Anda di halaman 1dari 35

POLSTRANAS

POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum

Politik dan stragei nasional disingkat Polstranas atau sering


diterjemahkan dengan kebijakan dan strategi nasional disingkat Jaktranas,
selama ini di Indonesia digunakan istilah Garis-Garis Besar Haluan Negara
disingkat GBHN. Dalam mengelola bangsa dan negara, setiap Pemimpin
Nasional memerlukan atau harus memiliki rumusan yang mengandung butir-
butir pokok yang bersifat strategik nasional yang akan digunakan sebagai
dasar pemikiran dalam mengelola bangsa dan negara dalam upaya menuju
cita-cita dan tujuan nasionalnya.

Di dunia ini ada beberapa masyarakat bangsa yang tidak mampu


menegara, tidak mampu mewujudkan tatanan masyarakatnya dalam bentuk
yang disebut negara. Ada pula bangsa yang mengalami kemunduran
(declaining) dalam menegara. Salah satu sebabnya, karena bangsa tersebut
tidak mampu mencapai komitmen politik dalam mengatur tatanan masyarakat
dan mengatur tatanan Negara, serta pengaturan antar keduanya.

1
Pemikiran tentang politik dan strategi telah berkembang sedemikian
maju, sejalan dengan pemikiran dan keinginan manusia yang tidak pernah
habis. Dengan karunia naluri, nalar dan nurani, manusia mengembangkan
pemikiran geopolitik dan geostrategi, sejalan dengan penemuan lahan benua
baru yang sangat menjanjikan bagi kehidupan yang lebih baik.

Menurut Plato filsuf besar murid Socrates, negara itu kodrat. Manusia
secara individual tidak mungkin mempertahankan eksistensinya, ia
memerlukan keluarga yang terdiri laki-laki dan perempuan sebagai suami isteri
serta sebagai bapak ibu bagi anak-anak. Keluarga merupakan unit terkecil
bagi eksistensi manusia. Keluarga-keluarga kemudian membentuk Desa, dan
desa-desa membentuk Negara yang memiliki otoritas tertinggi.

Dari aliran realisme, Thomas Hobbes berpendapat bahwa kondisi


manusia adalah perjuangan yang tidak henti-hentinya untuk mencapai
kekuatan, yang hanya berhenti jikalau ia mati. Pada era modern, Andre
Beaufre mengatakan bahwa adalah suatu kebutuhan untuk melengkapi diri
dengan suatu strategi yang menyeluruh, yang mengkaitkan dan
mengkoordinasikan instrumen-instruman politik, militer dan ekonomi.

Seusai Perang Dunia II, ketika dunia memasuki era Perang Dingin,
damai dengan perang semakin sukar dipisahkan. Dan rumusan politik dan
strategi menjadi terpadu, dan untuk itu diperlukan suatu tatanan bagi
hubungan sipil – militer dalam merumuskan politik dan strategi nasional.

Apa Polstranas itu, dimana posisi Polstranas dalam paradigma


nasional, dan kapan rumusan Polstranas disusun. Kemudian siapa yang
merumuskan Polstranas, dan bagaimana merumuskannya, serta mengapa
Polstranas disusun dan apa pula peran Polstranas dalam kehidupan bangsa
dan Negara. Dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan itulah naskah
ceramah ini disusun.

2
2. Maksud fan Tujan

Naskah ceramah ini disusun dengan maksud untuk menyampaikan


pemikiran tentang teori perumusan Polstranas. Dan dengan tujuan agar para
peserta kursus dapat memahami teori tentang Polstranas, dan dengan
pengalaman empirik yang dimiliki diharapkan nantinya dapat menyusun
rumusan Polstranas yang diabdikan bagi kepentingan nasional, dan memiliki
komitmen untuk penerapannya.

3. Ruang Lingkup

Pembahasan pada naskah ini pada lingkup tataran strata strategik


nasional. Dengan pembahasan secara komprehensif yang mencakup
keterpaduan aspek-aspek politik, militer, ekonomi dan budaya. Disampaikan
pula beberapa asumsi agar didapat kesesuaian persepsi serta agar dapat
berangkat dengan pemikiran yang sejalan. Sebagai kelengkapan
disampaikan pula sekilas gambaran penerapan empiric sebagai tatalaku yang
selama ini dianut di Indonesia, serta digambarkan ke depan.

4. Tata Urut

Naskah Ceramah tentang Politik dan Strategi Nasional ini disusun


dengan tata urut sebagai berikut :

1. Pendahuluan
2. Beberapa Asumsi
3. Konsepsi
4. Penerapan
5. Penutup



3
BAB II
BEBERAPA ASUMSI

1. Nasional - Nasionalisme

Hakikat Nasionalisme adalah paham kebangsaan dari suatu


masyarakat bangsa yang hidup bersama sebagai bangsa merdeka, saling
tolong menolong (Sharing) bergotong royong dan tumbuh berkembang rasa
saling memiliki (sense of belonging), dan memiliki falsafah, bahasa dan
aspirasi yang sama untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan serta kepentingan
nasional.

Mengapa ada bangsa yang tidak mampu menegara? Karena bangsa


tersebut tidak memiliki nasionalisme dan bela Negara. Mengapa ada bangsa
mengalami kemunduran dalam berbangsa dan bernegara. Karena
nasionalismenya dan jiwa semangat bela negaranya mengalami kemunduran.
Bangsa yang memiliki nasionalisme yang mampu menegara, dalam
pengertian memiliki pandangan dan pemikiran tentang politik, militer dan
ekonomi. Dengan pemikiran tersebut bangsa itu mampu merumuskan cita-
cita, kemudian memerlukan rumusan Polstranas untuk mewujudkan cita-
citanya.

Namun tidak berarti bahwa dengan memahami nasionalisme,


memahami politik, militer dan ekonomi secara klasikal, kemudian dengan
sertamerta akan tumbuh semangat bela negara. Tidak demikian, karena jiwa
dan semangat bela negara disamping dipahami secara teori klasikal, juga
harus berangkat dari pengalaman lapangan, pengalaman empirik.

4
Nasionalisme merupakan dunina kontemporer, hasil tahapan
perkembangan dari bangsa dalam menegara, yang sadar akan
kebangsaannya serta bumi tempat tanah air-nya (pro-patria). Ada
nasionalisme lama (primordial), ada nasionalisme baru (modern), dibedakan
dari dedikasi kesetiaan dan loyalitas kepada Raja, Dinasti, Golongan, dan
Etnis. Mengapa rakyat loyal dan setia kepada Raja? Karena Raja memiliki
pandangan politik, militer dan ekonomi, memiliki cita-cita, tujuan dan
kepentingan, sehingga mampu memberi jaminan keamanan dan
kesejahteraan kepada rakyatnya.

