Anda di halaman 1dari 36

VALUE CHAIN DAN KETERKAITANNYA DENGAN PSAK 71 DAN PSAK

72 (ANALISIS JURNAL PADA PT ELECTRONIK CITY TBK)

diajukan untuk memenuhi UTS mata kuliah Seminar Akuntansi Manajemen

disusun oleh
Rizka Ayu Anggraeni (2211070088)

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA


(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
JAKARTA
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah
ini yang berjudul Value Chain dan Keterkaitannya dengan PSAK 71 dan PSAK 72
(Analisis Jurnal PT Elektronik City Tbk). Makalah ini dibuat sebagai tugas mata
kuliah Seminar Akuntansi Keuangan dengan berbagai pemahaman dan beberapa
bantuan dari berbagai sumber untuk membantu menyelesaikan makalah ini. Dan tak
lupa pula penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada bapak Dessy Adelin selaku
dosen atas bimbingannya dalam mata perkuliahan Seminar Akuntansi Manajemen
yang banyak membantu penulis dalam proses perkuliahan. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, kami berharap para pembaca untuk memberikan saran
serta kritik untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan semoga dapat memberikan
manfaat.

Jakarta, 18 Desember 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................6
1.3 Tujuan.....................................................................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................................................7
2.1 Pengertian Value Chain........................................................................................................7
2.2 PSAK 71: Instrumen Keuangan.........................................................................................11
2.3 PSAK 72: Pendapatan dari Kontrak dengan Pelanggan.................................................15
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................................................26
3.1 Penerapan PSAK 7I dan 72 pada Value Chain dalam PT Electronic City....................26
3.2 Pertanyaan saat Presentasi Kelompok..............................................................................29
BAB IV PENUTUP...............................................................................................................................33
4.1 Kesimpulan...........................................................................................................................33
4.2 Saran.....................................................................................................................................33
Daftar Pustaka.................................................................................................................................34

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri elektronik merupakan salah satu sektor unggulan yang dimasukkan
oleh Pemerintah Indonesia dalam program Making Indonesia 4.0, bersama enam
sektor industri prioritas lainnya. Pada tahun 2019 triwulan ketiga, industri elektronik
mengalami pertumbuhan sebesar 24,24 persen dibandingkan pada triwulan ketiga
tahun 2018 (Pusdatin, 2019). Namun adanya pandemi COVID-19 membuat industri
ritel elektronik di Indonesia mengalami penurunan aktivitas perdagangan global (Paul
et al., 2021). Salah satu dampak yang terjadi adalah adanya gangguan pasokan
komponen dan bahan baku yang menurunkan kegiatan produksi dan ekspor industri
elektronik nasional (Widjaya, 2020). Pasokan industri ritel elektronik Indonesia
tergantung pada barang impor dari China, di mana Indonesia menjadi salah satu
negara impor elektronik terbesar (Indraini, 2020). Salah satu perusahaan ritel yang
terdampak pandemi COVID-19 adalah Electronic City. Tujuan dari penelitian ini
untuk menganalisis rantai nilai industri yang melibatkan industri pasokan ritel
elektronik di Indonesia dan pesaing peritel elektronik. Untuk itu, PT. Electronic City
dipilih sebagai perusahaan untuk studi kasus penerapan konsep tersebut pada industri
ritel elektronik Indonesia.
PT. Electronic City Indonesia Tbk. adalah salah satu pelopor perusahaan ritel
produk elektronik modern di Indonesia (Marginingsih, 2022). Selain PT. Electronic
City Indonesia Tbk., terdapat lima perusahaan ritel elektronik pesaing yang tergabung
dalam saham sektor E742 di Bursa Efek Indonesia (IDX), yaitu PT. Erajaya
Swasembada Tbk, PT. Global Teleshop Tbk, PT. Gaya Abadi Sempurna Tbk, PT.
Trikomsel Oke Tbk, PT. Damai Sejahtera Abadi Tbk (Kayo, 2022). Pada Triwulan
ketiga tahun 2022, Erajaya Swasembada merupakan perusahaan dengan nilai asset
terbesar yaitu mencapai 16 triliun rupiah. PT. Erajaya Swasembada Tbk merupakan
perusahaan pesaing PT. Electronic City Indonesia Tbk yang memiliki beberapa anak
perusahaan, salah satunya PT. Erafone Artha Retailindo. Lalu PT. Electronic City Tbk
memiliki nilai asset sebesar 1,8 triliun rupiah, PT. Gaya Abadi Sempurna Tbk sebesar
416 miliar rupiah, PT. Damai Sejahtera Abadi Tbk sebesar 411 miliar rupiah dan PT.
Trikomsel Oke Tbk sebesar 89 miliar rupiah (Datanesia, 2023).

4
Electronic City merupakan perusahaan pelopor ritel di bidang elektronik yang
berdiri sejak tahun 2021 dan sekarang memiliki 66 toko dan 11 gudang distribusi yang
tersebar di Indonesia (Electronic City, 2021). Electronic City berfokus pada
perdagangan ritel produk elektronik seperti peralatan audio video, rumah tangga,
perangkat mobile, perangkat internet dan lain-lain. Pendapatan Electronic City berasal
dari penjualan barang elektronik bermerek, pendapatan sewa atas display barang
elektronik dan food court, komisi penjualan barang konsinyasi dengan nilai antara 4,5
persen sampai 10 persen dari nilai penjualan dan pendapatan lain (pendapatan
pengiriman barang, penjualan perpanjangan garansi, papan reklame dan neon box).
Pendapatan dari penjualan langsung mendominasi seluruh pendapatan di tahun 2021
yakni sebesar 90 persen dibandingkan pendapatan dari sistem konsinyasi yang hanya
berkontribusi 0,3 persen dari keseluruhan pendapatan.
Analisis dilakukan secara mendetail terhadap seluruh pihak yang terlibat dalam
kegiatan usaha, agar mengetahui titik terlemah rantai nilai tersebut (Ponte et al., 2019).
Analisis rantai nilai bertujuan untuk membantu perusahaan mengetahui titik lemah
yang menjadi hambatan bagi perusahaan serta meminimalisirnya (Rahmatin et al.,
2019). Maka perlu adanya perbaikan yang dilakukan oleh perusahaan dari semua
bagian, yaitu process, product, functional, channel, dan intersectoral (Arjakusuma et
al., 2013). Analisis rantai nilai menunjukkan daftar kegiatan yang dilakukan
perusahaan untuk menghasilkan produk atau layanan tertentu. Analisis rantai nilai
bersifat internal bagi perusahaan, tujuannya adalah untuk mengidentifikasi aktivitas
mana yang paling berharga dan mana yang bisa diperbaiki untuk meningkatkan daya
saing (Nor et al., 2020). Pengelolaan rantai dapat meminimalkan risiko perubahaan
harga dan memberikan pendapatan yang lebih tinggi (Muflikh et al., 2022). Beberapa
penelitian mengenai analisis rantai nilai industri telah dilakukan salah satunya analisis
rantai nilai pada industri ketenagalistrikan (Park & Heo, 2020), analisis rantai nilai
industri sendal (Mina et al., 2020), analisis rantai nilai industri minyak sawit (Aryani
& Syahputri, 2019), analisis rantai nilai industri tenaga angin (Liu et al., 2018),
analisis rantai nilai industri susu yogurt pada PT. Cisarua Mountain Dairy (Cimory)
(Satrya Arjakusuma et al., 2013). Selain itu terdapat juga penelitian yang membuat
model analisis rantai nilai pada industri minyak Saudi Arabia (Fuller et al., 2018).
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kondisi dari rantai nilai industri pada PT.
Electronic City Indonesia Tbk. secara keseluruhan agar perusahaan mengetahui
dengan pasti titik terlemah yang menjadi hambatan.

5
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Value Chain?
2. Apa yang diatur dalam PSAK 71?
3. Apa yang diatur dalam PSAK 72?
4. Bagaimana penerapan PSAK pada Value Chain dalam PT Electronic City?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Value Chain
2. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan PSAK 71
3. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan PSAK 72
4. Untuk mengetahui bagaimana penerapannya pada PT Electronic City
(Analisis Jurnal)

6
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Value Chain


Value Chain adalah angkaian kegiatan yang menciptakan nilai yang dilakukan
suatu perusahaan untuk menghasilkan produk/jasa kepada pelanggan. Perbedaan value
chain dan value added ada pada penambahan nilai pada setiap aktivitasnya. Value
chain memberikan penekanan pada pemahaman nilai total semua operasi di seluruh
bisnis dan juga di industrinya, sedangkan Value Added ini melibatkan kegiatan
mengklasifikasikan sebagian nilai tambah atau non nilai tambah jadi konsep ini
diadopsi untuk mengidentifikasi aktifitas mana yang mana yang di pertahankan jika
dia memiliki nilai tambah (value added) atau aktifitas mana yang harus dihilangkan
jika di tidak memiliki nilai tambah (non value added).

