Anda di halaman 1dari 9

SYSTEMATIC LITERATURE REVIEW

REFORMASI ADMINISTRASI

Oleh :
Muhammad Dafa Asidiq
170110170087

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
SUMEDANG 
2020
Reformasi Administrasi

Kebijakan dan program pemerintah di negara-negara di dunia dengan tata


kelola dan reformasi administrasi telah menunjukkan orientasi baru sebagai
pergeseran paradigma administrasi publik. Sejak akhir abad ke-20, agenda
reformasi administrasi mencakup desentralisasi dan debrokratisasi, reorganisasi
struktur dan fungsi, revitalisasi manajemen publik, privatisasi perusahaan publik,
dan serangkaian reformasi struktural dan kebijakan menuju pemerintahan yang
baik. Ada banyak perspektif teoritis dengan model dan pendekatan dalam studi
administrasi publik yang telah 'dipengaruhi oleh pemikiran baru dan didekati dari
sudut pandang ekonomi dan politik.Secara umum terdapat fakta bahwa reformasi
administrasi telah membawa hasil yang buruk dengan tingkat keberhasilan yang
terbatas di beberapa negara terutama di negara berkembang dan telah membuat
reformasi tersebut sia-sia. Hal ini menimbulkan tantangan teoritis serta empiris
terhadap masalah ini. Administrasi publik bertanggung jawab untuk
melaksanakan kebijakan yang diadopsi oleh pemerintah menjadi tindakan yang
berupa reformasi administrasi.

Reformasi administrasi adalah masalah yang kompleks dan beragam.


Terlepas dari kepentingan dan kebutuhannya, hal itu terbukti sulit dilaksanakan
karena memang tahapannya yang sulit. Perubahan struktur dan peningkatan
perhatian pada konteks kinerja merupakan inti dari reformasi yang dapat
mempercepat pemerintahan menajadi lebih baik dan pembangunan nasional
secara keseluruhan. Desentralisasi, restrukturisasi layanan publik, pemotongan
birokrasi dll adalah strategi yang telah diadopsi secara luas dalam hal ini.Hal
tersebut memberi administrasi publik dan sistem manajemen lebih banyak
dimensi daripada cara-cara lama dan pendekatan berbasis aturan. Namun,
administrasi publik, melalui sebagian besar sejarahnya, merupakan seni praktis
daripada disiplin berbasis teori. Hal ini dipahami bahwa pengertian administrasi
publik adalah bidang seni praktis dan penelitian akademis yang terintegrasi.
Lokus masalah - pemerintah, administrasi publik, dan sektor publik -
menunjukkan kecenderungan yang melekat untuk mengganti nama dirinya
sendiri.

Reformasi administrasi dapat dilihat sebagai cara untuk menjawab


pertanyaan-pertanyaan ini dan upaya untuk menemukan model atau pengaturan
baru yang dapat digunakan untuk meningkatkan operasi pemerintah.Reformasi
juga digambarkan sebagai perubahan yang disengaja pada struktur dan proses
organisasi sektor publik dengan tujuan agar mereka mampu berjalan lebih baik.
Reformasi administrasi adalah nama lain untuk perubahan dan desain organisasi.
Karenanya, organisasi publik selalu membuka pintu menarik dari praktik-praktik
yang terjadi di sektor swasta.

Berdasarkan penjelasan dan isu-isu dsebutkan diatas, maka selanjutnya


penulis akan merangkum beberapa penelitian terdahulu mengenai reformasi
administrasi di Indonesia hingga internasional menggunakan metode systematic
literature review

Literature Review

Literature penelitian yang pertama berujudul Post-Communist


Development of Administrative Structure in Estonia: From Fragmentation to
Segmentation(Sarapuu, 2011).Literatur ini menggambarkan kondisi Estonia yang
menjalankan sistem administrasi terdesentralisasi. Ciri utamanya adalah
ketergantungannya pada tanggung jawab kementerian. Pengaturan yang
terdesentralisasi seperti ini telah menunjukkan kekuatan dan kelemahan yang
cukup besar. Di satu sisi, ada akuntabilitas yang jelas pada bidang kebijakan
tertentu, dan lebih sedikit menghabiskan sumber daya untuk koordinasi. Di sisi
lain, masalah yang terkait dengan sistem administrasi yang tersegmentasi menjadi
semakin nyata, yang mana terdapat kesulitan terkait dengan penyelesaian masalah
yang melibatkan beberapa bidang pemerintahan, kebijakan yang tidak koheren,
dan solusi untuk masalah birokrasi yang seringkali ditunda.