Nasionalisme modern apabila kesetiaan dan loyalitas diabdikan kepada


cita-cita, tujuan dan kepentingan nasional. Nasionalisme modern, dimiliki oleh
bangsa dalam pengertian baru, yang lepas dari ikatan primordial, yaitu ikatan:
genetic, geografi dan tatanan sosial. Bangsa dalam pengertian baru tersebut,
menegara sebagai negara bangsa (nation state) atau juga disebut sebagai
negara nasional.

Nasionalisme merupakan resultante dari benturan global, benturan


budaya-budaya besar di dunia, yaitu spiritualisme, feodalisme, liberalisme dan
sosialisme. Pada era nasionalisme lama, perkembangan nasionalisme telah
pula memasuki dunia global. Dan juga memasuki lingkup regionalisme dan
inter-regionalisme. Bedanya, ketika nasionalisme modern memasuki dunia
global, bersamaan dengan era keterbukaan sehingga terjadi transparansi dan
fragmentasi, suatu paradoks pada era pasca Perang Dingin.

SPIRITUALISME
LIBERALISME

NASIONALISME GLOBALISME

SOSIALISME
FEODALISME

5
Tahapan Nasionalisme Modern

Nasionalisme modern berawal dari revolusi Perancis, kemudian


menyebrang ke Jerman dan Italia namun berubah dalam bentuk nasionalisme
sempit atau chauvinistik. Nasionalisme modern kemudian justru tumbuh
berkembang setelah menyebrang ke Amerika Utara.
Nasionalisme modern memeiliki 3 tahapan, yaitu :

a. Early, Mencakup nasionalisme kebangsaan dan nasionalisme


cinta tanah air atau patriotisme ; lahirnya paham kebangsaan dan
kemudian mewujudkan Negara;

b. Recently, mencakup nasionalisme kebanggan (nation pride);


bangga dengan harkat dan martabat serta budaya hidupnya;

c. Ultra Modern, mencakup nasionalisme kemanusiaan, yang


mengedepankan demokratisasi dan menghormati hak asasi manusia,
serta memiliki rambu-rambu dalam pemanfaatan sumber daya alam.

Sebagian besar negara di dunia masih dalam proses dekolonisasi, masih


dalam proses mewujudkan tahapan nasionalismenya. Ada yang masih pada
tahap awal (early), ada yang pada tahap tengah (recently), namun belum ada
yang sampai pada tahap akhir (ultra) dalam arti sebenarnya. Bahkan Amerika
Serikat yang merupakan negara bangsa (nation state) pertama di dunia,
dengan mengembangkan nasionalisme modern, juga masih ada sisa-sisa
primordial. Warisan kesetiaan kepada dinasti b elum hilang seluruhnya.
Dinasti ekonomi dan politik, seperti Rockefeler, Ford dan Kennedy masih tetap
hidup. Dari pandangan damai dan perang, nasionalisme tidak selalu
berdampak positif. Pada tahap early, tahap nasionalisme kebangsaan dan
cinta tanah air, dapat berkembang menjadi sempit, manjadi chauvinistik.
Seperti nasionalisme di Jerman dan di Jepang, yang berkembang menjadi
tirani Nazi dan Fascis, yang kemudian menimbulkan Perang Dunia.

6
Di sisi lain, nasionalisme dapat berdampak pada konflik internal.
Suatu golongan, etnis, daerah, agama, yang merasa mampu dan menjadikan
dirinya dalam ikatan sebagai suatu bangsa, dan memiliki wilayah yang dicintai,
maka ingin lepas dari ikatan bangsa induknya. Contoh dampak internal ini
terjadi di Eropa yang berawal dari pemikiran tentang reformasi. Di daratan
Eropa, selama hamper dua abad telah terjadi berbagai konflik yang kemudian
membagi Eropa Barat menjadi negara-negara kecil.

2. Paradigma Nasional

Berbagai negara bangsa di dunia yang berbeda tahap nasionalismenya,


berbeda tingkat merdeka dan berdaulatnya, karena itu juga memiliki cara
masing-masing dalam mempertahankan eksistensinya. Dalam naskah ini
disampaikan suatu paradigma yang mangalir dari nalar filsafati Socrates yang
ingin mewujudkan dunia di dalam satu paradigma (pemikiran Socrates tentang
paradigma). Suatu paradigma yang terasa lebih demokratis ketimbang
paradigma yang terstruktur hierarki piramidal.

Setelah mampu meletakkan landasan cita-cita dan tujuan nasional,


disertai landasan nilai-nilai filsafati yang menunjukkan jatidirinya (nasionalisme
kebangsaan), maka tatanan politik dalam penyelenggaraan kenegaraan akan
menjabarkan cita-cita dan tujuan tersebut ke dalam tiga jalur moralitas atau
juga disebut sebagai norma kehidupan.

Jalur Pertama, adalah moralitas aspirasi atau norma doktrin.


Didalamnya terkandung berbagai rumusan yang yang bermuatan
aspirasi bangsa secara nasional. Kemudian dijabarkan lagi ke dalam
rumusan aspirasi sektor-sektor kegiatan. Rumusan moralitas aspirasi
disebut juga sebagai Doktrin atau Kode Etik, merupakan landasan
komitmen, jiwa korsa, moral dan etika.

7
Jalur Kedua, adalah moralitas kewajiban atau norma hukum.
Berawal dari konstitusi atau Undang-Undang Dasar yang mengatur
tatanan hukum secara nasional, kemudian mengalir sebagai Undang-
Undang yang mengatur tatanan hukum bagi aspek-aspek kehidupan,
dan mengalir lebih lanjut dalam bentuk peraturan-peraturan yang
merupakan tatanan hukum bagi sektor-sektor kegiatan.

NILAI-NILAI LUHUR
MORALITAS

ASPIRASI TATALAKU KEWAJIBAN


(1) (3) (2)

NORMA NORMA
DOKTRIN HUKUM

POLSTRANAS

Jalur Ketiga, adalah moralitas tatalaku. Sesuai namanya, moralitas


tatalaku, dimana Polstranas berada, yang merupakan rumusan upaya
bangsa dalam mewujudkan cita-cita dan mencapai tujuan nasionalnya.
Rumusan moralitas tatalaku didasari oleh : (1) nilai-nilai luhur bangsa;
(2) rambu-rambu moralitas aspirasi di satu sisi dan moralitas kewajiban
disisi lain. Konsepsi tatalaku bersifat operasional mulai dari strata
strategic nasional sampai dengan strata teknis. Rumusan konsepsi
tatalaku haruslah tetap pada rambu-rambu di satu sisi moralitas aspirasi
dan di sisi lain moralitas kewajiban.