Framework Porter ini menggambarkan berbagai kegiatan atau aktivitas, di sini aktivitas
terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Primary activities (Aktifitas utama)
1) Inbound logistics, adalah suatu kegiatan perusahaan yang berkaitan
dengan penyimpanan, penerimaan dan juga menyebarkan produk.
Contoh: penanganan material kalau misalnya barang masuk ke pabrik

7
lalu bagaimana material tersebut dimasukkan ke gudang, pengendalian
persediannya, penjadwalan kendaraannya, jika ada barang yg rusak ada
pengembalian ke pemasok atau vendor.
2) Operation, yakni suatu kegiatan yang merubah produk bahan baku
menjadi produk akhir. Contoh: permesinan, pengemasan, perawatan
mesin, pengujian dan operasi aktiviatas lainnya
3) Outbound logistic, adalah suatu kegiatan perusahaan yang berkaitan
dengan menyebarkan produk ataupun jasa kepada pelanggan. Contoh:
pergudangan barang jadi, proses bagaimana gudang barang jadi atau
gudang finish good tersebut di supply sebelum nanti distribusikan ke
cutomer, penanganan material, operasi kendaraan pengiriman dan
pemprosesan pesanan.
4) Marketing and sales, adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan
pemasaran dan juga penjualan seperti promosi, dll. Contoh: membujuk
costumer dalam membeli seperti periklanan, promosi, tenaga penjualan
dan penetapan harga.
5) Service, adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan menyediakan
layanan agar bisa lebih meningkatkan pemeliharaan suatu produk,
seperti perawatan, perbaikan, dan juga pelatihan.
2. Support Activities (Aktivitas Pendukung)
1) Infrastruktur perusahaan (firm infrastructure), adalah suatu kegiatan yang
berkaitan dengan biaya dan juga aset yang berkaitan dengan manajemen
umum, keuangan, akuntansi, legal, government affair dan juga keselamatan
sistem informasi, dan manajemen-manajemen lainnya.
2) Manajemen sumber daya manusia (SDM) (human resources management),
adalah suatu kegiatan pelatihan, pengembangan, dan juga kompensasi untuk
seluruh jenis personel yang di dalamnya termasuk mengembangkan tingkat
keahlian pekerja.
3) Pengembangan teknologi (technology development), adalah kegiatan yang
berhubungan dengan perbaikan proses, produk, pengembangan software,
perancangan alat, sistem telekomunikasi, kapabilitas basis data baru, sampai
membangun dukungan sistem yang terkomputerisasi. Contohnya bagian
marketing & sales bisa mengetahui update harga, update stock ready dari

8
techonology development, dimana didalamnya saling support dari support
acctiviy ke primary activitynya.
4) Pengadaan (procurement), adalah suatu aktivitas yang berkaitan dengan cara
mendapatkan sumber daya, seperti fungsi pembelian yang digunakan di
dalam value chain. Dari bagan tersebut bisa dilihat bahwa porter framework
ini ada primary activity dan support activity kedua aktivitas tersebut saling
mensupport satu dengan lainnya sehingga bisa menciptakan nilai value yang
nantinya bisa didapatkan oleh konsumen secara kualitas produk yang bagus,
jasa yang baik.

3. Strategi Value Chain

Suatu perusahaan yang ingin menerapkan value chain harus melakukan strategi
terlebih dahulu. Strategi ini sebagai rangkaian kegiatan yang lebih terkoordinir dan
juga lebih terintegrasi guna mendapatkan keunggulan bersaing. Strategi yang
terdapat di dalam value chain sendiri terdiri dari strategi keunggulan dalam
bersaing, strategi keunggulan biaya, dan strategi diferensiasi. Ketiga jenis
strategi value chain adalah sebagai berikut:

1. Strategi Keunggulan Bersaing


Strategi keunggulan bersaing adalah suatu kemampuan pada perusahaan
dalam mendapatkan keuntungan ekonomis terhadap laba yang bisa
diperoleh oleh kompetitor di pasar dalam industri yang sama. Keberhasilan
suatu perusahaan ini bisa diukur dengan daya saing strategis dan juga
profitabilitas yang tinggi. Kedua hal tersebut adalah hasil dari kemampuan
perusahaan dalam hal menggunakan dan mengembangkan kompetensinya
untuk bersaing dalam pasar dengan para kompetitornya. Perusahaan yang
mempunyai keunggulan kompetitif ini berarti mampu memahami adanya
perubahan struktur di pasar dan memilih strategi pemasaran yang lebih
efektif.
2. Strategi Keunggulan Biaya
Harga jual, biaya, dan biaya lainnya akan menjadi pertimbangan pada setiap
perusahaan yang ingin menjual suatu barang ataupun jasa. Dari segi
konsumen, keunggulan biaya ini bisa dilihat dari sisi harga jual yang lebih
murah untuk suatu barang yang nilainya sama. Strategi keunggulan biaya ini

9
akan menjadi instrumen yang sangat penting untuk menjadi juara di dalam
persaingan pasar. Biaya akan menjadi hal yang penting untuk menerapkan
strategi selanjutnya, yaitu diferensiasi. Kenapa? Karena kompetitor harus
bisa mempertahankan posisi biaya dengan para kompetitor lainnya agar
mereka bisa tetap unggul. Rata-rata, setiap perusahaan ingin lebih fokus
pada biaya manufaktur dan mengabaikan dampak biaya pada kegiatan
lainnya, seperti pemasaran, infrastruktur, dan juga layanan. Cara untuk
menyiasatinya adalah perusahaan tersebut harus mampu menawarkan
produk dan juga fungsi yang bisa diterima oleh konsumen namun dengan
harga yang tetap mampu bersaing di level pasar.
3. Strategi Diferensiasi
Arti dari diferensiasi adalah berbeda. Di zaman seperti saat ini, perusahaan
yang hanya mengeluarkan produk yang sama dengan yang lain tentu tidak
akan terlihat menarik. Pun sama halnya dalam strategi bisnis, perusahaan
bisa menerapkan strategi ini secara efektif.

4. Fungsi Rantai Nilai dalam Perusahaan

Tujuan utama dari menerapkan value chain adalah demi meningkatkan keuntungan
perusahaan dan sebisa mungkin mengurangi biaya produksi perusahaan. Selain
itu, value chain juga bisa meningkatkan nilai ataupun pemanfaatan produk ataupun jasa
yang akan diproduksi. Fungsi lain dari value chain adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dan Pengembangan


Diterapkannya sistem ini akan lebih memudahkan perusahaan dalam melakukan
penelitian dan juga pengembangan produk barang atau jasa yang sudah
dipasarkan. Seperti perusahaan bisa melihat apakah produk yang sudah
disebarkan di pasar mampu bersaing dengan produk kompetitor atau tidak.
2. Desain Produk atau Jasa Hingga Proses
Suatu bisnis yang menerapkan value chain akan lebih terbantu dalam sisi
mendesain produk atau jasa hingga prosesnya agar bisa lebih mudah dijual di
pasar. Karena, dengan menggunakan sistem ini perusahaan akan mengetahui
bahwa produknya tidak hanya memberikan barang atau jasa yang berkualitas
saja.
3. Produksi

10
Untuk fungsi yang satu ini sudah pasti sangat berkaitan dengan value chain.
Anda bisa menggunakan strategi value chain yang mampu meningkatkan
produksi dalam sisi jumlah dan juga efisiensi biaya. Seluruh strategi di
dalam value chain bisa diterapkan untuk tim produksi.
4. Pemasaran dan Penjualan
Pemasaran dan juga penjualan adalah dua hal penting di dalam perusahaan yang
berkaitan dengan pendapatan penjualan produk barang atau jasa. Untuk
itu, value chain bisa diandalkan dalam proses pemasaran dan juga penjualan.

2.2 PSAK 71: Instrumen Keuangan


Instrumen keuangan adalah setiap perjanjian yang menciptakan aset keuangan dari
satu entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas dari entitas lain (paragraf 11,
AASB 132). Dengan demikian, penjualan barang oleh satu entitas ke yang lain secara kredit
akan menimbulkan aset keuangan untuk penjual (piutang) dan kewajiban keuangan untuk
pembeli (hutang dagang).
1. Jenis-jenis Instrumen Keuangan diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Instrumen Ekuitas
Instrumen ekuitas itu sendiri merupakan setiap kontrak yang memberikan hak
residual atas aset suatu entitas setelah dikurangi dengan seluruh liabilitasnya. Contoh
jenis instrumen ekuitas yang paling umum adalah saham biasa perusahaan. Kewajiban
keuangan mencakup :
a. Kewajiban Kontraktual:
- Untuk memberikan uang tunai atau aset keuangan lain kepada entitas lain.
- Untuk menukar aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas lain
dalam kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan bagi entitas.
b. Kontrak yang akan atau dapat diselesaikan dalam instrumen ekuitas entitas
sendiri dan adalah:
- Non-derivatif yang entitasnya atau mungkin berkewajiban untuk
mengirimkan sejumlah variabel instrumen ekuitas entitas sendiri
- Suatu derivatif yang akan atau dapat diselesaikan selain oleh pertukaran
sejumlah uang tunai atau aset keuangan lain dengan jumlah tetap dari
instrumen ekuitas entitas sendiri. Untuk tujuan ini, instrumen ekuitas sendiri
entitas tidak termasuk instrumen yang merupakan kontrak untuk penerimaan
di masa depan atau pengiriman instrumen ekuitas entitas sendiri.

