Anda di halaman 1dari 41

BANDUNG, INDONESIA

Masalah
(Anjuran untuk Memahaminya dengan
Baik & Membuatkan Modelnya)

Eddy Prahasta
<eddypra2000@gmail.com>

Juli, 2023
Sebenarnya, masalah, ujian, cobaan, problem, kewajiban, atau tantangan adalah hal biasa

bagi manusia; hadir setiap hari selama manusia (dewasa) masih mampu melihat matahari.

Bentuk, detil, tipe, durasi, dan kompleksitasnyalah yang bermacam-macam; sederhana,

kompleks, mudah, sulit, kecil, besar, suka, duka, sebentar, atau lama. Sebagian orang secara

ekstrim menyebut bukan manusia jika tanpa masalah. Jadi, manusia perlu terus berdamai

dengan segala masalahnya agar hidupnya tetap terkendali dalam kondisi dinamis sepanjang

waktu.

Masalah tetap harus dijalani, diatasi, dipecahkan, dan/atau dicarikan solusinya; bukan

untuk dihindari sama sekali. Meskipun demikian, untuk memecahkan masalah, kita tidak boleh

kalap, emosi, bias, dan tergesa atau lalai, nanti malah gagal-paham1. Jadi, terlebih dahulu

diperlukan pemahaman yang benar, baik, tepat, cepat, dan lengkap atas masalahnya. Baru

kemudian dicarikan (potensi) solusi yang terbaik untuk mengatasinya.

Salah satu cara untuk memahami masalah adalah dengan merenungkan, mengamati,

merumuskan, dan memformulasikannya ke dalam bentuk visual-logika sebab-akibat yang

disertai penjelasan yang cukup. Dengan cara itu, masalahnya dapat dipahami lebih tepat, akurat,

cepat, dan menyeluruh. Setelah itu, masalahnya siap dipresentasikan, didiskusikan, dan akhirnya

dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang berkepentingan hingga dapat dicapai kesepahaman

bersama. Akhirnya, potensi dan usulan solusinya pun tergambarkan. Tinggal menunggu waktu

yang tepat untuk eksekusi dan kemudian monitoring progresnya; evaluasi dampak-dampaknya.

1
Bagaikan sejumlah orang buta yang berusaha mengamati dan kemudian mendefinisikan seekor gajah versi
masing-masing, dan kemudian mereka mangaku definisinyalah yang paling benar.

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 1


1. Justru Menjadi Bermasalah

Dari tayangan video di channel-channel discovery, wild-life, national geographic, animal

planet, nat geo wild, BBC earth, dan lain sejenisnya kita dapat melihat betapa senang, ceria, dan

lincahnya Wildebeest, Antelope, dan Gazel yang lucu dan mungil ketika berlarian, berlompatan,

mencari makan, dan bercengkrama sesamanya di padang rumput yang luas di benua Afrika sana.

Sama sekali tidak nampak kekawatiran atau rasa takut ketika banyak kuli-tinta, reporter, peneliti,

dan turis mancanegara berkunjung ke kawasan taman nasional dimana mereka tinggal. Demikian

pula halnya ketika kamera mulai mengarah dan mendekat pada posisi mereka, sebagian dari

mereka justru juga makin mendekat dengan rasa keingintahuannya. Mengapa demikian? Sebab,

para pengunjungnya tidak bergerak secara tiba-tiba (mengagetkan) dan juga tidak mengganggu

mereka. Itulah kesan umum yang didapatkan para penontong tayangan-tayangan tersebut.

Seandainya saja ketiga spesies binatang itu diberi sedikit akal (hingga memiliki

kemampuan berpikir, menganalisa, dan berkesadaran), bisa jadi kehidupan mereka justru

berubah seketika; masalah segera mendatangi mereka. Mengapa? Sebab, dengan kemampuan

berpikirnya itu, mereka akan mendapatkan sebagian ilmu, pengetahuan, dan kesadaran!

Dengan itu semua, mereka justru akan menyadari bahwa kehidupannya selalu terancam setiap

saatnya; mulai dari pagi hingga ke pagi lagi di hari berikutnya. Apa tidak stress?

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 2


Bagaimana tidak, setiap kali lapar dan hendak makan di padang rumput, beberapa spesies

binatang buas seperti halnya Python, Singa, Heyna, Cheetah, dan Leopard sudah menanti untuk

memangsanya, ketika kehausan hendak minum air di tepi sungai, Buaya sudah siap dengan

sergapannya yang kejam, dan ketika mengantuk & hendak tidur di bawah pohon yang rindang,

mereka pun gelisah dengan kehadiran gerombolan anjing hutan yang selalu siap menerkamnya

beramai-ramai (hingga potongan dagingnya sudah tercabik-cabik sebelum nyawanya benar-benar

terlepas). Belum lagi dengan hadirnya para pemburu hewan liar yang memang sengaja

mengincar ketiga spesies hewan ini karena rasa dagingnya yang lezat. Jadi, sebenarnya, ketiga

spesies hewan itu hidup di tempat yang sangat mengerikan! Tantangan untuk survive dan

ancaman kematian silih-berganti setiap saatnya tanpa jeda. Tetapi apakah (karenanya) mereka

selalu merasa gelisah, terbebani, stres, tertekan dalam jangka panjang, berbadan kurus, dan/atau

terus menderita sebelum kematiannya? (Tidak) bahagia kah mereka?

Memang, kematian mereka yang sebenarnya (dimakan hewan buas pemangsa atau diburu

manusia) adalah takdir mulia yang tak terhindarkan (seolah tanpa solusi dan perlawanan sama

sekali) oleh mereka; hanya masalah waktu saja di dalam sistem rantai makanan. Tetapi, dengan

pengetahuan & kesadaran yang diandaikan mereka miliki itu, potensi “kematian” secara

mental justru bisa jadi datang lebih awal. Mereka bisa mati sebelum waktunya (prematur).

Itulah sebabnya mengapa mereka tidak diberi akal sama sekali hingga tidak berpengetahuan dan

berkesadaran2. Itu semua demi kebaikan mereka sendiri, sesuai dengan misi hidup mereka

masing-masing yang telah ditentukan.

2
Kemungkinan besar, hewan juga memiliki (semacam) rasa takut, gelisah, khawatir, rasa ingin-tau, dan lain
sejenisnya seperti halnya manusia (karena melihat suatu ancaman). Tetapi, nampaknya, mereka tidak dapat
mengaitkan hal itu dengan akalnya yang memang tidak diberikan. Yang mungkin, mereka mengaitkan itu semua
dengan insting atau nafsunya sebagai hewan sebagai respons dan tindak-lanjut dari rasa-rasa itu. Hal itu tentu saja
tidak dapat disamakan begitu saja dengan “masalah” di dalam kerangka berfikirnya manusia.

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 3


Berdasarkan pengandaian di atas, maka bisa jadi, suatu kesadaran (pengetahuan
pengetahuan) yang

benar (realitas) pun dapat mendatangkan rasa-rasa ketidak-nyamanan, ketidak-tenangan,


ketidak

ketidak-bahagian, masalah, kekawatiran, ketakutan, atau konflik-batin. Itulah ironisnya pada

kerangka-pikir manusia; (sebagian dari) pengetahuan atau kesadaran justru dapat

hal yang tidak diinginkan3. Tetapi untungnya tidak. Mereka


mendatangkan hal-hal ereka tidak diberi

akal sedikit pun hingga tetap dapat hidup dengan tenang, santai, ceria, bahagia, dan menikmati

hidup apa adanya sebagai akibat ketidak-sadarannya itu. Pada kasus-kasus tertentu, ketidak-

tahuan, kebodohan, kepolosan, keluguan, ketidak-sadaran, ketiduran, atau kelupaan justru

dapat menenangkan atau menentramkan4. Tenang, Belanda masih jauh.


jauh Ketakutan,

kecemasan, kekawatiran, atau pemikiran mengenai adanya masalah adalah ciri khas pemikiran

manusia; pertanda adanya unsur--unsur kerangka pikirnya (sudut pandang) manusia.

3
Hal inilah yang juga dialami oleh sebagian dari penemu atau pencetus suatu ilmu, teknologi, atau produk
tertentu. Sebagai misal, sebagian dari ilmuan atom/nuklir menyesalkan bahwa penemuan mereka ketika
menyadari bahwa penemuan mereka itu pada saat ini telah disalah
disalah-gunakan untuk
ntuk membuat produk-produk
produk yang
sangat berbahaya (bom atom, nuklir, hidrogen, dan lain sejenisnya) dan dapat mengancam alam, lingkungan
hidup, dan manusia itu sendiri secara keseluruhan.
4
Meskipun hal ini hanya berlaku untuk sementara waktu saja, pada kon
kondisi/kasus tertentu.

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 4


2. Akal Manusia & Masalahnya

Kehidupan manusia tentu saja tidak seperti (contoh) ketiga spesies hewan itu. Manusia

adalah makhluk yang berakal, bernafsu, dan juga diistimewakan. Dengan akalnya, manusia

dapat berfikir, merenung, menganalisa, berpengetahuan, berkesadaran, berempati, berproses,

bertoleransi, beradaptasi, dan mengendalikan nafsunya5. Dengan akalnya pula, manusia dapat

menjadi berbeda dengan hewan; hidupnya bisa jauh lebih baik, makmur, santun, tertib,

teratur, dan bermartabat. Akal adalah karunia yang sangat luar biasa6; pembeda antara manusia

dan hewan.

Sebenarnya, di samping dikaruniai akal, manusia juga dibekali nafsu yang berkemampuan
(bergaya) untuk mendorong. Fitur-fitur seperti ini juga dimiliki oleh jin. Oleh sebab itu, kedua
jenis makhluk ini, khususnya yang telah dewasa, juga memiliki kewajiban-kewajiban tertentu
dan masalah selama hidupnya. Meskipun demikian, (sub-bab) tulisan ini hanya membahas
manusia dengan (sedikit) penekanan pada akal dan masalahnya saja.