8
3. Kepantingan Nasional.

Hakikat

Hakikat Kepentingan Nasional (National Interests) adalah kepentingan


keamanan (Security) dan Kepentingan Kesejahteraan (Prosperity atau
Welfare). Disini yang dimaksud dengan keamanan (security) adalah
keamanan dalam arti luas. Hal ini perlu dipahami karena di Indonesia
berkembang pengertian yang menyamakan pengertian keamanan dalam arti
luas dengan keamanan dalam arti sempit. Misalnya istilah Siskamling dan
Kamtibmas, dimana keamanan dalam arti sempit.

Andre Beaufre, General d’ Armee


Keamanan dalam
arti luas
KOMITMEN
KAM JAH
P
M E B
O
I K U ASPEK
L
L O D

JABARAN SEKTOR

Makna

Sedangkan makna kepentingan nasional adalah terwujudnya cita-cita


nasional dan tercapainya Tujuan Nasional. Sesuai dengan yang tertuang di
dalam Pembukaan UUD 1945, Cita-cita bangsa Indonesia adalah : merdeka,
bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

Didunia ini pada dasarnya setiap bangsa (dan negara) ingin


mewujudkan tingkat merdeka (dan tingkat bersatu dan berdaulat) secara
penuh. Namun kenyataan menunjukkan bahwa tidak ada satu bangsapun
(negara) yang dapat merdeka secara penuh. Hidup di dunia ini, besar atau

9
kecil, sedikit atau banyak, terjadi saling ketergantungan satu sama lain. Setiap
asa suatu kerjasama, apakah di bidang politik, militer atau ekonomi, pada
dasarnya akan mengurangi tingkat merdeka (bersatu dan berdaulat). Bahkan
di dunia ini ada bangsa yang menyatakan diri merdeka dan menegara, tetapi
urusan luar negeri, militer dan moneter diserahkan kepada bangsa (negara)
lain.

Demikian juga dengan adil (dan makmur), pada dasarnya setiap


bangsa (dan negara) ingin mewujudkan tingkat adil (dan makmur) yang sama
dan merata. Namun kenyataan menunjukkan bahwa tidak ada satupun
bangsa (dan negara) di dunia ini yang dapat mewujudkan tingkat adil (dan
makmur) yang sama dan merata. Dalam kehidupan di dunia ini akan terjadi
suatu tingkat kesenjangan, apakah itu di bidang politik, militer atau ekonomi.
Bahkan di dalam suatu bangsa juga terjadi suatu tingkat kesenjangan, rasanya
tidak mungkin mewujudkan suatu masyarakat dalam satu kelas.

Substansi

Kepentingan nasional mengandung muatan tiga substansi yang secara


hierarki terdiri dari :

Kepentingan Vital. Mengandung kepentingan survival atau


kelangsungan hidup, dan selanjutnya kepentingan eksistensi atau
perkembangan kehidupan. Keamanan nasional adalah kepentingan
vital. Jika dipetik dari Pembukaan UUD 1945 ialah melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.

Kepentingan Major. Mengandung muatan promotion of values.


Kesejahteraan nasional merupakan kepentingan major. Jika dipetik
dari Pembukaan UUD 1945 ialah memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan manusia.

10
Kepentingan Periphere. Mengandung muatan suatu status
atau peranan dalam hubungan antar bangsa di dunia ini. Dipetik dari
Pembukaan UUD 1945 ialah ikut serta melaksanakan ketertiban
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.



11
BAB III
KONSEPSI

1. Apa Polstranas itu

Politik dan Strategi Nasional disingkat Polstranas merupakan rumusan


strategik nasional untuk menjamin kepentingan nasional yang diabdikan bagi
terwujudnya cita-cita nasional dan tercapainya tujuan nasional. Suatu
rumusan Polstranas merupakan komitmen untuk mewujudkan satu tahap dari
cita-cita dan tujuan nasional.

Apa tolok ukur suatu tahap dari cita-cita nasional yang mengandung muatan :
merdeka , bersatu, berdaulat, adil dan makmur?

Bangsa yang menyatakan merdeka kemudian menegara, tidaklah serta merta


dapat berdiri sejajar dengan negara-negara lain yang telah lama dalam
proses menegara. Di dunia ini sebagian besar negara masih dalam proses
dekolonisasi. Ada berbagai ikatan dengan negara bekas penjajah yang belum
sepenuhnya lepas.

Suatu tingkat merdeka mengandung 4 muatan :

 Kedaulatan negara. Diperlukan pengakuan baik dari luar


maupun dari dalam negeri. Apakah semua daerah dan semua
penduduk mengakui pemerintah yang sah.

 Integritas wilayah. Seberapa besar pemerintah pusat diakui


sebagai otoritas tertinggi. Apakah ada wilayah yang ingin memisahkan
diri.

12
 Kelembagaan Negara. Apakah institusi dan lembaga negara
telah dapat berfungsi dengan baik. Apakah lembaga eksekutif,
lembaga legislative, dan lembaga yudikatif telah dapat berjalan sesuai
dengan fungsi masing-masing.

 Harkat martabat dan cara hudup bangsa. Pemerintah yang


mengelola negara dengan banyak hutang tentulah kurang bebas dalam
mengatur pemerintahannya. Cara hidup dengan menjadi pembantu
rumah tangga di negeri orang merupakan cara hidup yang kurang
bermartabat.

Apa satu tahap dari pencapaian Tujuan Nasional :

 Kepentingan vital yaitu keamanan nasional. Dapat diukur dari


seberapa mampu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah. Apakah masih ada kelompok bersenjata yang tidak sah dan
mengganggu keamanan nasional.

 Kepentingan Major yaitu kesejahteraan nasional. Dapat diukur


dari seberapa mampu pemerintah menyediakan pangan, sandang dan
papan bagi rakyatnya. Seberapa mampu menyediakan pendidikan bagi
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.

 Kepentingan Periphere yaitu peranan dalam hubungan antar


bangsa dan negara. Seberapa besar peranannya dalam ikut
melaksanakan ketertiban dunia. Apakah pendapatnya didengar oleh
negara lain dalam percaturan antar bangsa di dunia ini.

