Anda di halaman 1dari 18

Nama : A.

Wildan Ikhsan Permana

NIM : 1209240002

Kelas :A

Semester :7

Jurusan : Manajemen

EVALUASI PENGARUH POLITIK TERHADAP REFORMASI PAJAK:


SUATU TINJAUAN DARI ASPEK KESTABILAN POLITIK DAN
PEREKONOMIAN

A. Wildan Ikhsan Permana

ABSTRAK

Evaluasi dampak politik terhadap reformasi pajak menyoroti hubungan antara


kestabilan politik dan perekonomian. Kestabilan politik, seperti yang disorot
dalam artikel Sinar Harian, memengaruhi pertumbuhan ekonomi, contohnya
terlihat pada periode ketidakstabilan politik di Indonesia (1948-1967). Penelitian
empiris oleh Septiani (2014) menunjukkan bahwa faktor politik mempengaruhi
perekonomian melalui mekanisme seperti hak properti dan redistribusi. Reformasi
pajak, fokus utama di Indonesia, diakui oleh Kementerian Keuangan sebagai
kunci untuk mendukung reformasi sektor kesehatan, pendidikan, dan menciptakan
iklim investasi yang kompetitif. Tujuan penelitian dari penelitian ini yaitu untuk
menganalisis dampak hubungan politik terhadap reformasi perpajakan, khususnya
dalam konteks kestabilan politik dan perekonomian suatu negara, memahami
bagaimana kestabilan politik dapat memengaruhi reformasi perpajakan dan
perekonomian, serta untuk mengevaluasi pengaruh hubungan politik terhadap
reformasi perpajakan terhadap tarif pajak efektif perusahaan.

Kata Kunci: Evaluasi, Politik, Reformasi Pajak, Kestabilan Politik,


Perekonomian.
PENDAHULUAN

Kestabilan politik dapat berdampak pada perekonomian suatu negara.


Sebuah artikel dari Sinar Harian menyebutkan bahwa kestabilan politik dapat
mempengaruhi perekonomian negara. Sebagai contoh, dalam konteks Indonesia,
kestabilan politik telah terbukti berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Periode
ketidakstabilan politik di Indonesia pada tahun 1948-1967 menyebabkan aksi
protes, huru-hara, dan kematian akibat kekerasan politik, yang merepresentasikan
rapuhnya kestabilan politik Indonesia (Sanit, 2022). Terdapat penelitian yang
mengembangkan model empiris yang menunjukkan bahwa faktor politik
mempengaruhi perekonomian melalui berbagai mekanisme, seperti hak properti,
kediktatoran yang merampok, dan tekanan redistribusi (Septiani, 2014). Hal ini
menegaskan pentingnya memahami hubungan antara kestabilan politik dan
perekonomian suatu negara.

Reformasi perpajakan telah menjadi fokus utama di Indonesia. Artikel dari


Kementerian Keuangan menyebutkan bahwa keberhasilan reformasi perpajakan
sangat penting untuk memfasilitasi reformasi di berbagai sektor, seperti kesehatan
dan pendidikan, serta untuk menciptakan iklim investasi dan bisnis yang
kompetitif (Haninun, 2020). Hal ini menunjukkan bahwa reformasi perpajakan
memiliki dampak yang luas, tidak hanya dalam hal pengumpulan pendapatan
negara, tetapi juga dalam mendukung pembangunan sektor-sektor kunci dan
menciptakan lingkungan usaha yang menarik bagi investasi.

Reformasi perpajakan di Indonesia bukan hanya sekadar upaya untuk


meningkatkan penerimaan pajak, tetapi juga merupakan bagian integral dari upaya
lebih luas untuk pembangunan ekonomi dan sosial. Reformasi perpajakan di
Indonesia dimulai pada tahun 1983 dan telah mengalami beberapa perubahan
sejak saat itu. Tujuan dari reformasi perpajakan adalah untuk meningkatkan
efisiensi dan keadilan dalam sistem perpajakan, serta untuk meningkatkan
penerimaan pajak. Reformasi perpajakan juga memiliki dampak yang lebih luas,
seperti meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi kesenjangan sosial,
dan meningkatkan daya saing ekonomi negara. Reformasi perpajakan di Indonesia
harus dilihat sebagai bagian dari upaya yang lebih besar untuk pembangunan
ekonomi dan sosial, dan bukan hanya sebagai upaya untuk meningkatkan
penerimaan pajak semata.