11
2) Instrumen Keuangan Derivatif
Derivatif merupakan instrumen keuangan atau kontrak lain yang termasuk dalam
ruang lingkup pernyataan dengan karakteristik sebagai berikut :
a. Nilainya berubah sebagai akibat dari perubahan variabel yang ditentukan
antara lain : suku bunga, harga instrumen keuangan, harga komoditas, nilai
tukar, indeks harga dan lainnya.
b. Tidak memerlukan investasi awal neto atau memerlukan investasi dalam
jumlah yang diperlukan untuk kontrak serupa lainnya yang diharapkan
akan menghasilkan dampak serupa akibat perubahan pasar
c. Diselesaikan pada tanggal tertentu di masa depan.
Instrumen keuangan derivatif dikembangkan secara luas sebagai sarana untuk
mengelola risiko keuangan, terutama ketika volatilitas nilai-nilai instrumen keuangan
yang mendasarinya tinggi. Instrumen keuangan derivatif tidak menghasilkan transfer
dari instrumen keuangan utama yang mendasari pada periode ketika instrumen
keuangan derivatif tersebut jatuh tempo.
2. Klasifikasi Instrumen Keuangan
Instrumen keuangan dapat diklasifikasikan ke dalam kategori berikut:
1. Aset Keuangan
a. Aset Keuangan Diukur dengan Nilai Wajar Melalui Laba Rugi
Aset keuangan diukur dengan nilai wajar melalui laba rugi adalah aset
keuangan yang dimaksudkan untuk tujuan dijual atau dibeli kembali dalam
waktu dekat. Aset keuangan ini merupakan komponen utama aset perusahaan.
Bagi entitas lainnya, aset keuangan ini merupakan bentuk investasi sementara
untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas perusahaan. Entitas dapat
memanfaatkan kelebihan kas yang dimiliki untuk membeli saham atau
obligasi yang diharapkan dapat memperoleh dividen, bunga, atau kenaikan
nilai investasi (capital gain).
b. Investasi dimiliki hingga jatuh tempo
Investasi dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity-HTM) adalah aset
nonkeuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan
jatuh temponya telah ditetapkan dan kemampuan untuk memiliki aset
keuangan tersebut hingga jatuh tempo. Investasi tersebut termasuk obligasi
pemerintah, obligasi perusahaan dan investasi dalam komersial tagihan,
catatan, dan surat utang. Investasi pada hold-to-maturity ini mengecualikan

12
investasi sebagai berikut:
- Ditetapkan sebagai pada nilai wajar melalui laba atau rugi
- Ditetapkan entitas sebagai tersedia untuk dijual
- Memenuhi definisi pinjaman yang diberikan dan piutang.
Dalam hal ini entitas tidak diperbolehkan mengklasifikasikan aset keuangan
sebagai investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo.
c. Pinjaman yang diberikan atau piutang
Pinjaman dan piutang adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran
tetap atau dapat dipastikan yang tidak dikutip dalam pasar aktif (paragraf 9).
Macam2 pinjaman yaitu: wesel tagih, pengakuan awal, diskon penjualan,
penghitungan penurunan nilai piutang, penghentian pengakuan. Kategori ini
mencakup piutang dan pinjaman kepada entitas lain tetapi tidak termasuk
pinjaman dan piutang yang:
- Entitas bermaksud untuk menjual dalam waktu dekat dalam hal ini, pinjaman
dan piutang harus diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk diperdagangkan dan
diakui sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.
- Pinjaman tersedia untuk dijual.
- Pemegang tidak dapat memulihkan secara substansial semua investasi awal,
selain karena kemerosotan kredit. Dalam hal ini, pinjaman dan piutang harus
diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual.
Macam-macam pinjaman yang diberikan atau piutang yaitu:
1. Wesel Tagih
Wesel merupakan janji tertulis yang tidak bersyarat, ditandatangani oleh
pihak pembuatnya, untuk membayar sejumlah uang atau pada suatu
tanggal yang ditetapkan pada masa yang akan datang kepada pihak yang
memerintahkan. Penerbit wesel disebut wesel bayar (notes payable),
sedangkan penerima wesel disebut wesel tagih (notes receivable) karena
penerima memiliki hak klaim menagih. Wesel tagih biasanya memiliki
bunga, dan ada yang tidak berbunga. Wesel tagih yang tidak berbunga
biasanya dijual dengan diskon (lebih rendah dari nilai nominal) . diskon
merupakan bentuk bunga yang diterima dimuka. Wesel tagih dapat dijual
oleh pemegangnya sebelum jatuh tempo. Perbedaan obligasi dengan wesel
tagih terletak pada keberadaan pasar. Obligasi biasanya diterbitkan dalam
jumlah yang besar, karena diperjualbelikan dipasar modal, maka

13
mensyaratkan suatu ketentuan khusus. Sementara wesel tagih tidak ada
regulasi khusus karena dasarnya lebih pada perjanjian antara pihak
penerbit, penerima, dan pembayar. Wesel tagih dapat diterbitkan untuk
membayar penjualan atau diterbitkan dalam rangka memperoleh pinjaman.
Wesel tagih dapat diterima setelah tanggal penerbitan, sehingga untuk
wesel tagih berbunga harus diperhitungkan pendapatan bunga dan
perhitungannya akan menambah kas yang harus dibayar pihak penerima.
2. Pengakuan Awal
Piutang diakui pada laporan posisi keuangan jika entitas tersebut menjadi
bagian dalam kontrak piutang. Sesuai dengan PSAK 55, piutang diakui
oleh entitas sebesar nilai wajar. Nilai wajar merupakan harga perolehan
atau nilai pertukaran antara kedua belah pihak. Pada saat perolehan, entitas
seharusnya mengukur piutang sebesar nilai kini dari kas yang diterima di
masa depan. Untuk pengukuran piutang dagang dan piutang usaha jarang
sekali memperhitungkan komponen bunga. Jangka waktu antara piutang
dan pembayaran relatif pendek sehingga pendapatan bunga relatif kecil.
3. Diskon Penjualan
Untuk transaksi penjualan, perusahaan seringkali memberikan diskon atau
potongan baik potongan harga maupun kuantitas. Potongan kuantitas
diberikan dengan memberikan bonus barang.
4. Penghitungan Penurunan Nilai dalam Piutang
Penentuan penurunan nilai dihitung secara individu. Piutang yang tidak
mungkin dibayar karena kegiatan operasi dihentikan atau pailit, harus
diturunkan nilainya secara keseluruhan . jika tidak ada jaminan maka
semua piutang tersebut dihapuskan dan akan dicatat sebagai Beban.
Penurunan piutang akan dicatat mengurangi nilai piutang atau pinjaman.
Piutang yang diturunkan nilainya langsung dihapuskan harus dibuat akun
cadangan penurunan nilai. dapat ditagih dengan mengkredit piutang dan
mendebit akun cadangan penurunan nilai.
5. Penghentian Pengakuan
Penghentian pengakuan (derecognition) akan menyebabkan nilai piutang
dan pinjaman tidak lagi dicatat dalam laporan keuangan. Untuk piutang
atau pinjaman penghentian pengakuan baik seluruhnya atau sebagian,
terjadi saat piutang tersebut dilunasi.

14
d. Aset Keuangan Tersedia untuk Dijual
Aset keuangan tersedia untuk dijual adalah aset keuangan non-derivatif yang
ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual dan tidak diklasifikasikan sebagai
salah satu kategori instrumen keuangan seperti Aset keuangan pada nilai wajar
melalui laba rugi (Financial assets at fair value through profit or loss),
Investasi yang ditahan sampai jatuh tempo (Held-to-maturity investments) dan
Pinjaman dan Piutang (Loans and receivables) . Kategori ini termasuk
investasi dalam saham biasa, saham preferensi dan efek konversi yang tidak
ditetapkan sebagai nilai wajar melalui laba atau rugi. Aset keuangan untuk
dijual diakui pada awalnya dengan nilai wajar ditambah biaya transaksi.
Setelah pengakuan awal, aset keuangan yang tersedia untuk dijual diukur pada
nilai wajar dengan perubahan nilai wajar yang diakui dalam laporan perubahan
ekuitas. AASB 139 mensyaratkan daur ulang dari akumulasi perubahan nilai
wajar dari laporan perubahan ekuitas dan ke dalam laporan laba rugi
komprehensif ketika aset keuangan dihentikan pengakuannya (paragraf 55
(b)).

2.3 PSAK 72: Pendapatan dari Kontrak dengan Pelanggan


PSAK 72 merupakan standar dalam pengakuan pendapatan dari kontrak dengan
pelanggan mengadopsi IFRS 15 Revenue from Contracrs with Customer yang sudah berlaku
secara efektif sejak 1 Januari 2018 lalu, dan disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada tanggal 26 Juli. 2017.
1. Pengakuan PSAK 72
Dalam PSAK 72 kontrak dengan pelanggan dicatat hanya jika seluruh kriteria berikut
terpenuhi: (PSAK 72, Parg 09)
1) Para pihak dalam kontrak telah menyetujui kontrak (secara tertulis, lisan atau
sesuai dengan praktik bisnis pada umumnya) dan berkomitmen untuk
melaksanakan kewajiban mereka masing-masing;
2) Entitas dapat mengidentifikasi hak setiap pihak mengenai barang atau jasa
yang akan dialihkan;
3) Entitas dapat mengidentifikasi jangka waktu pembayaran barang atau jasa
yang akan dialihkan;
4) Kontrak memiliki substansi komersial (yaitu risiko, waktu atau jumlah arus
kas masa depan entitas diperkirakan berubah sebagai akibat dari kontrak); dan

