Nama Anggota : Hindam Alima Putra (1606924764) Iiman Fajar Ariestono (1606886362)
Kevin Wiratama (1606924902) Tommy Julianto Nainggolan (1606890284)
Tri Atmojo (1606892390)
Introduction
Administrasi publik sebagai profesi berusaha memenuhi tanggung jawabnya sebagai
profesional dan kewajibannya melayani urusan pemerintahan terus berkembang untuk mencari
ilmu dan kompetensi yang sesuai dengan perkembangan zaman. Seiring dengan bertambahnya
permintaan masyarakat akan peningkatan pelayanan publik demi menjamin kesejahteraan
masyarakat telah menimbulkan dampak pada peningkatan lembaga dan pelayan publik,
peningkatan anggaran pemerintah, serta peningkatan kapasitas pemerintahan. Revolusi industri
dan kemajuan penggunaan teknologi mengubah proses kerja dalam suatu organisasi sehingga
diperlukan suatu cara baru dalam manajemen organisasi baik organisasi publik maupun privat.
Organisasi melalui teori dan praktiknya terus berusaha mencari suatu pendekatan yang bersifat
universal bagi semua jenis organisasi dalam rangka mengatur kompleksitas yang terdapat
dalam suatu organisasi.
Governance
1. Definisi Permasalahan
Governance merupakan fungsi pengorganisasian inklusif yang mencakup, di samping
pemerintah pusat, pemain lain yang berbagi tanggung jawab seperti otoritas lokal, bisnis,
kelompok kepentingan, organisasi sukarela, dan berbagai asosiasi masyarakat (Klingner 2006).
Dalam memahaminya sebagai sebuah sistem tata kelola negara, terdapat berbagai perbedaan
persepsi di beberapa ahli. Hal tersebut terjadi karena batas-batas yang terdapat dalam
administrasi yurisdiksi konvensional sudah tidak memiliki relevansi yang sama seperti di masa
lalu, terutama dalam menjelaskan apa yang terjadi dengan perumusan dan implementasi
kebijakan. Perbedaan tersebut terlihat pada sistem pemerintahan lama yang berfokus pada cara
dan hasil apa yang dapat dan pemerintahan baru, yang disusun dalam hal politik komparatif
dan persilangan konsep antar sistem politik yang masih memiliki substansial makna dan
validitas.
2. Perpindahan peran Pemerintah
Konsep governance telah mendorong orang dalam berpikir dan menciptakan inovasi
yang mengacu menyerukan perubahan dalam aturan yang ada. Seperti manajemen strategis,
Hyden (2002: 18) yang menunjukkan, tata kelola menjadi cara memandang masalah dalam
konteks "gambaran besar" mengadaptasi sistem peraturan untuk perubahan lingkungan. Hal
tersebut meciptakan pemimpin yang efektif, karena terus mencari untuk menemukan solusi
konsensus dan kreatif untuk masalah yang dihadapi oleh konstituen mereka. Perbaikan dan
penataan kembali struktur dan fungsi tata kelola juga menjadi focus utama, dimana hal ini
disesuaikan dengan perubahan kondisi internal seperti perubahan kepemimpinan atau sebagai
respons terhadap tuntutan warga. Sementara tekanan eksternal dan tantangan global juga
menjadi sumber perubahan sistemik dalam pemerintahan, tekanan dari luar cenderung
mendorong proposisi yang sarat dengan nilai yang mencerminkan nilai-nilai eksternal.
Globalisasi meningkatkan tekanan yang memunculkan privatisasi dan mengontrakkan
fungsi publik ke perusahaan bisnis. Selama periode ini, Manajemen Publik Baru (NPM)
muncul untuk menawarkan paradigma baru sistem kewirausahaan pemerintahan dan
administrasi berdasarkan kriteria efisiensi dan fleksibilitas pasar (Farazmand 2002: 132). Disisi
lain hal ini juga membawa daya saing yang dibayangkan sebagai hasil dari privatisasi dan untuk
meningkatkan efisiensi jarang terwujud. Sebaliknya, meminimalkan peran negara dan
menyusutnya layanan publik menambah kompleksitas yang lebih besar dalam proses
pengiriman dan membuat koordinasi semakin sulit.