13
Penyelenggaraan fungsi-fungsi keamanan nasional juga dapat digunakan
sebagai tolok ukur. Ada empat fungsi keamanan nasional :

Keselamatan Bangsa
(dan Negara)
Pertahanan Negara
Piranti dan Sarana
Penegakan Hukum &
Ketertiban Umum
Perlindungan
Masyarakat

 Fungsi perlindungan masyarakat. Dengan piranti kesadaran dan


kepedulian sosial dan peraturan perundangan tertulis dan tidak tertulis.
Dengan sarana Badan SAR, Pemadam kebakaran, PMI, Rumah Sakit,
Panti Sosial. Ancamannya adalah akibat perang, bencana alam dan
buatan, wabah dan malapetaka.

 Fungsi penegakan hukum dan ketertiban umum. Dengan piranti


segenap peraturan perundangan dan peraturan tata tertib. Dengan
sarana segenap aparat penegak hukum : hakim, jaksa dan polisi.
Ancamannya adalah pelanggaran tatatertib, kriminalitas dan huru hara.

 Fungsi Pertahanan Negara. Dengan piranti berupa doktrin dan


UU pertahanan negara. Dengan sarana segenap komponen
pertahanan negara. Ancamannya adalah segenap ancaman militer
yaitu invasi, infiltrasi dan subversi serta pemberontakan bersenjata.

 Fungsi Keselamatan Bangsa (dan negara). Dengan piranti


berupa kesadaran bela negara serta konstitusi atau UUD dan UU pokok
Negara. Dengan sarana segenap lembaga dan institusi pemerintah
negara.

14
2. Dimana Posisi Polstranas

Politik dan Strategi Nasional atau Kebijakan dan Strategi Nasional


merupakan jabaran rumusan pada jalur moralitas tatalaku untuk perencanaan
jangka sedang. Meskipun masih pada strata strategik nasional namun
rumusan bersifat operasional.

Landasan utama adalah kaidah nilai-nilai luhur bangsa. Kemudian


mengalir dari moralitas aspirasi berupa Pembukaan UUD 1945 yang memuat
pernyataan kemerdekaan, dasar negara, serta cita-cita dan tujuan nasional.
Dari moralitas aspirasi juga ada rambu-rambu doktrin nasional. Mengalir dari
jalur kewajiban adalah Batang Tubuh UUD 1945, serta segenap UU Pokok
Nasional.

Rumusan Polstranas juga mendapat masukan dari Telstranas yang


merupakan hasil penilaian terhadap kecenderungan perkembangan
lingkungan strategik. Sedangkan posisi Polstranas dalam Sistem
Perencanaan Strategik Nasional (Sisrenstranas) merupakan rumusan awal
yang akan menjadi acuan bagi perumusan rencana strategik yang lain.
Sisrenstranas yang akan mengatur kesinambungan perencanaan jangka
panjang, jangka sedang, dan jangka panjang.

PANCASILA

Pembukaan UUD 1945 Batang Tubuh UUD 1945

Doktrin Nasional TAP-TAP MPR RI

Telstranas Sisrenstranas

POLSTRANAS

15
3. Kapan Polstranas Disusun

Seperti telah disampaikan bahwa Polstranas merupakan rumusan pada


jalur tatalaku yang bersifat operasional untuk perencanaan jangka sedang,
yaitu perencanaan 5 (lima) tahun.

Pada jalur aspirasi tertuang rumusan yang memuat cita-cita dan tujuan
nasional yang merupakan suatu idaman bangsa ketika merdeka (never ending
goal), suatu rumusan yang masih sangat abstrak. Untuk perwujudan dan
pencapaiannya diperlukan perencanaan bertahap. Pada setiap tahap
dirumuskan sasaran strategik yang sudah bersifat konkrit.

Bagi rumusan Polstranas, tahapan tersebut adalah 5 (lima) tahunan.


Karena itu rumusan Polstranas disusun 5 (lima) tahun sekali, pada awal
perencanaan jangka sedang.

4. Siapa Yang Merumuskan Polstranas

Setiap pemimpin nasional memerlukan dan harus memiliki rumusan


Polstranas yang berisi muatan butir-butir pokok yang menjadi acuan dalam
mengelola bangsa dan negara, menjadi pegangan dalam membawa bangsa
dan negara, sebagai arah dalam mengendalikan pemerintahan negara.

Pemimpin nasional dapat menyusun sendiri rumusan Polstranas, tetapi


dapat pula disusun oleh kelompok pakar sebagai pembantu pimpinan
nasional. Dapat pula rumusan Polstranas disusun oleh Lembaga negara yang
berwenang untuk merumuskan Polstranas.

Pada era orde lama dan orde baru, rumusan GBHN merupakan
rumusan Polstranas bagi Pemerintah Negara Republik Indonesia. Pada era
Orde Lama, Presiden menyusun GBHN sendiri yang disampaikan pada setiap

16
pidato akbar. Sedangkan pada era Orde Baru, GBHN sebagai Polstranas
disusun oleh MPR-RI.

Nanti pada tahun 2004, ketika pemilihan Presiden dilakukan secara


langsung, maka bias saja rumusan Polstranas mengacu kepada platform
partai yang calon Presidennya (dan Wapres) terpilih. Untuk Pemilu setiap
partai sebaiknya memiliki butir-butir platform sebagai hasil konvensi partai.
Butir-butir platform partai tersebut akan merupakan issue sentral bagi
kampanye partai. Kalau rakyat senang terhadap isue sentral tersebut berarti
rakyat memilih partai tersebut dan menghendaki butir-butir platform partai
tersebut sebagai butir-butir GBHN atau Polstranas untuk 5 (lima) tahun
mendatang.

5. Bagaimana Merumuskan Polstranas

Politik

Pada era modern politik dengan strategi tidak terpisah tetapi


terpadu. Namun fungsi masing-masing tetap berlaku, politik atau
kebijakan menentukan tujuan dan sarana tersedia, sedangkan strategi
menentukan cara-cara untuk mencapai tujuan dengan sarana tersedia.

Sasaran Strategik

Rumusan tujuan merupakan jabaran dari rumusan tujuan


nasional, karena itu harus mencakup 3 (tiga) muatan, yaitu tentang
keamanan (kepentingan vital), tentang kesejahteraan atau ekonomi
(kepentingan major), dan tentang hubungan antar bangsa atau
hubungan luar negeri (kepentingan periphere). Rumusan tujuan akan
menjadi sasaran strategik untuk jangka waktu lima tahun.