Dengan anugerah besarnya itu, maka manusia harus bertanggung jawab atas akalnya7 itu;

mereka harus mempertahankan, mengembangkan, dan memeliharanya secara berkelanjutan

dengan cara bertanya, mendengar, melihat, membaca, menuntut ilmu, berlatih, bekerja,

berpengalaman, dan makan & minum yang baik-baik saja8. Sebab, akalnya itu tidak dapat

tumbuh dan berkembang secara otomatis9 sementara hawa nafsunya terus bertambah seiring

5
Hal inilah yang juga sangat-sangat penting. Jika akalnya (selalu) dikalahkan oleh nafsunya, maka pada hakekatnya,
bisa jadi, yang bersangkutan tidak berbeda jauh dengan hewan; bahkan bisa lebih buruk lagi dari itu.
6
Karena luar biasanya akal beserta potensi-potensi spektrumnya, terkadang, sesama manusia pun tidak dapat
menebak apa yang sedang dipikirkan oleh manusia lainnya; manusia tidak selalu dapat memahami pemikiran
manusia-manusia lainnya. Di situ ada potensi positif dan negatif sekaligus; diperlukan kehati-hatian.
7
Ia tidak boleh merusaknya, sebagai misal, dengan mengkonsumsi miras, narkoba, racun dan lain sejenisnya.
Selain itu, yang tak kalah pentingnya adalah manusia tidak dibebani tanggung jawab (diangkatnya pena pencatat
amal) ketika akalnya (pengetahuan dan kesadarannya) belum sempurna atau belum/tidak bekerja (misalnya ketika
masih anak-anak, tertidur, pingsan, tidak sadar, terhipnotis, sakit ingatan, idiot, mati, dan lain sejenisnya).
8
Dan juga halal tentunya.
9
Jika hanya mengandalkan kecepatan default, tanpa banyak membaca dan proses belajar yang intensif atau
menuntut ilmu secara sistematis, maka pertumbuhan & perkembangan akal akan lambat; yang bersangkutan
cenderung akan berwawasan sempit dan tertinggal dari manusia-manusia lainnya.

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 5


dengan waktu dan pengalaman hidup yang bersangkutan; selain itu, akal manusia juga

memerlukan sparing partner yang tangguh.

Sejak (mulai) dewasa10, di lain pihak, manusia mulai memahami bahwa sebagian dari

pengalaman hidupnya itu (sparing partner) akan berupa tantangan, kewajiban, ujian, cobaan,

dan/atau masalah. Sejak saat itulah sebagian dari mereka, terkadang, merasa iri dengan

burung-burung yang bebas seolah tanpa beban, ujian, dan kewajiban bisa terbang kemana

saja mereka mau. Mengapa demikian? Ternyata, mereka mulai terkena rayuan nafsu (terutama

rasa malas) dan menemui kesulitan atau masalah, dan mengeluh; sebagian dari itu (masalah)

ternyata cukup berat, mengganggu, dan melelahkannya dalam waktu yang tidak sebentar. Hidup

manusia memang tidak lepas dari masalah11. Ada akal & nafsu, berarti juga ada masalah12.

Itulah manusia! Bukan manusia jika tanpa masalah. Salah sendiri mengapa dahulunya (memilih)

menjadi manusia13. Jadi, manusialah yang benar-benar memiliki masalah, karena mereka telah

dikaruniai akal untuk mengatasi masalah dan tantangan yang selalu datang silih berganti. Salah

satu fungsi besar akal manusia adalah untuk mengidentifikasi, memahami, dan mengatasi

masalahnya dengan benar (tepat).

10
Manusia dianggap mulai dewasa, menurut Islam, adalah ketika yang bersangkutan sehat secara mental dan
sudah berstatus baligh. Pada saat itu, akalnya (kesadaran moral & mental) dianggap sudah mulai mampu untuk
membedakan mana yang baik & mana yang buruk, menjalankan kewajiban tertentu, dan menerima tantangan
atau ujian tertentu.
11
Karena itulah sebagian orang yang berputus asa mengira bahwa kematian akan menghentikan seluruh
masalahnya.
12
Manusia itu unik, ia diberi faktor-faktor akal (kesadaran, pengetahuan, dll.), hawa nafsu, dan juga kebebasan
memilih untuk berbuat baik atau buruk dalam hidupnya; terlepas dari apa pun yang menjadi konsekuensinya nanti.
Faktor-faktor inilah yang sebenarnya menjadikan manusia memiliki masalah. Manusia perlu “bersahabat” dengan
masalah atau tantangan. Jadi, sebenarnya, kehadiran akal semata tidak secara otomatis menyebabkan makhluk
yang bersangkutan menjadi wajib memiliki masalah meskipun kenampakkannya demikian.
13
Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, tetapi semuanya
enggan untuk memikul amanat itu dan mereka kawatir dapat melaksanakannya, kemudian dipikullah amanat itu
oleh manusia. Sesungguhnya, manusia itu amat zalim dan bodoh (QS. Al-Ahzab: 72).

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 6


3. Mengapa Manusia Bermasalah

Jika ditanyakan, khususnya sejak remaja, mengapa manusia bermasalah? Tentu saja,

selain karena secara umum ia telah dikarunia akal & hawa nafsu, jawaban mengenai sebab-sebab

“lahiriahnya” akan beragam. Meskipun demikian, sebagian dari potensi jawaban (sebab) itu

adalah (karena): [1] pada dasarnya, untuk mendapatkan apa saja yang diinginkan atau

dibutuhkan, manusia harus berusaha, bekerja, dan berproses, dan hal itu merupakan tantangan

sekaligus merupakan masalah harian yang harus selalu ditaklukan sementara tidak semua

manusia dapat bersyabar dengan proses yang sebenarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

mereka sendiri; [2] manusia sering membandingkan dirinya dengan yang lain atau

membandingkan kondisinya pada saat ini dengan kondisinya pada saat-saat yang lain

(mengundang analisis atau pemikiran perbedaan antara harapan dan kenyataan); [3] di dunia ini

selalu terjadi perubahan dan sebagian dari itu menuntut manusia untuk bertoleransi, berdamai,

berkompromi, dan beradaptasi, sementara itu tidak setiap manusia mampu melakukan itu semua

dengan baik; [4] hidup ini berisi banyak hal ketidak-pastian dan tidak setiap manusia mampu

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 7


bertahan dalam kondisi ketidak-pastian itu; [5] lingkungan kehidupan manusia memiliki

kompleksitas yang beragam dan tidak semua manusia dapat memahaminya dengan benar, baik,

dan lengkap, apalagi pemikiran manusia cenderung bersifat parsial dan memiliki keterbatasan

(juga pelupa); [6] manusia memiliki akal atau kemampuan berfikir tetapi tidak banyak manusia

yang menggunakannya secara maksimal dan jujur dengan akalnya; [7] manusia memiliki

kebebasan untuk memilih, berpikir, dan bertindak dengan benar atau salah, oleh sebab itu, wajar

saja jika sebagian manusia (pernah) bertindak salah (hingga mengganggu atau merugikan sesama

manusia, makhluk, dan lingkungannya); [8] setiap manusia itu unik, oleh sebab itu, sangat

mungkin untuk memiliki pemikiran, pilihan, keberpihakan, pendapat, keyakinan, kepentingan,

dan kebutuhan yang berbeda (potensi terjadi gesekan, konflik, dan perselisihan); [9] manusia

dikelilingi oleh sumber-daya (alam, usia, tenaga, biaya, dan lain sejenisnya) yang terbatas

(potensi terjadi gesekan, perselisihan, persaingan, konflik kepentingan, dan peperangan); [10]

manusia cenderung berpandangan dan/atau berpikiran sempit, subjektif, dan parsial14; dan/atau

[11] karena cenderung pada arahan nafsunya, terkadang, ia tidak bersyukur tetapi justru

mengeluh (selalu merasa kurang15) atas apa pun yang telah diperolehnya selama ini.

Dengan mempertimbangkan ke-11 (potensi) jawaban di atas, maka adalah (sangat) wajar

saja jika manusia selalu bermasalah16 selama hidupnya, terlepas dari apa pun yang menjadi detil

(deskripsi) masalahnya.

14
Hal inilah yang sangat berpotensi menyebabkan benturan-benturan yang bersangkutan dengan realita (fakta
objektif) dan/atau dengan sesama manusia yang sama-sama berpandangan & berpikiran sempit, subjektif, dan
parsial.
15
Inilah sebenarnya yang juga termasuk masalah besar manusia; yang membuatnya tidak bahagia, merasa miskin,
kekurangan, atau bermasalah.
16
Sebagian dari masalah manusia, di lain pihak dan pada konteks tertentu, juga dipengaruhi oleh unsur-unsur
penting hawa nafsu meskipun sering kali tidak nampak jelas pada lahiriahnya dan juga tidak mudah untuk
dikonfirmasi (dicarikan fakta-faktanya).

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 8


4. Contoh-Contoh Masalah

Jika dihitung, tentu saja akan sangat banyak bentuk, ungkapan, narasi, deskripsi, model,

tipe, variasi, katagori, jenis, dan/atau detil masalah manusia; jumlahnya tidak akan terhitung.

Meskipun demikian, sekedar ilustrasi saja, berikut ini adalah beberapa contoh (yang sering

dianggap sebagai ekspresi) masalah manusia (baik yang berskala pribadi, kelompok, dan/atau

organisasi); baik yang bersifat sederhana, sedang, atau agak rumit:

a) Sakit mata.

b) Sakit kepala di rumah.

c) Sakit perut karena baru saja makan rujak pedas.

d) Si Adi patah kakinya hingga perlu dirawat selama 2 bulan di rumah sakit. Akibatnya, ia tidak

dapat mengikuti pelajaran dan ujian akhir di sekolah.