Berikut dua penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini:


Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Nugroho, Andri Adi. 2011. “Pengaruh
Hubungan Politik dan Reformasi Perpajakan Terhadap Tarif Pajak Efektif Pada
Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2009.” Skripsi
Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Penelitian ini menguji pengaruh
hubungan politik dan reformasi perpajakan terhadap tarif pajak efektif pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Nugraha, 2011).

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Yuliana, Lukman. 2011. “Pengaruh


Koneksi Politis, Kepemilikan Pemerintah dan Keburaman Laporan Keuangan
terhadap Reformasi Perpajakan di Indonesia.” Sebuah penelitian yang menguji
pengaruh koneksi politik, kepemilikan pemerintah, dan kebijakan penyelidikan
terhadap reformasi perpajakan di Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa leverage, intensitas modal (capital intensity), koneksi politik dan reformasi
perpajakan berpengaruh secara bersama-sama dan signifikan terhadap
penghindaran pajak (Sri Mulyani, Darminto, 2011).

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Oxy Mahedra Prabowo dan Indarto
dengan judul “Efektivitas Pelaksanaan Reformasi Perpajakan”. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa pelaksanaan Reformasi Perpajakan di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Demak sudah berjalan dengan baik. Melalui upaya-
upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, manajemen sistem informasi
terpadu, dan edukasi kepada wajib pajak yang berkesinambungan diharapkan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Demak dapat meningkatkan kinerja dalam
rangka pencapaian kepatuhan dan penerimaan pajak yang optimal (Idarto, 2018).
Dari penelitian-penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hubungan
politik memiliki pengaruh terhadap reformasi perpajakan dan dampak terhadap
kinerja pajak dan ekonomi negara. Namun, penelitian yang spesifik mengenai
"Evaluasi Pengharuh Politik Terhadap Reformasi Pajak: Suatu Tinjauan dari
Aspek Kestabilan Politik dan Perekonomian" belum ada, sehingga penelitian yang
diusulkan memiliki nilai tambah yang penting.

Tujuan penelitian dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis dampak


hubungan politik terhadap reformasi perpajakan, khususnya dalam konteks
kestabilan politik dan perekonomian suatu negara, memahami bagaimana
kestabilan politik dapat memengaruhi reformasi perpajakan dan perekonomian,
serta untuk mengevaluasi pengaruh hubungan politik terhadap reformasi
perpajakan terhadap tarif pajak efektif perusahaan.

TINJAUAN TEORI

A. Politik

Teori politik mencakup dua aspek utama. Pertama, teori politik melibatkan
pemikiran spekulatif tentang bentuk dan tata cara pengaturan masyarakat yang
ideal. Contohnya adalah teori politik Marxis-Leninis dan teori politik
berdasarkan pemikiran Adam Smith tentang kapitalisme. Kedua, teori politik
juga melibatkan kajian sistematis tentang segala kegiatan dalam masyarakat
untuk hidup. Misalnya, teori politik sebagai hasil kajian empirik dapat
dicontohkan dengan teori struktural yang kemudian diturunkan menjadi teori
politik Civic Culture. Dengan demikian, teori politik mencakup pemikiran
spekulatif tentang masyarakat ideal dan kajian sistematis tentang kegiatan
dalam masyarakat (Victoria, 2020).

Teori politik mencakup pemikiran spekulatif tentang bentuk dan tata cara
pengaturan masyarakat yang ideal, serta kajian sistematis tentang segala
kegiatan dalam masyarakat untuk hidup. Pemikiran spekulatif ini mencakup
berbagai teori politik, seperti teori Marxis-Leninis, teori berdasarkan
pemikiran Adam Smith tentang kapitalisme, dan teori politik Indonesia yang
diwakili oleh pemikiran Tan Malaka. Di sisi lain, kajian sistematis tentang
kegiatan dalam masyarakat melibatkan aspek-aspek empiris dan konseptual,
seperti sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, dan proses politik.
Teori politik juga dapat merujuk pada usaha warga negara untuk mewujudkan
kebaikan bersama, hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan
dan negara, serta kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan
mempertahankan kekuasaan di masyarakat.