15
5) Kemungkinan besar (probable) entitas akan menagih imbalan yang akan
menjadi haknya dalam pertukaran barang atau jasa yang akan dialihkan ke
pelanggan. Dalam mengevaluasi apakah kolektabilitas dari jumlah imbalan
kemungkinan besar terjadi, entitas hanya mempertimbangkan kemampuan dan
intensi pelanggan untuk membayar jumlah imbalan ketika jatuh tempo. Jumlah
imbalan yang akan menjadi hak entitas mungkin lebih kecil dari harga yang
tercatat dalam kontrak jika imbalan bersifat variabel karena entitas dapat
menawarkan suatu konsesi harga kepada pelanggan.
Kontrak adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang menimbulkan hak dan
keajiban yang dapat dipaksakan, hak dan kewajiban tersebut menjadi wajib akibat adanya
permasalahan hukum. Bentuknya dapat berupa tertulis, lisan atau tersirat dalam praktik bisnis
umum entitas. Penetapan kontrak dapat melalui jalur yurisdiksi hukum, industri, dan entitas.
Di dalam kontrak yang dibuat antara entitas dengan pelanggan akan mempertimbangkan
praktik dan proses kontrak tersebut, selain itu dalam kontrak juga ditentukan apakah
perjanjian yang dibuat akan menimbulkan hak dan kewajiban yang dapat dipaksakan. (PSAK
72, Parg 10)
Durasi dari suatu kontrak sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat, durasi kontrak
tersebut dapat memiliki durasi yang tidak tetap dan dapat diakhiri atau dimodifikasi oleh
salah satu pihak setiap saat. Beberapa kontrak dapat secara otomatis diperbarui dengan dasar
periodik sebagaimana diatur dalam kontrak. (PSAK 72, Parg 11). Kontrak tidak dapat
dijalankan apabila pihak dalam kontrak memiliki hak yang dapat dipaksakan secara sepihak
untuk mengakhiri wholly unperformed contract tanpa adanya kompensasi kepada pihak (atau
beberapa pihak) lain. Sebuah kontrak merupakan tak terlaksana penuh jika kedua kriteria
berikut terpenuhi: (PSAK 72, Parg 12)
1) Entitas belum mengalihkan barang atau jasa yang dijanjikan kepada pihak
pelanggan; dan
2) Entitas belum menerima, dan belum berhak menerima, imbalan apapun dalam
pertukaran dengan barang dan jasa atau jasa yng dijanjikan.
Jika kontrak dengan pelanggan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan di atas, maka
entitas tidak menilai kembali kriteria tersebut kecuali terdapat indikasi perubahan yang
signifikan dalam fakta dan keadaan. Namun jika kriteria di atas tidak terpenuhi, maka entitas
melanjutkan menilai kontrak untuk menentukan apakah kriteria tersebut dapat dipenuhi.
(PSAK 72, Parg 13,14). Ketika kontrak dengan pelanggan tidak memenuhi kriteria dan
entitas menerima imbalan dari pelanggan, maka entitas mengakui imbalan yang diterima

16
sebagai pendapatan hanya jika salah satu peristiwa berikut telah terjadi: (PSAK 72, Parg 15)
1) Entitas tidak memiliki sisa kewajiban untuk mengalihkan baran atau jasa
kepada pelanggan dan seluruh, atau secara substansial seluruh, imbalan yang
dijanjikan pelanggan telah diterima entitas, dan tidak dapat dikembalikan; atau
2) Kontrak telah diakhiri dan imbalan yang diterima dari pelanggan tidak dapat
dikembalikan.
Entitas mengakui imbalan yang diterima dari pelanggan sebagi liabilitas sampai salah
satu dari peristiwa di atas terjadi atau sampai kriteria di atas selanjutnya terpenuhi.
Bergantung pada fakta dan keadaan yang terkait dengan kontrak, liabilitas yang diakui
mencerminkan kewajiban entitas untuk mengalihkan baran atau jasa di masa depan atau
mengembalikan imbalan yang diterima. Liabiltas yang diterima diukur pada jumlah imbalan
yang diterima dari pelanggan. (PSAK 72, Parg 16).

Kombinasi Kontrak
Entitas mengombinasikan dua atau lebih kontrak yang diespakati pada waktu yang
sama atau berdekatan dengan pelanggan yang sama (atau pihak berelasi dari pelanggan). dan
mencatat kontrak tersebut sebagai kontrak tunggalj jika satu atau lebih kriteria berikut
terpenuhi: (PSAK 72, Parg 17)
1) Kontrak dinegoisasi sebagai satu paket dengan tujuan komersial tunggal;
2) Jumlah imbalan yang dibayarkan dalam satu kontrak bergantung pada harga atau
pelaksanaan dari kontrak lain; atau
3) Barang atau jasa yang dijanjikan dalam kontrak (atau beberapa barang atau jasa yang
dijanjikan dalam setiap kontrak) merupakan kewajiban pelaksanaan tunggal.
Modifikasi Kontrak
Modifikasi kontrak adalah perubahan dalam ruang lingkup atau harga kontrak (atau
keduanya) yang disetujui oleh para pihak dalam kontrak. Modifikasi kontrak dideskripsikan
sebagai perubahan, variasi atau amendemen pesanan. Hal ini dapat terjadi apabila pihak yang
berkontrak setuju untuk melakukan modifikasi kontrak. Proses melakukan modifikasi kontrak
dapat menyebabkan adanya perubahan ketentuan-ketentuan di dalam kontrak itu sendiri,
perubahan ketentuan tersebut antara lain munculnya ketentuan baru atau mengubah
ketentuan-ketentuan yang sudah ada. Persetujuan modifikasi kontrak dapat berupa perjanjian
tertulis, lisan, atau tersirat. Apabila modifikasi kontrak belum disetujui, maka entitas
menerapkan PSAK 72 terhadap kontrak yg sudah ada sampai dilakukan persetujuan
modifikasi kontrak. (PSAK 72, Parg 19).

17
Modifikasi kontrak dicatat oleh entitas sebagai kontrak terpisah jika terdapat dua
kondisi, yaitu pertama, ruang lingkup kontrak meningkat karena penambahan barang atau
jasa yang dijanjikan bersifat dapat dibedakan (distinct), dan kedua, harga kontrak meningkat
oleh sejumlah imbalan yang mencerminkan harga jual berdiri sendiri (stand alone selling
prices) entitas atas penambahan barang atau jasa yang dijanjikan dan penyesuaian yang tepat
terhadap harga yang menceriminkan keadaan kontrak tertentu. Sebagai contoh, entitas dapat
menyesuaikan harga jual berdiri sendiri dari tambahan barang atau jasa untuk diskon yang
diterima pelanggan, karena entitas tidak perlu menanggung biaya terkait penjualan yang akan
terjadi ketika menjual barang atau jasa serupa kepada pelanggan baru. (PSAK 72, Parg 20).
Jika modifikasi kontrak tidak dicatat sebagai kontrak terpisah, makae entitas mencatat barang
atau jasa yang dijanjikan yang belum dialihkan pada tanggal modifikasi kontrak (yaitu sisa
barang atau/jasa yang dijanjikan) dengan cara di bawah ini yang dapat diterapkan: (PSAK 72,
Parg 21)
1) Entitas mencatat modifikasi kontrak seolah-olah modifikasi kontrak tersebut
merupakan penghentian kontrak yang ada dan menimbulkan kontrak baru, jika sisa
barang atau jasa bersifat dapat dibedakan dari barangatau jasa yang dialihkan pada
atau sebelum tanggal modifikasi kontrak. Jumlah imbalan yang dialokasikan pada sisa
kewajiban pelaksanaan adalah jumlah dari imbalan yang dijanjikan oleh pelanggan
yang tercakup dalam estimasi harga transaksi dan yang belum diakui sebagai
pendapatan; dan imbalan yang dijanjikan sebagai bagian dari modifikasi kontrak.
2) Entitas mencatat modifikasi kontrak seolah-olah modifikasi kontrak tersebut
merupakan bagian dari kontrak yang ada jika sisa barang atau jasa bersifat tidak dapat
dibedakan dan, oleh karena itu, menjadi bagian dari kewajiban pelaksanaan tunggal
yang dipenuhi sebagiannya pada tanggal modifikasi kontrak. Dampak modifikasi
kontrak pada harga transaksi, dan pada pengukuran entitas atas kemajuan terhadap
penyelesaian penuh atas kewajiban pelaksanaan, diakui sebagai penyesuaian terhadap
pendapatan pada tanggal modifikasi kontrak.
3) Jika sisa barang atau jasa merupakan kombinasi dari kedua poin di atas, maka entitas
mencatat dampak modifikasi atas kewajiban pelaksaan yang tidak dipenuhi dalam
kontrak modifikasinya secara konsisten dengan tujuan paragraf ini.