17
Sumber Daya Nasional (SDN)

Rumusan sarana secara umum merupakan besaran berapa dari


sumber daya nasional yang dapat disediakan dalam jangka waktu lima
tahun mendatang. Secara rinci sarana mencakup 4 (empat) muatan
yaitu : (1) piranti, berupa doktrin dan peraturan perundangan, (2)
manusia, yang akan terlibat langsung dan tidak langsung dalam
pengelolaan pemerintah negara, (3) prasarana dan perangkat keras
yang akan dibangun bagi pencapaian sasaran-sasaran strategik, dan
(4) anggaran, berapa besar tersedia dan dari mana sumbernya.

Strategi

Kemudian dirumuskan pula strateginya, yaitu cara-cara untuk


mencapai sasaran-sasaran strategik tersebut dengan sarana tersedia.
Ada sasaran strategik yang dapat dicapai dalam waktu lima tahun,
namun ada pula sasaran strategik yang memerlukan waktu lebih dari
lima tahun, karena itu perlu strategi berurutan, yang pelaksanaannya
akan berkesinambungan pada lima tahun berikutnya.

Itu unsur-unsur yang bersifat obyektif. Dalam penerapannya


selalu bersifat subyektif karena dipengaruhi oleh watak bangsa dan
pengaruh lingkungan strategik.

Watak

Perumusan Polstranas harus dilandasi oleh watak bangsa yang


merupakan kaidah nilai-nilai luhur bangsa. Bagi bangsa Indonesia
rumusan Pancasila merupakan nilai-nilai luhur yang akan melandasi
pemikiran rumusan Polstranas.

18
Lingstra

Dalam merumuskan Polstranas harus pula memperhatikan


tantangan masadepan, paling tidak dalam jangkauan 5 (lima) tahun.
Pada saat ini, dimana situasi berkembang cepat dan dinamis maka
mengantisipasi tantangan lima tahun kedepan tidaklah mudah. Karena
itu diharapkan para pemimpin nasional memiliki intuisi agar tanggap
terhadap perubahan zaman. Tanggap terhadap situasi krisis, memiliki
sense of crisis. Atau memperhatikan hasil penilaian terhadap
kecenderungan perkembangan Lingstra yang dirumuskan kedalam
Teltranas.

Secara skematik, proses perumusan Polstranas dapat digambarkan sbb:

WATAK BANGSA

KAM EKO
SDN POLITIK
HUB
INT
% %
LINGSTRA
GUN KUAT

KUAT
KAM JAH BANGKUAT NYATA

Gb. Skema Perumusan Jakstranas

Keterangan :
 Politik atau kebijakan, menentukan tujuan dan sarana tersedia
 Strategi, ada dua sis yaitu strategi pembangunan kekuatan dan
strategi penggunaan
 Watak Bangsa. Bermuatan nilai-nilai luhur bangsa,
mempengaruhi politik dan strategi.

19
 Ligstra. Dapat mempengaruhi politik dan strategi, juga
berpengaruh terhadap watak bangsa. Mencakup analisa :
blobal, regional, nasional, provincial dan lokal.

6. Mengapa Perlu Polstranas

Apa peran Polstranas atau kebijakan dan Strategi Nasional


(Jakstranas), dalam pengelolaan pemerintah negara? Mengapa pemimpin
nasional (Presiden) memerlukan rumusan Polstranas?

Ada beberapa alas an yang penting, yaitu :

Pertama, bahwa cita-cita dan tujuan nasional merupakan


odaman bangsa (never ending goal) yang perwujudan dan
pencapaiannya memerlukan jabaran konkrit untuk tahapan waktu
tertentu.

Kedua, bahwa presiden memerlukan panduan dalam mengelola


pemerintah negara, karena itu dalam rumusan Polstranas penentuan
tujuan sangat penting, yaitu penentuan sasaran-sasaran strategik untuk
jangka waktu lima tahun mendatang.

Ketiga, bahwa butir-butir Polstranas merupakan tugas pokok dan


sekaligus merupakan tolok ukur keberhasilan Presiden dalam
melaksanakan tugasnya.

Keempat, bahwa diperlukan acuan dalam proses Sisrenstranas


sehingga dapat dirumuskan dokumen-dokumen perencanaan bagi
penyelenggaraan operasional pembangunan bangsa dan negara.

20
Kelima, bahwa rakyat harus tau kemana negara akan dibawa
oleh pemimpinnya, karena itu dokumen rumusan Polstranas bukan
suatu yang bersifat rahasia, tetapi terbuka bagi segenap bangsa.



21
BAB IV
PENERAPAN

1. Idealisme vs Realisme

Untuk memahami politik dan strategi nasional, memahami keterkaiatan


antar individu dan masyarakat disatu sisi dengan negara di sisi lain, serta
pengaturan hubungan keduanya dalam negara, maka disampaikan beberapa
pandangan dari para pakar dunia dari zaman ke zaman.

Dalam era reformasi, dalam proses demokratisasi, maka pada naskah


ceramah ini dipetik pandangan dari para pakar barat, sejak zaman plato
sampai era modern.

Plato. Politik merupakan disiplin ilmu yang khusus membahas hakikat


masyarakat dengan negara, serta pengaturan hubungan keduanya. Plato,
filsuf yunani, menolak anggapan dengan argument yang muluk-muluk yang
menyatakan bahwa terbentuknya suatu negara hanya didasarkan atas adat
istiadat atau kebiasaan. Plato memberi alasan lebih mendasar. Menurutnya,
terbentuknya negara tidak hanya berdasarkan adapt kebiasaan yang turun
menurun tetapi merupakan pengandaian kodrat manusia. Plato mendapat
kritik karena tidak membedakan etika kemasyarakatan dengan etika individu,
karena menurutnya suatu masyarakat selalu berawal dari individu.

Aristotle. Mendukung Plato, Aristotle (dalam buku politics)


berpendapat bahwa negara merupakan kodrat, bukan suatu kebetulan.
Menurutnya pula, pada`dasarnya manusia adalah makhluk yang berpolitik dan
bila dilihat dari bahasanya, manusia juga makhluk sosial. Aristotle memilah
etika negara dengan etika individual, sekaligus mengatur hubungan keduanya.
Ia berpendapat bahwa satuan terkecil negara adalah keluarga, bukan
individu.