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 9


e) Bu Dewi, seorang janda tua di kampungku, harus berjalan kaki sejauh 10 km ke pasar setiap

hari untuk berjualan daun & buah pisang demi menghidupi 3 anak laki-laki dewasanya yang

masih juga menganggur.

f) Pak Ismail sedang bingung berat pagi ini dengan uangnya yang hanya tersisa Rp. 100 ribu.

Jika uang ini dijadikan sebagai modal dagang hari ini, maka artinya keluarganya tidak akan

makan dari pagi hingga sore harinya.

g) Seorang presenter masih sakit gigi hingga sulit (tidak lancar) berbicara, padahal 30 menit lagi

harus tampil sebagai pembawa acara diskusi tingkat nasional dengan peserta para pejabat

tinggi negara di suatu TV swasta.

h) Keluarga kami (ayah, ibu, dan dua anak) hanya makan 1 hari sekali, setiap jam 11 pagi. Itu

semua karena yang bekerja hanyalah ayah kami, sebagai buruh tani dengan pendapatan 75

ribut rupiah perhari.

i) Sebagian (20%) dari balita di desa kami mengalami stunting karena orang tuanya miskin. Di

desa kami, jumlah lapangan kerja sangat minim hingga tidak mengherankan jika banyak

terdapat pengangguran dan peristiwa kriminal.

j) Belum ada sekolah SMP & SMA di desa kami. Sekolah-sekolah di tingkat-tingkat itu hanya

ada di desa sebelah yang berjarak sekitar 15 km dari rumah. Oleh sebab itu, karena kondisi

jalan yang buruk dan kami juga tidak memiliki alat transportasi, maka anak-anak kami

beserta teman-temannya yang juga tetangga kami harus berjalan kaki sejauh 30 km setiap

harinya. Sepulang sekolah, mereka merasa lelah, perlu segara makan dan beristirahat; tidak

dapat membantu orang tuanya bekerja di sawah atau ladang.

k) Pada saat ini, para petani di desa A merasa sangat gusar. Sawah dan ladangnya terus

terserang hama serangga perusak daun hingga hasil panennya hanya tersisa 20% saja; sangat

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 10


merugi. Ketika disemprotkan insektisida (sebagai usaha pencegahan kerusakan), serangan

hama berkurang 40%, hasil panen masih tersisa 70%, tetapi akhirnya sebagian area perairan,

tanah, dan udara agak tercemar hingga 60% ikan (di kolam) mati dan 30% unggas ternak

masyarakat juga mati.

l) Perusahaan kami, pada periode 10 tahun ini, selalu mengalami defisit keuangan. Pada kondisi

itu, jumlah konsumen berkurang, nilai penjualan menurun 20%, harga-harga bahan baku naik

10%, dan mayoritas karyawan minta naik gaji sebesar 15%. Sementara itu, hasil konsultasi &

diskusi dengan pihak lembaga ketenaga-kerjaan yang berlokasi di kota kami, pihak

perusahaan belum diijinkan untuk memberlakukan kebijakan rencana pemutusan hubungan

kerja (PHK) terhadap 30% karyawannya.

m) Negara A mengalami defisit perdagangan dengan negara B. Kemudian, negara A

memberlakukan kebijakan kenaikan bea import produk-produk negara B sebesar 5%.

Akibatnya, harga produk-produk negara B di negara A meningkat dan akhirnya demand-nya

turun; menuju keseimbangan neraca perdagangan bagi negara A. Negara B merasa dirugikan

oleh negara A dan kemudian memberlakukan kebijakan yang serupa dengan menaikkan bea

import produk-produk negara A sebesar 6%.

n) Demi kepraktisan, pada saat ini, sangat banyak produsen dan penjual barang (terutama

makanan dan minuman) mengemas produk-produknya dengan bahan-bahan yang terbuat dari

plastik atau turunannya. Plastik adalah bahan yang cukup kuat, ringan, murah, dan dapat

berumur panjang (tidak mudah terurai di tanah sebagaimana bahan-bahan organik).

Akibatnya, di samping juga karena sekelompok orang masih menganut budaya buang

sampah sembarangan (semau gue), maka banyak sampah atau limbah yang tersebar di

daratan dan perairan. Itu semua menyebabkan pencemaran; mengotori jalan, sungai, danau,

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 11


dan laut. Perairan tidak mengalir dengan lancar. Banyak hewan dan tumbuhan yang

pertumbuhannya terganggu atau bahkan mati oleh peristiwa pencemaran itu. Termasuk

manusia yang akhirnya mengalami kekurangan air bersih dengan segala konsekuensinya

karenanya. Solusi yang ampuh, nampaknya belum benar-benar ditemukan. Sebab, belum ada

bahan yang benar-benar dapat menandingi kelebihan-kelebihan plastik. Di samping itu,

kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan beserta bahaya

pencemaran pun masih jauh dari harapan.

o) Beberapa waktu yang lalu, dunia mengalami pandemi Covid-19. Pada saat itu, sebagian

negara melakukan kebijakan lockdown atau setidaknya pembatasan aktivitas; penduduk tidak

diijinkan pergi keluar rumah, kecuali sebagian saja untuk keperluan berobat dan para petugas

keamanan dan pelayan kesehatan yang menjalankan tugas-tugasnya. Selintas, kebijakan ini

cukup efektif dalam menurunkan kecepatan penularan penyakit, tetapi efek-sampingnya,

penduduk tidak dapat bekerja atau melakukan aktivitas ekonomi dan lain sejenisnya. Pada

kondisi ini: [1] pemerintah yang sedang mengalami penurunan pendapatan, justru harus

memberikan bantuan-bantuan makanan, obat-obatan, vaksin, dan pengadaan fasilitas-fasilitas

pengobatan & rumah sakit/klinik bagi rakyatnya; perlu berhutang besar; [2] sektor-sektor

swasta mengalami defisit keuangan hingga kemudian merumahkan dan bahkan mem-phk

sebagian dari karyawannya; [3] sebagian orang terpaksa hidup dengan sisa tabungannya yang

tidak seberapa, sementara yang lain harus segera berhutang; [4] semua siswa terpaksa

sekolah secara online dengan terlebih dahulu mempelajari teknologinya; [5] orang tua siswa

SD harus mendampingi anak-anaknya yang masih SD untuk menjalani sekolah online, [6]

dan masih banyak lagi.

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 12


p) Pada tahun 1958, pemimpin Republik Rakyat Tiongkok, Mau Zedong, memberlakukan

kebijakan yang menghimbau rakyatnya (berpartisipasi aktif dalam) membasmi burung

gereja/pipit yang sering dituduh sebagai pemakan bulir-bulir padi dan gandum hingga

mengurangi hasil panen (kerugian ekonomi). Kebijakan ini merupakan bagian dari kampanye

“The Four Pests Campaign” (kampanye pembasmian empat hama yang mencakup nyamuk17,

lalat18, tikus19, dan burung20) yang merupakan bagian dari program lompatan besar kedepan

(great leap forward) yang berjalan antara tahun 1958 hingga 1962. Tiga hewan pertama

dimusnahkan atas nama kebersihan dan kesehatan masyarakat, sedangkan hewan yang

keempat dieliminasi atas nama dosa memakan biji-bijian makanan rakyat. Pada saat itu,

dengan berbagai cara, rakyat Tiongkok ini membasmi ke-4 hewan tersebut. Akibatnya,

lingkungan cenderung bersih, masyarakat sehat, dan hasil panen meningkat untuk beberapa

bulan saja, tetapi kemudian segera menurun drastis karena serangan belalang (serangga).

Serangan belalang ini sangat dahsyat karena tidak diantisipasi sebelumnya hingga hal ini

menurunkan hasil panen secara sangat signifikan yang menyebabkan bencana kelaparan yang

memakan korban kematian (diperkirakan) sekitar 45 juta jiwa antara periode 1958 hingga

1962. Akhirnya, sebagai salah satu solusinya (untuk menyeimbangkan ekosistem yang sudah

terganggu/rusak), pada saat itu pemerintah Tiongkok terpaksa mendatangkan (mengimport)

kedua jenis burung ini dari beberapa negara tetangga21.

17
Penyebab penyakit malaria dan sejenisnya.
18
Lalat pembawa penyakit.
19
Tikus pemakan bulir-bulit padi, jagung, dan pembawa penyakit pes.
20
Pemakan bibit dan hasil panen padi, gandum, jagung, dan lain sejenisnya.
21
Contoh masalah nyata ini dirangkum dan diramu dari berbagai sumber pustaka online.

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 13


5. Masalah Versus Tantangan

Meskipun kebanyakan istilah “masalah” (secara lahiriah) berkonotasi negatif (bersifat

menghambat, sangat merugikan, atau setidaknya cukup menyusahkan pihak yang bersangkutan),

seperti pada contoh-contoh yang telah disebutkan pada bab 4 di atas, sebenarnya, ternyata,

dengan sudut pandang tertentu, tidak selalu demikian. Pada contoh-contoh itu saja, ada bagian,

sisi, unsur, atau episode dimana pada suatu masalah juga dapat disematkan istilah lain; yaitu

tantangan. Artinya, pada bagian itu, masalah juga merupakan (dan berisi elemen atau unsur)

tantangan yang mau-tidak-mau harus dihadapi oleh pihak yang bersangkutan pada tempat dan

selama periode waktu tertentu. Dengan kata lain, di dalam suatu (pernyataan, narasi, deskripsi,

atau formulasi) masalah terdapat tantangannya (baik yang bersifat implisit maupun eksplisit).

Oleh sebab itu, dengan sudut pandang atau konteks ini, maka masalah ≈ tantangan; meskipun

pada konteks lainnya tetap berbeda. Dengan demikian, pada konteks ini pula, sekedar contoh

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 14


saja, butir-butir (pada sub-bab 4 di atas) dapat disebut sebagai masalah sekaligus tantangan22

bagi pihak yang bersangkutan; terutama butir-butir d), e), f), g), h), j), k), l), m), n), o), dan p).

