Masalah (Anjuran Untuk Memahaminya Dengan Baik & Membuatkan Modelnya)
Masalah (Anjuran Untuk Memahaminya Dengan Baik & Membuatkan Modelnya)
Masalah
(Anjuran untuk Memahaminya dengan
Baik & Membuatkan Modelnya)
Eddy Prahasta
<eddypra2000@gmail.com>
Juli, 2023
Sebenarnya, masalah, ujian, cobaan, problem, kewajiban, atau tantangan adalah hal biasa
bagi manusia; hadir setiap hari selama manusia (dewasa) masih mampu melihat matahari.
kompleks, mudah, sulit, kecil, besar, suka, duka, sebentar, atau lama. Sebagian orang secara
ekstrim menyebut bukan manusia jika tanpa masalah. Jadi, manusia perlu terus berdamai
dengan segala masalahnya agar hidupnya tetap terkendali dalam kondisi dinamis sepanjang
waktu.
Masalah tetap harus dijalani, diatasi, dipecahkan, dan/atau dicarikan solusinya; bukan
untuk dihindari sama sekali. Meskipun demikian, untuk memecahkan masalah, kita tidak boleh
kalap, emosi, bias, dan tergesa atau lalai, nanti malah gagal-paham1. Jadi, terlebih dahulu
diperlukan pemahaman yang benar, baik, tepat, cepat, dan lengkap atas masalahnya. Baru
Salah satu cara untuk memahami masalah adalah dengan merenungkan, mengamati,
disertai penjelasan yang cukup. Dengan cara itu, masalahnya dapat dipahami lebih tepat, akurat,
cepat, dan menyeluruh. Setelah itu, masalahnya siap dipresentasikan, didiskusikan, dan akhirnya
bersama. Akhirnya, potensi dan usulan solusinya pun tergambarkan. Tinggal menunggu waktu
yang tepat untuk eksekusi dan kemudian monitoring progresnya; evaluasi dampak-dampaknya.
1
Bagaikan sejumlah orang buta yang berusaha mengamati dan kemudian mendefinisikan seekor gajah versi
masing-masing, dan kemudian mereka mangaku definisinyalah yang paling benar.
planet, nat geo wild, BBC earth, dan lain sejenisnya kita dapat melihat betapa senang, ceria, dan
lincahnya Wildebeest, Antelope, dan Gazel yang lucu dan mungil ketika berlarian, berlompatan,
mencari makan, dan bercengkrama sesamanya di padang rumput yang luas di benua Afrika sana.
Sama sekali tidak nampak kekawatiran atau rasa takut ketika banyak kuli-tinta, reporter, peneliti,
dan turis mancanegara berkunjung ke kawasan taman nasional dimana mereka tinggal. Demikian
pula halnya ketika kamera mulai mengarah dan mendekat pada posisi mereka, sebagian dari
mereka justru juga makin mendekat dengan rasa keingintahuannya. Mengapa demikian? Sebab,
para pengunjungnya tidak bergerak secara tiba-tiba (mengagetkan) dan juga tidak mengganggu
mereka. Itulah kesan umum yang didapatkan para penontong tayangan-tayangan tersebut.
Seandainya saja ketiga spesies binatang itu diberi sedikit akal (hingga memiliki
kemampuan berpikir, menganalisa, dan berkesadaran), bisa jadi kehidupan mereka justru
berubah seketika; masalah segera mendatangi mereka. Mengapa? Sebab, dengan kemampuan
berpikirnya itu, mereka akan mendapatkan sebagian ilmu, pengetahuan, dan kesadaran!
Dengan itu semua, mereka justru akan menyadari bahwa kehidupannya selalu terancam setiap
saatnya; mulai dari pagi hingga ke pagi lagi di hari berikutnya. Apa tidak stress?
binatang buas seperti halnya Python, Singa, Heyna, Cheetah, dan Leopard sudah menanti untuk
memangsanya, ketika kehausan hendak minum air di tepi sungai, Buaya sudah siap dengan
sergapannya yang kejam, dan ketika mengantuk & hendak tidur di bawah pohon yang rindang,
mereka pun gelisah dengan kehadiran gerombolan anjing hutan yang selalu siap menerkamnya
terlepas). Belum lagi dengan hadirnya para pemburu hewan liar yang memang sengaja
mengincar ketiga spesies hewan ini karena rasa dagingnya yang lezat. Jadi, sebenarnya, ketiga
spesies hewan itu hidup di tempat yang sangat mengerikan! Tantangan untuk survive dan
ancaman kematian silih-berganti setiap saatnya tanpa jeda. Tetapi apakah (karenanya) mereka
selalu merasa gelisah, terbebani, stres, tertekan dalam jangka panjang, berbadan kurus, dan/atau
Memang, kematian mereka yang sebenarnya (dimakan hewan buas pemangsa atau diburu
manusia) adalah takdir mulia yang tak terhindarkan (seolah tanpa solusi dan perlawanan sama
sekali) oleh mereka; hanya masalah waktu saja di dalam sistem rantai makanan. Tetapi, dengan
pengetahuan & kesadaran yang diandaikan mereka miliki itu, potensi “kematian” secara
mental justru bisa jadi datang lebih awal. Mereka bisa mati sebelum waktunya (prematur).
Itulah sebabnya mengapa mereka tidak diberi akal sama sekali hingga tidak berpengetahuan dan
berkesadaran2. Itu semua demi kebaikan mereka sendiri, sesuai dengan misi hidup mereka
2
Kemungkinan besar, hewan juga memiliki (semacam) rasa takut, gelisah, khawatir, rasa ingin-tau, dan lain
sejenisnya seperti halnya manusia (karena melihat suatu ancaman). Tetapi, nampaknya, mereka tidak dapat
mengaitkan hal itu dengan akalnya yang memang tidak diberikan. Yang mungkin, mereka mengaitkan itu semua
dengan insting atau nafsunya sebagai hewan sebagai respons dan tindak-lanjut dari rasa-rasa itu. Hal itu tentu saja
tidak dapat disamakan begitu saja dengan “masalah” di dalam kerangka berfikirnya manusia.
akal sedikit pun hingga tetap dapat hidup dengan tenang, santai, ceria, bahagia, dan menikmati
hidup apa adanya sebagai akibat ketidak-sadarannya itu. Pada kasus-kasus tertentu, ketidak-
kecemasan, kekawatiran, atau pemikiran mengenai adanya masalah adalah ciri khas pemikiran
3
Hal inilah yang juga dialami oleh sebagian dari penemu atau pencetus suatu ilmu, teknologi, atau produk
tertentu. Sebagai misal, sebagian dari ilmuan atom/nuklir menyesalkan bahwa penemuan mereka ketika
menyadari bahwa penemuan mereka itu pada saat ini telah disalah
disalah-gunakan untuk
ntuk membuat produk-produk
produk yang
sangat berbahaya (bom atom, nuklir, hidrogen, dan lain sejenisnya) dan dapat mengancam alam, lingkungan
hidup, dan manusia itu sendiri secara keseluruhan.
4
Meskipun hal ini hanya berlaku untuk sementara waktu saja, pada kon
kondisi/kasus tertentu.
Kehidupan manusia tentu saja tidak seperti (contoh) ketiga spesies hewan itu. Manusia
adalah makhluk yang berakal, bernafsu, dan juga diistimewakan. Dengan akalnya, manusia
bertoleransi, beradaptasi, dan mengendalikan nafsunya5. Dengan akalnya pula, manusia dapat
menjadi berbeda dengan hewan; hidupnya bisa jauh lebih baik, makmur, santun, tertib,
teratur, dan bermartabat. Akal adalah karunia yang sangat luar biasa6; pembeda antara manusia
dan hewan.
Sebenarnya, di samping dikaruniai akal, manusia juga dibekali nafsu yang berkemampuan
(bergaya) untuk mendorong. Fitur-fitur seperti ini juga dimiliki oleh jin. Oleh sebab itu, kedua
jenis makhluk ini, khususnya yang telah dewasa, juga memiliki kewajiban-kewajiban tertentu
dan masalah selama hidupnya. Meskipun demikian, (sub-bab) tulisan ini hanya membahas
manusia dengan (sedikit) penekanan pada akal dan masalahnya saja.