Mengidentifikasi Kewajiban Pelaksanaan


Pada insepsi kontrak, entitas menilai barang atau jasa yang dijanjikan dalam kontrak
dengan pelanggan dan mengidentifikasi sebagai kewajiban pelaksanaan setiap janji untuk

18
mengalihkan kepada pelanggan baik suatu barang atau jasa (atau barang dan jasa) yang
bersifat dapat dibedakan atau serangkaian barang atau jasa yang bersifat dapat dibedakan
yang secara substansial sama dan memiliki pola pengalihan yang sama kepada pelanggan.
(PSAK 72, Parg 22) Barang dan jasa yang bersifat dapat dibedakan memiliki pola pengalihan
yang sama kepada pelanggan jika kedua kriteria berikut terpenuhi: (PSAK 72, Parg 23)
1) Setiap barang atau jasa yang bersifat dapat dibedakan dalam suatu rangkaian di mana
entitas berjanji untuk mengalihkan kepada pelanggan akan memenuhi kriteria sebagai
kewajiban pelaksanaan yang dipenuhi sepanjang waktu; dan
2) Metode yang sama akan digunakan untuk mengukur kemajuan entitas terhadap
penyelesaian penuh atas kewajiban pelaksanaan untuk mengalihkan setiap barang atau
jasa yang bersifat dapat dibedakan dalam suatu rangkaian kepada pelanggan.
Janji kontrak dengan pelanggan terjadi apabila kontrak umumnya secara eksplisit
menyatakan barang atau jasa yang dijanjikan untuk dialihkan kepada pelanggan. Akan tetapi,
kewajiban pelaknsaan tidak terbatas pada barang ataujasa yang secara eksplisit dinyatakan
dalam kontrak. Kewajiban pelaksanaan tidak mencakup aktivitas yang entitas harus lakukan
untuk memenuhi kontrak kecuali aktivitas tersebut mengalihkan barang atau jasa kepada
pelanggan. (PSAK 72, Parg 24,25).
Jika barang atau jasa yang dijanjikan bersifat tidak dapat dibedakan, entitas
mengombinasi barang atau jasa dengan barang atau jasa lain yang dijanjikan sampai entitas
mengidentifikasi sepaket barang atau jasa tersebut bersifat dapat dibedakan. (PSAK 72, Parg
30)
Pemenuhan Kewajiban Pelaksanaan
Entitas mengakui pendapatan ketika (atau selama) entitas memenuhi kewajiban
pelaksanaan dengan mengalihkan barang atau jasa yang dijanjikan (yaitu aset) kepada
pelanggan. Aset dialihkan ketika (atau selama) pelanggan memperoleh pengendalian aset
tersebut. (PSAK 72, Parg 31) Pada awal kontrak entitas menentukan apakah entitas
menyelesiakan kewajiban pelaksanaan sepanjang waktu atau suatu waktu tertentu. Jika
entitas tidak memenuhi kewajiban pelaksanaan sepanjang waktu, maka kewajiban
pelaksanaan dipenuhi pada suatu waktu tertentu. (PSAK 72, Parg 32)
Barang atau jasa adalah aset, maskipun sementara, ketika barang atau jasa tersebut
diterima dan digunakan. Manfaat atas aset adalah arus kas potensial (arus masuk atau
penghematan arus keluar) yang dapat diperoleh secara langsung atau tidak langsung dalam
berbagai cara,seperti dengan: (PSAK 72, Parg 33)
1) Menggunakan aset untuk memproduksi barang atau menyediakan jasa

19
(mencakup jasa publik);
2) Menggunakan aset untuk meningkatkan nilai aset lain;
3) Menggunakan aset untuk menyelesaiakan liabilitas atau mengurangu beban;
4) Menjual atau mempertukarkan aset;
5) Menjaminkan aset untuk perolehan pinjaman; dan
6) Mengusai aset
Penyelesaian kewajiban dapat dilakukan dengan dua cara, pertama, kewajiban
pelaksanaaan yang dipenuhi sepanjang waktu. Hal tersebut harus memenuhi beberapa
kriteria, yaitu pelanggan secara simultan menerima dan mengonsumsi manfaat yang
disediakan dari pelaksanaan entitas selama entitas melaksanakan kewajiban pelaksanaannya,
pelaksanaan entitas menimbulkan atau meningkatkan aset yang dikendalikan pelanggan
selama aset tersebut ditimbulkan atau ditingkatkan, atau pelaksanaan entitas tidak
menimbulkan suatu aset dengan penggunaan alternatif bagi entitas dan entitas memiliki hak
atas pelaksanaanynag telah diselesaikan. (PSAK 72, Parg 35) Kedua, kewajiban pelaksanaan
yang dipenuhi pada waktu tertentu. Untuk menentukan waktu tertentu di mana pelanggan
memperoleh pengendalian atas aset yang dijanjikan dan entitas memenuhi kewajiban
pelaksanaaan, entitas mempertimbangkan indikator pengalihan pengendalian (PSAK 72, Parg
38)
Pengukuran kemajuan terhadap penyelesaian kewajiban pelaksanaan secara penuh
bertujuan untuk menggambarkan pelaksanaan entitas dalam mengalihkan pengendalian atas
barang atau jasa yang dijanjikan kepada pelanggan. Pada setiap akhir periode pelaporan,
entitas mengukur kembali kemajuan terhadap penyelesaian penuh atas kewajiban
pelaksanaan yang dipenuhi sepanjang waktu. (PSAK 72, Parg 39,40)
2. Pengukuran PSAK 72
Ketika (atau selama) kewajiban pelaksanaan diselesaikan, entitas mengakui
pendapatan atas sejumlah harga transaksi (yang tidak termasuk estimasi atas imbalan variabel
yang dibatasi) yang dialokasikan terhadap kewajiban pelaksanaan. (PSAK 72, Parg 46)
Menentukan Harga Transaksi
Entitas mempertimbangkan syarat kontrak dan praktik bisnis umum entitas untuk
menentukan harga transaksi. Harga transaksi adalah jumlah imbalan yang diperkirakan
menjadi hak entitas dalam pertukaran untuk mengalihkan barang atau jasa kepada pelanggan,
tidak termasuk jumlah yang ditagih atas nama pihak ketiga (contoh:pajak). Imbalan yang
dijanjikan dalam kontrak dengan pelanggan dapat mencakup jumlah tetap, jumlah variabel,
atau keduanya. (PSAK 72, Parg 47)

20
Sifat, waktu, dan jumlah imbalan yang dijanjikan oleh pelanggan mempengaruhi
estimasi harga transaksi. Ketika menentukan hraga transaksi, entitas mempertimbangkan
dampak dari seluruh hal berikut: (PSAK 72, Parg 49)
1) Imbalan variabel. Jumlah imbalan dapat bervariasi karena diskon, rabat,
pengembalian dan, kredit, konsesi harga, insentif, bonus pelaksanaan, denda
atau itemlain yang serupa. (PSAK 72, Parg 51)
2) Estimasi pembatas imbalan variabel. Pengakuannya juka entitas menerima
imbalan dari pelanggan dan memperkirakan untuk mengembalikan beberapa
atau seluruh imbalan tersebut kepada pelanggan. Diukur pada jumlah piutang
yang tidak diperkirakan menjadi hak entitas. (PSAK 72, Parg 55)
3) Keberadaan komponen pendanaan signifikan dalam kontrak. Entitas
menyesuaikan jumlah imbalan yang dijanjikan terhadap dampak nilai waktu
uang jika waktu pembayaran yang disepakati oleh para pihak dalam kontrak
memberikan pelanggan atau entitas manfaat signifikan berupa pendanaan atas
pengalugan barang atau jasa kepada pelanggan. (PSAK 72, Parg 60)
4) Imbalan nonkas. Entitas mengukur imbalaln nonkas pada nilai wajar. Jika
tidak dapat mengestimasi nilai wajar, maka entitas mengukur imbalan secara
tidak langsung dengan merujuk pada harga jual berdiri sendiri dari barang atau
jasa yang dijanjikan kepada pelanggan dalam pertukaran untuk imbalan.
Jumlahnya pun bervariasi karena bentuk imbalan itu sendiri. (PSAK 72, Parg
66,67,68)
5) Utang imbalan kepada pelanggan. Jumlah kas yag dibayarkan entitas,atau
diperkirakan untuk dibayar, kepada pelanggan. (PSAK 72, Parg 70)
Entitas mengasumsikan bahwa barang atau jasa akan dialihkan kepada pelanggan
sebagaimana dijanjikan sesuai dengan kontrak yang ada dan kontrak tersebut tidak akan
dibatalkan, diperbarui atau dimodifikasi.
Mengalokasi Harga
Transaksi terhadap Kewajiban Pelaksanaan Bertujuan agar entitas mengalokasikan
harga transaksi terhadap setiap kewajiban pelaksanaan (atau barang atau jasa bersifat dapat
dibedakan) dalam jumlah yang menggambarkan jumlah imbalan yang, diperkirakan menjadi
hak entitas dalam pertukaran untuk mengalihkan barang atau jasa yang dijanjikan kepada
pelanggan. (PSAK 72, Parg 73)
Entitas mengalokasikan hrag transaksi terhadap setiap kewajiban pelaksanaan yang
diidentifikasi dalam kontrak dengan: (PSAK 72, Parg 74)