Teori politik melibatkan beberapa konsep-konsep penting yang


mempengaruhi cara politik di suatu negara. Berikut ini adalah konsep-konsep
tersebut:

A. Kekuasaan politik
Kekuasaan politik mengacu pada kemampuan pemerintah dalam
memprakir presiden, partai politik, dan sistem politik yang berlaku di
suatu negara. Hal ini mempengaruhi bagaimana pemerintah dan negara
beroperasi, serta menentukan struktur politik yang ada.
B. Legitimasi
Legitimasi adalah kesetujuan politik yang membuat pemerintahan
dan negara tersebut diakui oleh masyarakat. Legitimasi penting karena
memastikan bahwa pemerintah dan negara memiliki kekuasaan yang
sah dan tetap beroperasi dengan menjaga kehidupan masyarakat.
C. Sistem Politik
Sistem politik adalah struktur yang mengatur peran politik,
termasuk peran pemerintah, partai politik, dan sistem pemilihan.
Sistem politik ini mempengaruhi bagaimana kekuasaan politik
dijalankan dan bagaimana kebijakan publik dibuat dan dilaksanakan.
Sistem politik juga mencakup aturan dan prosedur yang mengatur
hubungan antara pemerintah dan masyarakat, serta antara pemerintah
dan lembaga lainnya.
D. Perilaku Politik
Perilaku politik adalah cara individu berpartisipasi dalam kegiatan
politik, seperti memilih calon pemilih, berkumpul dalam partai politik,
atau menjadi pemimpin politik. Perilaku politik ini dipengaruhi oleh
banyak faktor psikologis, seperti sifat kepribadian, pengetahuan
politik, pendidikan, dan faktor sosial. Partisipasi politik merupakan
salah satu bentuk perilaku politik, tetapi perilaku politik tidak selalu
berupa partisipasi politik.
E. Partisipasi Politik
Partisipasi politik adalah kinerja masyarakat dalam kegiatan
politik, termasuk dalam pemilihan, partai politik, dan aktivitas sehari-
hari. Partisipasi politik merupakan salah satu bentuk perilaku politik,
tetapi perilaku politik tidak selalu berupa partisipasi politik. Partisipasi
politik penting karena memungkinkan masyarakat untuk terlibat dalam
proses pengambilan keputusan politik dan mempengaruhi kebijakan
publik. Partisipasi politik juga dapat meningkatkan legitimasi
pemerintah dan negara, serta memperkuat demokrasi. Namun,
partisipasi politik dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti tingkat
pendidikan, pengetahuan politik, dan faktor sosial. Selain partisipasi
politik, proses politik juga merupakan konsep penting dalam teori
politik. Proses politik adalah serangkaian kegiatan yang berlangsung
selama waktu dalam sistem politik, termasuk pemilihan, partai politik,
dan pembagian kekuasaan.
F. Proses Politik
Proses politik ini mempengaruhi bagaimana kekuasaan politik
dijalankan dan bagaimana kebijakan publik dibuat dan dilaksanakan.
Oleh karena itu, pemahaman tentang partisipasi politik dan proses
politik sangat penting dalam memahami politik di suatu negara.
B. Pajak

Pajak atau perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang


terutang oleh wajib pajak. Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), pajak penghasilan
(PPh) ialah pajak yang dikenakan terhadap tiap tambahan nilai kemampuan
ekonomis yang diterima oleh wajib pajak.

Beberapa jenis pajak di Indonesia meliputi (Kristlaras, 202 C.E.):