Dengan anugerah besarnya itu, maka manusia harus bertanggung jawab atas akalnya7 itu;
dengan cara bertanya, mendengar, melihat, membaca, menuntut ilmu, berlatih, bekerja,
berpengalaman, dan makan & minum yang baik-baik saja8. Sebab, akalnya itu tidak dapat
tumbuh dan berkembang secara otomatis9 sementara hawa nafsunya terus bertambah seiring
5
Hal inilah yang juga sangat-sangat penting. Jika akalnya (selalu) dikalahkan oleh nafsunya, maka pada hakekatnya,
bisa jadi, yang bersangkutan tidak berbeda jauh dengan hewan; bahkan bisa lebih buruk lagi dari itu.
6
Karena luar biasanya akal beserta potensi-potensi spektrumnya, terkadang, sesama manusia pun tidak dapat
menebak apa yang sedang dipikirkan oleh manusia lainnya; manusia tidak selalu dapat memahami pemikiran
manusia-manusia lainnya. Di situ ada potensi positif dan negatif sekaligus; diperlukan kehati-hatian.
7
Ia tidak boleh merusaknya, sebagai misal, dengan mengkonsumsi miras, narkoba, racun dan lain sejenisnya.
Selain itu, yang tak kalah pentingnya adalah manusia tidak dibebani tanggung jawab (diangkatnya pena pencatat
amal) ketika akalnya (pengetahuan dan kesadarannya) belum sempurna atau belum/tidak bekerja (misalnya ketika
masih anak-anak, tertidur, pingsan, tidak sadar, terhipnotis, sakit ingatan, idiot, mati, dan lain sejenisnya).
8
Dan juga halal tentunya.
9
Jika hanya mengandalkan kecepatan default, tanpa banyak membaca dan proses belajar yang intensif atau
menuntut ilmu secara sistematis, maka pertumbuhan & perkembangan akal akan lambat; yang bersangkutan
cenderung akan berwawasan sempit dan tertinggal dari manusia-manusia lainnya.
Sejak (mulai) dewasa10, di lain pihak, manusia mulai memahami bahwa sebagian dari
pengalaman hidupnya itu (sparing partner) akan berupa tantangan, kewajiban, ujian, cobaan,
dan/atau masalah. Sejak saat itulah sebagian dari mereka, terkadang, merasa iri dengan
burung-burung yang bebas seolah tanpa beban, ujian, dan kewajiban bisa terbang kemana
saja mereka mau. Mengapa demikian? Ternyata, mereka mulai terkena rayuan nafsu (terutama
rasa malas) dan menemui kesulitan atau masalah, dan mengeluh; sebagian dari itu (masalah)
ternyata cukup berat, mengganggu, dan melelahkannya dalam waktu yang tidak sebentar. Hidup
manusia memang tidak lepas dari masalah11. Ada akal & nafsu, berarti juga ada masalah12.
Itulah manusia! Bukan manusia jika tanpa masalah. Salah sendiri mengapa dahulunya (memilih)
menjadi manusia13. Jadi, manusialah yang benar-benar memiliki masalah, karena mereka telah
dikaruniai akal untuk mengatasi masalah dan tantangan yang selalu datang silih berganti. Salah
satu fungsi besar akal manusia adalah untuk mengidentifikasi, memahami, dan mengatasi
10
Manusia dianggap mulai dewasa, menurut Islam, adalah ketika yang bersangkutan sehat secara mental dan
sudah berstatus baligh. Pada saat itu, akalnya (kesadaran moral & mental) dianggap sudah mulai mampu untuk
membedakan mana yang baik & mana yang buruk, menjalankan kewajiban tertentu, dan menerima tantangan
atau ujian tertentu.
11
Karena itulah sebagian orang yang berputus asa mengira bahwa kematian akan menghentikan seluruh
masalahnya.
12
Manusia itu unik, ia diberi faktor-faktor akal (kesadaran, pengetahuan, dll.), hawa nafsu, dan juga kebebasan
memilih untuk berbuat baik atau buruk dalam hidupnya; terlepas dari apa pun yang menjadi konsekuensinya nanti.
Faktor-faktor inilah yang sebenarnya menjadikan manusia memiliki masalah. Manusia perlu “bersahabat” dengan
masalah atau tantangan. Jadi, sebenarnya, kehadiran akal semata tidak secara otomatis menyebabkan makhluk
yang bersangkutan menjadi wajib memiliki masalah meskipun kenampakkannya demikian.
13
Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, tetapi semuanya
enggan untuk memikul amanat itu dan mereka kawatir dapat melaksanakannya, kemudian dipikullah amanat itu
oleh manusia. Sesungguhnya, manusia itu amat zalim dan bodoh (QS. Al-Ahzab: 72).
Jika ditanyakan, khususnya sejak remaja, mengapa manusia bermasalah? Tentu saja,
selain karena secara umum ia telah dikarunia akal & hawa nafsu, jawaban mengenai sebab-sebab
“lahiriahnya” akan beragam. Meskipun demikian, sebagian dari potensi jawaban (sebab) itu
adalah (karena): [1] pada dasarnya, untuk mendapatkan apa saja yang diinginkan atau
dibutuhkan, manusia harus berusaha, bekerja, dan berproses, dan hal itu merupakan tantangan
sekaligus merupakan masalah harian yang harus selalu ditaklukan sementara tidak semua
manusia dapat bersyabar dengan proses yang sebenarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
mereka sendiri; [2] manusia sering membandingkan dirinya dengan yang lain atau
membandingkan kondisinya pada saat ini dengan kondisinya pada saat-saat yang lain
(mengundang analisis atau pemikiran perbedaan antara harapan dan kenyataan); [3] di dunia ini
selalu terjadi perubahan dan sebagian dari itu menuntut manusia untuk bertoleransi, berdamai,
berkompromi, dan beradaptasi, sementara itu tidak setiap manusia mampu melakukan itu semua
dengan baik; [4] hidup ini berisi banyak hal ketidak-pastian dan tidak setiap manusia mampu
kompleksitas yang beragam dan tidak semua manusia dapat memahaminya dengan benar, baik,
dan lengkap, apalagi pemikiran manusia cenderung bersifat parsial dan memiliki keterbatasan
(juga pelupa); [6] manusia memiliki akal atau kemampuan berfikir tetapi tidak banyak manusia
yang menggunakannya secara maksimal dan jujur dengan akalnya; [7] manusia memiliki
kebebasan untuk memilih, berpikir, dan bertindak dengan benar atau salah, oleh sebab itu, wajar
saja jika sebagian manusia (pernah) bertindak salah (hingga mengganggu atau merugikan sesama
manusia, makhluk, dan lingkungannya); [8] setiap manusia itu unik, oleh sebab itu, sangat
dan kebutuhan yang berbeda (potensi terjadi gesekan, konflik, dan perselisihan); [9] manusia
dikelilingi oleh sumber-daya (alam, usia, tenaga, biaya, dan lain sejenisnya) yang terbatas
(potensi terjadi gesekan, perselisihan, persaingan, konflik kepentingan, dan peperangan); [10]
manusia cenderung berpandangan dan/atau berpikiran sempit, subjektif, dan parsial14; dan/atau
[11] karena cenderung pada arahan nafsunya, terkadang, ia tidak bersyukur tetapi justru
mengeluh (selalu merasa kurang15) atas apa pun yang telah diperolehnya selama ini.
Dengan mempertimbangkan ke-11 (potensi) jawaban di atas, maka adalah (sangat) wajar
saja jika manusia selalu bermasalah16 selama hidupnya, terlepas dari apa pun yang menjadi detil
(deskripsi) masalahnya.
14
Hal inilah yang sangat berpotensi menyebabkan benturan-benturan yang bersangkutan dengan realita (fakta
objektif) dan/atau dengan sesama manusia yang sama-sama berpandangan & berpikiran sempit, subjektif, dan
parsial.
15
Inilah sebenarnya yang juga termasuk masalah besar manusia; yang membuatnya tidak bahagia, merasa miskin,
kekurangan, atau bermasalah.
16
Sebagian dari masalah manusia, di lain pihak dan pada konteks tertentu, juga dipengaruhi oleh unsur-unsur
penting hawa nafsu meskipun sering kali tidak nampak jelas pada lahiriahnya dan juga tidak mudah untuk
dikonfirmasi (dicarikan fakta-faktanya).