21
1) Dasar harga jual berdiri sendiri relatif. Entitas menentukan harga jua berdiri
sendiri pada insepsi kontrak atas barang atau jasa yang bersifat dapat
dibedakan yang mendasari setiap kewajiban pelaksanaan dalam kontrak dan
mengalokasikan harga transaksi secara proporsi terhadap harga jual berdiri
sendiri tersebut. (PSAK 72, Parg 76) Metode yang digunakan yaitu
pendekatan penilaian yang disesuaikan, pendekatan biaya ekspektasian
ditambah margin, pendekatan residual, entitas menjual barang arau jasa yang
sama kepada pelanggan yang berbeda, atau entitas belum menetapkan harga
untuk barang atau jasa tersebut dan belum pernah dijual sebelumnya. (PSAK
72, Parg 79)
2) Kecuali diatur khusus untuk alokasi diskon dan untuk alokasi imbalan yang
mencakup variabel. Pada alokasi diskon, keseluruhan diskondiestimasi
terhadap satu atau lebih. (PSAK 72, Parg 82) Sedangkan alokasi imbalan
variabel dijanjikan dalam kontrak dapat diatribusikan terhadap seluruh kontrak
atau bagian spesifikasi dari kontrak. (PSAK 72, Parg 84)
Perubahan dalam Harga
Transaksi Entitas mengalokasi ke dalam kewajiban pelaksanaan dalam kontrak
perubahan selanjutnya atas harga transaksi dengan dasar yang sama pada awal kontrak.
(PSAK 72, Parg 88) Entitas mencatat perubahan dalam harga transaksi sebagai hasil dari
modifikasi kontrak. Jika terjadi modifikasi kontrak, entitas mengalokasi perubahan harga
harga transaksi dengan salah satu cara berikut: (PSAK 72, Parg 90)
1) Entitas mengalokasikan perubahan dalam harga transaksi sebelum modifikasi
jika, dan sejauh perubahan dalam harga transaksi dapat didistribusikan
terhadap jumlah imbalan variabel yang dijanjikan sebelum modifikasi dan
modifikasi dicatat sebagai penghentian kontrak.
2) Modifikasi dicatat sebagai kontrak terpisah. Entitas mengalokasikan
perubahan dalam harga transaksi terhadap kewajiban pelaksanaan dalam
kontrak modifikasian.
3. Biaya Kontrak dalam PSAK 72
Biaya Inkremental atas Perolehan Kontrak
Entitas mengakui biaya inkremental atas perolehan kontrak dengan pelanggan sebagai
aset jika entitas memperkirakan untuk memulihkan biaya tersebut. (PSAK 72, Parg 91).
Biaya inkremental atas perolehan kontrak adalah biaya yang terjadi untuk memperoleh
kontrak dengan pelanggan yang tidak akan terjadi jika kontrak belum diperoleh (contoh:

22
komisi penjualan. (PSAK 72, Parg 92) Biaya untuk memperoleh kontrak yang terjadi tanpa
memperahatikan apakah kontrak yang yang diperoleh diakui sebagai beban ketika terjadi,
kecuali biaya tersebut secara eksplisit dapat dibebankan ke pelanggan tanpa memperhatikan
apakah kontrak diperoleh. (PSAK 72, Parg 94)
Biaya Pemenuhan Kontrak
Jika biaya yang terjadi dalam memenuhi kontrak dengan pelanggan tidak berada
dalam ruang lingkup Pernyataan lain, entitas mengakui sebagai aset atas biaya yang terjadi
untuk memenuhi kontrak hanya jika biaya tersebut memenuhi seluruh kriteria berikut: (PSAK
72, Parg 95)
1) Biaya berkaitan secara langsung dengan kontrak atau untuk kontrak yang
diantisipasi dapat diidentifikasi secara spesifik oleh entitas (sebagai contoh,
biaya yang berkaitan dengan jasa yang disediakan dalam pembaruan kontrak
yang ada atau biaya merancang (costs of designing) aset untuk dialihkan
dalam kontrak spesifik yang belum disetujui);
2) Biaya menghasilkan atau meningkatkan sumber daya entitas yang akan
digunakan dalam penyelesaian (atau dalam melanjutkan penyelesaian)
kewajiban pelaksanaan di masa depan; dan
3) Biaya diharapkan akan dipulihkan.
Biaya yang berkaitan secara langsung dengan kontrak mencakup salah satu dari hal
berikut, yaitu tenaga kerja langsung (gaji dan upah), bahan langsung (perlengkapan yang
digunakan), alokasu biaya yang berkaitan secara langsung dengan kontrak atau untuk
aktivitas kontrak (biaya manajemen kontrak dan supervisi, asuransi dan penyusutan peralatan,
perlengkapan dan aset hak-guna), biaya yang dapat dibebankan secara eksplisit kepada
pelanggan dalam kontrak, dan biaya lain yang terjadi hanya karena entitas menyepakati
kontrak (pembayaran kepada Subkontraktor). (PSAK 72, Parg 97)
Entitas mengakui biaya berikut sebagai beban ketika terjadi: (PSAK 72, Parg 98)
1) Biaya umum dan administrasi;
2) Biaya atas pemborosan bahan baku, tenaga kerja atau sumber daya lain untuk
memenuhi kontrak yang tidak tercermin dalam harga kontrak;
3) Biaya yang berkaitan dengan kewajiban pelaksanaan yang dipenuhi dalam
kontrak; dan
4) Biaya yang tidak dapat dibedakan entitas apakah biaya tersebut berkaitan
dengan kewajiban pelaksanaan yang tidak dipenuhi atau kewajiban
pelaksanaan yang dipenuhi.

23
Amortisasi dan Penurunan Nilai
Aset yang diakui diamortisasi dengan dasar sistematik yang konsisten dengan
pengalihan kepada pelanggan atas barang atau jasa yang berkaitan dengan aset. Aset dapat
berkaitan dengan barang atau jasa yang dialihkan dalam kontrak yang diantisipasi spesifik.
(PSAK 72, Parg 99) Entitas memperbarui amortisasi untuk mencerminkan perubahan
signifikan. (PSAK 72, Parg 100) Entitas mengakui rugi penurunan nilai dalam laba rugi jika
jumlah tercatat aset yang diakui melebihi: (PSAK 72, Parg 101)
1) Jumlah sisa dari imbalan yang diharapkan entitas untuk diterima dalam
pertukaran barang atau jasa yang berkaitan dengan aset; dikurangi
2) Biaya yang berkaitan langsung dengan penyediaan barang atau jasa dan yang
belum diakui sebagai beban.
4. Penyajian dalam PSAK 72
Ketika salah satu pihak dalam kontrak telah melaksanakan, entitas menyajikan
kontrak dalam laporan posisi keuangan sebagai aset kontrak atau liabilitas kontrak,
bergantung pada hubungan antara kinerja entitas dan pembayaran pelanggan. Entitas
menyajikan hak tanpa syarat terhadap imbalan secara terpisah sebagai piutang. (PSAK 72,
Parg 105) Jika entitas melaksanakan dengan mengalihkan barang atau jasa kepada pelanggan
sebelum pelanggan membayar imbalan atau sebelum pembayaran jatuh tempo, entitas
menyajikan kontrak sebagai aset kontrak, tidak termasuk jumlah yang disajikan sebagai
piutang. Aset kontrak adalah hak imbalan entitas dalam pertukaran barang atau jasa yang
dialihkan entitas kepada pelanggan. (PSAK 72, Parg 107).
5. Pengungkapan dalam PSAK 72
Tujuan persyaratan pengungkapan adalah agar entitas mengungkapkan informasi yang
cukup yang memungkinkan pengguna laporan keuangan memahami sifat, jumlah, waktu dan
ketidakpastian pendapatan dan arus kas yang timbul dari kontrak dengan pelanggan. Untuk
mencapai tujuan tersebut, entitas mengungkapkan informasi kualitatif dan kuantitatif tentang
seluruh hal berikut: (PSAK 72, Parg 110)
1) Kontrak dengan pelanggan. Entitas menggungkapkan seluruh jumlah berikut
untuk periode pelaporan kecuali jumlah tersebut disajikan secara terpisah
dalam laporan penghasilan komprehensif. (PSAK 72, Parg 113)
2) Pertimbangan signifikan dan perubahan dalam pertimbangan, yang dibuat
dalam menerapkan pernyataan ini terhadap kontrak tersebut. Entitas
mengungkapkan pertimbangan, dan perubahan dalam pertimbangan, yang
dibuat dalam menertapkan PSAK 72 ini yang mempengaruhi secara signifikas

24
penentuan jumlah dan waktu pendapatan dari kontrak dengan pelanggan.
3) Aset yang diakui dari biaya untuk memperoleh atau memenuhi kontrak dengan
pelanggan. Emtitas mendeskripsikan kedua hal berikut: pertama,
pertimbangan yang dibuat dalam menentukan jumlah biaya yang terjadi untuk
memperoleh atau memenuhi kontrak dengan pelanggan; dan kedua, metode
yang digunakan untuk menentuka amortisasi setiap periode pelaporan. (PSAK
72, Parg 127) Entitas mengungkapkan seluruh hal berikut: pertama, saldo
akhir set yang diakui dari biaya yang terjadi untuk memperoleh atau
memenuhi kontrak dengan pelanggan, berdasarkan katagero utama aset (biaya
untuk memperoleh kontrak dengan pelanggan, biaya sebelumnya kontrak dan
biaya pemasangan); dan kedua, jumlah amortisasi dan rugi penurunan nilai
yang diakui dalam periode pelapran. (PSAK 72, Parg 128)