1. Pajak Subjektif
Pajak subjektif adalah jenis pajak yang memperhatikan pada
kemampuan wajib pajak dalam menghasilkan pendapatan atau uang.
Contoh pajak subjektif ini adalah Pajak Penghasilan (PPh). Dalam
pengiriman PPh, beberapa hal yang perlu diperhatikan meliputi:
a. Pemungutan pajak. Pemungutan pajak merupakan perwujudan
dari pengabdian dan peran serta wajib pajak untuk secara
langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban pajak.
b. Pengawasan dan penerapan sanksi perpajakan. Administrasi
perpajakan aktif dalam melaksanakan pengendalian
administrasi pemungutan pajak yang pelayanan, pengawasan,
dan penerapan sanksi perpajakan.
c. Pengkreditan pajak. Wajib pajak dapat mengisi Surat
Pemberitahuan untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan pajak.
d. Dasar pengenaan pajak. Dasar pengenaan pajak adalah jumlah
harga jual, penggantian, nilai impor, nilai ekspor, atau nilai lain
yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang
terutang.
e. Barang Kena Pajak (BKP). Barang Kena Pajak adalah barang
yang dikenai pajak berdasarkan Undang 27.
f. Faktur Pajak. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang
dibuat oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP atau
penyerahan JKP[5].
g. Pajak Masukan dan Pajak Keluaran. Pajak Masukan adalah
PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP karena
perolehan BKP dan/atau dan/atau pemanfaatan BKP tidak
berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau pemanfaatan JKP
dari luar Daerah Pabean dan/atau impor BKP. Pajak Keluaran
adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh PKP yang
melakukan penyerahan BKP, penyerahan JKP, ekspor BKP
berwujud, ekspor BKP tidak berwujud, dan/atau ekspor JKP.
Dalam menghasilkan pendapatan atau uang, wajib pajak perlu
memperhatikan kemampuan yang dimiliki dan melakukan penyerahan
pajak sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
2. Pajak Objektif
Pajak objektif adalah jenis pajak yang dikenakan berdasarkan nilai
barang atau jasa yang diperoleh oleh wajib pajak. Contohnya adalah
Pajak Pertambahan Nilai (PPN). PPN merupakan salah satu jenis pajak
yang dipungut pada saat penyerahan barang kena pajak (BKP)
dan/atau jasa kena pajak (JKP).
3. Pajak kabupaten/kota
Pajak kabupaten/kota dikenakan pada berbagai kegiatan seperti
hotel, restoran, hiburan, reklame, penerangan jalan, dan lain
sebagainya. Beberapa contoh pajak kabupaten/kota meliputi:
a. Pajak Hotel: Dikenakan pada kegiatan hotel dan perumahan.
b. Pajak Restoran: Dikenakan pada kegiatan restoran dan
perumahan.
c. Pajak Hiburan: Dikenakan pada kegiatan hiburan dan
perumahan.
d. Pajak Reklame: Dikenakan pada kegiatan reklame dan
perumahan.
e. Pajak Penerangan Jalan: Dikenakan pada kegiatan penerangan
jalan dan perumahan.
f. Pajak Parkir: Dikenakan pada kegiatan parkir dan perumahan.
g. Pajak Air Tanah: Dikenakan pada kegiatan air tanah dan
perumahan.
h. Pajak Sarang Burung Walet: Dikenakan pada kegiatan sarang
burung walet dan perumahan.
i. Pajak Bumi dan Bangunan: Dikenakan pada kegiatan
perdesaan dan perkotaan, serta bangunan.
j. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan: Dikenakan
pada kegiatan perolehan hak atas tanah dan bangunan.
4. Pajak Daerah
Pajak daerah adalah jenis pajak yang dikenakan oleh pemerintah
daerah pada wilayah dan kota. Pajak daerah dikelola oleh Dinas
Pendapatan Daerah atau Kantor Pajak Daerah. Beberapa contoh pajak
daerah meliputi:
a. Pajak Propinsi: Dikenakan pada kegiatan di tingkat propinsi.
b. Pajak Kabupaten/Kota: Dikenakan pada berbagai kegiatan
seperti hotel, restoran, hiburan, reklame, penerangan jalan, dan
lain sebagainya.
Hasil dari pungutan jenis pajak daerah kemudian digunakan untuk
membiayai belanja pemerintah daerah. Proses administrasi untuk pajak
daerah dilakukan di Kantor Dinas Pendapatan Daerah atau Kantor
Pajak Daerah.
5. Pajak Pusat
Pajak pusat adalah jenis pajak yang dikenakan oleh pemerintah
pusat dan dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Beberapa
contoh pajak pusat meliputi:
a. Pajak Penghasilan (PPh): Dikenakan pada tiap tambahan nilai
kemampuan ekonomis yang diterima oleh wajib pajak.
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN): Dikenakan pada saat
penyerahan barang kena pajak (BKP) dan/atau jasa kena pajak
(JKP).
c. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM): Dikenakan
pada penjualan barang mewah seperti mobil, motor, dan lain
sebagainya.
d. Bea Materai: Dikenakan pada dokumen-dokumen tertentu
seperti surat perjanjian, akta notaris, dan lain sebagainya.
e. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Perkebunan, Perhutanan:
Dikenakan pada kegiatan perkebunan dan perhutanan.