Penelitian kedua dari (Dan & Pollitt, 2013) yang berjudul NPM CAN
WORK AN OPTIMISTIC REVIEW OF THE IMPACT OF NEW PUBLIC
MANAGEMENT REFORMS IN CENTRAL AND EASTERN EUROPE
menjelaskan ketika negara-negara demokrasi baru di Eropa Tengah dan Timur
memulai jalan mereka menuju modernisasi politik dan administrasi, instrumen
reformasi NPM sering dilihat sebagai solusi untuk proses yang buruk, inefisiensi
dan pelayanan publik yang tidak efektif. Bertahun-tahun kemudian, baru
paradigma NPM menarik banyak minat dari akademisi dan praktisi.

Literatur yang ketiga berjudul Social Housing in Europe (Scanlon et al.,


2014) menggambarkan pola social housing di negara-negara eropa selama tiga
dekade terakhir. Pertumbuhan besar dalam pola perumahan sosial yang disponsori
pemerintah di UE merupakan salah satu fenomena politik pasca perang, yang
berakar pada krisis keuangan yang massal terjadi selama konflik. Bagaimana
setiap negara mengorganisir dan mendanainya bergantung pada pendekatan lokal
untuk alokasi sumber daya dan pengembangan kesejahteraan negara. Di sini
perpecahan antara pendekatan universalis, korporatis, dan dualis menjadi jelas,
meskipun dalam banyak hal, terutama di tahun-tahun awal, apa yang terjadi di
lapangan tidak terlalu berbeda daripada retorikanya.

Jurnal yang berjudul Politics of fiscal consolidation in Europe: A


comparative analysis(Kickert et al., 2015) lewat analisis komparatifnya
menunjukkan bahwa pemotongan biaya operasional, yaitu pemotongan
administrasi itu sendiri (perekrutan dan pembekuan gaji, pengurangan upah,
pengurangan staf, pemotongan efisiensi), mengikuti pola yang sama di seluruh
Eropa. Hampir tidak ada negara yang bisa lolos dari langkah-langkah untuk
membekukan perekrutan dan pembayaran. Di sebagian besar negara, hanya pada
tahap-tahap lanjut pada sistem administrasi yang memperkenalkan langkah-
langkah sensitif secara politik untuk benar-benar mengurangi upah dan lapangan
kerja. Namun, negara-negara Eropa yang menerima bail-out dengan syarat jumlah
gaji ASN dikurangi, memang menerapkan pemotongan langsung dalam gaji dan
pekerjaan pada sektor publik. Estonia dan Lithuania juga memilih untuk
menerapkan pemotongan gaji dan perekrutan segera setelah krisis dimulai.
Selanjutnya, jurnal yang berjudul Kingdon’s Multiple Streams Approach:
What Is the Empirical Impact of this Universal Theory?(Cairney & Jones, 2016)
menjelaskan dampak empirik metode Multiple Streams Approach nya lembaga
Kingdon.Dalam periode waktu yang singkat, tampaknya masalah terbesar MSA
adalah bahwa cukup dikenal tetapi sedikit diterapkan. Namun, jumlah aplikasi
menunjukkan bahwa MSA adalah bidang studi yang berkembang pesat. Tingkat
keberhasilan ini menghadirkan masalah baru dalam kaitannya dengan
pengembangan konseptual, karena MSA diterapkan pada masalah, area, dan
periode waktu yang tidak diantisipasi oleh Kingdon dalam studi awalnya.
Meskipun ada banyak elemen “universal” dari MSA, jelas ada cabang baru studi
subnasional dan supranasional yang memberikan tantangan konseptual baru.