Jika dihitung, tentu saja akan sangat banyak bentuk, ungkapan, narasi, deskripsi, model,
tipe, variasi, katagori, jenis, dan/atau detil masalah manusia; jumlahnya tidak akan terhitung.
Meskipun demikian, sekedar ilustrasi saja, berikut ini adalah beberapa contoh (yang sering
dianggap sebagai ekspresi) masalah manusia (baik yang berskala pribadi, kelompok, dan/atau
a) Sakit mata.
d) Si Adi patah kakinya hingga perlu dirawat selama 2 bulan di rumah sakit. Akibatnya, ia tidak
hari untuk berjualan daun & buah pisang demi menghidupi 3 anak laki-laki dewasanya yang
f) Pak Ismail sedang bingung berat pagi ini dengan uangnya yang hanya tersisa Rp. 100 ribu.
Jika uang ini dijadikan sebagai modal dagang hari ini, maka artinya keluarganya tidak akan
g) Seorang presenter masih sakit gigi hingga sulit (tidak lancar) berbicara, padahal 30 menit lagi
harus tampil sebagai pembawa acara diskusi tingkat nasional dengan peserta para pejabat
h) Keluarga kami (ayah, ibu, dan dua anak) hanya makan 1 hari sekali, setiap jam 11 pagi. Itu
semua karena yang bekerja hanyalah ayah kami, sebagai buruh tani dengan pendapatan 75
i) Sebagian (20%) dari balita di desa kami mengalami stunting karena orang tuanya miskin. Di
desa kami, jumlah lapangan kerja sangat minim hingga tidak mengherankan jika banyak
j) Belum ada sekolah SMP & SMA di desa kami. Sekolah-sekolah di tingkat-tingkat itu hanya
ada di desa sebelah yang berjarak sekitar 15 km dari rumah. Oleh sebab itu, karena kondisi
jalan yang buruk dan kami juga tidak memiliki alat transportasi, maka anak-anak kami
beserta teman-temannya yang juga tetangga kami harus berjalan kaki sejauh 30 km setiap
harinya. Sepulang sekolah, mereka merasa lelah, perlu segara makan dan beristirahat; tidak
k) Pada saat ini, para petani di desa A merasa sangat gusar. Sawah dan ladangnya terus
terserang hama serangga perusak daun hingga hasil panennya hanya tersisa 20% saja; sangat
hama berkurang 40%, hasil panen masih tersisa 70%, tetapi akhirnya sebagian area perairan,
tanah, dan udara agak tercemar hingga 60% ikan (di kolam) mati dan 30% unggas ternak
l) Perusahaan kami, pada periode 10 tahun ini, selalu mengalami defisit keuangan. Pada kondisi
itu, jumlah konsumen berkurang, nilai penjualan menurun 20%, harga-harga bahan baku naik
10%, dan mayoritas karyawan minta naik gaji sebesar 15%. Sementara itu, hasil konsultasi &
diskusi dengan pihak lembaga ketenaga-kerjaan yang berlokasi di kota kami, pihak
turun; menuju keseimbangan neraca perdagangan bagi negara A. Negara B merasa dirugikan
oleh negara A dan kemudian memberlakukan kebijakan yang serupa dengan menaikkan bea
n) Demi kepraktisan, pada saat ini, sangat banyak produsen dan penjual barang (terutama
makanan dan minuman) mengemas produk-produknya dengan bahan-bahan yang terbuat dari
plastik atau turunannya. Plastik adalah bahan yang cukup kuat, ringan, murah, dan dapat
Akibatnya, di samping juga karena sekelompok orang masih menganut budaya buang
sampah sembarangan (semau gue), maka banyak sampah atau limbah yang tersebar di
daratan dan perairan. Itu semua menyebabkan pencemaran; mengotori jalan, sungai, danau,
pertumbuhannya terganggu atau bahkan mati oleh peristiwa pencemaran itu. Termasuk
manusia yang akhirnya mengalami kekurangan air bersih dengan segala konsekuensinya
karenanya. Solusi yang ampuh, nampaknya belum benar-benar ditemukan. Sebab, belum ada
o) Beberapa waktu yang lalu, dunia mengalami pandemi Covid-19. Pada saat itu, sebagian
negara melakukan kebijakan lockdown atau setidaknya pembatasan aktivitas; penduduk tidak
diijinkan pergi keluar rumah, kecuali sebagian saja untuk keperluan berobat dan para petugas
keamanan dan pelayan kesehatan yang menjalankan tugas-tugasnya. Selintas, kebijakan ini
penduduk tidak dapat bekerja atau melakukan aktivitas ekonomi dan lain sejenisnya. Pada
kondisi ini: [1] pemerintah yang sedang mengalami penurunan pendapatan, justru harus
pengobatan & rumah sakit/klinik bagi rakyatnya; perlu berhutang besar; [2] sektor-sektor
swasta mengalami defisit keuangan hingga kemudian merumahkan dan bahkan mem-phk
sebagian dari karyawannya; [3] sebagian orang terpaksa hidup dengan sisa tabungannya yang
tidak seberapa, sementara yang lain harus segera berhutang; [4] semua siswa terpaksa
sekolah secara online dengan terlebih dahulu mempelajari teknologinya; [5] orang tua siswa
SD harus mendampingi anak-anaknya yang masih SD untuk menjalani sekolah online, [6]
gereja/pipit yang sering dituduh sebagai pemakan bulir-bulir padi dan gandum hingga
mengurangi hasil panen (kerugian ekonomi). Kebijakan ini merupakan bagian dari kampanye
“The Four Pests Campaign” (kampanye pembasmian empat hama yang mencakup nyamuk17,
lalat18, tikus19, dan burung20) yang merupakan bagian dari program lompatan besar kedepan
(great leap forward) yang berjalan antara tahun 1958 hingga 1962. Tiga hewan pertama
dimusnahkan atas nama kebersihan dan kesehatan masyarakat, sedangkan hewan yang
keempat dieliminasi atas nama dosa memakan biji-bijian makanan rakyat. Pada saat itu,
dengan berbagai cara, rakyat Tiongkok ini membasmi ke-4 hewan tersebut. Akibatnya,
lingkungan cenderung bersih, masyarakat sehat, dan hasil panen meningkat untuk beberapa
bulan saja, tetapi kemudian segera menurun drastis karena serangan belalang (serangga).
Serangan belalang ini sangat dahsyat karena tidak diantisipasi sebelumnya hingga hal ini
menurunkan hasil panen secara sangat signifikan yang menyebabkan bencana kelaparan yang
memakan korban kematian (diperkirakan) sekitar 45 juta jiwa antara periode 1958 hingga
1962. Akhirnya, sebagai salah satu solusinya (untuk menyeimbangkan ekosistem yang sudah
17
Penyebab penyakit malaria dan sejenisnya.
18
Lalat pembawa penyakit.
19
Tikus pemakan bulir-bulit padi, jagung, dan pembawa penyakit pes.
20
Pemakan bibit dan hasil panen padi, gandum, jagung, dan lain sejenisnya.
21
Contoh masalah nyata ini dirangkum dan diramu dari berbagai sumber pustaka online.
menghambat, sangat merugikan, atau setidaknya cukup menyusahkan pihak yang bersangkutan),
seperti pada contoh-contoh yang telah disebutkan pada bab 4 di atas, sebenarnya, ternyata,
dengan sudut pandang tertentu, tidak selalu demikian. Pada contoh-contoh itu saja, ada bagian,
sisi, unsur, atau episode dimana pada suatu masalah juga dapat disematkan istilah lain; yaitu
tantangan. Artinya, pada bagian itu, masalah juga merupakan (dan berisi elemen atau unsur)
tantangan yang mau-tidak-mau harus dihadapi oleh pihak yang bersangkutan pada tempat dan
selama periode waktu tertentu. Dengan kata lain, di dalam suatu (pernyataan, narasi, deskripsi,
atau formulasi) masalah terdapat tantangannya (baik yang bersifat implisit maupun eksplisit).
