Artikel Monfis
Artikel Monfis
NIM : 1209240002
Kelas :A
Semester :7
Jurusan : Manajemen
ABSTRAK
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Oxy Mahedra Prabowo dan Indarto
dengan judul “Efektivitas Pelaksanaan Reformasi Perpajakan”. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa pelaksanaan Reformasi Perpajakan di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Demak sudah berjalan dengan baik. Melalui upaya-
upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, manajemen sistem informasi
terpadu, dan edukasi kepada wajib pajak yang berkesinambungan diharapkan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Demak dapat meningkatkan kinerja dalam
rangka pencapaian kepatuhan dan penerimaan pajak yang optimal (Idarto, 2018).
Dari penelitian-penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hubungan
politik memiliki pengaruh terhadap reformasi perpajakan dan dampak terhadap
kinerja pajak dan ekonomi negara. Namun, penelitian yang spesifik mengenai
"Evaluasi Pengharuh Politik Terhadap Reformasi Pajak: Suatu Tinjauan dari
Aspek Kestabilan Politik dan Perekonomian" belum ada, sehingga penelitian yang
diusulkan memiliki nilai tambah yang penting.
TINJAUAN TEORI
A. Politik
Teori politik mencakup dua aspek utama. Pertama, teori politik melibatkan
pemikiran spekulatif tentang bentuk dan tata cara pengaturan masyarakat yang
ideal. Contohnya adalah teori politik Marxis-Leninis dan teori politik
berdasarkan pemikiran Adam Smith tentang kapitalisme. Kedua, teori politik
juga melibatkan kajian sistematis tentang segala kegiatan dalam masyarakat
untuk hidup. Misalnya, teori politik sebagai hasil kajian empirik dapat
dicontohkan dengan teori struktural yang kemudian diturunkan menjadi teori
politik Civic Culture. Dengan demikian, teori politik mencakup pemikiran
spekulatif tentang masyarakat ideal dan kajian sistematis tentang kegiatan
dalam masyarakat (Victoria, 2020).
Teori politik mencakup pemikiran spekulatif tentang bentuk dan tata cara
pengaturan masyarakat yang ideal, serta kajian sistematis tentang segala
kegiatan dalam masyarakat untuk hidup. Pemikiran spekulatif ini mencakup
berbagai teori politik, seperti teori Marxis-Leninis, teori berdasarkan
pemikiran Adam Smith tentang kapitalisme, dan teori politik Indonesia yang
diwakili oleh pemikiran Tan Malaka. Di sisi lain, kajian sistematis tentang
kegiatan dalam masyarakat melibatkan aspek-aspek empiris dan konseptual,
seperti sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, dan proses politik.
Teori politik juga dapat merujuk pada usaha warga negara untuk mewujudkan
kebaikan bersama, hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan
dan negara, serta kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan
mempertahankan kekuasaan di masyarakat.
A. Kekuasaan politik
Kekuasaan politik mengacu pada kemampuan pemerintah dalam
memprakir presiden, partai politik, dan sistem politik yang berlaku di
suatu negara. Hal ini mempengaruhi bagaimana pemerintah dan negara
beroperasi, serta menentukan struktur politik yang ada.
B. Legitimasi
Legitimasi adalah kesetujuan politik yang membuat pemerintahan
dan negara tersebut diakui oleh masyarakat. Legitimasi penting karena
memastikan bahwa pemerintah dan negara memiliki kekuasaan yang
sah dan tetap beroperasi dengan menjaga kehidupan masyarakat.
C. Sistem Politik
Sistem politik adalah struktur yang mengatur peran politik,
termasuk peran pemerintah, partai politik, dan sistem pemilihan.
Sistem politik ini mempengaruhi bagaimana kekuasaan politik
dijalankan dan bagaimana kebijakan publik dibuat dan dilaksanakan.
Sistem politik juga mencakup aturan dan prosedur yang mengatur
hubungan antara pemerintah dan masyarakat, serta antara pemerintah
dan lembaga lainnya.
D. Perilaku Politik
Perilaku politik adalah cara individu berpartisipasi dalam kegiatan
politik, seperti memilih calon pemilih, berkumpul dalam partai politik,
atau menjadi pemimpin politik. Perilaku politik ini dipengaruhi oleh
banyak faktor psikologis, seperti sifat kepribadian, pengetahuan
politik, pendidikan, dan faktor sosial. Partisipasi politik merupakan
salah satu bentuk perilaku politik, tetapi perilaku politik tidak selalu
berupa partisipasi politik.