Tantangan adalah sisi lain dari masalah; bagaikan sekeping uang logam yang

memiliki dua sisi dan gambaran yang nampak berbeda. Pada point ini, setiap orang bisa saja

melihat, membaca, menganggap, dan/atau menyebutnya dengan istilah yang berbeda, tetapi sadar

atau tidak sadar, mereka merujuk pada entitas yang sama; yaitu masalah.

6. Kompleksitas Masalah

Berdasarkan contoh-contoh yang telah disebutkan, dapat dikatakan atau dianggap bahwa

masalah dapat bersifat sederhana (mudah & cepat dipahami, dan potensi solusinya pun mudah

ditemukan & kemudian dilaksanakan), sedang (medium), dan kompleks (tidak mudah dipahami

& perlu waktu lama untuk itu, potensi solusinya pun sulit ditemukan apalagi direalisasikan).

Contoh masalah yang dianggap sederhana adalah “sakit perut” karena belum lama ini yang

bersangkutan makan rujak pedas (butir c pada contoh di atas). Pada kasus ini, masalahnya cukup

jelas, mudah dipahami, dan sudah sering dialami oleh manusia; jadi, referensinya banyak. Oleh

sebab itu, potensi solusinya pun sudah jelas, tinggal memilih, sesuai kondisinya: (1) jika sudah

tidak ada waktu lagi dan tak sanggup menahannya, segeralah pergi ke toilet; (2) jika masih ada

waktu dan masih sanggup menahan rasa itu, makanlah obat sakit perut; dan (3) jika terus-terusan

sakit perut dalam periode tertentu, pergilah ke dokter untuk berkonsultasi dan berobat. Selain itu,

tentu saja, hampir setiap orang sudah mengenal “kelemahan” (masalah) tubuh sendiri. Masalah

sederhana seperti ini pada umumnya dapat ditindak-lanjuti sendiri, dengan resikonya sendiri, dan

tidak perlu bahasan lebih lanjut.

22
Silahkan pilih mana kata yang tepat untuk kasus ini, masalah atau tantangan. Setiap orang boleh saja
menggunakan istilah atau kata yang berbeda.

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 15


Lain halnya dengan masalah yang bersifat tidak sederhana; kompleks, abstrak, penting,

berdampak luas & besar, menyangkut banyak pihak, orang banyak, harta/aset berharga, konflik,

dan lain sejenisnya. Tipe masalah seperti ini, sering kali, tidak mudah untuk secara tepat,

cepat, atau langsung dipahami & diselesaikan secara tuntas. Apalagi jika masalahnya cukup

berbelit, berputar, berefek samping, dan berkomplikasi sedemikian rupa hingga akhirnya

dikatakan oleh sebagian orang sebagai “lingkaran setan”; sulit keluar dari masalah dan tidak

mudah pula untuk membedakan mana awalnya (faktor sebab) dan mana pula akhirnya (faktor

akibat). Oleh sebab itu, pada sebagian dari masalah seperti ini, demi kemudahan pemahaman,

pembuatan solusinya, berikut diskusi dan pengkomunikasiannya, diperlukan formulasi, rumusan,

atau model yang bersifat logika-visual untuk menyajikannya, selain dengan tambahan deskripsi

secukupnya. Dalam kaitan inilah diperlukan diagram sebab-akibat.

7. Masalah & Istilah-Istilah yang Sejenis

Pada konteks tertentu, terkadang, sebagian orang lebih menyukai penggunaan istilah-

istilah tantangan, ujian, cobaan, problem, persoalan, konflik, atau krisis ketimbang masalah.

Dalam percakapan sehari-hari, istilah-istilah itu sering tertukar satu sama lainnya. Sebagian besar

memang tidak bermasalah, jika tidak ada yang cukup fanatik dalam pilihan kata. Yang penting,

maksudnya dapat dipahami dengan baik oleh pihak-pihak yang berkomunikasi. Dengan

demikian, istilah masalah memiliki beberapa “varian”; sesuai dengan konteks dan/atau sudut

pandangnya.

Secara sederhana, masalah adalah situasi, kondisi, suasana, keadaan, atau konstelasi

yang dianggap sulit, tidak disukai, ingin dihindari, atau bahkan sudah berbahaya hingga

perlu segera direspons, ditangani, diselesaikan, diatasi, dijauhi, dihindari, dihentikan,

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 16


dan/atau dibuatkan solusinya23. Selain itu, pada konteks yang kurang-lebih sama, masalah juga

sering dimaknai sebagai situasi & kondisi dimana terdapat perbedaan (gap atau selisih yang

signifikan) antara kenyataan (realitas) dengan harapan (yang diinginkan, dimimpikan,

ditargetkan, atau yang menjadi referensi)24 dengan segala resikonya25. Sementara pada konteks

yang sedikit berbeda, masalah juga dapat diartikan sebagai hal-hal (tantangan) yang perlu

diungkapkan, dipecahkan, atau dicarikan jawabannya; seperti halnya teka-teki, misteri, kasus,

ujian, soal (persoalan) matematika & sosial, dan lain sejenisnya. Meskipun demikian, pada

konteks lainnya, tidak jarang, masalah juga dapat diartikan sebagai suatu “sistem”26 (yang

terkadang) tersembunyi (faktor sebab) yang (diasumsikan telah, sedang, akan, atau masih)

“bekerja” hingga menghasilkan satu atau lebih fenomena atau gejala (faktor akibat).

Berdasarkan makna-makna inilah, maka sebagian dari masalah27 (khususnya yang tidak

sederhana) menjadi sangat wajar jika kemudian diformulasikan, dimodelkan, digambarkan,

atau divisualkan dalam bentuk logika-visual; agar lebih mudah untuk dipahami bersama,

didiskusikan, dikomunikasikan, dan disebarkan.

23
Termasuk ke dalam unsur-unsur (fenomena) masalah adalah adanya ancaman, (surat) peringatan, teguran atau
somasi, intimidasi, pemerasan, serangan, pembulian, ingkar janji, atau wanprestasi (ingkar janji dalam bisnis), dan
lain sejenisnya.
24
Realitas yang tidak sesuai dengan (di bawah) harapan berarti suatu masalah; setidaknya akan menimbulkan rasa
kecewa.
25
Sebagai misal, seorang pedagang bakso pada suatu hari hanya berhasil menjual 30 porsi saja (realitas),
sementara harapannya adalah minimal terjual 45 porsi untuk menutupi modalnya. Resikonya, pada hari itu, ia
tidak sekedar belum beruntung tetapi tekor; modal berkurang dan beresiko untuk dimarahi bosnya. Hal ini juga
merupakan contoh masalah.
26
Yang kemudian akan atau harus diungkapkan, digambarkan, dirancang, dan/atau dirumuskan untuk didiskusikan,
dikomunikasikan, dan kemudian dipahami/disepakati bersama untuk mendapatkan solusinya.
27
Dalam konteks inilah, masalah, sistem, model, tantangan, kondisi, situasi atau konstelasi yang diformulasikan ke
dalam bentuk contoh-contoh diagram sebab-akibat yang diuraikan di dalam tulisan ini tidak selalu berkonotasi
negatif, bahkan sebagian juga berkonotasi positif. Jadi, meskipun secara umum istilah “masalah” berkonotasi
negatif, contoh-contoh diagram pada tulisan ini merupakan perumusan atau formulasi secara visual-logika dari
suatu kondisi, situasi, susunan keadaan, atau konstelasi yang sebenarnya dapat berkonotasi negatif atau positif.
Bergantung pada sudut pandang atau variabel-variabel yang terdapat di dalam formulasinya.

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 17


Terkadang, terdapat sifat “relativitas”28 pada bahasan masalah. Dengan sifat ini, suatu

masalah (faktor sebab), di samping akan menyebabkan munculnya fenomena atau gejala (faktor

akibat), bisa jadi juga menyebabkan munculnya masalah turunan (faktor akibat). Dengan

demikian, masalah turunan akan sederajat dengan gejala-gejala masalahnya. Oleh sebab itu,

karena kesederajatannya itu, tidak mengherankan jika sebagian orang menganggap suatu gejala

sebagai suatu masalah29; gejala masalah ≈ masalah turunan. Sebagai misal, karena telat makan

(masalah) maka akan muncul gejala-gejala mengantuk, lemas (kurang bertenaga), kurang

berkonsentrasi, berkurangnya kemampuan berfikir, asam lambung meningkat, dan sakit kepala

(pusing). Sementara itu, sebagian orang menyebut sakit kepala sebagai penyakit30 dan bukan

gejala. Sedangkan kondisi asam lambung yang meningkat juga disebut oleh sebagian orang

sebagai penyakit tersendiri (maag); bukan gejala. Jadi, dari contoh kasus ini saja, sakit kepala

dan maag (kelompok penyakit turunan) akan setara dengan gejala-gejala mengantuk, lemas,

28
Dengan sifat relatif ini, terkadang, tipikal yang bersifat konflik atau persaingan, suatu masalah bagi sekelompok
orang (karena dianggap merugikan) bisa jadi tidak dianggap sebagai masalah bagi kelompok yang lain (karena
menguntungkannya). Selain itu, sebagian dari masalah lingkungan dan sosial, bisa jadi anggap bukan masalah bagi
pihak-pihak yang tidak memiliki kepedulian.
29
Memang pada kasus seperti ini terdapat hal yang tidak benar-benar clear yang membedakan antara gejala
dengan masalah turunan.
30
Masalah turunan, dan bukan masalah primernya.