Oleh sebab itu, dengan sudut pandang atau konteks ini, maka masalah ≈ tantangan; meskipun
pada konteks lainnya tetap berbeda. Dengan demikian, pada konteks ini pula, sekedar contoh
bagi pihak yang bersangkutan; terutama butir-butir d), e), f), g), h), j), k), l), m), n), o), dan p).
Tantangan adalah sisi lain dari masalah; bagaikan sekeping uang logam yang
memiliki dua sisi dan gambaran yang nampak berbeda. Pada point ini, setiap orang bisa saja
melihat, membaca, menganggap, dan/atau menyebutnya dengan istilah yang berbeda, tetapi sadar
atau tidak sadar, mereka merujuk pada entitas yang sama; yaitu masalah.
6. Kompleksitas Masalah
Berdasarkan contoh-contoh yang telah disebutkan, dapat dikatakan atau dianggap bahwa
masalah dapat bersifat sederhana (mudah & cepat dipahami, dan potensi solusinya pun mudah
ditemukan & kemudian dilaksanakan), sedang (medium), dan kompleks (tidak mudah dipahami
& perlu waktu lama untuk itu, potensi solusinya pun sulit ditemukan apalagi direalisasikan).
Contoh masalah yang dianggap sederhana adalah “sakit perut” karena belum lama ini yang
bersangkutan makan rujak pedas (butir c pada contoh di atas). Pada kasus ini, masalahnya cukup
jelas, mudah dipahami, dan sudah sering dialami oleh manusia; jadi, referensinya banyak. Oleh
sebab itu, potensi solusinya pun sudah jelas, tinggal memilih, sesuai kondisinya: (1) jika sudah
tidak ada waktu lagi dan tak sanggup menahannya, segeralah pergi ke toilet; (2) jika masih ada
waktu dan masih sanggup menahan rasa itu, makanlah obat sakit perut; dan (3) jika terus-terusan
sakit perut dalam periode tertentu, pergilah ke dokter untuk berkonsultasi dan berobat. Selain itu,
tentu saja, hampir setiap orang sudah mengenal “kelemahan” (masalah) tubuh sendiri. Masalah
sederhana seperti ini pada umumnya dapat ditindak-lanjuti sendiri, dengan resikonya sendiri, dan
22
Silahkan pilih mana kata yang tepat untuk kasus ini, masalah atau tantangan. Setiap orang boleh saja
menggunakan istilah atau kata yang berbeda.
berdampak luas & besar, menyangkut banyak pihak, orang banyak, harta/aset berharga, konflik,
dan lain sejenisnya. Tipe masalah seperti ini, sering kali, tidak mudah untuk secara tepat,
cepat, atau langsung dipahami & diselesaikan secara tuntas. Apalagi jika masalahnya cukup
berbelit, berputar, berefek samping, dan berkomplikasi sedemikian rupa hingga akhirnya
dikatakan oleh sebagian orang sebagai “lingkaran setan”; sulit keluar dari masalah dan tidak
mudah pula untuk membedakan mana awalnya (faktor sebab) dan mana pula akhirnya (faktor
akibat). Oleh sebab itu, pada sebagian dari masalah seperti ini, demi kemudahan pemahaman,
atau model yang bersifat logika-visual untuk menyajikannya, selain dengan tambahan deskripsi
Pada konteks tertentu, terkadang, sebagian orang lebih menyukai penggunaan istilah-
istilah tantangan, ujian, cobaan, problem, persoalan, konflik, atau krisis ketimbang masalah.
Dalam percakapan sehari-hari, istilah-istilah itu sering tertukar satu sama lainnya. Sebagian besar
memang tidak bermasalah, jika tidak ada yang cukup fanatik dalam pilihan kata. Yang penting,
maksudnya dapat dipahami dengan baik oleh pihak-pihak yang berkomunikasi. Dengan
demikian, istilah masalah memiliki beberapa “varian”; sesuai dengan konteks dan/atau sudut
pandangnya.
Secara sederhana, masalah adalah situasi, kondisi, suasana, keadaan, atau konstelasi
yang dianggap sulit, tidak disukai, ingin dihindari, atau bahkan sudah berbahaya hingga
sering dimaknai sebagai situasi & kondisi dimana terdapat perbedaan (gap atau selisih yang
ditargetkan, atau yang menjadi referensi)24 dengan segala resikonya25. Sementara pada konteks
yang sedikit berbeda, masalah juga dapat diartikan sebagai hal-hal (tantangan) yang perlu
diungkapkan, dipecahkan, atau dicarikan jawabannya; seperti halnya teka-teki, misteri, kasus,
ujian, soal (persoalan) matematika & sosial, dan lain sejenisnya. Meskipun demikian, pada
konteks lainnya, tidak jarang, masalah juga dapat diartikan sebagai suatu “sistem”26 (yang
terkadang) tersembunyi (faktor sebab) yang (diasumsikan telah, sedang, akan, atau masih)
“bekerja” hingga menghasilkan satu atau lebih fenomena atau gejala (faktor akibat).
Berdasarkan makna-makna inilah, maka sebagian dari masalah27 (khususnya yang tidak
atau divisualkan dalam bentuk logika-visual; agar lebih mudah untuk dipahami bersama,
23
Termasuk ke dalam unsur-unsur (fenomena) masalah adalah adanya ancaman, (surat) peringatan, teguran atau
somasi, intimidasi, pemerasan, serangan, pembulian, ingkar janji, atau wanprestasi (ingkar janji dalam bisnis), dan
lain sejenisnya.
24
Realitas yang tidak sesuai dengan (di bawah) harapan berarti suatu masalah; setidaknya akan menimbulkan rasa
kecewa.
25
Sebagai misal, seorang pedagang bakso pada suatu hari hanya berhasil menjual 30 porsi saja (realitas),
sementara harapannya adalah minimal terjual 45 porsi untuk menutupi modalnya. Resikonya, pada hari itu, ia
tidak sekedar belum beruntung tetapi tekor; modal berkurang dan beresiko untuk dimarahi bosnya. Hal ini juga
merupakan contoh masalah.
26
Yang kemudian akan atau harus diungkapkan, digambarkan, dirancang, dan/atau dirumuskan untuk didiskusikan,
dikomunikasikan, dan kemudian dipahami/disepakati bersama untuk mendapatkan solusinya.
27
Dalam konteks inilah, masalah, sistem, model, tantangan, kondisi, situasi atau konstelasi yang diformulasikan ke
dalam bentuk contoh-contoh diagram sebab-akibat yang diuraikan di dalam tulisan ini tidak selalu berkonotasi
negatif, bahkan sebagian juga berkonotasi positif. Jadi, meskipun secara umum istilah “masalah” berkonotasi
negatif, contoh-contoh diagram pada tulisan ini merupakan perumusan atau formulasi secara visual-logika dari
suatu kondisi, situasi, susunan keadaan, atau konstelasi yang sebenarnya dapat berkonotasi negatif atau positif.
Bergantung pada sudut pandang atau variabel-variabel yang terdapat di dalam formulasinya.
masalah (faktor sebab), di samping akan menyebabkan munculnya fenomena atau gejala (faktor
akibat), bisa jadi juga menyebabkan munculnya masalah turunan (faktor akibat). Dengan
demikian, masalah turunan akan sederajat dengan gejala-gejala masalahnya. Oleh sebab itu,
karena kesederajatannya itu, tidak mengherankan jika sebagian orang menganggap suatu gejala
sebagai suatu masalah29; gejala masalah ≈ masalah turunan. Sebagai misal, karena telat makan
(masalah) maka akan muncul gejala-gejala mengantuk, lemas (kurang bertenaga), kurang
berkonsentrasi, berkurangnya kemampuan berfikir, asam lambung meningkat, dan sakit kepala
(pusing). Sementara itu, sebagian orang menyebut sakit kepala sebagai penyakit30 dan bukan
gejala. Sedangkan kondisi asam lambung yang meningkat juga disebut oleh sebagian orang
sebagai penyakit tersendiri (maag); bukan gejala. Jadi, dari contoh kasus ini saja, sakit kepala
dan maag (kelompok penyakit turunan) akan setara dengan gejala-gejala mengantuk, lemas,
28
Dengan sifat relatif ini, terkadang, tipikal yang bersifat konflik atau persaingan, suatu masalah bagi sekelompok
orang (karena dianggap merugikan) bisa jadi tidak dianggap sebagai masalah bagi kelompok yang lain (karena
menguntungkannya). Selain itu, sebagian dari masalah lingkungan dan sosial, bisa jadi anggap bukan masalah bagi
pihak-pihak yang tidak memiliki kepedulian.