22
Keluarga berfungsi menjamain reproduksi hidup manusia dan
memenuhi keperluan sehari-hari. Desa yang merupakan gabungan beberapa
keluarga, memenuhi kebutuhan yang yang tidak terpenuhi oleh keluarga.
Tetapi jika beberapa desa disatukan menjadi negara, negara ini tidak
memerlukan lembaga yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
warganya; dengan kata lain negara ini berswasembada.

Negara tidak boleh dijalankan untuk kepentingan penguasa, namun


harus diarahkan demi kepentingan umum. Tujuan negara merupakan tujuan
terpenting, tujuan individu berada dibawah tujuan negara. Maka, menjadi
manusia dalam arti sebenarnya berarti menerima jabatan yang diberikan
negara. Aristotle mendapat kritik karena menganggap buruk bagi negara yang
menerapkan tatanan demokrasi.

Agustinus. Ketika agama juga mengatur masyarakat, maka Agustinus


mengembangkan teori negara dengan mempertentangkan dua negara, yakni
negara duniawi (civitas Terena) dan negara Tuhan (Civitas Del). Negara
duniawi bersifat sesaat, dapat salah dan jahat. Sedangkan negara Tuhan
bersifat abadi, kudus dan mengacu pada zaman yang akan datang. Namun
di dunia ini keduanya selalu bercampur-baur.

Thomas Aquinas, Pengikut Aristotle, berpendapat bahwa manusia


tidak hanya hidup di dunia melainkan juga di akhirat. Negara bertugas
menjamin adanya prasyarat material agar warganya dapat mencapai tujuan
tertinggi. Bila Aristotle tidak memberi tempat pada individu, Thomas Aquinas
menjunjung tinggi keluhuran individu. Tujuan individu lebih tinggi daripada
tujuan negara, sehingga tujuan negara berada dibawah tujuan setiap
warganya. Negara harus bertindak sesuai dengan hukum kodrat.

Machiavelli, dengan tegas memisahkan prinsip-prinsip agama dan


moral di satu sisi, dan ketatanegaraan di sisi lainnya. Dalam politik,
masalahnya adalah mengubah kekuasaan yang tidak stabil menjadi stabil dan

23
lestari. Machiavelli adalah politikus beride konkrit, praktis dan peka terhadap
prioritas tindakan. Jadi, ia menganggap yang utama adalah menjaga dan
mempertahankan kekuasaan agar stabil, dengan menghalalkan segala cara.

Thomas Hobess, Thomas Hobess, yang hidup pada abad yang


sangat kacau di Inggris mengupayakan suatu dasar kokoh untuk mencegah
kekacauan dengan mengatur kembali tindakan manusia. Manusia adalah
makhluk yang dikuasai rasa takut karena itu manusia membenarkan negara
dengan kekuasaan yang mutlak dan tanpa batas. Negara adalah lembaga
tempat semua orang harus tunduk karena semua akan tunduk terhadap apa
yang peling ditakuti. Inilah gambaran negara yang disebut Leviathan, binatang
purba raksasa yang mengerikan.

John Locke, lain lagi pandangan John Locke. Menurut pendapatnya


negara bukanlah negara mutlak. Paham ini bertentangan dengan pandangan
Thomas Hobess. Paham ini merupakan dasar negara liberal. Individu-individu
hanya menyerahkan sebagian haknya kepada negara. Hak ini diserahkan agar
negara dapat menjmin ketentraman dan keamanan. Fungsi negara mirip
penjaga malam. Kalau Hobess mengatur manusia dengan menyerahkan
sebagian haknya kepada negara, John Locke tidak. Teori negara yang dirintis
Hobess dan Locke ini dikembangkan juga oleh Jean-Jacques Rousseau,
bapak demokrasi modern. Menurut Rousseau, negara seharusnya merupakan
ungkapan kehendak rakyat (la volonte generale).

Hegel, teori yang mirip gengan pandangan Rousseau adalah paham


George Wilhelm Friederich Hegel, yang menganggap negara sebagai
kehendak umum. Negara menurut Hegel, bukanlah kehendak umum yang
merupakan kehendak empiris rakyat, melainkan pengungkapan kehendak roh
dunia sebagai kehendak rakyat yang sebenarnya. Negara adalah roh obyektif
yang didalamnya tampak jelas kehendak rakyat. Negara mengungkapkan
kehendak manusia yang obyektif berdasarkan roh dunia yang satu, yang
berada dalam kehendak-kehendak subyektif maupun dalam kehendak negara.

24
Karl Marx, mengecam pandangan hegel. Dari analisisnya bahwa
hakikat masyarakat didasarkan atas konflik-konflik kepentingan. Karl Marx
berpendapat bahwa negara adalah alat kekuasaan politik dalam tangan yang
berkuasa untuk menindas kaum proletariat. Namun kaum anarkis entah yang
berlandaskan pada religi (Leo Tolstoy), optimisme moral (Max Stimer),
maupun optimisme sosial (Pierre-Joseph Proudon, Mikail Bakunin, dan Karl
Marx), pada dasarnya menolak hak eksistensi kekuasaan negara.

Jacques Maritain. Disisi lain Jacques Maritain menyatakan bahwa


cara yang paling tepat untuk mengatur masyarakat adalah demokrasi.

2. Pancasila, Negara dan Agama.

Bangsa Indonesia menetapkan Pancasila sebagai falsafah bangsa


yang akan mewarnai watak bangsa dalam upaya mewujudkan cita-cita
nasional dan mencapai tujuan nasionalnya. Pancasila yang terdiri dari lima
butir kebenaran hakiki dalam kehidupan bangsa Indonesia, merupakan dasar
negara, ideology, dan pandangan hidup bangsa Indonesia, yang menjadi
segenap sumber aspirasi dan hukum, yang mengandung nilai-nilai moral dan
etika bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Penerapan Pancasila dalam kehidupan bangsa adalah berupa nilai-nilai


keselarasan, keseimbangan dan keserasian serta persatuan dan kesatuan,
kekeluargaan dan kebersamaan, yang senantiasa`menjadi pedoman dalam
penataan kehidupan bangsa, baik sebagai pola piker, pola sikap, maupun
sebagai pola tindak.

Dari uraian tersebut terkesan jelas bahwa Pancasila menganut


idealisme. Mengatur keseimbangan yang harmonis antara berbagai
kepentingan. Dalam hubungan individu, masyarakat, dan negara, Pancasila
tidak menghendaki dominasi mayoritas, tetapi juga mencegah anarki
minoritas.

25
Pancasila menempatkan nilai-nilai kemanusiaan pada prioritas yang
tinggi. Sebagai bangsa yang pernah hidup terjajah, kehilangan harkat dan
martabat, maka bangsa Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan.