Lanjut ke Determinants of Successful Administrative Reform (Kamaruddin


et al., 2017). Studi ini menegaskan bahwa beberapa determinan keberhasilan yang
dibahas dalam literatur tetap valid meskipun beberapa di antaranya masih dalam
tahap pengembangan dan revisi. Keberhasilan pelaksanaan reformasi di Lembaga
Administrasi Negara Nasional (NIPA) dalam hal ini ditentukan oleh perlunya
perubahan dan amanat Pemerintah melalui beberapa kebijakan, yaitu dengan
memberikan perencanaan, memanfaatkan jalur komunikasi nonformal,
mendapatkan dukungan yang kuat. dari aktor eksternal terkait, memperlakukan
perubahan sebagai proses yang dinamis dan terbuka, membangun koalisi lintas
fungsi, memanfaatkan momentum, dan memulai perubahan pada sub sistem yang
lebih luas. Penentu ini harus menjadi kompas bagi pemimpin organisasi publik
yang berusaha menemukan jalan mereka di tengah perlawanan dan tekanan untuk
berhasil melaksanakan reformasi administrasi.

Lalu ada penelitian di Lithuania yang berjudul The Agendas of Public


Administration Reforms in Lithuania: Windows of Opportunity in the Period 2004
- 2017(Nakrošis, 2018), yang memungkinkan kita untuk memberikan beberapa
saran bagi pembuat keputusan dan praktisi CEE yang terlibat dalam
pengembangan inisiatif reformasi. Pertama, top manager ditempatkan dengan baik
untuk bertindak sebagai penggerak kebijakan selama proses reformasi
administrasi.Yaitu dengan berkolaborasi dengan pengambil keputusan langsung
dan pemangku kepentingan lainnya, mereka dapat menciptakan peluang melalui
keterkaitan masalah, solusi kebijakan, dan politik yang efektif sesuai dengan jenis
logika kerja sama yang berbeda.Dengan adanya diposisi di berbagai tingkatan,
para manajer ini dapat bertindak sebagai jembatan antara para pemimpin politik
(yang sering mempromosikan ide-ide bermotivasi politik) dan pegawai negeri
(yang sering mengadvokasi solusi kebijakan yang dapat memecahkan masalah
kebijakan tertentu).

Lalu penelitian Indonesia Public Administration Reform in Supporting


Good Governance(Uhaib & Djani, 2018) menemukan bahwa dalam budaya
administrasi, sikap dan perilaku pejabat publik terhadap reformasi seringkali
menjadi penghalang disini. Penyelenggaraan administrasi publik di Indonesia
yang dilihat dari perubahan sistem ketatanegaraan, pemerintahan, ekonomi, dan
politik serta paradigma yang mendasarinya berdampak pada sistem dan proses
penyelenggaraan negara, terutama dalam hubungan antara pemerintahan dan
masyarakat.Sebenarnya, reformasi manajerial dan pemerintahan berpotensi
mengubah peran administrasi publik, begitu pula hakikat hubungan antara negara
dan masyarakat. Namun, pelaksanaan reformasi administrasi yang efektif
merupakan tugas yang krusial dan penting untuk menghasilkan kebijakan sebagai
dasar pelaksanaan.

Selanjutnya, Explaining reforms: post-New Public Management myths or


political realities? Social housing delivery in England and France (Laffin, 2019)
menyimpulkan pada akhirnya, terdapat implikasi penting untuk penelitian
manajemen publik di masa depan. Agenda penelitian harus lebih fokus pada isu-
isu di mana kepentingan yang lebih signifikan dipertaruhkan daripada penekanan
pada reformasi yang kurang konsekuensial seperti agensifikasi.Lalu penelitian
manajemen dan penelitian tentang perubahan di bidang kebijakan substantif,
seperti penyediaan perumahan sosial, dan memberikan penjelasan yang lebih kaya
tentang perubahan manajemen publik di luar penekanan pada perubahan mode
manajemen. Studi manajemen publik perlu mengeksplorasi bagaimana reformasi
manajemen publik merupakan bagian intrinsik dari interaksi kepentingan politik
partai, kepentingan politik lainnya, kendala ekonomi, gerakan sosial dan protes
sipil.

Terakhir penelitian literature review Understanding complexity of


administrative reform (Hwang, 2019) menyebutkan pada Intinya masalah dan
kebaruan reformasi secara sosial dibangun melalui berbagai faktor seperti norma
profesional, tekanan kelembagaan, atribut sistem pengendalian manajemen, dan
rutinitas organisasi. Namun, karena proses konstruksi sosial berlangsung dalam
konteks yang unik, sebagian otonom dan konteks yang bervariasi ini tidak
dikendalikan dan diatur secara terpusat kecuali dalam kasus yang jarang terjadi,
rasa kebaruan tersebut mungkin juga sangat khusus dan relatif.