3. Good Governance
Menurut J. Ahrens, penjelasan tentang good governance pada dasarnya mengacu
pada dua hal, yaitu pertama berfokus pada masalah kekuasaan dan distribusi kekuasaan serta
sumber daya di masyarakat. Kedua berkaitan dengan sistem pemerintahan yang baik itu sendiri
seperti lembaga yang efektif, metode operasi yang efisien, dan hasil kebijakan yang adil.
Sehingga dapat dipahami bahwa good governance Sebagai suatu sistem, pemerintahan terus
berubah, mencerminkan keadaan sejarah, politik, budaya, pendidikan, dan ekonomi. Penilaian
sistem semacam itu harus mempertimbangkan banyak faktor, terutama yang mempengaruhi
kinerja. Indikator evaluasi juga harus menyampaikan prioritas tinggi di antara indikator-
indikator ini untuk kepuasan dan partisipasi warga dalam keputusan yang mempengaruhi
mereka
4. Mengukur Governance
Hal ini merupakan hal yang cukup sulit untuk dilakukan karena praktik dari governance
selalu berubah dengan cepat sehingga sulit untuk diukur mengakibatkan hasil pengukuran
sebelumnya menjadi tidak valid. Berbagai usaha untuk mengukur tingkat good governance dan
kualitasnya dilakukan melalui penilaian beberapa aspek seperti efektivitas, efisiensi,
akuntabilitas, dan etika dalam suatu organisasi. Walaupun pengukuran governance sulit
dilakukan, hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting dan berguna untuk membantu dalam
meningkatkan kesadaran, menginformasikan keputusan, menunjukkan tren, dan
menggarisbawahi strategi untuk perbaikan.
Selanjutnya adalah bagian yang membahas mengenai keputusan yang diambil oleh
Administrasi publik. Dewasa ini keputusan dari suatu pemerintahan dipengaruhi oleh negosiasi
dan kolaborasi. Di era globalisasi, suatu keputusan dari suatu negara memiliki pengaruh
terhadap negara lainnya. Begitu pula keputusan suatu negara tersebut juga dipengaruhi oleh
masukan dari negara lainnya. Oleh karena itu, negosiasi dan kolaborasi memiliki peran yang
besar terhadap keputusan daripada Administrasi publik. Kemudian adalah bahasan mengenai
performance culture. Dengan tren yang seperti saat ini, efisiensi dari kegiatan di sektor publik
menjadi sangat penting dan untuk meraih efisiensi tersebut, penilaian berbasis kinerja menjadi
instrumen untuk memonitor pekerjaan dan menjamin akuntabilitas. Sistem ini juga berguna
bagi manajer untuk menghadapi globalisasi. Dengan demikian, kemampuan manajer untuk
beradaptasi sangat diperlukan di era sekarang.
Kesimpulan
Sebagai unsur yang penting dalam pemerintahan, administrasi publik harus
memperoleh pengetahuan yang akurat mengenai tata kelola, aset, kapabilitas, dan prioritas dari
pemerintahan. Hal ini terjadi karena kualitas dari suatu tata kelola pemerintahan tidak terlepas
dari kualitas manajemen publik yang diterapkan. Globalisasi tentunya membawa dampak bagi
proses pemerintahan yaitu membawa suatu keuntungan di mana opsi kebijakan yang
ditawarkan lebih luas dan beragam seiring dengan banyaknya data dan informasi yang dapat
diperoleh sebagai bahan pengambilan keputusan dan dapat memperdalam perspektif analisis
yang dibuat terhadap suatu kebijakan mengenai dampak yang akan dihasilkan serta pihak –
pihak yang akan terlibat. Namun, hal ini juga menimbulkan suatu risiko yaitu pelayan publik
harus bisa beradaptasi dengan perkembangan dan perubahan yang terjadi melalui peningkatan
kompetensi dan pengetahuan yang baru. Pada akhirnya administrasi publik akan dituntut untuk
melakukan reformasi sesuai perkembangan zaman dengan tersedianya beragam perspektif,
pendekatan, serta pandangan untuk membentuk suatu tata kelola pemerintahan yang efektif dan
efisien.