Bangsa Indonesia menegara dalam bentuk republik, setelah sekian


lama hidup dalam zaman kerajaan yang feodalistik. Demokrasi Pancasila
menempatkan rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Kekuasaan
rakyat yang dipandu oleh kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

Bagaimana Pancasila mengatur hubungan negara dengan agama?


Secara umum ada tiga macam hubungan negara dengan agama.

Pertama, yang berpandangan bahwa agama telah menyediakan


segenap tatanan yang dapat mengatur dan mengelola negara.

Kedua, tatanan agama belum cukup untuk mengelola negara,


karena itu diperlukan tatanan hukum. Tatanan agama dan
hukum negara dapat saling berdampingan dalam mengatur
hubungan individu,masyarakat dan negara.

Ketiga, tatanan agama terpisah dengan hukum negara. Negara


tidak mencampuri urusan individu dalam menjalankan tatanan
agamanya. Tetapi negara menuntut agar setiap individu
mematuhi hukum negara. Ini yang disebut negara sekuler.

Pancasila tidak menghendaki negara agama, dan juga tidak menghendaki


negara sekuler, karena itu lebih memilih hubungan yang kedua dimana
tatanan agama dengan hukum negara dapat saling berdampingan mengatur
hubungan individu, masyarakat, dan negara.

26
3. GBHN dan Polstranas

Kiranya wajar bahwa suatu nilai-nilai luhur berpandangan idealistik.


Suatu nilai-nilai yang melandasi upaya perwujudan cita-cita nasional dan
tujuan nasional yang juga merupakan idaman tanpa batas (never ending goal).
Namun dalam penerapannya harus dapat dirumuskan landasan nilai-nilai yang
lebih rasional dalam upaya pencapaian sasaran-sasaran strategik dalam kurun
waktu jangka sedang, yang kemudian dijabarkan lagi lebih konkrit untuk kurun
waktu jangka pendek.

Pada`era Orde Baru, rumusan-rumusan GBHN selalu idealistik dan


kiranya merupakan sutau rumusan yang tidak mungkin dicapai dalam kurun
waktu jangka sedang (5 tahun). Landasan Pancasila yang idealistik demikian
melekat pada pemikiran para perumus GBHN, sehingga terkesan kurang
rasional. Dalam artian bahwa perumusan sasaran-sasaran strategik dalam
GBHN kurang memikirkan tersedianya sumber daya nasional yang harus
tersedia bagi upaya pencapaian sasaran-sasaran strategik tersebut. Hal ini
berdampak pada kesukaran dalam menetapkan tolok ukur bagi pelaksanaan
pembangunan selama lima tahun.

Dalam keadaan demikian maka Presiden yang terpilih oleh MPR-RI,


kemudian merumuskan kebijakan dan strategik yang lebih konkrit. Ketika itu
Presiden Soeharto menetapkan Trilogi Pembangunan sebagai kebijakan dan
strategi yaitu : stabilitas keamanan, pertumbuhan dan pemerataan. Trilogi
Pembangunan tersebut juga tidak berubah sepanjang pemerintahan Prosedin
Soeharto selama tiga dekade, hanya saja prioritasnya yang berubah.

Ketika bangsa Indonesia dihadapkan pada situasi krisis, dari


pemahaman politik dan strategi nasional hal itu yang disebut sebagai
pendadakan strategik. Suatu dampak negatif dan tidak terjaminnya
kepentingan nasional, dan yang paling mendasar adalah tidak terwujud

27
keterpaduan antara kepentingan keamanan dengan kepentingan
kesejahteraan.

Kesenjangan sosial semakin dalam yang disebabkan karena butir


pemerataan dari Trilogi Pembangunan belum sempat mendapat prioritas. Dan
bersamaan dengan itu tahap nasionalisme terkena boomerang. Tahapan
nasionalisme yang seharusnya semakin demokratis, dalam kenyataan justru
semakin otoriter. Maka kembali ke tahap awal, menata ulang wawasan
kebangsaan.

Suatu pendadakan strategik, suatu krisis multidimensional, yang


mengandung risiko berat bagi kehidupan bangsa dan negara. Suatu risiko
yang mengancam kepentingan vital : kedaulatan negara, keutuhan wilayah,
dan keselamatan bangsa. Bagaimana mengatasi risiko tersebut, secara teori
ada tiga pilihan alternatif, sbb :

 Bersikap netral pada setiap konflik internasional


 Melakukan pakta atau aliansi militer ; dan
 Menurunkan tingkat merdeka yang dapat diterima.

4. GBHN 1999-2004

Meskipun dalam keadaan krisis nasional, rumusan GBHN tetap saka


idealistik. Jangankan untuk kurun waktu lima tahun, bahkan untuk satu
generasipun kiranya sukar dicapai. Untuk memberi gambaran dipetik secara
lengkap sebagai berikut :

GBHN 1999-2994 memberikan visi yang merupakan tujuan yang ingin


dicapai, yaitu terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis,
berkeadilan, bedaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah NKRI yang
didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertaqwa,

28
berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan,
menguasi Iptek, serta memiliki etos kerja yang tinggi dan berdisiplin.

Rumusan yang idealistik tersebut dalam pemikirannya ada


kemungkinan dimaksudkan untuk jangka panjang. Sehingga ada yang
berpendapatt bahwa GBHN tidak identik dengan Polstranas yang mempunyai
jangka waktu sedang (lima tahun). Jika untuk jangka sedang (1999-2004),
dan pada periode tersebut negara dalam keadaan krisis, tentunya yang
menjadi prioritas adalah mengatasi krisis.

Rumusan tujuan yang merupakan visi yang ingin dicapai tersebut,


dilengkapi pula dengan misinya. Untuk mewujudkan visi bangsa Indonesia
masa depan, GBHN 1999-2004 menetapkan misi yang menjadi sasaran
sebagai berikut :

 Terwujudnya pengamalan Pancasila secara konsisten dalam


kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

 Terwujudnya penegakkan kedaulatan rakyat dalam segala aspek


kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

 Terwujudnya pengamalan ajaran agama dalam kehidupan


sehari-hari untuk mewujudkan kualitas keimanan dan ketaqwaan
kepada TYME dalam kehidupan dan mantapnya persaudaraan umat
manusia yang berakhlak mulia, toleran, rukun dan damai.

 Terwujudnya kondisi aman, damai, tertib dan ketentraman


masyarakat.

 Terwujudnya system hukum nasional yang menjamin tegaknya


supremasi hukum dan hak asasi manusia berlandaskan keadilan dan
kebenaran.