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 18


kurang konsentrasi, dan berkurangnya kemampuan berfikir (kelompok gejala). Seorang analis

(pendiagnosa) yang baik, setelah mengamati, tentu saja akan mampu mengenali urut-urutan

masalah hingga ke gejala dan masalah turunannya.

8. Masalah, Gejala, dan Masalah Turunan

Tentu saja, setiap masalah (hulu) akan menghasilkan gejala atau masalah turunan (hilir);

terlepas dari kecil atau besarnya, sederhana atau kompleks, lama atau tidaknya, dan terlihat atau

tidaknya. Hal ini nampak bersesuaian dengan kaidah yang banyak terdapat di berbagai cerita

atau kasus kriminal bahwa “tidak ada kejahatan (masalah) yang sempurna” (biasanya akan ada

saja bukti atau fakta [gejala] yang tertinggal di tempat kejadian perkara (TKP) baik secara

sengaja31 mau pun tidak sengaja oleh para pelakunya) dan “follow the money”32. Selain itu, hal

itu juga sesuai dengan peribahasa “tiada asap tanpa api”; api ≈ masalah, dan asap ≈ gejala.

Gejala atau fenomena adalah faktor akibat atau apa saja (fakta, kenyataan, kejadian,

kenampakkan, atau peristiwa) yang terjadi pada suatu periode waktu & ruang tertentu dan

(pada dasarnya) dapat dilihat, dirasakan, dicium, didengar, dan atau diamati/diukur baik

secara langsung maupun tidak langsung (baik oleh panca indera manusia maupun dengan

menggunakan alat bantu, sensor, dan alat ukur lainnya). Meskipun demikian, sebagaimana telah

disinggung di muka, sebagian dari gejala juga dianggap oleh sebagian orang sebagai masalah

(turunan)33.

31
Sebagian (kecil) dari pelaku kejahatan (berdasarkan kontent beberapa cerita kriminal di novel, surat kabar, TV,
dan video) memang secara sengaja meninggalkan ciri khas/fakta tertentu.
32
Perhatikanlah, pelajarilah, dan periksalah (lacak) siapa saja pihak-pihak yang (akan) diuntungkan oleh terjadinya
peristiwa itu (masalah), ada kemungkinan mereka memiliki motif atau setidaknya terkait dengan para pelakunya.
33
Pada sebagian kasus, makna perbedaan antara gejala masalah dengan masalah turunan sudah cukup jelas dan
bisa dimengerti, tetapi pada kasus yang lain makna perbedaan itu menjadi tidak cukup jelas atau tidak clear. Gejala
masalah dan masalah turunan memang merupakan dua hal setara.

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 19


Gejala/fenomena adalah hal-hal yang biasa, lumrah, atau wajar terjadi (muncul);

tidak harus selalu disematkan pada kejadian-kejadian yang luar biasa, istimewa, jarang,

aneh, langka, mengagumkan, atau ekstrim. Dengan demikian, peristiwa-peristiwa buah durian

yang jatuh dari pohonnya, nangisnya seorang anak, naiknya harga minyak goreng, tutupnya

supermarket besar, tersebarnya berita bohong, perubahan prilaku konsumen, kenaikan suhu

udara, kenaikan tinggi rata-rata muka air laut, jatuhnya komet ke permukaan bumi, dan lain

sejenisnya juga merupakan suatu gejala atau fenomena. Sebagian gejala-gejala, jika diteliti

lebih jauh dengan cermat cepat atau lambat akan mengarah pada masalahnya (sumber atau

faktor sebabnya); dan tidak menganggap suatu gejala sebagai penemuan suatu masalah (hulu)34

itu sendiri. Setelah gejala-gejalanya dipelajari dan dipahami, kemungkinan masalahnya (hulu)

mulai teridentifikasi (terdiagnosa) dan dipahami, barulah diperoleh potensi-potensi solusinya,

34
Kalau pun gejala itu sudah dianggap sebagai masalah, maka gejala itu adalah masalah hilir, sementara yang
dicari dan identifikasi adalah masalah hulunya. Sebagai misal, yang kita cari itu penyebab (masalah) gejala sakit
kepalanya, dan bukan menganggap sakit kepala itu sebagai masalah (temuan). Sakit kepala itu adalah contoh
gejala.

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 20


dan dilaksanakan solusi prioritas; masih diperlukan monitoring dan update untuk mendapatkan

solusi yang terbaik (untuk menghentikan masalah hulunya).

9. Jangan Takut, Mengindar, dan Mencari-cari Masalah

Seperti telah disinggung di muka bahwa karunia akal akan selalu disandingkan dengan

masalah atau tantangan yang datang silih-berganti; sesuai dengan kapasitas masing-masing

dan periode waktunya. Mereka akan terus berdatangan tanpa diundang selama yang

bersangkutan masih hidup. Oleh sebab itu, secara umum, janganlah takut atau (sama sekali)

menghindari masalah jika situasi atau kondisinya tidak benar-benar sangat merugikan,

menyulitkan, atau membahayakan35. Meskipun demikian, terkadang, seandainya bisa, demi

kebutuhan, skenario, atau strategi tertentu, kita dapat memilih36 masalah yang akan dihadapi;

menghindari yang satu dan menghadapi yang lain pada saat yang sama.

35
Pada kasus-kasus tertentu, bentuk atau jenis masalah memang dapat berakitbat luas, besar, berat, dan fatal.
Oleh sebab itu, pada kasus-kasus ekstrim seperti ini, manusia memang perlu menghindari potensinya sedini
mungkin. Hal seperti ini memang kekecualian.
36
Terkadang terdapat lebih dari satu masalah yang datangnya (hampir) bersamaan/paralel.

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 21


Manusia mengalami proses belajar bersama dengan masalahnya. Masalah adalah partner

sejati bagi manusia dalam proses-proses belajar, berkembang, dan mendewasa. Jadi, keberadaan

masalah seharusnya (akan) melatih akal (kemampuan berfikir, melatih saraf motorik beserta

ototnya, memperkaya pengetahuan, dan meningkatkan kesadaran) menuju ke tingkatan yang

lebih baik secara bertahap dan memungkinkan keberlangsungan hidup manusia itu sendiri.

Masalah (tantangan) adalah hidup manusia itu sendiri, selain juga merupakan gizi dan vitamin

bagi akalnya. Akal akan terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan sekian banyak tantangan

yang telah diselesaikannya. Keberadaan masalah akan membuat manusia menjadi termudahkan,

sabar, cerdas, bijak, dewasa, dan berkelanjutan.

Selain akan mendatangkan manfaat dan kebaikan (menjadi cerdas, bijak, dewasa, dan

hidupnya berkelanjutan), tentu saja, di sisi yang lain, kehadiran masalah juga sering

menyebabkan manusia menjadi pusing, lelah, lemah, letih, lesu, stres, sakit (fisik & hati),

kecewa, dan juga susah; kehilangan banyak waktu, tenaga, pikiran, emosi, biaya, dan lain

sejenisnya. Tentu saja dampak-dampak ini memerlukan refresing, liburan, hiburan, traveling,

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 22


pengobatan, dan/atau healing (penyembuhan) hingga residu negatifnya dapat diminimalisir dan

kemudian menjadi sehat dan segar kembali (siap menghadapi masalah berikutnya).

Dengan demikian, jika sekiranya tidak benar-benar diperlukan, tidak demi mencapai cita-

cita yang luhur (mulia), atau bahkan tidak ada manfaatnya (yang signifikan), janganlah secara

sengaja mencari-cari masalah atau melayani semua tantangan yang ada, meskipun

sebenarnya kita mampu. Hadapilah yang wajib-wajib saja terlebih dahulu (penting dan tak

terhindarkan) dan pilihlah yang benar-benar akan membawa kebaikan bersama dalam

jangka panjang. Kebanyakan manusia sudah repot dengan masalah dan tantangan yang

sudah ada, maka berhematlah dengan persediaan waktu, tenaga, kesehatan (fisik), dan

perasaan (emosi) masing-masing.

10.Durasi/Siklus Gejala

Pada dasarnya, banyak faktor yang dapat menyebabkan tidak terekamnya suatu gejala

(atau masalah turunan) dengan benar, akurat, dan lengkap. Sebab, tidak setiap gejala dapat

teramati dengan benar, akurat, dan lengkap oleh para pengamatnya. Bahkan kemungkinan besar,

lebih banyak fenomena yang tidak sempat teramati dari pada yang teramati. Tentu saja, sebagian

fenomena dapat terlihat (oleh mata) tetapi tidak sempat terekam. Hal ini dapat disebabkan karena

yang bersangkutan memang tidak (sempat) membawa alat perekam, sangat langkanya fenomena

itu, durasinya sangat pendek (hingga cepat berlalu)37, atau justru memiliki durasi/siklus yang

37
Cukup banyak gejala yang muncul hanya dalam durasi sekejap atau sebentar saja hingga tidak mudah untuk
diamati secara benar dan lengkap jika tidak dengan persiapan penuh (memang sengaja ditunggu), sensor yang
tepat, atau kamera yang berkecepatan tinggi. Sebagian dari gejala itu adalah: [1] kilatan (cahaya) petir yang
muncul secara tiba-tiba dalam waktu yang kurang dari satu detik; [2] gerhana matahari atau bulan yang
berlangsung hanya beberapa menit saja di lokasi tertentu; [3] kemunculan pelangi yang hanya beberapa menit saja
selagi hujan disertai sinar matahari; [4] perkawinan hewan langka; [5] komet halley yang melintas setiap (sekitar)
76 tahun sekali, dan lain sejenisnya.

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 23


cukup panjang38 hingga tidak dapat teramati secara tuntas. Jadi, jika durasi gejalanya saja cukup

ekstrim seperti itu, maka para pengamat cenderung hanya akan mendapatkan kepingan-kepingan

dari gejalanya (data/fakta) saja secara parsial, sedikit-demi-sedikit, atau sepotong-demi-

sepotong; sangat diskrit dan kemungkinan tidak representatif. Oleh karena itulah manusia

memerlukan alat bantu, alat ukur, sensor-sensor, atau sistem yang cukup sensitif (akurat dan

teliti) dan mampu merekam gejala yang sedang menjadi perhatian.

