Ato Manajemen Gereja
Ato Manajemen Gereja
Dewasa ini, banyak gereja yang megah, besar, mempunyai ribuan jemaat, tetapi
tidak memiliki sistem administrasi dan manajemen yang baik. Akibatnya gereja itu tidak
tertata, dan tidak bisa memaksimalkan fungsi gereja itu sebagaimana mestinya.
Gembala tidak mengenal jemaat karena tidak punya data jemaat yang jelas, dll. Itulah
sebabnya begitu pentingnya gereja membuat suatu sistem yang jelas di dalam gereja
supaya tidak kacau.
Setiap gereja baik kecil maupun besar harus mempunya sistem administrasi dan
manajemen yang jelas. karena kalau gereja mempunyai sistem yang baik dan tersusun
otomatis fungsi gereja sebagai gereja tubuh Kristus akan berjalan dengan baik sesuai
dengan arah kehendak Tuhan. Itulah sebabnya gereja harus mempunyai pemahaman
yang benar tentang pengertian administrasi dan manajemen.
Kebanyakan pendeta mempunyai pendidikan dan pengalaman manajemen yang
kurang memadai sebelum memasuki kegiatan pelayanan dan mereka menghabiskan
waktu melakukan fungsi pastoral karena dalam bidang itulah mereka terlatih.
Selanjutnya, sedikit gereja yang dapat mengumpulkan sekelompok warga jemaat yang
berpendidikan atau memiliki keterampilan menajemen.
Pada zaman modern ini, informasi sangat dibutuhkan oleh semua orang. Untuk
memenuhi kebutuhan informasi setiap orang maupun organisasi, maka makin
berkembanglah teknogi informasi. Banyak orang terbantu dan tertolong pekerjaannya
melalui penggunaan teknologi. Teknologi jika dimanfaatkan dengan baik dan benar
maka akan membawa dampak yang positif bagi perkembangan gereja Tuhan. Misalnya
dalam pemberian informasi terhadap pengolahan data-data administrasi gereja,
sehingga memudahkan pekerjaan tata usaha gereja. Oleh sebab itu seiring dengan
berjalannya waktu dan semakin berkembangnya teknologi informasi pada dewasa ini,
maka gereja mau tidak mau harus memerlukan teknologi untuk informasi tersebut.
Pengertian Manajemen
Istilah manajement (management) berasal dari kata dalam bahasa latin “manus”
yang berarti “tangan” . Dengan demikian manajemen adalah suatu tindakan
menangani, mengontrol. Dan kata ini berasal dari kata kerja “to manage”. Dalam
bahasa Indonesia dapat diartikan mengendalikan, mengontrol, menangani, atau
mengelola, membingbing kepada tujuan organisasi. Proses kegiatan pencapaian tujuan
melalui kerja sama antar manusia. Jadi dapat dirumusan tersebut mengandung
pengertian adanya hubungan timbal balik antara kegiatan dan kerjasama disatu pihak
dengan tujuan di pihak lain.
Pengertian Administrasi
Kata administrasi berasal dari kata ad dan ministro (Latin) yang berarti “melayani
atau menyelenggarakan” (Webster, 1974). Definisi administrasi adalah suatu proses
kegiatan penyelenggaraan yang dilakukan oleh seorang administrator secara teratur dan
diatur melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan gereja.
Tatausaha itu merupakan suatu kegiatan pengumpulan data dan informasi dan
dilakukan pencatatan secara sistematis dalam suatu organisasi untuk menghasilkan
kumpulan keterangan yang dibutuhkan. Jadi sekarang dapat dipahami, bahwa kegiatan
tatausaha masih termasuk dalam unsur Administrasi dalam arti luas dan bukan
merupakan faktor dari administrasi.