Pemerintah Indonesia mengatur berbagai kebijakan dan ketentuan untuk


mengelola pajak, seperti Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP).

C. Ekonomi

Ekonomi adalah ilmu sosial yang mempelajari perilaku manusia dalam


mengelola sumber daya yang terbatas dan menyalurkannya ke dalam berbagai
individu atau kelompok yang ada dalam suatu masyarakat. Ilmu ekonomi
mencakup berbagai aspek, seperti produksi, distribusi, dan konsumsi barang
dan jasa, serta faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan ekonomi. Terdapat
beberapa jenis ilmu ekonomi, seperti ekonomi mikro dan makro, ekonomi
Islam, dan ekonomi publik. Ilmu ekonomi juga mencakup teori-teori yang
digunakan untuk memahami dan menganalisis berbagai masalah ekonomi,
seperti pertumbuhan ekonomi, pengangguran, inflasi, dan ketimpangan
ekonomi (Rosyada, 2021).

PEMBAHASAN

A. Dampak Hubungan Politik Terhadap Reformasi Perpajakan

Dampak hubungan politik terhadap reformasi perpajakan, khususnya


dalam kestabilan politik dan perekonomian suatu negara, dapat dilihat dari
berbagai perspektif. Sebagai contoh, penelitian yang menguji pengaruh
hubungan politik dan reformasi perpajakan pada tarif pajak efektif pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2009
menunjukkan bahwa reformasi perpajakan memiliki efek negatif terhadap
tarif pajak efektif, yang terlihat dalam penurunan tarif pada Undang-
Undang Pajak Penghasilan yang baru Namun, hubungan politik tidak
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap tarif pajak efektif.

Beberapa faktor yang mempengaruhi dampak hubungan politik


terhadap reformasi perpajakan meliputi:

1. Ketimpangan politik. Kebijakan pemerintah dipengaruhi oleh


ketimpangan politik, yang dapat mempengaruhi kebijakan fiskal,
termasuk perpajakan (Larasati, 2021). Hal ini dapat mempengaruhi
efektivitas reformasi perpajakan dan dampaknya terhadap
perekonomian dan stabilitas ekonomi.
2. Kebijakan kebijakan fiskal. Reformasi perpajakan dipengaruhi oleh
kebijakan kebijakan fiskal yang diperkenalkan oleh pemerintah,
seperti UU HPP, yang mendorong peningkatan kepatuhan sukarela
dan memperkuat sistem administrasi pengawasan dan pemungutan
perpajakan. Kebijakan ini dapat mempengaruhi dampak reformasi
perpajakan terhadap perekonomian dan stabilitas ekonomi.
3. Pengaruh pribadi. Kebijakan pemerintah dapat dipengaruhi oleh
pengaruh pribadi para pemimpin, yang dapat mempengaruhi
prioritas dan kebijakan yang diberlakukan dalam reformasi
perpajakan.
4. Kondisi ekonomi. Kondisi ekonomi yang buruk dapat
mempengaruhi dampak reformasi perpajakan, karena negara perlu
mengurangi pajak untuk mengendalikan inflasi atau meningkatkan
pajak untuk mendorong pertumbuhan ekonomi (Fai, 2023).
5. Infrastruktur dan layanan publik: Reformasi perpajakan yang
efektif dapat membantu mengatasi keterlambatan infrastruktur dan
layanan publik, yang dapat mempengaruhi dampak reformasi
perpajakan terhadap perekonomian dan stabilitas ekonomi.

Dampak hubungan politik terhadap reformasi perpajakan kompleks


dan bergantung pada berbagai faktor, termasuk ketimpangan politik,
kebijakan kebijakan fiskal, pengaruh pribadi, kondisi ekonomi, dan
infrastruktur serta layanan publik. Reformasi perpajakan yang efektif dan
bersifat-sifat adil dapat membantu menjaga stabilitas ekonomi dan
mempromosikan pertumbuhan ekonomi, namun hal ini mungkin
menghadapi beberapa tantangan dan hambatan politik.