Yang jelas, jika gejalanya saja tidak dapat teramati secara benar (datanya masih

mengandung kesalahan acak atau sistematik) dan juga tidak lengkap atau parsial (datanya tidak

cukup), maka kemungkinan besar, masalahnya (hulu) tidak akan teridentifikasi dan terpahami

dengan benar (akurat); formulasinya bisa jadi cenderung tidak jelas, keliru, bersifat bias, atau

setidaknya subjektif.

38
Sebenarnya, cukup banyak juga fenomena yang berjalan dengan durasi yang relatif lama. Sebagai ilustrasi, untuk
mendapatkan karakteristik perubahan tinggi muka air laut yang stabil, diperlukan waktu sekitar 18.6 tahun untuk
mengamati fenomena pasang-surut. Selain itu, fenomena-fenomena krisis-krisis ekonomi, energi, pangan, dan
tenaga kerja bisa juga terus berlangsung beberapa tahun kedepan setelah peristiwa peperangan atau pandemi
Covid-19 bereaksi untuk pertama kalinya.

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 24


11.Keserupaan Gejala & Komplikasi Masalah

Pada dasarnya, setiap masalah (yang tidak sederhana) bisa jadi akan menyebabkan

munculnya lebih dari satu gejala. Dengan demikian, suatu masalah belum tentu dapat

diidentifikasi berdasarkan pengamatan terhadap satu gejala (tertentu) saja39; semua gejalanya

tentu saja juga harus diamati secara cermat & lengkap. Selain itu, bisa jadi, suatu masalah

memiliki gejala-gejala yang serupa dengan masalah-masalah yang lain. Sebagai misal,

penyakit flue memiliki beberapa gejala umum seperti halnya demam, batuk, pilek (hidung

mampet & berlendir), sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot, badan lemah, dan kurang nafsu

makan. Sedangkan penyakit Covid-19, sebagai contoh pembanding, biasanya, bergejala demam,

batuk, sesak nafas, badan lemah, mudah lelah, nyeri otot, sakit tenggorokan, sakit kepala,

berkurangnya rasa penciuman, sedikit diare, dan lain sejenisnya.

Pada kasus dimana terdapat lebih dari satu masalah (hulu) pada periode waktu yang

sama, misalkan seseorang penderita penyakit flue pada saat yang sama juga menderita penyakit

Covid-19, maka tugas para analisnya semakin berat; masalah hulunya lebih dari satu dan juga

mereka memiliki gejala-gejala umum yang serupa. Yang lebih berat lagi adalah jika masalah-

39
Demam dan sakit kepala adalah gejala umum untuk beberapa penyakit. Jadi, untuk mengidentifikasi secara
akurat sumber penyakitnya (masalah hulu), masih diperlukan observasi terhadap gejala-gejala lainnya (selain
demam atau sakit kepala) yang muncul atau dirasakan.

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 25


masalah hulunya itu telah berkomplikasi sedemikian rupa hingga juga menghasilkan gejala-

gejala yang baru di samping gejala-gejala umumnya yang sudah ada. Berdasarkan observasi

terhadap keseluruhan gejala yang muncul, maka akan berhasilkah para analisnya

mengidentifikasi semua penyakit hulunya dengan benar (akurat)? Tentu saja jawabannya

bergantung pada kemampuan para analisnya.

Itu baru masalah (hulu) mengenai penyakit fisik. Bagaimana dengan masalah-masalah di

bidang-bidang mental/psikis, ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan, dan lain sejenisnya

yang juga memiliki lebih dari satu gejala, keserupaan sebagian gejala antar-masalah, komplikasi

gejala, dan juga merupakan masalah non-fisik? Tentu saja kemungkinannya menjadi lebih sulit

untuk diuraikan dan diberikan solusi.

12.Kesalahan Identifikasi Masalah & Akibatnya

Berdasarkan kemungkinan-kemungkinan keserupaan sebagian dari gejala dan komplikasi

pada masalahnya (apalagi jika terdapat lebih dari satu masalah pada hulunya), maka wajar saja

jika didapati kesalahan identifikasi atau diagnosa (pemahaman) atas suatu masalah.

Akibatnya, bisa jadi, hanya sebagian dari masalah yang teridentifikasi dengan benar. Hal ini

dapat disebabkan oleh beberapa faktor: [1] gejala-gejalanya tidak terekam dan teramati secara

benar & tidak lengkap40; [2] gejala-gejala yang muncul bersifat kompleks hingga tidak berhasil

dianalisis dengan baik (karena lebih dari satu, sebagian serupa atau mirip, dan/atau timbul gejala-

gejala baru akibat komplikasi lebih dari satu masalah) hingga tafsirnya (analisis atau

40
Pada kasus penyakit tertentu, bisa saja si pasien tidak jujur dalam mengungkapkan gejala-gejala yang dialaminya.
Bisa jadi, ia menganggap bahwa gejala-gejala itu, jika diungkapkan, akan mengungkapkan aib bagi dirinya atau
keluarganya. Dengan demikian, selama konsultasi dengan dokter, bisa saja ia menutupi (mengatakan yang tidak
benar atau setidaknya mengungkapkannya secara tidak lengkap) informasi mengenai gejala-gejala yang diperlukan
oleh dokter untuk menyembuhkan penyakitnya. Kasus ini juga bisa terjadi ketika konsultan menanyai personil-
personil departemen/perusahaan yang sedang bermasalah dan akan diperbaiki. Jika personil-personil itu tidak
jujur dalam mengungkapkan fakta/gejala masalah (karena menganggap hal itu sebagai aib), maka masalah yang
sebenarnya beserta solusinya tidak akan pernah terungkap dan terselesaikan.

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 26


diadnosanya) tidak akurat; dan/atau [3] gejala-gejalanya (masalah turunan) juga mempengaruhi

(menjadi inputan) masalah hulunya dalam delay waktu tertentu (hingga tidak mudah

membedakan mana masalah hulu dan mana pula masalah turunannya [duluan telur atau ayam]).

Ketiga faktor ini berpotensi untuk menyebabkan hasil identifikasi (diagnosa) terhadap

masalahnya tidak akurat hingga berakibat pada potensi solusinya (resep) pun cenderung tidak

akan tepat; masalahnya cenderung akan terus berkelanjutan.

13.Anjuran untuk Membuat Model

Seperti telah disinggung bahwa suatu masalah, terutama yang tidak sederhana, sering kali

tidak cukup jika hanya diungkapkan dalam bentuk narasi41 atau deskripsi (kata-kata) saja.

Sebagian dari aspek-aspek visual, urutan, logika, dan relasi-relasi sebab-akibatnya belum termuat

di dalamnya (secara eksplisit). Selain itu, sebagian dari narasi juga masih berwarna kelabu

hingga berpotensi mengundang multi tafsir, pandangan, persepsi, atau bahkan perselisihan

pendapat. Meskipun demikian, ungkapan/formulasi masalah dalam bentuk narasi tidak salah

sama sekali. Untuk masalah sederhana sudah cukup. Bentuk narasi adalah sangat penting dan

41
Cerita dalam bentuk tulisan atau kata-kata.

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 27


paling mudah dibuat & dipahami. Secara naluriah, bentuk inilah yang pertama kali muncul di

benak manusia. Jadi, bentuk ini masih perlu dipertahankan, hanya saja perlu dilengkapi dan

disempurnakan.

Sehubungan dengan pentingnya hal ini, maka sebagian pihak menganjurkan untuk

melengkapi dan menyempurnakan (narasi) masalahnya dalam bentuk model agar unsur-unsur

sajiannya (formulasi atau ekspresinya) menjadi lebih lengkap, tegas, mudah dipahami dengan

baik oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan tidak menjadi multi-tafsir. Meskipun demikian,

sebenarnya, bentuk ungkapan dasar atas masalah di atas pun sudah dalam bentuk model; yaitu

model dasar dalam bentuk narasi/deskripsi. Hanya saja, kemungkinan besar, yang diharapkan

adalah model lain yang lebih baik dari itu.

Sehubungan dengan hal ini, ternyata, model & pemodelan (atas suatu masalah) juga

sudah dianggap penting oleh pakar-pakar politik, sosial, budaya, dan futuristik di dunia. Mereka

sudah banyak mengamati fenomena-fenomena dan kemudian memahami masalahnya hingga

juga memerlukan model sebagai wujud dari pemahamannya yang masih perlu didiskusikan,

dikonfirmasikan, dan/atau dikomunikasikan. Dalam kaitan ini, Samuel P. Huntington42, seorang

guru besar ilmu politik dari Universitas Harvard Amerika Serikat, pada tahun 1996, mengatakan

bahwa “kita memerlukan model-model baik yang bersifat eksplisit maupun yang implisit agar

dapat”:

a) Mengatur dan menggeneralisasikan realitas.

b) Memahami hubungan-hubungan kausal di antara berbagai fenomena.

c) Melakukan antisipasi dan, jika kita beruntung, dapat melakukan prediksi terhadap

perkembangan-perkembangan yang terjadi di masa yang akan datang.

d) Memilah-milah mana yang penting dan yang tidak penting.


42
Dalam pustaka (Huntington S,P., 2012); buku terjemahan, halaman 14 (bab 1).

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 28


e) Menempuh jalan yang memungkinkan kita untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan butir-butir pendapatnya yang akurat itu, penulis yakin bahwa beliau sangat

memahami dan telah memiliki pengalaman yang panjang dengan teori dan aplikasi-aplikasi

model, pemodelan, sistem, dan systems thinking di bidang-bidang politik, sosial, budaya, dan lain

sejenisnya.