E. Partisipasi Politik
Partisipasi politik adalah kinerja masyarakat dalam kegiatan
politik, termasuk dalam pemilihan, partai politik, dan aktivitas sehari-
hari. Partisipasi politik merupakan salah satu bentuk perilaku politik,
tetapi perilaku politik tidak selalu berupa partisipasi politik. Partisipasi
politik penting karena memungkinkan masyarakat untuk terlibat dalam
proses pengambilan keputusan politik dan mempengaruhi kebijakan
publik. Partisipasi politik juga dapat meningkatkan legitimasi
pemerintah dan negara, serta memperkuat demokrasi. Namun,
partisipasi politik dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti tingkat
pendidikan, pengetahuan politik, dan faktor sosial. Selain partisipasi
politik, proses politik juga merupakan konsep penting dalam teori
politik. Proses politik adalah serangkaian kegiatan yang berlangsung
selama waktu dalam sistem politik, termasuk pemilihan, partai politik,
dan pembagian kekuasaan.
F. Proses Politik
Proses politik ini mempengaruhi bagaimana kekuasaan politik
dijalankan dan bagaimana kebijakan publik dibuat dan dilaksanakan.
Oleh karena itu, pemahaman tentang partisipasi politik dan proses
politik sangat penting dalam memahami politik di suatu negara.
B. Pajak
1. Pajak Subjektif
Pajak subjektif adalah jenis pajak yang memperhatikan pada
kemampuan wajib pajak dalam menghasilkan pendapatan atau uang.
Contoh pajak subjektif ini adalah Pajak Penghasilan (PPh). Dalam
pengiriman PPh, beberapa hal yang perlu diperhatikan meliputi:
a. Pemungutan pajak. Pemungutan pajak merupakan perwujudan
dari pengabdian dan peran serta wajib pajak untuk secara
langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban pajak.
b. Pengawasan dan penerapan sanksi perpajakan. Administrasi
perpajakan aktif dalam melaksanakan pengendalian
administrasi pemungutan pajak yang pelayanan, pengawasan,
dan penerapan sanksi perpajakan.
c. Pengkreditan pajak. Wajib pajak dapat mengisi Surat
Pemberitahuan untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan pajak.
d. Dasar pengenaan pajak. Dasar pengenaan pajak adalah jumlah
harga jual, penggantian, nilai impor, nilai ekspor, atau nilai lain
yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang
terutang.
e. Barang Kena Pajak (BKP). Barang Kena Pajak adalah barang
yang dikenai pajak berdasarkan Undang 27.
f. Faktur Pajak. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang
dibuat oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP atau
penyerahan JKP[5].
g. Pajak Masukan dan Pajak Keluaran. Pajak Masukan adalah
PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP karena
perolehan BKP dan/atau dan/atau pemanfaatan BKP tidak
berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau pemanfaatan JKP
dari luar Daerah Pabean dan/atau impor BKP. Pajak Keluaran
adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh PKP yang
melakukan penyerahan BKP, penyerahan JKP, ekspor BKP
berwujud, ekspor BKP tidak berwujud, dan/atau ekspor JKP.
Dalam menghasilkan pendapatan atau uang, wajib pajak perlu
memperhatikan kemampuan yang dimiliki dan melakukan penyerahan
pajak sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
2. Pajak Objektif
Pajak objektif adalah jenis pajak yang dikenakan berdasarkan nilai
barang atau jasa yang diperoleh oleh wajib pajak. Contohnya adalah
Pajak Pertambahan Nilai (PPN). PPN merupakan salah satu jenis pajak
yang dipungut pada saat penyerahan barang kena pajak (BKP)
dan/atau jasa kena pajak (JKP).