29
 Terwujudnya kehidupan sosial budaya yang berkepribadian,
dinamis, kreatif dan berdaya tahan terhadap pengaruh globalisasi.

 Terlaksananya pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan


ekonomi nasional, terutama pengusaha kecil, menengah, dan koperasi
dengan mengembangkan system ekonomi kerakyatan yang bertumpu
pada mekanisme pasar yang berkeadilan berbasis pada sumber daya
alam dan sumber daya manusia yang produktif, mandiri, maju, berdaya
saing, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

 Terwujudnya otonomi daerah dalam rangka pembangunan


daerah dan pemerataan pertumbuhan dalam wadah NKRI.

 Terwujudnya kesejahteraan rakyat yang ditandai oleh


meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat serta
memberi perhatian utama pada tercukupinya kebutuhan dasar, yaitu
pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja.

 Terwujudnya aparatur negara yang berfungsi malayani


masyarakat, professional, berdaya guna, produktif, transparan, bebas
dan korupsi, kolusi dan nepotisme.

 Terwujudnya system dan iklim nasional yang demokratis dan


bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan
kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggung jawab,
berketerampilan, serta menguasai Iptek dalam rangka mengembangkan
kualitas manusia Indonesia.

 Terwujudnya politik luar negeri yang berdaulat, bermartabat,


bebas dan proaktif bagi kepentingan nasional dalam menghadapi
perkembangan global.

30
Pelaksanaan misi tersebut akan bermuara pada terbangunnya system
politik yang demokratis dalam wadah NKRI, terwujudnya supremasi hukum
dan pemerintahan yang bersih, pulihnya kesejahteraan rakyat, kualitas
kehidupan beragama dan ketahanan budaya, serta meningkatnya
pembangunan daerah.

Dalam teori manajemen modern suatu visi dan misi mempunyai


jangkauan wajtu pencapaian antara 10-15 tahun. Jika memang demikian
berarti GBHN tersebut tidak hanya berlaku sampai tahun 2004. Dan pada lima
tahun ke depan tidak perlu disusun suatu rumusan GBHN yang baru.

5. Program Kabinet GR

Kabinet Gotong Royong dibawah Pimpinan Presiden Megawati pada


tahun 2000 merumuskan enam program kabinet yang rumusannya dicoba
untuk bernuansa lebih realistik yang diharapkan dapat dicapai pada akhir
tahun 2004. Rumusan tersebut sbb:

Program - 1
Mempertahankan persatuan dan kesatuan dalam rangka keutuhan
NKRI

Program - 2
Meneruskan proses reformasi dan demokratisasi dalam seluruh aspek
kehidupan nasional melalui kerangka, arah dan agenda yang lebih jelas
dengan terus meningkatkan penghormatan terhadap hak asasi
manusia.

Program - 3
Normalisasi kehidupan ekonomi dan kemasyarakatan untuk
memperkuat dasar bagi kehidupan perekonomian masyarakat.

31
Program - 4
Melaksanakan penegakkan hukum secara konsisten, mewujudkan rasa
aman serta tentram dalam kehidupan masyarakat dan melanjutkan
pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme.

Program - 5
Melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif, memulihkan
martabat bangsa dan negara, serta kepercayaan luar negeri termasuk
lembaga-lembaga pemberi pinjaman dan kalangan investor terhadap
pemerintah

Program - 6
Mempersiapkan penyelenggaraan Pemilu 2004 yang aman, tertib,
bebas, rahasia, dan langsung.

Secara skematis pelaksanaan 6 program tersebut digambarkan sbb:

Program -1 Merupakan penjuru


Program -2,3,4, dan 5 bermuara
pada Program -1

  

 Program - 6 akan terlaksana
apabila Program -1 terlaksana



32
BAB V
PENUTUP

1. Rangkuman

Ketika damai dengan perang semakin sukar dipisahkan, maka


diperlukan keterkaitan antara politik dengan strategi dalam upaya
merumuskan Polstranas yang terpadu. Dalam proses perumusan tersebut
diperlukan pula tatanan hubungan sipil-militer.

Materi ajaran Polstranas ini dimaksudkan agar para peserta kusrsus


mampu merumuskan Polstranas bagi kepentingan bangsa dan negara,
terutama saat ini dimana bangsa dan negara sedang mengalami krisis
multidimensional.

Sebelum memahami konsepsi Polstranas, sebaiknya diawali dengan


memahami beberapa asumsi, yaitu nasionalisme, paradigma, dan kepentingan
nasional. Hal ini dimaksudkan agar para peserta yang datang dari berbagai
profesi dapat berangkat dengan persepsi yang sejalan.

Untuk memahami konsepsi Polstranas, dicoba dengan menjawab


berbagai pertanyaan, yaitu apa Polstranas itu, dimana posisi Polstranas dalam
paradigma nasional, dan kapan Polstranas itu dirumuskan? Kemudian
pertanyaan : siapa yang merumuskan Polstranas, dan bagaimana
merumuskannya. Dan yang terakhir mengapa perlu rumusan Polstranas?

Dalam upaya mewujudkan satu tahap dari cita-cita nasional, Polstranas


tidak lepas dari pengaturan hubungan antara individu, masyarakat, dan
negara. Untuk itu disampaikan berbagai pandangan tentang hubungan
tersebut.

33
Bagaimana Pancasila mengatur hubungan tersebut ? Bagaimana
Pancasila dalam mengatur hubungan antara negara dengan agama?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut mewarnai nuansa konflik-konflik yang terjadi
dalam situasi bangsa dan negara sedang mengalami krisis. Tidak mudah
merumuskan Polstranas saat ini.

2. Harapan

Naskah Polstranas ini merupakan suatu hasil kajian dalam rangka


memenuhi kebutuhan materi ajaran bagi peserta kursus di Lemhannas RI.
Dengan harapan bahwa naskah ini dapat memberikan pemahaman tentang
hakikat dan makna Polstranas, kemudian memahami posisi dan perannya
dalam tatanan bernegara. Bagi yang bertugas dalam suatu perumusan
kebijakan dan strategi, kiranya naskah ini dapat menambah bekal
pengetahuan dalam upaya perumusan kebijaksanaan dan strategi.

Disadari benar bahwa naskah materi ajaran ini masih memerlukan


berbagai masukan, baik yang bersifat cara penyamapaian sampai perlunya
berbagai tembahan muatan sehingga semakin lebih bermanfaat.



34
35

Anda mungkin juga menyukai