29
Memang pada kasus seperti ini terdapat hal yang tidak benar-benar clear yang membedakan antara gejala
dengan masalah turunan.
30
Masalah turunan, dan bukan masalah primernya.
(pendiagnosa) yang baik, setelah mengamati, tentu saja akan mampu mengenali urut-urutan
Tentu saja, setiap masalah (hulu) akan menghasilkan gejala atau masalah turunan (hilir);
terlepas dari kecil atau besarnya, sederhana atau kompleks, lama atau tidaknya, dan terlihat atau
tidaknya. Hal ini nampak bersesuaian dengan kaidah yang banyak terdapat di berbagai cerita
atau kasus kriminal bahwa “tidak ada kejahatan (masalah) yang sempurna” (biasanya akan ada
saja bukti atau fakta [gejala] yang tertinggal di tempat kejadian perkara (TKP) baik secara
sengaja31 mau pun tidak sengaja oleh para pelakunya) dan “follow the money”32. Selain itu, hal
itu juga sesuai dengan peribahasa “tiada asap tanpa api”; api ≈ masalah, dan asap ≈ gejala.
Gejala atau fenomena adalah faktor akibat atau apa saja (fakta, kenyataan, kejadian,
kenampakkan, atau peristiwa) yang terjadi pada suatu periode waktu & ruang tertentu dan
(pada dasarnya) dapat dilihat, dirasakan, dicium, didengar, dan atau diamati/diukur baik
secara langsung maupun tidak langsung (baik oleh panca indera manusia maupun dengan
menggunakan alat bantu, sensor, dan alat ukur lainnya). Meskipun demikian, sebagaimana telah
disinggung di muka, sebagian dari gejala juga dianggap oleh sebagian orang sebagai masalah
(turunan)33.
31
Sebagian (kecil) dari pelaku kejahatan (berdasarkan kontent beberapa cerita kriminal di novel, surat kabar, TV,
dan video) memang secara sengaja meninggalkan ciri khas/fakta tertentu.
32
Perhatikanlah, pelajarilah, dan periksalah (lacak) siapa saja pihak-pihak yang (akan) diuntungkan oleh terjadinya
peristiwa itu (masalah), ada kemungkinan mereka memiliki motif atau setidaknya terkait dengan para pelakunya.
33
Pada sebagian kasus, makna perbedaan antara gejala masalah dengan masalah turunan sudah cukup jelas dan
bisa dimengerti, tetapi pada kasus yang lain makna perbedaan itu menjadi tidak cukup jelas atau tidak clear. Gejala
masalah dan masalah turunan memang merupakan dua hal setara.
tidak harus selalu disematkan pada kejadian-kejadian yang luar biasa, istimewa, jarang,
aneh, langka, mengagumkan, atau ekstrim. Dengan demikian, peristiwa-peristiwa buah durian
yang jatuh dari pohonnya, nangisnya seorang anak, naiknya harga minyak goreng, tutupnya
supermarket besar, tersebarnya berita bohong, perubahan prilaku konsumen, kenaikan suhu
udara, kenaikan tinggi rata-rata muka air laut, jatuhnya komet ke permukaan bumi, dan lain
sejenisnya juga merupakan suatu gejala atau fenomena. Sebagian gejala-gejala, jika diteliti
lebih jauh dengan cermat cepat atau lambat akan mengarah pada masalahnya (sumber atau
faktor sebabnya); dan tidak menganggap suatu gejala sebagai penemuan suatu masalah (hulu)34
itu sendiri. Setelah gejala-gejalanya dipelajari dan dipahami, kemungkinan masalahnya (hulu)
34
Kalau pun gejala itu sudah dianggap sebagai masalah, maka gejala itu adalah masalah hilir, sementara yang
dicari dan identifikasi adalah masalah hulunya. Sebagai misal, yang kita cari itu penyebab (masalah) gejala sakit
kepalanya, dan bukan menganggap sakit kepala itu sebagai masalah (temuan). Sakit kepala itu adalah contoh
gejala.
Seperti telah disinggung di muka bahwa karunia akal akan selalu disandingkan dengan
masalah atau tantangan yang datang silih-berganti; sesuai dengan kapasitas masing-masing
dan periode waktunya. Mereka akan terus berdatangan tanpa diundang selama yang
bersangkutan masih hidup. Oleh sebab itu, secara umum, janganlah takut atau (sama sekali)
menghindari masalah jika situasi atau kondisinya tidak benar-benar sangat merugikan,
kebutuhan, skenario, atau strategi tertentu, kita dapat memilih36 masalah yang akan dihadapi;
menghindari yang satu dan menghadapi yang lain pada saat yang sama.
35
Pada kasus-kasus tertentu, bentuk atau jenis masalah memang dapat berakitbat luas, besar, berat, dan fatal.
Oleh sebab itu, pada kasus-kasus ekstrim seperti ini, manusia memang perlu menghindari potensinya sedini
mungkin. Hal seperti ini memang kekecualian.
36
Terkadang terdapat lebih dari satu masalah yang datangnya (hampir) bersamaan/paralel.
sejati bagi manusia dalam proses-proses belajar, berkembang, dan mendewasa. Jadi, keberadaan
masalah seharusnya (akan) melatih akal (kemampuan berfikir, melatih saraf motorik beserta
lebih baik secara bertahap dan memungkinkan keberlangsungan hidup manusia itu sendiri.
Masalah (tantangan) adalah hidup manusia itu sendiri, selain juga merupakan gizi dan vitamin
bagi akalnya. Akal akan terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan sekian banyak tantangan
yang telah diselesaikannya. Keberadaan masalah akan membuat manusia menjadi termudahkan,
Selain akan mendatangkan manfaat dan kebaikan (menjadi cerdas, bijak, dewasa, dan
hidupnya berkelanjutan), tentu saja, di sisi yang lain, kehadiran masalah juga sering
menyebabkan manusia menjadi pusing, lelah, lemah, letih, lesu, stres, sakit (fisik & hati),
kecewa, dan juga susah; kehilangan banyak waktu, tenaga, pikiran, emosi, biaya, dan lain
sejenisnya. Tentu saja dampak-dampak ini memerlukan refresing, liburan, hiburan, traveling,
kemudian menjadi sehat dan segar kembali (siap menghadapi masalah berikutnya).
Dengan demikian, jika sekiranya tidak benar-benar diperlukan, tidak demi mencapai cita-
cita yang luhur (mulia), atau bahkan tidak ada manfaatnya (yang signifikan), janganlah secara
sengaja mencari-cari masalah atau melayani semua tantangan yang ada, meskipun
sebenarnya kita mampu. Hadapilah yang wajib-wajib saja terlebih dahulu (penting dan tak
terhindarkan) dan pilihlah yang benar-benar akan membawa kebaikan bersama dalam
jangka panjang. Kebanyakan manusia sudah repot dengan masalah dan tantangan yang
sudah ada, maka berhematlah dengan persediaan waktu, tenaga, kesehatan (fisik), dan
10.Durasi/Siklus Gejala
Pada dasarnya, banyak faktor yang dapat menyebabkan tidak terekamnya suatu gejala
(atau masalah turunan) dengan benar, akurat, dan lengkap. Sebab, tidak setiap gejala dapat
teramati dengan benar, akurat, dan lengkap oleh para pengamatnya. Bahkan kemungkinan besar,
lebih banyak fenomena yang tidak sempat teramati dari pada yang teramati. Tentu saja, sebagian
fenomena dapat terlihat (oleh mata) tetapi tidak sempat terekam. Hal ini dapat disebabkan karena
yang bersangkutan memang tidak (sempat) membawa alat perekam, sangat langkanya fenomena
itu, durasinya sangat pendek (hingga cepat berlalu)37, atau justru memiliki durasi/siklus yang
37
Cukup banyak gejala yang muncul hanya dalam durasi sekejap atau sebentar saja hingga tidak mudah untuk
diamati secara benar dan lengkap jika tidak dengan persiapan penuh (memang sengaja ditunggu), sensor yang
tepat, atau kamera yang berkecepatan tinggi. Sebagian dari gejala itu adalah: [1] kilatan (cahaya) petir yang
muncul secara tiba-tiba dalam waktu yang kurang dari satu detik; [2] gerhana matahari atau bulan yang
berlangsung hanya beberapa menit saja di lokasi tertentu; [3] kemunculan pelangi yang hanya beberapa menit saja
selagi hujan disertai sinar matahari; [4] perkawinan hewan langka; [5] komet halley yang melintas setiap (sekitar)
76 tahun sekali, dan lain sejenisnya.