3. Pajak kabupaten/kota
Pajak kabupaten/kota dikenakan pada berbagai kegiatan seperti
hotel, restoran, hiburan, reklame, penerangan jalan, dan lain
sebagainya. Beberapa contoh pajak kabupaten/kota meliputi:
a. Pajak Hotel: Dikenakan pada kegiatan hotel dan perumahan.
b. Pajak Restoran: Dikenakan pada kegiatan restoran dan
perumahan.
c. Pajak Hiburan: Dikenakan pada kegiatan hiburan dan
perumahan.
d. Pajak Reklame: Dikenakan pada kegiatan reklame dan
perumahan.
e. Pajak Penerangan Jalan: Dikenakan pada kegiatan penerangan
jalan dan perumahan.
f. Pajak Parkir: Dikenakan pada kegiatan parkir dan perumahan.
g. Pajak Air Tanah: Dikenakan pada kegiatan air tanah dan
perumahan.
h. Pajak Sarang Burung Walet: Dikenakan pada kegiatan sarang
burung walet dan perumahan.
i. Pajak Bumi dan Bangunan: Dikenakan pada kegiatan
perdesaan dan perkotaan, serta bangunan.
j. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan: Dikenakan
pada kegiatan perolehan hak atas tanah dan bangunan.
4. Pajak Daerah
Pajak daerah adalah jenis pajak yang dikenakan oleh pemerintah
daerah pada wilayah dan kota. Pajak daerah dikelola oleh Dinas
Pendapatan Daerah atau Kantor Pajak Daerah. Beberapa contoh pajak
daerah meliputi:
a. Pajak Propinsi: Dikenakan pada kegiatan di tingkat propinsi.
b. Pajak Kabupaten/Kota: Dikenakan pada berbagai kegiatan
seperti hotel, restoran, hiburan, reklame, penerangan jalan, dan
lain sebagainya.
Hasil dari pungutan jenis pajak daerah kemudian digunakan untuk
membiayai belanja pemerintah daerah. Proses administrasi untuk pajak
daerah dilakukan di Kantor Dinas Pendapatan Daerah atau Kantor
Pajak Daerah.
5. Pajak Pusat
Pajak pusat adalah jenis pajak yang dikenakan oleh pemerintah
pusat dan dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Beberapa
contoh pajak pusat meliputi:
a. Pajak Penghasilan (PPh): Dikenakan pada tiap tambahan nilai
kemampuan ekonomis yang diterima oleh wajib pajak.
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN): Dikenakan pada saat
penyerahan barang kena pajak (BKP) dan/atau jasa kena pajak
(JKP).
c. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM): Dikenakan
pada penjualan barang mewah seperti mobil, motor, dan lain
sebagainya.
d. Bea Materai: Dikenakan pada dokumen-dokumen tertentu
seperti surat perjanjian, akta notaris, dan lain sebagainya.
e. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Perkebunan, Perhutanan:
Dikenakan pada kegiatan perkebunan dan perhutanan.
C. Ekonomi
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
A. Keterbatasan
1. Penelitian ini terbatas pada konteks waktu dan lokasi tertentu, yaitu
pada tahun 2008-2009 di Indonesia. Kondisi politik, ekonomi, dan
perpajakan dapat berubah seiring waktu, dan hasil penelitian mungkin
tidak sepenuhnya dapat diterapkan pada situasi yang berbeda atau pada
periode waktu yang lebih baru.
2. Penelitian ini membatasi cakupan pada perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Hal ini dapat mengabaikan dampak perpajakan
pada perusahaan non-publik atau di sektor-sektor tertentu yang
mungkin memiliki karakteristik berbeda dalam konteks perpajakan.
3. Ada variabilitas faktor-faktor eksternal yang mungkin memengaruhi
hasil, seperti perubahan dalam kebijakan global, fluktuasi pasar
keuangan, atau peristiwa geopolitik. Penelitian ini mungkin tidak dapat
memasukkan secara menyeluruh semua faktor eksternal yang mungkin
memengaruhi hubungan politik dan reformasi perpajakan.
4. Keterbatasan data yang tersedia dapat membatasi kedalaman analisis.
Misalnya, data historis yang lebih lengkap atau data yang lebih
spesifik dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang
dampak reformasi perpajakan.
5. Pengukuran hubungan politik sulit dilakukan secara akurat. Konsep
seperti "koneksi politik" atau "pengaruh pribadi" dapat diartikan
dengan berbagai cara dan sulit diukur secara objektif.
6. Meskipun hubungan antara hubungan politik, reformasi perpajakan,
dan dampaknya telah diidentifikasi, penelitian ini mungkin tidak dapat
mengungkapkan sejauh mana kausalitas terjadi antara variabel-variabel
tersebut.
B. Saran
REFERENSI
Fai. (2023). Pengaruh Pajak pada Perekonomian dan Pertumbuhan Bisnis. News.
Sanit, A. (2022). Sistem Politik Indonesia Kestabilan, Peta Kekuatan Politik, dan
Pembangunan.