dimensi yang diterapkan dalam desain produk
TROLLEY:
Gambar 4. 1 Tampak Atas

Gambar 4. 2 Tampak Samping

Gambar 4. 3 Tampak Depan


Berikut merupakan Bill of Material dari desain produk TROLLEY:

Desain produk ini dirancang untuk memudahkan pengguna trolley di


supermarket oleh penyandang disabilitas. fitur yang terdapat dalam
TROLLEY ini sesiao dengan apa yang dibutuhkan oleh penyandang
disabilitas. Produk ini dirancang berbahan sama seperti trolley
supermarket pada umumnya. Hal yang membedakan pada desain
TROLLEY adalah pada bagian belakang TROLLEY diberikan sebuah
pengait yang berfungsi untuk menyambungkan TROLLEY kepada
kursi roda.
4.5 Rekomendasi
Produk trolley yang telah didesain khusus untuk penyandang disabilitas khusus
nya penyandang yang menggunakan kursi roda untuk beraktivitas, trolley tersebut
mempunyai spesifikasi produk terbuat dari bahan stainless yang kuat tetapi ringan
untuk bergerak dan warna yang menarik. Inovasi yang dikembangkan pada produk
trolley adalah trolifren ini dilengkapi dengan bantalan grip yang nyaman untuk
digunakan, serta dapat di lepas-pasang pada kursi roda penyandang disabilitas, serta
dimensi/ukuran trolley yang dibuat sesuai dengan antropometry tubuh penyandang
disabilitas. Hal tersebut akan memudahkan penyandang disabilitas saat melakukan
aktivitas berbelanja di pusat perbelanjaan seperti hypermart.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Fitur-fitur desain yang ada pada TROLIFREN adalah fitur lepas-pasang pada
trolley, fitur lepas-pasang ini dapat memudahkan penyandang disabilitas jika
ingin berbelanja di pusat perbelanjaan.
2. Desain trolley yang dapat digunakan bagi penyandang disabilitas adalah dengan
cara mengukur dimensi tubuh penyandang disabilitas terlebih dahulu, lalu
merancang trolley tersebut. TROLIFREN adalah produk trolley yang dibuat
berdasarkan dimensi tubuh penyandang disabilitas dan mudah digunakan.
3. Perbandigan keefektifan trolley umum dengan TROLIFREN adalah bagi
penyandang trolley umum yang ada di pusat perbelanjaan sama sekali tidak
didesain untuk penyandang disabilitas, jadi orang tersebut akan kesulitan bahkan
tidak bisa menggunakan trolley tersebut. TROLIFREN lebih efektif digunakan
karena trolley tersebut assemble dengan kursi roda pengguna. Hal tersebut
menjadikan TROLIFREN mudah digunakan.

5.2 Saran
Saran peneliti bagi pihak perbelanjaan adalah seharusnya produk trolley yang
khusus disabilitas setidaknya disediakan, karena walaupun penyandang disabilitas
mempunyai jumlah sedikit tetapi para penyandang disabilitas mempunyai hak untuk
berbelanja dengan nyaman, serta mempunyai hak untuk menikmati fasilitas-fasilitas
yang diberikan oleh pihak perbelanjaan.

Anda mungkin juga menyukai