ekstrim seperti itu, maka para pengamat cenderung hanya akan mendapatkan kepingan-kepingan
sepotong; sangat diskrit dan kemungkinan tidak representatif. Oleh karena itulah manusia
memerlukan alat bantu, alat ukur, sensor-sensor, atau sistem yang cukup sensitif (akurat dan
Yang jelas, jika gejalanya saja tidak dapat teramati secara benar (datanya masih
mengandung kesalahan acak atau sistematik) dan juga tidak lengkap atau parsial (datanya tidak
cukup), maka kemungkinan besar, masalahnya (hulu) tidak akan teridentifikasi dan terpahami
dengan benar (akurat); formulasinya bisa jadi cenderung tidak jelas, keliru, bersifat bias, atau
setidaknya subjektif.
38
Sebenarnya, cukup banyak juga fenomena yang berjalan dengan durasi yang relatif lama. Sebagai ilustrasi, untuk
mendapatkan karakteristik perubahan tinggi muka air laut yang stabil, diperlukan waktu sekitar 18.6 tahun untuk
mengamati fenomena pasang-surut. Selain itu, fenomena-fenomena krisis-krisis ekonomi, energi, pangan, dan
tenaga kerja bisa juga terus berlangsung beberapa tahun kedepan setelah peristiwa peperangan atau pandemi
Covid-19 bereaksi untuk pertama kalinya.
Pada dasarnya, setiap masalah (yang tidak sederhana) bisa jadi akan menyebabkan
munculnya lebih dari satu gejala. Dengan demikian, suatu masalah belum tentu dapat
diidentifikasi berdasarkan pengamatan terhadap satu gejala (tertentu) saja39; semua gejalanya
tentu saja juga harus diamati secara cermat & lengkap. Selain itu, bisa jadi, suatu masalah
memiliki gejala-gejala yang serupa dengan masalah-masalah yang lain. Sebagai misal,
penyakit flue memiliki beberapa gejala umum seperti halnya demam, batuk, pilek (hidung
mampet & berlendir), sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot, badan lemah, dan kurang nafsu
makan. Sedangkan penyakit Covid-19, sebagai contoh pembanding, biasanya, bergejala demam,
batuk, sesak nafas, badan lemah, mudah lelah, nyeri otot, sakit tenggorokan, sakit kepala,
Pada kasus dimana terdapat lebih dari satu masalah (hulu) pada periode waktu yang
sama, misalkan seseorang penderita penyakit flue pada saat yang sama juga menderita penyakit
Covid-19, maka tugas para analisnya semakin berat; masalah hulunya lebih dari satu dan juga
mereka memiliki gejala-gejala umum yang serupa. Yang lebih berat lagi adalah jika masalah-
39
Demam dan sakit kepala adalah gejala umum untuk beberapa penyakit. Jadi, untuk mengidentifikasi secara
akurat sumber penyakitnya (masalah hulu), masih diperlukan observasi terhadap gejala-gejala lainnya (selain
demam atau sakit kepala) yang muncul atau dirasakan.
gejala yang baru di samping gejala-gejala umumnya yang sudah ada. Berdasarkan observasi
terhadap keseluruhan gejala yang muncul, maka akan berhasilkah para analisnya
mengidentifikasi semua penyakit hulunya dengan benar (akurat)? Tentu saja jawabannya
Itu baru masalah (hulu) mengenai penyakit fisik. Bagaimana dengan masalah-masalah di
bidang-bidang mental/psikis, ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan, dan lain sejenisnya
yang juga memiliki lebih dari satu gejala, keserupaan sebagian gejala antar-masalah, komplikasi
gejala, dan juga merupakan masalah non-fisik? Tentu saja kemungkinannya menjadi lebih sulit
pada masalahnya (apalagi jika terdapat lebih dari satu masalah pada hulunya), maka wajar saja
jika didapati kesalahan identifikasi atau diagnosa (pemahaman) atas suatu masalah.
Akibatnya, bisa jadi, hanya sebagian dari masalah yang teridentifikasi dengan benar. Hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor: [1] gejala-gejalanya tidak terekam dan teramati secara
benar & tidak lengkap40; [2] gejala-gejala yang muncul bersifat kompleks hingga tidak berhasil
dianalisis dengan baik (karena lebih dari satu, sebagian serupa atau mirip, dan/atau timbul gejala-
gejala baru akibat komplikasi lebih dari satu masalah) hingga tafsirnya (analisis atau
40
Pada kasus penyakit tertentu, bisa saja si pasien tidak jujur dalam mengungkapkan gejala-gejala yang dialaminya.
Bisa jadi, ia menganggap bahwa gejala-gejala itu, jika diungkapkan, akan mengungkapkan aib bagi dirinya atau
keluarganya. Dengan demikian, selama konsultasi dengan dokter, bisa saja ia menutupi (mengatakan yang tidak
benar atau setidaknya mengungkapkannya secara tidak lengkap) informasi mengenai gejala-gejala yang diperlukan
oleh dokter untuk menyembuhkan penyakitnya. Kasus ini juga bisa terjadi ketika konsultan menanyai personil-
personil departemen/perusahaan yang sedang bermasalah dan akan diperbaiki. Jika personil-personil itu tidak
jujur dalam mengungkapkan fakta/gejala masalah (karena menganggap hal itu sebagai aib), maka masalah yang
sebenarnya beserta solusinya tidak akan pernah terungkap dan terselesaikan.
(menjadi inputan) masalah hulunya dalam delay waktu tertentu (hingga tidak mudah
membedakan mana masalah hulu dan mana pula masalah turunannya [duluan telur atau ayam]).
Ketiga faktor ini berpotensi untuk menyebabkan hasil identifikasi (diagnosa) terhadap
masalahnya tidak akurat hingga berakibat pada potensi solusinya (resep) pun cenderung tidak
Seperti telah disinggung bahwa suatu masalah, terutama yang tidak sederhana, sering kali
tidak cukup jika hanya diungkapkan dalam bentuk narasi41 atau deskripsi (kata-kata) saja.
Sebagian dari aspek-aspek visual, urutan, logika, dan relasi-relasi sebab-akibatnya belum termuat
di dalamnya (secara eksplisit). Selain itu, sebagian dari narasi juga masih berwarna kelabu
hingga berpotensi mengundang multi tafsir, pandangan, persepsi, atau bahkan perselisihan
pendapat. Meskipun demikian, ungkapan/formulasi masalah dalam bentuk narasi tidak salah
sama sekali. Untuk masalah sederhana sudah cukup. Bentuk narasi adalah sangat penting dan
41
Cerita dalam bentuk tulisan atau kata-kata.
benak manusia. Jadi, bentuk ini masih perlu dipertahankan, hanya saja perlu dilengkapi dan
disempurnakan.
Sehubungan dengan pentingnya hal ini, maka sebagian pihak menganjurkan untuk
melengkapi dan menyempurnakan (narasi) masalahnya dalam bentuk model agar unsur-unsur
sajiannya (formulasi atau ekspresinya) menjadi lebih lengkap, tegas, mudah dipahami dengan
baik oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan tidak menjadi multi-tafsir. Meskipun demikian,
sebenarnya, bentuk ungkapan dasar atas masalah di atas pun sudah dalam bentuk model; yaitu
model dasar dalam bentuk narasi/deskripsi. Hanya saja, kemungkinan besar, yang diharapkan
Sehubungan dengan hal ini, ternyata, model & pemodelan (atas suatu masalah) juga
sudah dianggap penting oleh pakar-pakar politik, sosial, budaya, dan futuristik di dunia. Mereka
juga memerlukan model sebagai wujud dari pemahamannya yang masih perlu didiskusikan,
guru besar ilmu politik dari Universitas Harvard Amerika Serikat, pada tahun 1996, mengatakan
bahwa “kita memerlukan model-model baik yang bersifat eksplisit maupun yang implisit agar
dapat”:
c) Melakukan antisipasi dan, jika kita beruntung, dapat melakukan prediksi terhadap
Berdasarkan butir-butir pendapatnya yang akurat itu, penulis yakin bahwa beliau sangat
memahami dan telah memiliki pengalaman yang panjang dengan teori dan aplikasi-aplikasi
model, pemodelan, sistem, dan systems thinking di bidang-bidang politik, sosial, budaya, dan lain
sejenisnya.