B. Pengaruh Kestabilan Politik Terhadap Reformasi Perpajakan dan


Perekonomian,

Kestabilan politik dapat mempengaruhi reformasi perpajakan dan


perekonomian suatu negara. Berikut adalah beberapa dampak yang terjadi:

1. Reformasi perpajakan yang efektif dapat membantu mengatur


kebijakan fiskal, termasuk penggunaan NIK sebagai NPWP OP,
penyesuaian persyaratan bagi kuasa Wajib Pajak, dan penunjukan
pihak lain sebagai pemotong/pemungut pajak. Kebijakan ini dapat
mempengaruhi dampak reformasi perpajakan terhadap
perekonomian dan stabilitas ekonomi.
2. Reformasi perpajakan membantu meningkatkan kepatuhan
sukarela, yang dapat mempengaruhi pengalaman ekonomi dan
stabilitas politik.
3. Reformasi perpajakan yang berkesan dengan stabilitas politik dapat
membantu menjaga stabilitas ekonomi, yang penting untuk
menjaga pertumbuhan ekonomi dan investasi.
4. Kestabilan politik yang baik dapat menyimpulkan pemborosan
investasi, yang penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
5. Kestabilan politik dan reformasi perpajakan yang efektif dapat
meningkatkan keberlanjutan investasi, karena investor mungkin
lebih percaya dalam stabilitas politik dan ekonomi.

Kestabilan politik dapat mempengaruhi reformasi perpajakan dan


perekonomian suatu negara dengan mempengaruhi kebijakan fiskal,
stabilitas ekonomi, peningkatan kepatuhan sukarela, pemborosan investasi,
dan keberlanjutan investasi. Namun, dampak ini mungkin bervariasi
tergantung pada kondisi politik dan ekonomi lokal.

C. Pengaruh Hubungan Politik Terhadap Reformasi Perpajakan


Terhadap Tarif Pajak Efektif Perusahaan

Pengaruh hubungan politik terhadap reformasi perpajakan terhadap


tarif pajak efektif perusahaan dapat dilihat dari berbagai perspektif.
Sebagai contoh, penelitian yang menguji pengaruh hubungan politik dan
reformasi perpajakan pada tarif pajak efektif perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa
reformasi perpajakan memiliki efek negatif terhadap tarif pajak efektif,
yang terlihat dalam penurunan tarif pada Undang-Undang Pajak
Penghasilan yang baru. Namun, hubungan politik tidak menunjukkan
pengaruh yang signifikan terhadap tarif pajak efektif.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pengaruh hubungan politik


terhadap reformasi perpajakan dan tarif pajak efektif perusahaan meliputi
(Pratama, 2023):

1. Reformasi perpajakan yang efektif dapat membantu mengatur


kebijakan fiskal, termasuk penggunaan NIK sebagai NPWP OP,
penyesuaian persyaratan bagi kuasa Wajib Pajak, dan penunjukan
pihak lain sebagai pemotong/pemungut pajak. Kebijakan ini dapat
mempengaruhi dampak reformasi perpajakan terhadap tarif pajak
efektif perusahaan.
2. Kebijakan pemerintah dapat dipengaruhi oleh ketimpangan politik,
yang dapat mempengaruhi kebijakan fiskal, termasuk perpajakan.
Hal ini dapat mempengaruhi efektivitas reformasi perpajakan dan
dampaknya terhadap tarif pajak efektif perusahaan.
3. Reformasi perpajakan yang efektif dapat membantu mengatur
kebijakan fiskal, termasuk penggunaan NIK sebagai NPWP OP,
penyesuaian persyaratan bagi kuasa Wajib Pajak, dan penunjukan
pihak lain sebagai pemotong/pemungut pajak. Kebijakan ini dapat
mempengaruhi dampak reformasi perpajakan terhadap tarif pajak
efektif perusahaan.
4. Penelitian yang menguji pengaruh karakteristik perusahaan,
koneksi politik, dan reformasi perpajakan terhadap penghindaran
pajak (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2008-2012) menemukan bahwa koneksi
politik dan reformasi perpajakan baik secara simultan dan parsial
terhadap penghindaran pajak dan reformasi perpajakan.