25
26
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Penerapan PSAK 7I dan 72 pada Value Chain dalam PT Electronic City
Judul Jurnal: Analisis Rantai Nilai Industri Ritel Elektronik (Studi Kasus: PT.
Electronic City Indonesia Tbk).
Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deksriptif dengan metode studi
kasus. Metode studi kasus adalah metode penyelidikan empiris yang menyelediki fenomena
kontemporer atau kasus secara mendalam dan nyata, terutama ketika batas antara fenomena
dan konteks tidak terlihat jelas. Metode studi kasus memberikan eksplorasi mendalam
terhadap unit analisis atau kasus yang diteliti, seperti suatu program, fenomena, kegiatan,
proses, ataupun kumpulan seseorang dan dianalisis menggunakan kata-kata atau kalimat
berupa program, peristiwa, aktivitas, proses, atau satu atau lebih individu. Penelitian ini
menggunakan metode studi kasus, dengan analisis rantai nilai industri menggunakan model
dari Rufaidah (2012) yang bertujuan untuk mengidentifikasi rantai nilai pada perusahaan
yang bergerak di bidang industri ritel elektronik melalui kegiatan hulu hingga ke hilir. Subjek
penelitian pada jurnal ini adalah PT. Electronic City Indonesia Tbk.
Analisis Penyebaran Perusahaan Ritel Elektronik di Indonesia
Industri ritel elektronik di Indonesia bukanlah pasar monopoli ataupun oligopoli,
melainkan termasuk ke dalam pasar persaingan sempurna. Terdapat enam perusahaan yang
masuk dalam saham sektor E742 (Industri Ritel Elektronik) di Bursa Efek Indonesia (IDX),
yaitu, PT. Erajaya Swasembada Tbk, PT. Electronic City Indonesia Tbk, PT. Globe Kita
Terang Tbk atau biasa lebih dikenal dengan Global Teleshop, PT. Gaya Abadi Sempurna
Tbk, PT. Trikomsel Oke Tbk, dan PT. Damai Sejahtera Abadi Tbk. PT. Global Teleshop
Tbk, PT Trikomsel Oke Tbk, dan PT. Erajaya Swasembada Tbk. melalui anak perusahaannya
PT. Erafone Artha Retailindo fokus melakukan penjualan elektronik berupa telepon genggam
beserta aksesorisnya. Berbeda dari ketiga perusahaan tersebut, PT. Gaya Abadi Sempurna
memiliki fokus penjualan pada sepeda dan motor listrik, kipas angin, dan lampu. PT. Damai
Sejahtera Abadi Tbk. bergerak pada penjualan produk elektronik dan furnitur. Di sisi lain,
terdapat PT. Electronic City yang merupakan sebuah entitas usaha dengan mayoritas barang
yang dijual berupa barang-barang elektronik ritel dengan produk yang sangat bervariasi,
mulai dari kabel charger handphone hingga kompor listrik.

27
Analisis Rantai Nilai Industri Ritel Elektronik

Aktivitas utama pada PT. Electronic City adalah penjualan langsung berupa barang
elektronik kepada konsumen. Dalam menjual barang elektronik tersebut, PT. Electronic City
mendapatakkan pasilan barang dari produsen. Gambar 1 memperlihatkan analisis rantai nilai
industri pada perdagangan ritel elektronik di Indonesia. Pada tampilan gambar tersebut,
terdapat produsen yang memasok barang dan menyewa lahan kepada PT. Electronic City,
lalu terdapat konsumen yang langsung menerima layanan penjualan dari PT. Electronic City.
Terlihat bahwa rantai nilai industri perdagangan elektronik yang dilakukan PT. Electronic
City cukup sederhana, karena hanya memiliki keterkaitan dengan produsen/pemasok dan
konsumen akhir. Terdapat empat aktor pada rantai nilai industri ritel elektronik, yaitu
perusahaan pemasok komponen atau bahan baku, perusahaan produsen, perusahaan ritel
elektronik dan konsumen akhir. Selaras dengan hal itu, Porter (1980) juga menjelaskan
bahwa analisis rantai nilai bertujuan agar perusahaan dapat mengidentifikasi keunggulan dan
kelemahan perusahaan dari bahan metah hingga produk terjual kepada konsumen.

PT. Electronic City mendapat pasokan barang dari produsen alat-alat elektronik
berupa televisi dan audio, lemari pendingin, mesin cuci, pendingin ruangan (AC), notebook,
handphone, kamera, printer, air fryer dan peralatan rumah tangga lainnya. Produsen yang
dimaksud antara lain: PT. Sony Electronics Indonesia, PT. Samsung Electronics Indonesia,
PT. Sharp Electronics Indonesia, PT. LG Electronics Indonesia, dan lain-lain. Produsen-

28
produsen tersebut mendapatkan komponen-komponen produk dari pemasok yang berada di
luar negeri. Kebutuhan jumlah barang yang dipasok oleh perusahaan sangat bergantung
kepada tren terhadap permintaang barang dan merk yang sedang diminati konsumen. Dalam
proses penjualan, selain memanfaatkan penjualan daring melalui laman penjualan eci.id PT
Electronic City sangat mengandalkan penjualan melalui gerai-gerai yang tersebar di kota-kota
besar di Indonesia. Sampai akhir tahun 2022, PT Electronic City telah memiliki 66 gerai yang
berada di kota-kota besar yakni di wilayah jabodetabek, bali, medan, bandung palembang,
padang, cilegon dan lainnya.

Berdasarkan pemaparan di atas, analisis rantai nilai industri dapat dilakukan pada dua
arus, yaitu industri yang berada di hulu (upstream) dan hilir (downstream) (Rufaidah, 2012).
Penelitian ini menghasilkan peta industri hulu dan hilir dari PT. Electronic City Indonesia.
Peta industri akan merujuk pada penerapan salah satu pemasoknya yaitu PT. Samsung
Electronics Indonesia yang memproduksi sebagian komponennya dari Korea. Pada Gambar 1
dapat dilihat bahwa pemasok adalah perusahaan yang menyuplai barang atau komponen baik
dari dalam maupun luar negeri dalam yang kemudian dirakit oleh produsen yang berada di
Indonesia. PT Samsung Electronics Indonesia merupakan produsen barang-barang elektronik
yang mendapatkan sebagian besar komponen-komponennya dari Samsung Electronics
Corporation di Korea. Komponen-komponen tersebut lalu dirakit menjadi produk jadi oleh
PT. Samsung Electronics Indonesia. Setelah produk selesai dirakit, PT. Samsung Electronics
Indonesia akan mendistribusikannya kepada distributor atau pengecer. Salah satu
distributornya adalah PT. Electronic City Indonesia Tbk. PT. Electronic City Indonesia Tbk
sebagai pengecer lalu menjual produk-produk bermerek Samsung tersebut kepada konsumen
melalui gerai-gerai yang ada atau melalui kanal daring yang dimiliki. Hasil analisis rantai
nilai industri perdagangan ritel elektronik dipasok oleh produsen langsung. Misalnya, PT.
Electronic City Indonesia Tbk yang mendapat pasokan pihak hulu (upstream) dari produsen-
produsen elektronik seperti PT. Samsung Electronics Indonesia, PT. Sharp Electronics
Indonesia, PT. LG Electronics Indonesia, PT. Sony Electronics Indonesia, dan lain-lain.
Dalam rantai nilai industri perdagangan elektronik, tidak terdapat proses pemberian nilai
tambah (added value). Barang yang diterima oleh pengecer, langsung dijual kepada
konsumen akhir. Hal tersebut bisa menjadi ancaman jika para produsen atau pemasok
mengalami permasalahan produksi, karena akan menghambat penjualan produk pada industry
ritel elektronik.

29
Tabel 2 menunjukkan bauran produk dari PT. Electronic City Indonesia Tbk yang
menjual berbagai macam produk elektronik berupa kebutuhan rumah tangga. Berbagai
macam produk elektronik tersebut dapat dibagi menjadi 6 kategori, yakni televisi/audio,
peralatan rumah tangga, peralatan dapur, ponsel dan notebook, small appliances dan peralatan
kantor. Dapat disimpulkan PT. Electronic City memiliki kelebaran dan kedalaman produk
yang tinggi dibanding perusaahan perdagangan elektronik ritel sejenis.

Analisis rantai nilai bertujuan agar perusahaan dapat mengidentifikasi keunggulan dan
kelemahan perusahaan dari bahan mentah hingga produk terjual kepada konsumen.

PT Electronic City Indonesia Tbk memiliki keunggulan yaitu :


 memiliki keanekaragaman produk elektronik rumah tangga yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pesaingnya, yaitu PT. Erafone Artha Retailindo dan PT. Global
Kita Terang (Global Teleshop) yang hanya menjual gawai beserta aksesorisnya.
 melakukan peta industri hulu, yakni berhubungan dengan pemasok dan produsen serta
industri hilir yang berhubungan langsung dengan konsumen karena PT. Electronic
City juga berperan sebagai pengecer.
Adapun kelemahannya adalah perusahaan tidak memiliki produk yang diproduksi
dengan merk sendiri dan tidak melakukan proses pemberian nilai tambah. Hal tersebut bisa
menjadi ancaman jika para produsen/pemasok mengalami permasalahan produksi, karena
akan menghambat penjualan produk pada industry ritel elektronik.