Pengertian administrasi dalam arti luas, berasal dari bahasa Inggris
“Administration” . S.P. Siagian, yang mengatakan bahwa administrasi secara luas
adalah:
Proses kerjasama antara dua orang atau lebih berdasarkan rasionalitas tertentu untuk
mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan (S.P. Siagian, 1973) Berdasarkan hal
tersebut diatas, administrasi ialah proses penyelenggaraan kerja yang dilakukan
bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengertian administrasi secara sempit: berasal dari kata Administratie berasal dari
bahasa Belanda, yang meliputi kegiatan:catat mencatat, surat menyurat, pembukuan
ringan, ketik mengetik, agenda dsb, yang bersifat teknis ketatausahaan (clerical work).
Dengan demikian tata usaha adalah bagian kecil kegiatan dari Administrasi.
Sekalipun ada dua pengertian administrasi baik secara luas maupun sempit, namun
administrasi menurut pandangan gereja mempunyai perbedaan, seperti administrasi
menurut gereja lebih mengarah kedalam tujuan atau sasaran penyelamatan jiwa-jiwa
untuk dibawa kedalam Yesus Kristus, tentu dalam pembawaan jiwa-jiwa ini membuat
program, seperti pembinaan, pemeliharaan.
2. Peng-Organisasian
Gereja perlu ada pengaturan otoritas dan tugas sehingga pekerjaan bisa
dilaksanakan dengan tepat oleh orang yang tepat dengan cara yang bertanggungjawab.
Fungsi organisasi di dalam gereja adalah untuk mendukung antara satu dengan yang lain
dalam mewujudkan visi dan misi gereja. Contoh sederhananya bahwa kalau hanya
pemimpin yang bertanggung jawab semuanya tentu ini mustahil berjalan dengan baik.
Organisasi sangat penting, diibaratkan seperti satu biji lidi menyapu sampah-sampah,
otomatis sampah-sampah itu sulit disingkirkan, tetapi kalau lidi itu sekumpulan dang
banyak otomatis sampah tadi bisa dibersihkan. Demikian juga fungsi organisasi dalam
sebuah gereja.
4. Pendelegasian
Pembagian tugas harus dilakukan mengingat bahwa setiap orang mempunyai
keahlian/ketrampilan yang berbeda dengan orang lain.
5. Pentingnya Personel/Staf
Gereja harus ada cukup orang untuk melakukan tugas-tugas yang sudah
direncanakan, oleh karena itu perlu ada pertanggungjawaban dari masing-masing orang
yang terlibat didalamnya.
6. Pentingnya Koordinasi
Tugas-tugas yang tidak dikoordinasi dengan baik akan menyebabkan pekerjaan
yang tumpang tindih sehingga menghasilkan kerja yang tidak efektif dan efisien.
Pembelian perlu diawasi untuk memastikan bahwa pembelian-pembelian yang
dilakukan telah disetujui. Ini dapat dilakukan dengan membatasi orang-orang yang
dapat melakukan pembelian untuk gereja, sekretaris kantor, pendeta, dan seorang wali
jemaat dapat diberi tugas untuk melaksanakan pembelian tesebut.
7. Pentingnya Pelaksanaan
Seperti penjadwalan pembesukan lokal, pertama-tama, sistem ini akan berjalan
secara otomatis dengan cara sistem akan aktif untuk meminta nama jemaat yang akan
dibesuk. Ini dilakukan oleh sistim yang sudah diatur, yaitu anggota jemaat yang sudah di
training di dampingi dengan majelis atau pengurus gereja yang sudah terjadwal dalam
pembesukan ini. Kemudian sistem ini akan meminta inputan hari dan tanggal
pembesukan, oleh-oleh yang akan dibawa, seperti kalao dalam keadaan sakit, sistem ini
akan membawa gula, susu, jeruk. Juga sistem ini secara otomatis menyediakan transpot
atau mobil yang akan dipakai, serta sopir yang akan bertugas dalam pembesukan ini.