Pengaruh hubungan politik terhadap reformasi perpajakan dan tarif


pajak efektif perusahaan kompleks dan bergantung pada berbagai faktor,
termasuk kebijakan pemerintah, ketimpangan politik, kebijakan kebijakan
fiskal, dan karakteristik perusahaan. Reformasi perpajakan yang efektif
dan bersifat-sifat adil dapat membantu menjaga tarif pajak efektif
perusahaan.

KESIMPULAN

A. Keterbatasan

Meskipun penelitian ini memberikan wawasan yang berharga mengenai


dampak hubungan politik terhadap reformasi perpajakan, tetapi ada beberapa
keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini:

1. Penelitian ini terbatas pada konteks waktu dan lokasi tertentu, yaitu
pada tahun 2008-2009 di Indonesia. Kondisi politik, ekonomi, dan
perpajakan dapat berubah seiring waktu, dan hasil penelitian mungkin
tidak sepenuhnya dapat diterapkan pada situasi yang berbeda atau pada
periode waktu yang lebih baru.
2. Penelitian ini membatasi cakupan pada perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Hal ini dapat mengabaikan dampak perpajakan
pada perusahaan non-publik atau di sektor-sektor tertentu yang
mungkin memiliki karakteristik berbeda dalam konteks perpajakan.
3. Ada variabilitas faktor-faktor eksternal yang mungkin memengaruhi
hasil, seperti perubahan dalam kebijakan global, fluktuasi pasar
keuangan, atau peristiwa geopolitik. Penelitian ini mungkin tidak dapat
memasukkan secara menyeluruh semua faktor eksternal yang mungkin
memengaruhi hubungan politik dan reformasi perpajakan.
4. Keterbatasan data yang tersedia dapat membatasi kedalaman analisis.
Misalnya, data historis yang lebih lengkap atau data yang lebih
spesifik dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang
dampak reformasi perpajakan.
5. Pengukuran hubungan politik sulit dilakukan secara akurat. Konsep
seperti "koneksi politik" atau "pengaruh pribadi" dapat diartikan
dengan berbagai cara dan sulit diukur secara objektif.
6. Meskipun hubungan antara hubungan politik, reformasi perpajakan,
dan dampaknya telah diidentifikasi, penelitian ini mungkin tidak dapat
mengungkapkan sejauh mana kausalitas terjadi antara variabel-variabel
tersebut.
B. Saran

Berikut adalah beberapa saran untuk penelitian selanjutnya berdasarkan


hasil penelitian yang telah dipaparkan:

1. Melakukan penelitian yang lebih mendalam untuk memahami faktor-


faktor spesifik dalam hubungan politik yang mungkin memengaruhi
tarif pajak efektif perusahaan. Hal ini dapat melibatkan analisis lebih
lanjut terhadap koneksi politik, pengaruh pribadi pemimpin, dan
faktor-faktor politik lainnya yang mungkin memiliki dampak terhadap
tarif pajak efektif.
2. Melakukan studi kasus di negara-negara lain untuk membandingkan
dampak hubungan politik terhadap reformasi perpajakan. Hal ini dapat
memberikan wawasan tambahan tentang bagaimana variabel politik
berbeda di berbagai konteks dapat mempengaruhi kebijakan
perpajakan dan dampaknya terhadap perekonomian.
3. Meneliti lebih lanjut bagaimana kondisi ekonomi yang berbeda, seperti
resesi atau pertumbuhan ekonomi, dapat memengaruhi implementasi
reformasi perpajakan. Studi ini dapat memberikan pemahaman yang
lebih baik tentang tantangan dan peluang yang dihadapi oleh negara
dalam kondisi ekonomi yang berfluktuasi.
4. Melakukan analisis terperinci tentang bagaimana kebijakan fiskal,
seperti UU HPP dan kebijakan lainnya, dapat memengaruhi efektivitas
reformasi perpajakan. Penelitian ini dapat membuka jalan untuk
merekomendasikan perbaikan kebijakan yang dapat mendukung
implementasi reformasi perpajakan yang lebih efektif.
5. Melibatkan penelitian jangka panjang untuk memahami dampak
hubungan politik terhadap reformasi perpajakan dan perekonomian. Ini
dapat mencakup analisis tren jangka panjang dalam pertumbuhan
ekonomi, stabilitas politik, dan perubahan dalam tarif pajak efektif
perusahaan.
6. Membandingkan dampak hubungan politik terhadap reformasi
perpajakan di berbagai sektor ekonomi. Perbedaan dalam struktur
industri dan kebutuhan sektor dapat memberikan perspektif tambahan
tentang cara reformasi perpajakan mempengaruhi berbagai bagian
ekonomi.
C. Kesimpulan