Conclusion

Dari sepuluh literatur diatas mengenai administrasi,reformasi, hingga


dinamika politik yang terjadi akibat krisis ekonomi maupun pasca perang dapat
disimpulkan bahwa reformasi khususnya di lingkup administrasi merupakan
pilihan yang wajib diambil suatu negara untuk keluar dari lingkaran
kesengsaraan.Banyak pelajaran yang bisa diambil dari masalah politik dan
birokrasi dari beberapa negara diatas, seperti adanya krisis luar negeri yang
ternyata mampu memberikan implikasi yang signifikan sehingga memaksa
pemerintahan pusat untuk melakukan reformasi.Lalu politik luar negeri yang
ternyata mampu membantu proses tersebut agar dapat berjalan lebih cepat seperti
beberapa negara eropa yang dibantu oleh Uni Eropa dalam membangun pola
perumahan pendudukanya kembali akibat perang.Tak cuma itu, adanya reformasi
juga bisa secara tak sengaja bisa terjadi seperti yang terjadi di Estonia dan
Lithuania yang memaksa pemerintah untuk memangkas gaji dan tunjangan serta
jumlah pegawai sipil mereka untuk bertahan dalam masa krisis finansial.

Walaupun banyak mendatangkan kebaruan adan implikasi yang positif,


seringkali reformasi manajemen publik dianggap sebelah mata, seperti yang
terjadi di beberapa negara eropa yang menganggap bahwa paradigma baru tentang
birokrasi hanyalah retorika yang cuma didukung oleh para sarjana dan praktisi
saja.Sehingga proses reformasi pun terhambat akibat adanya penerimaan yang
berjalan lambat.Di Indonesia sendiri pemerintahan yang berjalan sebenarnya
sudah cukup peduli akan hadirnya reformasi administrasi untuk menciptakan
birokrasi yang lebih efektif dan efisien.Namun yang menjadi penghambat utama
adalah sikap dan budaya negatif yang berkembang pada pejabat publiknya sendiri.

Referensi

Cairney, P., & Jones, M. D. (2016). Kingdon’s Multiple Streams Approach: What
Is the Empirical Impact of this Universal Theory? Policy Studies Journal,
44(1), 37–58. https://doi.org/10.1111/psj.12111

Dan, S., & Pollitt, C. (2013). NPM Can Work: An optimistic review of the impact
of New Public Management reforms in central and eastern Europe. Public
Management Review, 17(9), 1305–1332.
https://doi.org/10.1080/14719037.2014.908662

Hwang, K. (2019). Understanding complexity of administrative reform.


International Journal of Organizational Analysis, 27(3), 630–643.
https://doi.org/10.1108/IJOA-02-2018-1356

Kamaruddin, K., Prasojo, E., Rahayu, A. Y. S., & Jannah, L. M. (2017).


Determinants of Successful Administrative Reform A Case in Indonesian
National Institute of Public Administration. 167, 26–29.
https://doi.org/10.2991/icaspgs-icbap-17.2017.9

Kickert, W. J. M., Randma-Liiv, T., & Savi, R. (2015). Politics of fiscal


consolidation in Europe: A comparative analysis. International Review of
Administrative Sciences, 81(3), 562–584.
https://doi.org/10.1177/0020852314564312

Laffin, M. (2019). Explaining reforms: post-New Public Management myths or


political realities? Social housing delivery in England and France 1.
International Review of Administrative Sciences, 85(1), 45–61.
https://doi.org/10.1177/0020852317746223

Nakrošis, V. (2018). The Agendas of Public Administration Reforms in Lithuania:


Windows of Opportunity in the Period 2004 - 2017. NISPAcee Journal of
Public Administration and Policy, 11(1), 91–114.
https://doi.org/10.2478/nispa-2018-0004

Sarapuu, K. (2011). Post-Communist Development of Administrative Structure in


Estonia: From Fragmentation to Segmentation. Transylvanian Review of
Administrative Sciences, 35(4), 54–73.

Scanlon, K., Whitehead, C., & Arrigoitia, M. F. (2014). Social Housing in


Europe. Social Housing in Europe, 1–465.
https://doi.org/10.1002/9781118412367

Uhaib, M., & Djani, W. (2018). Indonesia Public Administration Reform in


Supporting Good Governance. Review of Public Administration and
Management, 06(03). https://doi.org/10.4172/2315-7844.1000256

Anda mungkin juga menyukai