8. Pentingnya Pelaporan
Pertanggungjawaban dari setiap bagian perlu dilakukan agar dapat diketahui hasil
yang dicapai dan kegagalan-kegagalan yang terjadi sehingga dapat diusahakan
perbaikan-perbaikan yang perlu diadakan di masa yang akan datang. Contoh laporan
yang harus dilaporkan: Laporan Kelahiran jemaat yang berupa grafik disetiap periode
(Minggu, bulan dan tahun). Laporan Jadwal Pemakaian Ruang dalam Gedung Gereja.
Laporan jadwal pembesukan ke jemaat lokal. Laporan informasi data jemaat lokal
dilengkapi dengan status, jabatan, daerah asal, profesi, pendidikan, pelayanan. Laporan
informasi data-data jemaat: Majelis, pengurus, pengurus komisi. Laporan informasi
data-data karyawan gereja, seperti staf, tata usaha, koster, karyawan, satpam, sopir.
Dengan adanya laporan ini, otomatis bisa terlihat kekurangan apa yang harus
dibenahi di dalam administrasi tersebut. Tetapi seandainya tidak ada laporan, pasti
tidak tahu kekurangan dalam perlengkapan administrasi tersebut.
9. Pentingnya Budget
Memprediksi jumlah keuangan yang dibutuhkan, dan yang mampu didapatkan, dan
yang mampu dipertanggungjawabkan adalah sangat penting untuk menentukan
seberapa jauh program kerja dapat dilaksanakan supaya tidak macet di tengah jalan.
ada tiga
a. Penginjilan – memberitakan Injil, supaya semua orang mendengar, percaya, dan
menerima Injil
b. Pembinaan – orang yang sudah percaya (Kristen) bertumbuh kerohaniannya, menjadi
dewasa imannya, karakter dan sifat-sifatnya menjadi seperti Kristus
c. Pelayanan sosial (diakonia) – orang miskin yang belum atau sudah percaya perlu dibantu
agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya yang pokok
Sama seperti lembaga-lembaga atau organisasi lainnya, agar gereja dapat menjalankan
program-programnya (mencapai tujuan) maka mereka perlu didukung oleh dana yang
cukup. Idealnya, dana pendukung ini didapatkan dari gereja itu sendiri, bukan dari
gereja atau pihak-pihak lain. Gereja-gereja besar yang telah mapan dan lokasinya
berada di kota biasanya tidak mempunyai masalah dengan dana. Mereka malah dapat
menyantuni gereja-gereja lain yang programnya terhambat karena tidak tersedianya
dana. Dalam kenyataannya banyak juga gereja-gereja, terutama yang lokasinya berada
di pinggiran kota dan pedesaaan sering kali terbentur oleh ketiadaan dana. Posisi gereja
berdasarkan pengadaan dananya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Sebagian Gereja relatif tidak mempunyai sumber yang memadai di bidang finansial.
Sekecil apapun dana yang diperlukan, gereja tidak dapat memenuhinya. Gereja pada
posisi ini biasanya menggantungkan harapan pada pihak lain yang dapat memberikan
santunan (sumbangan). Kalau ada pihak yang bersedia menyantuni program mereka
bisa terlaksana tetapi kalau tidak ada, program mereka relatif tidak dapat terselenggara
alias jalan di tempat.
b. Sebagian Gereja mempunyai sumber yang memadai di bidang finansial tetapi
administrator gereja tidak mampu menggalinya. Dengan posisi seperti itu gereja
setempat cenderung akan mengambil sikap menunggu dan menunggu atau malah
meniru gereja dengan posisi butir a mengharapkan dan meminta pihak lain yang akan
mengulurkan tangan untuk memfalisitasi progam mereka.
c. Ada juga Gereja mempunyai sumber yang memadai dan administrator gereja telah
berusaha menggalinya tetapi sumber itu (warga jemaat) ragu-ragu untuk mengeluarkan
dana karena “tidak beriman” atau “tidak mau tau” mengenai program gereja. Jadi,
pengalamannya tidak berbeda dengan posisi butir a dan b.
d. Selebihnya, Gereja yang mempunyai sumber yang memadai dan terbuka untuk
mendukung sepenuhnya program gereja. Gereja dengan posisi seperti ini biasanya
menjadi tumpuan harapan bagi gereja-gereja lain yang mengalami masalah pendanaan
program.
