Anda di halaman 1dari 13

Aplikasi Mind-Skills

Dalam Konseling
Disampaikan dalam Webinar
Nasional “Mind Competence
Konselor dalam Konseling”
LP2M Universitas Negeri Malang,
Tanggal 25 Agustus 2020

Mulawarman
Universitas Negeri Semarang
Ada apa dengan Konseling??
• Konseling aktivitas berdasar proses mental
• Konseling proses interaksi terapeutik antara ko’r-k’li
yang memiliki tujuan dan kaidah-kaidah tertentu.
• Dalam proses konseling konselor melibatkan segenap
kemampuan eksternal (metode/teknik) dan
intrapersonalnya (kognitif, emosi, motivasi, dsb).
• Selain itu, juga melibatkan sejumlah keterampilan
konselor dalam mengelola pribadinya dalam rangka
menangkap atau merespon secara akurat pernyataan
konseli dan mengkomunikasikannya kembali kepada
konseli tersebut (pemahaman empatik)
Proses Pengelolaan Intrapersonal dalam
Praktik Konseling
• Keterampilan-keterampilan eksternal konseling tidak
dapat terwujud dalam proses konseling (terapeutik) jika
keterampilan tersebut tidak terpancar dari pribadi
konselor yang telah dan mendayagunakan keterampilan
internalnya/intrapersonalnya.
• Salah satu keterampilan intrapersonal adalah
keterampilan mengelola proses kognitif (berpikir) dalam
diri konselor.
• Dalam praktik konseling, konselor acapkali menunjukkan
kepiawaian dalam teknik dan prosedur konseling yang
baik, namun dalam prosesnya acapkali menemui
hambatan dalam pengelolaan dirinya (pikirannya).
Mind-Skills…apa itu?
• Mind-skills/mind-competence/meta-kognitif
• Kemampuan atau keterampilan mental dalam diri
konselor untuk memahami, mengontrol, dan melatih
pikiran-pikirannya guna menciptakan suatu kondisi
fasilitatif dlm proses konseling (Jones, 2005).
• Keterampilan mengendalikan pikiran yang
maladaptive (menghambat) mengembangkan
pikiran adaptif yang dapat mempengaruhi keefektifan
proses konseling.
Ragam Mind-skills
• Menciptakan aturan diri yang membantu
• Menciptakan persepsi diri yang membantu
• Menciptakan wicara diri yang membantu
• Menciptakan citra (gambar) visual diri yang membantu
• Menciptakan penjelasan diri yang membantu
• Menciptakan pengharapan diri yang membantu
Mind Skills 1:
Menciptakan Aturan Diri yang Membantu .
• Tiap individu (konselor) memiliki aturan yg dikembangkan
dalam dirinya sendiri berdasarkan pengalaman hidup.
Aturan diri menentukan bgm bertindak/berperilaku
(Rasional vs irasional)
• Aturan diri yang membantu: aturan-aturan diri yang
bersifat luwes, memberikan pilihan bukan bersifat mutlak
(absolutistic) maupun menuntut (demanding)
• Mengganti pikiran-pikiran bersifat “seharusnya,
semestinya” bersifat mengupayakan/berusaha.
• Contoh: “Aku harus bisa menemukan solusi masalah siswaku ini”
diganti “aku bersama konseli membantu mengupayakan adanya
solusi masalah ini
Mind Skills 2:
Menciptakan Persepsi Diri yang Membantu .
• Terkadang konselor mempersepsikan dirinya tak proporsional
(terlalu negatif/tanpa ada hal yang positif). Mengkritik diri
yang bersifat desktruktif
• Persepsi-persepsi diri yang membantu:
a. Mampu membedakan dengan tepat mana fakta dan mana
yang kesimpulantdk terlalu cepat menyimpulkan/mudah
menghakimi sesuatu tanpa ada fakta (beri “label” tertentu)
b. Melihat sesuatu yg terjadi dari berbagai sudut pandang
(open-minded)
Contoh: Konseli meminta berhenti untuk melakukan proses konseling
kepada konselor, bukan berarti ini serta merta menyimpulkan bhw ini
sebuah kegagalan/konselor “tidak becus membantu”/konselor merasa
“bodoh” namun ada berbagai faktor yg mendasari tindakan k’li.
Mind Skills 3:
Menciptakan Wicara Diri yang Membantu.
• Wicara diri = Self-talk/Self-instruction/inner speech. Ada 2