30
3.2 Pertanyaan saat Presentasi Kelompok
1. PSAK 72 terkait pendapatan dari kontra dengan pelanggan, maksud dari pendapatan
dari kontra dengan pelanggan seperti apa dan apa dampak ke perusahaan?
Jawaban: Pendapatan Electronic City berasal dari penjualan barang elektronik
bermerek, pendapatan sewa atas display barang elektronik dan food court, komisi
penjualan barang konsinyasi dengan nilai antara 4,5 persen sampai 10 persen dari
nilai penjualan dan pendapatan lain (pendapatan pengiriman barang, penjualan
perpanjangan garansi, papan reklame dan neon box). Pendapatan dari penjualan
langsung mendominasi seluruh pendapatan di tahun 2021 yakni sebesar 90 persen
dibandingkan pendapatan dari sistem konsinyasi yang hanya berkontribusi 0,3% dari
keseluruhan pendapatan. Dampak pendapatan kontrak bagi perusahaan yaitu revenue
diakui lebih besar meskipun belum dibayarkan oleh customer karena pekerjaan atau
sewa sudah diakui pendapatan.
Kontrak dengan pelanggan sehubungan dengan pendapatan dibawah ini ditentukan
sebagai kewajiban pelaksanaan tunggal:
a) Pendapatan dari penjualan barang elektronik bermerek yang merupakan penjualan
putus diakui pada saat barang diserahkan kepada pelanggan. Penjualan barang
elektronik lainnya merupakan penjualan konsinyasi yang dicatat sebesar komisi yang
diterima dari prinsipal.
b) Penjualan jasa diakui saat jasa diberikan dengan mengacu pada tingkat penyelesaian
transaksi.
Dampak pendapatan kontrak bagi perusahaan yaitu revenue diakui lebih besar
meskipun belum dibayarkan oleh customer namun jika selesai pekerjaan atau sewa
sudah diakui pendapatan.
2. Apakah PSAK 72 memuat panduan khusus untuk situasi di mana perusahaan
memiliki entitas anak di luar negeri?
Jawaban: Per Januari 2022, PSAK 72, yang mengatur mengenai pendapatan dari
kontrak dengan pelanggan, pada umumnya tidak memberikan panduan khusus untuk
situasi di mana perusahaan memiliki entitas anak di luar negeri. PSAK 72 lebih
berfokus pada pengakuan pendapatan dari transaksi dengan pelanggan, independen
dari lokasi geografis entitas pelanggan atau pelaku bisnis. Panduan khusus terkait
entitas anak di luar negeri dapat ditemukan dalam PSAK lain yang mengatur laporan
keuangan konsolidasian, seperti PSAK 6 (revisi 2018) tentang Laporan Keuangan
Konsolidasian dan PSAK 38 tentang Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing.

31
PSAK-PSAK ini memberikan pedoman terkait konsolidasi entitas anak dan
pemrosesan transaksi dalam mata uang asing. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini,
perusahaan pemasok dan produsennya juga ada yang dari luar negeri, tapi tidak diatur
secara khusus di PSAK 72.

3. Apakah value chain bisa diterapkan di sector publik dan bagaimana penerapannya?
Jawaban: Rantai nilai pada sektor publik merujuk pada serangkaian proses dan
aktivitas yang terjadi dalam organisasi atau instansi pemerintah dengan tujuan
mencapai efisiensi, efektivitas, dan pencapaian tujuan-tujuan yang ditetapkan. Rantai
nilai ini penting untuk memastikan bahwa pelayanan publik dan tanggung
jawabpemerintah dapat dilaksanakan dengan baik. Berikut adalah beberapa elemen
penting dalam rantai nilai pada sektor publik:
1) Perencanaan: Tahap awal dari rantai nilai adalah perencanaan. Pemerintah
harus merencanakan kebijakan, program, dan proyek yang akan
diimplementasikan. Perencanaan yang baik adalah kunci untuk menentukan
tujuan, sasaran, dan anggaran yang tepat.
2) Anggaran: menentukan anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan
program dan proyek yang telah direncanakan. Anggaran harus cukup untuk
memastikan keberhasilan pelaksanaan.
3) Pengadaan: Proses pengadaan adalah ketika pemerintah memilih penyedia
barang dan jasa yang diperlukan untuk pelaksanaan program atau proyek.
Proses ini harus transparan dan adil untuk mencegah korupsi.

32
4) Implementasi: Implementasi adalah langkah ketika kebijakan, program, atau
proyek mulai dijalankan. Hal ini melibatkan pelaksanaan tugas-tugas yang
telah direncanakan, termasuk penggunaan sumber daya manusia dan fisik yang
telah dialokasikan.
5) Pemantauan dan Evaluasi: Pemerintah harus terus memantau pelaksanaan
program atau proyek untuk memastikan bahwa tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan tercapai. Evaluasi juga penting untuk mengukur efektivitas
program dan memungkinkan perbaikan jika diperlukan.
6) Pelaporan: Pemerintah harus memberikan laporan kepada publik dan
pemangku kepentingan lainnya tentang kemajuan pelaksanaan program atau
proyek. Transparansi adalah kunci dalam sektor publik.
7) Pengawasan dan Akuntabilitas: Ada perluasan pengawasan dan akuntabilitas
yang diterapkan untuk memastikan bahwa sumber daya digunakan dengan
efisien dan tidak ada penyalahgunaan kekuasaan atau dana publik.
8) Perbaikan Berkelanjutan: Berdasarkan hasil evaluasi dan pemantauan,
pemerintah harus siap untuk melakukan perbaikan berkelanjutan dalam proses
dan program yang ada.
Rantai nilai pada sektor publik berfungsi untuk mencapai tujuan pemerintah
dengan cara yang efisien dan efektif, serta untuk memastikan bahwa
pelayanan publik diberikan dengan baik kepada masyarakat.
4. Dalam PSAK psak 71 mengatur tentang instrument keuangan, yang disajikan
cadangan penurunan kerugian piutang. Jika PSAK yang lain itu tujuannya
transparansi, dari PSAK 71 sendiri apa ukuran kewajarannya dari sebuah
transparansi?
Jawaban: Beberapa langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan tingkat
kewajaran dalam pengungkapan instrumen keuangan melibatkan keterlibatan
pemangku kepentingan, seperti auditor independen, dan memastikan bahwa informasi
disajikan dengan cara yang jelas dan mudah dimengerti oleh pembaca laporan
keuangan.
5. Industri retail memang melakukan transaksi jual beli putus tidak ada kontrak jangka
panjang, dari PSAK 72 apa pengaruhnya? Dan impact besar dari PSAK 72 untuk
industry retail apa?
Jawaban: Untuk penjualan retail, memang penjualannya beli putus, tetapi setelah
terjual tetap masih ada garansi yang disediakan oleh PT Elektronik City, seperti

33
garansi barang satu tahun. Hal ini tercantum dalam kontrak perjanjian jual beli dengan
pelanggan. Dampaknya adalah perusahaan mengeluarkan biaya tambahan jika terjadi
kerusakan barang dan pelanggan mengajukan klaim garansi tersebut.

34
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hasil penelitian terhadap analisis rantai nilai PT. Electronic City Indonesia Tbk,
menunjukan bahwa PT Electronic City Indonesia Tbk merupakan perusahaan distributor atau
ritel alat-alat elektronik. PT. Electronic City Indonesia Tbk sama sekali tidak memiliki
produk yang diproduksi dengan merk sendiri dan tidak melakukan proses pemberian nilai
tambah. Hal tersebut bisa menjadi ancaman jika para produsen atau pemasok mengalami
permasalahan produksi, karena akan menghambat penjualan produk pada industry ritel
elektronik. Rantai nilai industri perdagangan elektronik yang dilakukan PT Electronic City
Indonesia Tbk cukup sederhana, karena hanya memiliki keterkaitan dengan
produsen/pemasok dan konsumen akhir. Terdapat empat aktor pada rantai nilai industri ritel
elektronik, yaitu perusahaan pemasok komponen atau bahan baku, perusahaan produsen,
perusahaan ritel elektronik dan konsumen akhir. Semua produk yang dijual oleh PT.
Electronic City Indonesia Tbk berasal dari para produsen yang mendapatkan sebagian
komponennya dari pemasok. Di samping itu, PT. Electronic City Indonesia Tbk memiliki
keanekaragaman produk elektronik rumah tangga yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pesaingnya, yaitu PT. Erafone Artha Retailindo dan PT. Global Kita Terang (Global
Teleshop) yang hanya menjual gawai beserta aksesorisnya. Terakhir, PT. Electronic City
melakukan peta industri hulu, yakni berhubungan dengan pemasok dan produsen serta peta
295 Jurnal Manajemen dan Organisasi (JMO), Vol. 14 No. 3, September 2023, 287-296
industri hilir yang berhubungan langsung dengan konsumen karena PT. Electronic City juga
berperan sebagai pengecer.

4.2 Saran
1) Diperbanyak teori chain value dan penerapan chain value pada perusahaan dari teori
tersebut
2) jurnal ini harusnya menambah penjelesan mengenai strategi value chain yang
digunakan oleh PT Electronic City Indonesia Tbk, agar mudah dipahami
3) Ditambahkan penjelaskan mengenai fungis dan manfaaatnya bagi perusahaan atas
penggunaan strategi chain value ini

35
Daftar Pustaka
Amaya, N., Padulosi, S., & Meldrum, G. (2019). Value Chain Analysis of Chaya (Mayan
Spinach) in Guatemala. Economic Botany, 74(1). https://doi.org/10.1007/s12231-019 Bank
Indonesia. (2023). Survei Penjualan Eceran Bulan Desember 2022. Jakarta: BI.

Dandi, Ramadhan. Analisis Rantai Nilai Industri Ritel Elektronik (Studi Kasus: PT.
Electronic City Indonesia Tbk). Jakarta

Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI. 2017. Instrumen Keuangan : Pengakuan dan
Pengukuran. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 55. DSAK-IAI. Jakarta.

PricewaterhouseCoopers (PwC). 2020. PSAK 71 : Financial Instruments – Understanding the


Basics. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 71. KAP Tanudiredja, Wibisana, Rintis
& Rekan (PwC). Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2019). PSAK No. 72 tentang Pendapatan dari Kontrak dengan
Pelanggan. http://iaiglobal.or.id/v03/tentang_iai/dsak

36

Anda mungkin juga menyukai