Seperti telah disinggung bahwa ungkapan suatu masalah dalam bentuk dasar narasi,
terkadang, masih menyisakan persoalan hingga diperlukan model atau pemodelan sebagai
pelengkap dan penyempurna. Sehubungan dengan hal ini, sudah banyak tersedia model atau
metoda pemodelan yang dapat dipilih untuk merepresentasikan suatu masalah dengan baik.
Meskipun demikian, pemilihan ini harus sesuai dengan karakteristik masalah, tujuan (objektif)
Dalam urusan masalah seperti contoh yang telah diuraikan pada bab 4 di atas, terutama
untuk masalah yang tidak terlalu sederhana, tersedia metode causal loop diagram/CLD atau
diagram sebab-akibat. Metode ini merupakan analisis yang akan merepresentasikan masalah
dalam bentuk model sistem (berpola sistemik); memiliki unsur loop atau umpan-balik. Model ini
masalahnya beserta memudahkan identifikasi potensi-potensi solusi yang dapat diberikan. Oleh
sebab itu, tidak mengherankan jika metode ini juga banyak digunakan di bidang-bidang systems
komponen-komponen variabel beserta (simbol garis anak panah beserta tanda plus [+]43
minusnya [-]44) relasi-relasinya (sebab-akibatnya) dengan variabel lainnya yang terhubung secara
langsung dengannya. Sebagai ilustrasi, berikut ini adalah contoh-contoh model CLD yang paling
sederhana (dasar), hanya terdiri dari dua variabel yang membentuk loop; pada kasus model ini,
sebab (aksi dan masalah) menyebabkan munculnya akibat, dan akibat (reaksi dan solusi)
Sebagai ilustrasi tambahan, berikut ini adalah model-model CLD (pada awalnya dan
akhirnya) yang dibuat atau dirancang atas masukan model narasi masalah yang tertuang pada
43
Tanda plus [+] mengindikasikan perubahan searah antara 2 variabel yang berhubungan langsung, peningkatan
nilai variabel pertama juga akan (memicu) meningkatkan nilai variabel yang kedua.
44
Tanda minus [-] mengindikasikan perubahan tidak searah antara 2 variabel yang berhubungan langsung,
peningkatan nilai variabel pertama akan (memicu) menurunkan (meniadakan/mengeliminasi) nilai variabel yang
kedua.
Tentu saja, cepat atau lambat, manusia akan melakukan suatu tindakan (intervensi atau
solusi) jika mulai tertimpa masalah45. Harapannya, masalahnya segera teridentifikasi dengan
benar dan dosis tindakannya (solusi) juga tepat hingga masalahnya cepat terselesaikan tanpa
efek samping (khususnya yang merugikan). Jika kondisi ideal ini digambarkan (secara
konseptual), maka diagram sebab-akibatnya akan nampak seperti pada gambar pertama pada bab
Meskipun demikian, hal yang ideal itu (sebagaimana yang diharapkan) tidak selalu
terjadi. Terkadang, pada kasus-kasus tertentu, yang teridentifikasi itu justru hanya sebagian
gejalanya saja (dan bukan masalahnya secara keseluruhan); masalahnya (hulunya) masih perlu
45
Perhatikan diagram ke-3 pada bab 14 di atas.
yang ternyata diberi tindakan (solusi) itu adalah gejalanya saja, maka gejalanya memang dapat
diredakan untuk sesaat. Tetapi karena masalahnya belum juga tersentuh, maka gejala-gejala yang
sama akan muncul kembali dan mengundang tindakan yang sama untuk meredakannya. Kejadian
Karena pola tindakan ini berulang, maka sebagian dari tindakan itu (kemungkinan besar)
akan berefek-samping. Belum lagi kelebihan dosis tindakannya (residu) itu akan berakumulasi
dan berpotensi merugikan yang bersangkutan dalam jangka panjang (delay waktu tertentu). Ini
semua akan meningkatkan (eskalasi) masalah yang sudah ada atau bahkan memperbanyak tipe
masalahnya. Jika kondisi seperti itu diformulasikan (dikonseptualkan) dalam bentuk diagram
sebab-akibat, maka akan terbentuk kurva tertutup atau loop (umpan-balik) positif baru yang
46
Ini ciri khas masalah-masalah sosial, politik, ekonomi, abstrak, lingkungan, campuran, modifikasi, dan lain
sejenisnya; yang jelas bukan tipe masalah (sistem) fisik, mekanik, elektronik, dan sejenisnya.
47
Tinggal menunggu waktu saja untuk “berbuah”.
48
Banyak orang awam menyebutnya sebagai “lingkaran setan” (menjadi sebab suatu masalah menjadi berputar-
putar tidak berkesudahan seolah tanpa solusi sama sekali).
dominan sakit kepala. Kemudian, karena yang sangat terasa adalah (gejala) sakit kepala, maka
tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter, si penderita segera membeli obat pereda sakit
kepala di warung (toko obat). Sesaat kemudian, (gejala) sakit kepalanya reda. Tetapi karena
Covid-19-nya sama sekali tidak disembuhkan, maka gejala sakit kepalanya tentu saja muncul
kembali. Seperti sebelumnya, maka ia pun kemudian makan obat pereda sakit kepala yang sama.
Pola tindakan ini terus berlangsung (berkelanjutan). Setelah sekian lama, akumulasi residu obat
pereda yang masih tertinggal di dalam tubuhnya itu sudah mencapai batas tertentu yang dapat
memunculkan gejala-gejala gangguan pada fungsi-fungsi organ ginjalnya. Pada saat itu,
akhirnya, beliau ini menderita Covid-19 sekaligus penurunan fungsi-fungsi organ ginjalnya.
Tentu saja masih banyak masalah dan/atau gejala yang dapat dianalogikan dengan Covid-
19 dengan gejala sakit kepalanya seperti di atas. Oleh sebab itu, untuk menuntaskan suatu
masalah, indentifikasilah dan pahamilah terlebih dahulu gejala-gejala dan masalahnya secara
benar dan akurat, baru kemudian carilah (wujudkan) solusinya yang paling tepat. Jika hal ini
tercapai, maka diagram sebab-akibatnya akan nampak cukup sederhana (seperti di atas); hanya
terbentuk sebuah loop penyeimbang sederhana (yang berisi tanda-tanda plus [+] dan minus [-])
yang menggambarkan 2 relasi bahwa masalahnya akan langsung terseselaikan (tereliminasi) oleh
solusinya. Sebaliknya, jika gejala-gejala dan masalahnya tidak teridentifikasi dan terpahami
dengan benar atau dosis tindakannya (solusinya) tidak tepat, maka hal itu berkemungkinan besar
akan menimbulkan efek samping yang pada akhirnya akan mendukung terbentuknya loop
lain/baru (yang berisi tanda plus [+] saja) yang berpotensi untuk mengakumulasikan residu efek-
sampingnya hingga akhirnya eskalasi masalahnya meningkat; seperti halnya bola salju yang
menggelinding.
49
Atau penyakit lain yang bergejala dominan sakit kepala. Covid-19 sekedar pemisalan saja.
masalahnya menggambarkan bahwa para pengambil keputusan dan perancang kebijakan terkait
dengan entitas-entitas (variabel-variabel) yang lain di dunia nyata (lokal); model konseptualnya
tidak akurat. Beliau-beliau itu lupa atau mungkin tidak memperhatikan pendapat atau pemikiran
pakar lingkungan, ekosistem, atau ekologi di area yang bersangkutan hingga secara tergesa
dalam membuat dan kemudian langsung menjalankan kebijakannya. Akibatnya, muncullah efek-
samping yang dahsyat dari entitas yang sangat tak terduga (belalang) hingga akhirnya terjadi
banyak kegagalan panen, wabah kelaparan, dan peristiwa kematian banyak manusia. Inilah
pengambilan keputusan atau pembuatan solusi atas suatu masalah nyata dan kolektif.