Dampak hubungan politik terhadap reformasi perpajakan sangat kompleks


dan bergantung pada sejumlah faktor. Dalam konteks tarif pajak efektif
perusahaan, penelitian menunjukkan bahwa reformasi perpajakan memiliki
efek negatif terhadap tarif pajak efektif, namun hubungan politik sendiri tidak
menunjukkan pengaruh signifikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi dampak
hubungan politik termasuk ketimpangan politik, kebijakan fiskal, pengaruh
pribadi, kondisi ekonomi, dan infrastruktur serta layanan publik.

Kestabilan politik juga memiliki dampak yang signifikan terhadap


reformasi perpajakan dan perekonomian. Kestabilan politik dapat membantu
mengatur kebijakan fiskal, meningkatkan kepatuhan sukarela, menjaga
stabilitas ekonomi, mengurangi pemborosan investasi, dan meningkatkan
keberlanjutan investasi. Namun, dampak ini dapat bervariasi tergantung pada
kondisi politik dan ekonomi lokal.

Pengaruh hubungan politik terhadap reformasi perpajakan dan tarif pajak


efektif perusahaan juga tergantung pada faktor-faktor seperti kebijakan
pemerintah, ketimpangan politik, dan karakteristik perusahaan. Reformasi
perpajakan yang efektif dan adil dapat membantu menjaga stabilitas ekonomi
dan tarif pajak efektif perusahaan, meskipun mungkin dihadapkan pada
tantangan politik.

REFERENSI

Fai. (2023). Pengaruh Pajak pada Perekonomian dan Pertumbuhan Bisnis. News.

Haninun, H. P. M. dan. (2020). Pengaruh reformasi administrasi perpajakan


terhadap kepatuhan wajib pajak: Studi kasus di KPP Pratama Kedaton
Bandar Lampung (The effect of taxation administration reform to tax
mandatory compliance: Case study in tax office Kedaton Bandar Lampung).
Jurnal Akuntansi, Keuangan, Dan Manajemen (Jakman), 1(2), 135–154.

Idarto, O. M. P. dan. (2018). Efektivitas Pelaksanaan Reformasi Perpajakan.

Kristlaras, H. R. (202 C.E.). Kontroversi Perpajakan di Indonesia Tahun 2023.


Kompasiana.

Larasati, E. (2021). Reformasi Perpajakan untuk Penciptaan Keadilan,


Peningkatan Kepatuhan, dan Penguatan Fiskal. Badan Kebijakan Fiskal
Menteri Keuangan Republik Indonesia.

Nugraha, A. A. (2011). Pengaruh Hubungan Politik dan Reformasi Perpajakan


Terhadap Tarif Pajak Efektif Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2008-2009.

Pratama, R. A. (2023). Reformasi Perpajakan: Tingkatkan Penerimaan dan


Pengawasan Pajak. MK+.

Rosyada. (2021). Pengertian Kebijakan Fiskal: Tujuan, Bentuk, Fungsi dan


Contohnya.

Sanit, A. (2022). Sistem Politik Indonesia Kestabilan, Peta Kekuatan Politik, dan
Pembangunan.

Septiani, P. D. (2014). Pertumbuhan Ekonomi dan Kestabilan Politik di


Indonesia.

Sri Mulyani, Darminto, W. E. (2011). Pengaruh Koneksi Politis, Kepemilikan


Pemerintah dan Keburaman Laporan Keuangan terhadap Reformasi
Perpajakan di Indonesia.

Victoria, A. O. (2020). Kontroversi Masuknya Aturan Pajak dalam Omnibus Law


UU Cipta Kerja. Katadata.Co.Id2.

Anda mungkin juga menyukai