14.Model Sebab-Akibat (CLD)

Seperti telah disinggung bahwa ungkapan suatu masalah dalam bentuk dasar narasi,

terkadang, masih menyisakan persoalan hingga diperlukan model atau pemodelan sebagai

pelengkap dan penyempurna. Sehubungan dengan hal ini, sudah banyak tersedia model atau

metoda pemodelan yang dapat dipilih untuk merepresentasikan suatu masalah dengan baik.

Meskipun demikian, pemilihan ini harus sesuai dengan karakteristik masalah, tujuan (objektif)

pemodelannya, dan/atau requirements terkait.

Dalam urusan masalah seperti contoh yang telah diuraikan pada bab 4 di atas, terutama

untuk masalah yang tidak terlalu sederhana, tersedia metode causal loop diagram/CLD atau

diagram sebab-akibat. Metode ini merupakan analisis yang akan merepresentasikan masalah

dalam bentuk model sistem (berpola sistemik); memiliki unsur loop atau umpan-balik. Model ini

akan membantu para penggunanya dalam mengidentifikasi, memahami, dan menyederhanakan

masalahnya beserta memudahkan identifikasi potensi-potensi solusi yang dapat diberikan. Oleh

sebab itu, tidak mengherankan jika metode ini juga banyak digunakan di bidang-bidang systems

thinking dan sistem dinamis.

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 29


Dengan metode ini, masalah diuraikan sedemikian rupa hingga akhirnya menjadi

komponen-komponen variabel beserta (simbol garis anak panah beserta tanda plus [+]43

minusnya [-]44) relasi-relasinya (sebab-akibatnya) dengan variabel lainnya yang terhubung secara

langsung dengannya. Sebagai ilustrasi, berikut ini adalah contoh-contoh model CLD yang paling

sederhana (dasar), hanya terdiri dari dua variabel yang membentuk loop; pada kasus model ini,

sebab (aksi dan masalah) menyebabkan munculnya akibat, dan akibat (reaksi dan solusi)

berusaha meniadakan sebab.

Sebagai ilustrasi tambahan, berikut ini adalah model-model CLD (pada awalnya dan

akhirnya) yang dibuat atau dirancang atas masukan model narasi masalah yang tertuang pada

butir p) pada bab 4 di atas.

43
Tanda plus [+] mengindikasikan perubahan searah antara 2 variabel yang berhubungan langsung, peningkatan
nilai variabel pertama juga akan (memicu) meningkatkan nilai variabel yang kedua.
44
Tanda minus [-] mengindikasikan perubahan tidak searah antara 2 variabel yang berhubungan langsung,
peningkatan nilai variabel pertama akan (memicu) menurunkan (meniadakan/mengeliminasi) nilai variabel yang
kedua.

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 30


15.Efek-Samping Masalah

Tentu saja, cepat atau lambat, manusia akan melakukan suatu tindakan (intervensi atau

solusi) jika mulai tertimpa masalah45. Harapannya, masalahnya segera teridentifikasi dengan

benar dan dosis tindakannya (solusi) juga tepat hingga masalahnya cepat terselesaikan tanpa

efek samping (khususnya yang merugikan). Jika kondisi ideal ini digambarkan (secara

konseptual), maka diagram sebab-akibatnya akan nampak seperti pada gambar pertama pada bab

14 di atas (tanpa efek-samping).

Meskipun demikian, hal yang ideal itu (sebagaimana yang diharapkan) tidak selalu

terjadi. Terkadang, pada kasus-kasus tertentu, yang teridentifikasi itu justru hanya sebagian

gejalanya saja (dan bukan masalahnya secara keseluruhan); masalahnya (hulunya) masih perlu

45
Perhatikan diagram ke-3 pada bab 14 di atas.

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 31


didalami dan kemungkinan belum/tidak teridentifikasi46. Jadi, pada kasus-kasus seperti itu, jika

yang ternyata diberi tindakan (solusi) itu adalah gejalanya saja, maka gejalanya memang dapat

diredakan untuk sesaat. Tetapi karena masalahnya belum juga tersentuh, maka gejala-gejala yang

sama akan muncul kembali dan mengundang tindakan yang sama untuk meredakannya. Kejadian

seperti ini terus berlangsung (berkelanjutan).

Karena pola tindakan ini berulang, maka sebagian dari tindakan itu (kemungkinan besar)

akan berefek-samping. Belum lagi kelebihan dosis tindakannya (residu) itu akan berakumulasi

dan berpotensi merugikan yang bersangkutan dalam jangka panjang (delay waktu tertentu). Ini

semua akan meningkatkan (eskalasi) masalah yang sudah ada atau bahkan memperbanyak tipe

masalahnya. Jika kondisi seperti itu diformulasikan (dikonseptualkan) dalam bentuk diagram

sebab-akibat, maka akan terbentuk kurva tertutup atau loop (umpan-balik) positif baru yang

mencerminkan potensi peningkatan (eskalasi) masalahnya secara sistemik atau sistematik47

(bukan penyelesaian masalah)48.

46
Ini ciri khas masalah-masalah sosial, politik, ekonomi, abstrak, lingkungan, campuran, modifikasi, dan lain
sejenisnya; yang jelas bukan tipe masalah (sistem) fisik, mekanik, elektronik, dan sejenisnya.
47
Tinggal menunggu waktu saja untuk “berbuah”.
48
Banyak orang awam menyebutnya sebagai “lingkaran setan” (menjadi sebab suatu masalah menjadi berputar-
putar tidak berkesudahan seolah tanpa solusi sama sekali).

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 32


Sebagai ilustrasi, seandainya, seseorang mulai terinfeksi Covid-1949 dengan gejala

dominan sakit kepala. Kemudian, karena yang sangat terasa adalah (gejala) sakit kepala, maka

tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter, si penderita segera membeli obat pereda sakit

kepala di warung (toko obat). Sesaat kemudian, (gejala) sakit kepalanya reda. Tetapi karena

Covid-19-nya sama sekali tidak disembuhkan, maka gejala sakit kepalanya tentu saja muncul

kembali. Seperti sebelumnya, maka ia pun kemudian makan obat pereda sakit kepala yang sama.

Pola tindakan ini terus berlangsung (berkelanjutan). Setelah sekian lama, akumulasi residu obat

pereda yang masih tertinggal di dalam tubuhnya itu sudah mencapai batas tertentu yang dapat

memunculkan gejala-gejala gangguan pada fungsi-fungsi organ ginjalnya. Pada saat itu,

akhirnya, beliau ini menderita Covid-19 sekaligus penurunan fungsi-fungsi organ ginjalnya.

Tentu saja masih banyak masalah dan/atau gejala yang dapat dianalogikan dengan Covid-

19 dengan gejala sakit kepalanya seperti di atas. Oleh sebab itu, untuk menuntaskan suatu

masalah, indentifikasilah dan pahamilah terlebih dahulu gejala-gejala dan masalahnya secara

benar dan akurat, baru kemudian carilah (wujudkan) solusinya yang paling tepat. Jika hal ini

tercapai, maka diagram sebab-akibatnya akan nampak cukup sederhana (seperti di atas); hanya

terbentuk sebuah loop penyeimbang sederhana (yang berisi tanda-tanda plus [+] dan minus [-])

yang menggambarkan 2 relasi bahwa masalahnya akan langsung terseselaikan (tereliminasi) oleh

solusinya. Sebaliknya, jika gejala-gejala dan masalahnya tidak teridentifikasi dan terpahami

dengan benar atau dosis tindakannya (solusinya) tidak tepat, maka hal itu berkemungkinan besar

akan menimbulkan efek samping yang pada akhirnya akan mendukung terbentuknya loop

lain/baru (yang berisi tanda plus [+] saja) yang berpotensi untuk mengakumulasikan residu efek-

sampingnya hingga akhirnya eskalasi masalahnya meningkat; seperti halnya bola salju yang

menggelinding.
49
Atau penyakit lain yang bergejala dominan sakit kepala. Covid-19 sekedar pemisalan saja.

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 33


Perhatikan pula kasus nyata masalah butir p) pada bab 4 di atas. Narasi atau deskripsi

masalahnya menggambarkan bahwa para pengambil keputusan dan perancang kebijakan terkait

tidak memperhitungkan keberadaan entitas (variabel) belalang (serangga) beserta relasi-relasinya

dengan entitas-entitas (variabel-variabel) yang lain di dunia nyata (lokal); model konseptualnya

tidak akurat. Beliau-beliau itu lupa atau mungkin tidak memperhatikan pendapat atau pemikiran

pakar lingkungan, ekosistem, atau ekologi di area yang bersangkutan hingga secara tergesa

dalam membuat dan kemudian langsung menjalankan kebijakannya. Akibatnya, muncullah efek-

samping yang dahsyat dari entitas yang sangat tak terduga (belalang) hingga akhirnya terjadi

banyak kegagalan panen, wabah kelaparan, dan peristiwa kematian banyak manusia. Inilah

pelajaran besar; pentingnya pemahaman, diskusi, kesepahaman bersama, dan kesepakatan

pengambilan keputusan atau pembuatan solusi atas suatu masalah nyata dan kolektif.

16. Catatan
Contoh-contoh masalah di atas (bab 4) berkenaan (berfokus) dengan masalah/sistem

abstrak (non-fisik) dan tidak tertutup; termasuk masalah lingkungan (ekosistem). Tujuannya,

jika dimodelkan dengan metode CLD, adalah untuk menjelaskan bagaimana suatu masalah

(sistem) dapat diuraikan sedemikian rupa hingga lebih mudah dipahami, ditiru, didiskusikan,

dimodifikasi, dan dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Jika kita

memerlukan pengetahuan yang lebih aktual, detil (rincian), atau khusus mengenai kondisi

objektifnya, sebagai misal untuk contoh kasus ekosistem di wilayah A, maka diperlukan survei

atau pengumpulan data/fakta (kuantitatif dan kualitatif) dan analisanya di wilayah A (di perioda

waktu yang diinginkan); situasi objektifnya sangat terikat dengan dimensi waktu dan lokasi

(spasial/geografis). Jadi, sebagai ilustrasi, kemungkinannya, akan didapatkan tampilan model-

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 34


model CLD yang berbeda untuk wilayah-wilayah dan waktu-waktu yang berbeda; bergantung

pada situasinya: konteks waktu (temporal), spasial (area), dan/atau “lingkungannya”.