16. Catatan
Contoh-contoh masalah di atas (bab 4) berkenaan (berfokus) dengan masalah/sistem
abstrak (non-fisik) dan tidak tertutup; termasuk masalah lingkungan (ekosistem). Tujuannya,
jika dimodelkan dengan metode CLD, adalah untuk menjelaskan bagaimana suatu masalah
(sistem) dapat diuraikan sedemikian rupa hingga lebih mudah dipahami, ditiru, didiskusikan,
memerlukan pengetahuan yang lebih aktual, detil (rincian), atau khusus mengenai kondisi
objektifnya, sebagai misal untuk contoh kasus ekosistem di wilayah A, maka diperlukan survei
atau pengumpulan data/fakta (kuantitatif dan kualitatif) dan analisanya di wilayah A (di perioda
waktu yang diinginkan); situasi objektifnya sangat terikat dengan dimensi waktu dan lokasi
Satu hal lagi yang sangat perlu dipahami, kita (perancang/para analis) perlu terlebih
dahulu memahami dengan baik pengertian, definisi, tipe/jenis, dan/atau karakter mengenai
Sebagai misal, pada sistem fisik (non-abstrak) & mekanik (sepenuhnya buatan dan dirancang
oleh manusia, dan juga termasuk sebagai sistem tertutup), kita mengenal perangkat pegas (per)
yang dapat diberi masa (benda) di ujungnya, diregangkan (ditarik) sekian senti-meter (cm), dan
akhirnya dilepaskan hingga pegasnya bergetar (berosilasi) sebelum kembali ke posisi semula.
Pada contoh sistem fisik-mekanik ini, komponen-komponen sistemnya berupa fisik, jelas
terdefinisi dan terlihat, urutan dan kaitannya51 (konfigurasi atau rangkaiannya) tetap (setelah
hukum fisika, matematika, dan/atau kimia (hukum alam). Sistem seperti ini tidak terganggu
50
Hal ini yang terkadang terlupakan oleh beberapa pihak.
51
Antar komponen atau variabel.
dalam memandang sistem ini; tidak ada perdebatan, perselisihan, dan asumsi. Sistemnya sudah
bersifat objektif hingga akan berlaku stabil, tetap, atau baku kapan pun (konteks temporal) dan
dimana pun (konteks spasial); jika tidak rusak. Model seperti ini dengan mudah dapat diteruskan
hingga menjadi model sistem dinamis (diagram stock & flow). Model yang dihasilkan akan
berumur panjang dan dapat diterapkan dimana saja; tidak bergantung pada situasinya.
sistem pegas sederhana ini selalu relevan dimana pun dan kapan pun. Demikian pula dengan
Sementara itu, pada tipe model dengan tipe sistem (masalah) yang lain, katakanlah pada
campuran, cukup berbeda dengan sistem-sistem fisik, tertutup, dan mekanik buatan manusia
seperti di atas; sangat dipengaruhi oleh situasi, batas-batas sistemnya sering kali tidak jelas53,
52
Tidak ada pertukaran energi dan material dengan lingkungannya.
53
Oleh sebab itu, batas-batas sistem yang dimaksud (yang menjadi perhatian) dengan sistem-sistem yang menjadi
tetangganya agak dipaksakan dengan cara didefinisikan dengan kata/kalimat yang mengandung unsur-unsur
asumsi tertentu. Meskipun kalimat definisinya jelas/tegas, tetapi batas-batas yang sesungguhnya tidak tegas
(relevansi) komponen atau variabelnya bisa berubah (bisa ada bisa tidak), urutan, kaitan,
rangkaian, dan konfigurasinya ditafsirkan, dianalisis, atau diasumsikan dan juga bisa
berubah (secara dinamis). Selain itu, sebagaimana telah disinggung (mengenai perlunya model
atau pemodelan) oleh, Prof. Samuel P. Huntington (perhatikan uraian bab 13 di atas), model-
model non-fisik, abstrak, dan tidak tertutup, cukup jauh dari eksak; pada umumnya telah
mengalami generalisir [perhatikan butir a) bab 13] dan hasil pemilihan mana yang dianggap
penting/signifikan dan mana pula yang dapat diabaikan [perhatikan butir d) bab 13]. Akibatnya,
hubungan sebab-akibatnya yang tidak eksak itu perlu diamati (datanya), digeneralisir, diolah
secara statistik (regresi), diasumsikan, di-adjust, dan lain sejenisnya. Sistem seperti ini akan
bergantung pada pada situasinya. Sistemnya, bisa jadi, bersifat subjektif hingga sangat
mungkin tidak berlaku di lain waktu dan lokasi; karena terdapat perbedaaan situasi
maka untuk (tema) model sistem (masalah) yang sama pun sangat mungkin terdapat beberapa
versi modelnya. Meskipun demikian, model sistem seperti ini (CLD) juga bisa diteruskan
(ditransformasikan) menjadi model sistem dinamis (model stock & flow), sebagai simulasi untuk
mendapatkan suatu gambaran numerik dan visual-grafis. Tetapi hati-hatilah karena model-
model itu merupakan hasil generalisasi dari masalahnya dan belum tentu menggambarkan
Pertanyaannya, apakah masalah di Tiongkok itu [perhatikan butir p) pada bab 4 dan
gambar ke dua dan ketiga pada bab 14] juga terjadi di wilayah-wilayah lain dan di periode waktu
yang lain pula? Tentu saja, jawabannya, bisa jadi, secara umum, “ya”, tetapi bisa juga “tidak”.
karena area sistem itu berada di “ruang” yang cenderung bersifat kontinyu (terdapat pengaruh/input-output dari
entitas-entitas eksternalnya/lingkungan).
variabel beserta relasi-relasi sebab-akibatnya secara eksak) kemungkinan besar akan berbeda;
karena situasi dan kondisi lingkungannya juga berbeda. Jadi, perbedaan situasi akan
(baik CLD maupun Stock & flow) yang termasuk ke dalam sistem-sistem yang tidak tertutup
dan non-fisik (atau campurannya). Fakta inilah yang perlu disadari sedari awal oleh para
pengguna ilmu dan aplikasi sistem dinamik yang berasal dari bidang-bidang non-eksak
Meskipun terdapat catatan penting seperti di atas, penemuan unsur loop (umpan-balik)
di dalam suatu model (katakanlah seperti pada gambar ke tiga54 atau ke dua55 pada bab 14 di
atas) yang termasuk sebagai sistem-sistem yang tidak tertutup dan non-fisik adalah suatu
yang istimewa. Penemuan unsur loop pada model tipe sistem seperti ini bisa jadi merupakan
suatu kesadaran atau pengetahuan baru yang perlu diberi apresiasi. Artinya, perancangnya
(analisnya) telah berhasil menemukan atau mengidentifikasi suatu sistem atau pola sistemik
yang terdapat di dalam masalahnya secara keseluruhan. Sistem atau pola sistemik inilah yang
dominan dalam mempengaruhi dinamika yang terdapat di dalam model sistemnya. Jika hal ini
dipandang sebagai masalah yang perlu segera diselesaikan, maka potensi-potensi solusinya,
pada umumnya, terletak pada variabel-variabel yang berada di sekitar unsur loop itu; perlu
diapakan. Sementara itu, penemuan model (yang termasuk pada tipe sistem-sistem yang tidak
tertutup dan juga non-fisik) yang berlaku umum (luas, bersifat generik, relevan untuk
diterapkan pada banyak kasus, dapat diaplikasikan di banyak tempat, dan bisa diberlakukan
54
Ungkapan persoalan sebenarnya setelah solusinya diberikan dan akibatnya dirasakan.
55
Ungkapan persoalan penting (sebenarnya) pada awalnya; yang sebenarnya harus dikenali dan dipahami dengan
baik/akurat.
kemunculan suatu kesimpulan penting, pengetahuan baru, atau bahkan sebuah teori baru.