jenis bersifat self-talk positif & self-talk negatif
• Konselor berdialog dengan dirinya sendiri yang bersifat
menenangkan/mengurangi kecemasan diri dalam
menghadapi berbagai situasi dalam proses konseling
• Wicara diri yang membantu ditandai dengan:
• Menginstruksikan diri untuk mengatasi situasi atau hambatan dalam
proses konseling agar lebih baik.
• Mengajarkan pada diri sendiri agar membisikkan sesuatu
hal/potensi yang positif dalam diri.
• Contoh: ko’r”..sepertinya saya tidak yakin bisa membantu konseli ini..”
diubah wicara diri positif “..saya meyakini apapun dapat terjadi yang
penting siap dengan segala kondisi k’li, & lebih baik fokus thd apa yang
disampaikan k’li..”
Mind Skills 4:
Menciptakan Citra Visual Diri yang Membantu.
• Clue “Apa yang dapat bapak/ibu bayangkan ketika akan
melakukan proses konseling dengan konseli yang memiliki rekam
jejak sebagai pecandu narkoba?”
• Citra visual yg membantu Imajinasi/bayangan yg dihasilkan oleh
diri konselor yang bersifat menenangkan atau mendamaikan
terhadap suatu proses konseling
• Dalam situasi pra-konseling, terkadang konselor secara imajinatif
membayangkan bagaimana sesi konseling yang dihadapainya (ada
positif/negatif).
• Contoh: Ko’r melakukan proses konselig pertama kali &
membayangkan proses yg susah apalagi masih pemula lakukan
koping citra visual (lakukan relaksasi diri; melakukan wicara diri
positif; mengambarkan tujuan konseling yg paling
sederhana/mudah dicapai; berlatih membiasakan membayangkan
proses konseling yg positif & sbg sesuatu yg wajar)
Mind Skills 5:
Menciptakan Penjelasan Diri yang Membantu.
• Penjelasanberisi alasan yang individu berikan kepada diri
mereka sendiri untuk segala sesuatu yg terjadi.
• Penjelasan dapat mempengaruhi bagaimana diri berpikir merasa
dan bertindak.
• Acapkali ko’r salah dlm memberikan penjelasan yg bertentangan
dg motivasi & kebermaknaan thd apa yg telah mereka lakukan (ko’r
memberikan penjelasan atas kegagalannya membantu k’li dlm
proses konseling)
• Penjelasan yang membantu:
• Penjelasan tidak menggunakan dalih-dalih/alasan yang dibuat-buat.
• menghindari penjelasan yg bersifat “memanipulasi” penyebab.
• Contoh: ko’r berpikir bhw konseling kurang efektif krn k’li sulit diajak
bekerjasama & dukungan fasilitas sekolah lebih baik giat & berikan yg
terbaik
Mind Skills 6:
Menciptakan Pengharapan Diri yang Membantu.
• Pengharapanterkait harapan tingkat kemampuan ko’r untuk
mengatasi situasi/kondisi sulit/keadaan penuh tekanan
• Pengharapan diri yang membantu:
a. Menciptakan pengharapan yang realistik sesuai dengan
kemampuan konseling pada diri konselor dan dapat dicapai
atau dilakukan (attainable)
b. Menciptakan pengharapan yang realistis mengenai tingkat
kemampuan untuk mengatasi situasi & orang-orang yang sulit
(tipe konseli yang sulit)
• Contoh: ko’r pemula berharap 1x sesi konseling selesai dengan
cepat, lancar, k’li terbantu & puas sbg ko’r pemula minimal
sudah melakukan respon sesuai KDK, tidak mustahil bila terjadi
kesalahan & berharap akan terus dilatih dlm mengembangkan
kompetensi konseling secara kontinyu
Catatan Akhir
• Antara satu jenis mind-skills dengan yang
lainnya acapkali saling berkaitan.
• Mind-skills perlu dilatih pada pola relasi dalam
proses konseling maupun praktik kehidupan
sehari-hari agar dapat terinternalisasi secara
komprehensif.
• Proses konseling akan bermakna efektif dan
efisien ketika mengabungkan kualitas personal
konselor-mindskills-keterampilan eksternal
Mulawarman, M.Pd., Ph.D
Faculty of Education, Guidance & Counseling Dept.
Universitas Negeri Semarang
mulawarman@mail.unnes.ac.id
cp.08221342662

Anda mungkin juga menyukai