Satu hal lagi yang sangat perlu dipahami, kita (perancang/para analis) perlu terlebih

dahulu memahami dengan baik pengertian, definisi, tipe/jenis, dan/atau karakter mengenai

masalah atau “sistem” (fisik, mekanik, elektronik, alami, buatan manusia,

kombinasi/modifikasi, rekayasa, lingkungan, abstrak, ekonomi, sosial, dan sejenisnya) yang

akan dibahas, diformulasikan, didiskusikan, dikomunikasikan, dan dibuatkan solusinya50.

Sebagai misal, pada sistem fisik (non-abstrak) & mekanik (sepenuhnya buatan dan dirancang

oleh manusia, dan juga termasuk sebagai sistem tertutup), kita mengenal perangkat pegas (per)

yang dapat diberi masa (benda) di ujungnya, diregangkan (ditarik) sekian senti-meter (cm), dan

akhirnya dilepaskan hingga pegasnya bergetar (berosilasi) sebelum kembali ke posisi semula.

Pada contoh sistem fisik-mekanik ini, komponen-komponen sistemnya berupa fisik, jelas

terdefinisi dan terlihat, urutan dan kaitannya51 (konfigurasi atau rangkaiannya) tetap (setelah

dirancang atau didefinisikan oleh pembuatnya), batas-batas sistem dengan lingkungannya

sangat jelas/tegas, dan hubungan sebab-akibatnya terimplementasikan dalam bentuk hukum-

hukum fisika, matematika, dan/atau kimia (hukum alam). Sistem seperti ini tidak terganggu

50
Hal ini yang terkadang terlupakan oleh beberapa pihak.
51
Antar komponen atau variabel.

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 35


(dipengaruhi)52 oleh lingkungannya; situasi sistemnya tetapi sama. Setiap orang akan sepakat

dalam memandang sistem ini; tidak ada perdebatan, perselisihan, dan asumsi. Sistemnya sudah

bersifat objektif hingga akan berlaku stabil, tetap, atau baku kapan pun (konteks temporal) dan

dimana pun (konteks spasial); jika tidak rusak. Model seperti ini dengan mudah dapat diteruskan

hingga menjadi model sistem dinamis (diagram stock & flow). Model yang dihasilkan akan

berumur panjang dan dapat diterapkan dimana saja; tidak bergantung pada situasinya.

Keberadaan variabel-variabel beserta relasi-relasi (koneksi antar-komponen) pada model

sistem pegas sederhana ini selalu relevan dimana pun dan kapan pun. Demikian pula dengan

hubungan sebab-akibatnya yang konsisten terhubung dengan hukum-hukum fisika (mekanika)

F=ma=mg-kx; a=(mg-kx)/m; dan v= . . Dimana: F=gaya, g=gaya gravitasi, x=pergeseran,

a=percepatan, k = konstanta pegas, m = masa benda, dan v = kecepatan.

Sementara itu, pada tipe model dengan tipe sistem (masalah) yang lain, katakanlah pada

sistem-sistem abstrak, tidak-tertutup, sosial, ekonomi, politik, lingkungan, ekosistem, atau

campuran, cukup berbeda dengan sistem-sistem fisik, tertutup, dan mekanik buatan manusia

seperti di atas; sangat dipengaruhi oleh situasi, batas-batas sistemnya sering kali tidak jelas53,

52
Tidak ada pertukaran energi dan material dengan lingkungannya.
53
Oleh sebab itu, batas-batas sistem yang dimaksud (yang menjadi perhatian) dengan sistem-sistem yang menjadi
tetangganya agak dipaksakan dengan cara didefinisikan dengan kata/kalimat yang mengandung unsur-unsur
asumsi tertentu. Meskipun kalimat definisinya jelas/tegas, tetapi batas-batas yang sesungguhnya tidak tegas

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 36


sebagian (besar?) dari komponen (variabel) sistemnya tidak berupa fisik, keberadaan

(relevansi) komponen atau variabelnya bisa berubah (bisa ada bisa tidak), urutan, kaitan,

rangkaian, dan konfigurasinya ditafsirkan, dianalisis, atau diasumsikan dan juga bisa

berubah (secara dinamis). Selain itu, sebagaimana telah disinggung (mengenai perlunya model

atau pemodelan) oleh, Prof. Samuel P. Huntington (perhatikan uraian bab 13 di atas), model-

model non-fisik, abstrak, dan tidak tertutup, cukup jauh dari eksak; pada umumnya telah

mengalami generalisir [perhatikan butir a) bab 13] dan hasil pemilihan mana yang dianggap

penting/signifikan dan mana pula yang dapat diabaikan [perhatikan butir d) bab 13]. Akibatnya,

hubungan sebab-akibatnya yang tidak eksak itu perlu diamati (datanya), digeneralisir, diolah

secara statistik (regresi), diasumsikan, di-adjust, dan lain sejenisnya. Sistem seperti ini akan

bergantung pada pada situasinya. Sistemnya, bisa jadi, bersifat subjektif hingga sangat

mungkin tidak berlaku di lain waktu dan lokasi; karena terdapat perbedaaan situasi

(lingkungan), hasil pengamatan (pengukuran), pemahaman, dan pandangan para perancangnya,

maka untuk (tema) model sistem (masalah) yang sama pun sangat mungkin terdapat beberapa

versi modelnya. Meskipun demikian, model sistem seperti ini (CLD) juga bisa diteruskan

(ditransformasikan) menjadi model sistem dinamis (model stock & flow), sebagai simulasi untuk

mendapatkan suatu gambaran numerik dan visual-grafis. Tetapi hati-hatilah karena model-

model itu merupakan hasil generalisasi dari masalahnya dan belum tentu menggambarkan

apa yang sebenarnya terjadi di dunia nyata.

Pertanyaannya, apakah masalah di Tiongkok itu [perhatikan butir p) pada bab 4 dan

gambar ke dua dan ketiga pada bab 14] juga terjadi di wilayah-wilayah lain dan di periode waktu

yang lain pula? Tentu saja, jawabannya, bisa jadi, secara umum, “ya”, tetapi bisa juga “tidak”.

karena area sistem itu berada di “ruang” yang cenderung bersifat kontinyu (terdapat pengaruh/input-output dari
entitas-entitas eksternalnya/lingkungan).

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 37


Kejadian umum seperti itu bisa terjadi dimana dan kapan saja. Tetapi tentu saja detilnya (seluruh

variabel beserta relasi-relasi sebab-akibatnya secara eksak) kemungkinan besar akan berbeda;

karena situasi dan kondisi lingkungannya juga berbeda. Jadi, perbedaan situasi akan

mereduksi (menurunkan) relevansi modelnya. Itulah salah satu kelemahan model-model

(baik CLD maupun Stock & flow) yang termasuk ke dalam sistem-sistem yang tidak tertutup

dan non-fisik (atau campurannya). Fakta inilah yang perlu disadari sedari awal oleh para

pengguna ilmu dan aplikasi sistem dinamik yang berasal dari bidang-bidang non-eksak

(sosial, lingkungan, kebijakan, pengambilan keputusan, politik, dan lain sejenisnya).

Meskipun terdapat catatan penting seperti di atas, penemuan unsur loop (umpan-balik)

di dalam suatu model (katakanlah seperti pada gambar ke tiga54 atau ke dua55 pada bab 14 di

atas) yang termasuk sebagai sistem-sistem yang tidak tertutup dan non-fisik adalah suatu

yang istimewa. Penemuan unsur loop pada model tipe sistem seperti ini bisa jadi merupakan

suatu kesadaran atau pengetahuan baru yang perlu diberi apresiasi. Artinya, perancangnya

(analisnya) telah berhasil menemukan atau mengidentifikasi suatu sistem atau pola sistemik

yang terdapat di dalam masalahnya secara keseluruhan. Sistem atau pola sistemik inilah yang

dominan dalam mempengaruhi dinamika yang terdapat di dalam model sistemnya. Jika hal ini

dipandang sebagai masalah yang perlu segera diselesaikan, maka potensi-potensi solusinya,

pada umumnya, terletak pada variabel-variabel yang berada di sekitar unsur loop itu; perlu

diapakan. Sementara itu, penemuan model (yang termasuk pada tipe sistem-sistem yang tidak

tertutup dan juga non-fisik) yang berlaku umum (luas, bersifat generik, relevan untuk

diterapkan pada banyak kasus, dapat diaplikasikan di banyak tempat, dan bisa diberlakukan

54
Ungkapan persoalan sebenarnya setelah solusinya diberikan dan akibatnya dirasakan.
55
Ungkapan persoalan penting (sebenarnya) pada awalnya; yang sebenarnya harus dikenali dan dipahami dengan
baik/akurat.

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 38


di beberapa periode waktu) juga merupakan hal yang sangat istimewa; bisa jadi merupakan

kemunculan suatu kesimpulan penting, pengetahuan baru, atau bahkan sebuah teori baru.

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 39


DAFTAR PUSTAKA
(Huntington S.P., Huntington S.P., “The Class of Civilizationsand the Remaking of the World
2012) Order”, 1996, yang diterjemahkan menjadi “Benturan Antar Peradaban
dan Masa Depan Politik Dunia”, Cetakan ke-12, Penerbit Qalam, Jakarta,
2012.

Logika & Analisis Sederhana Halaman: 40

Anda mungkin juga menyukai