Apa yang ingin disampaikan dengan mengetengahkan fungsi anggaran ini ialah
administrasi gereja sebaiknya menggunakan asas akuntabel, tranparansi, prioritas,
mandiri, dan berkeseimbangan. Akuntabel berarti penerimaan dan penggunaan dana
dapat dipertanggungjawabakan. Transparasi berarti pengelolaan uang menggunakan
sistem terbuka. Mandiri mempunyai pengertian bahwa pendanaan program (kegiatan)
gereja setempat digali dari dirinya sendiri, tidak bergantung pada pihak lain. Prioritas
mengacu pada pemenuhan kebutuhan yang paling mendesak, sedangkan asas
berkeseimbangan mengharapkan bahwa semua program (kegiatan) mendapatkan
pendanaan yang layak.
Nama episkopal berasal dari kata Yunani episkopos yang berarti “overseer/ penilik” (kata
ini juga diterjemahkan menjadi bishop dan uskup) dan menyatakan bahwa gereja diatur
dan dipimpin oleh (para) bishop. Bentuk konkret dari sistem pemerintahan gereja ini
agak berbeda pada beberapa gereja. Misalnya dalam gereja Methodist dan Lutheran,
gereja dipimpin oleh seorang bishop yang menjadi pemimpin tunggal atas seluruh
gereja-gereja lokal ada. Denominasi/ sinode/ gereja yang lain mempunyai bishop yang
berbeda. Struktur yang lebih kompleks terdapat dalam gereja Anglikan dan gereja
Katolik Roma. Seluruh gereja Roma Katolik dibawah pimpinan seorang Paus namun
masih memiliki sistem keuskupan dalam wilayah-wilayah tertentu.
Dalam sistem pemerintahan gereja episkopal, otoritas dan kewenangan terletak pada
bishop yang mengawasi sekelompok gereja, bukan hanya satu gereja lokal. Bishop
adalah orang yang memiliki otoritas yang untuk menahbiskan ministers atau imam
(priest). Katolik Roma mengatakan bawwa kewenangan bishop ini diperoleh melalui
suksesi apostolik dari rasul-rasul pertama. Jadi kuasa itu dilanjutkan secara estafet oleh
bishop berdasarkan Matius 16:18-19. Gereja Methodis dan Lutheran tidak mengakui
otoritas melalui suksesi apostolik seperti Katolik. Sistem suksesi apostolik muncul pada
abad kedua dan para penganutnya mengklaim dukungan alkitabiah dari posisi Yakobus
di gereja Yerusalem dan sesuai dengan pernyataan Paulus dalam suratnya kepada
Timotius dan Titus mengenai posisi dan otoritas mereka dalam mengangkat penatua.
Sistem kongregasional ini dapat disebut sebagai sistem independent karena sistem ini
menegaskan bahwa “setiap gereja lokal adalah suatu badan lengkap, yang tidak
tergantung dengan badan lain, bahkan tidak memiliki hubungan pemerintahan dengan
gereja yang lain. Dalam sistem ini, kekuasaan gereja sepenuhnya berada pada anggota
Jemaat, yang memiliki kekuasaan untuk mengatur dirinya sendiri secara independen
dan penuh.” Otoritas pemerintahan gereja tidak terletak pada individu maupun
perwakilan individu melainkan seluruh jemaat lokal. Dua hal yang sangat ditekankan
oleh sistem pemerintahan gereja ini adalah otonomi dan demokrasi. Para pelayan gereja
(pejabat gereja) adalah jabatan fungsional untuk melayani Firman, mengajar dan
melaksanakan urusan gereja semata-mata. Apabila ada komunikasi yang dikehendaki
oleh gereja sejenis, maka mereka menyelesaikannya dengan mengadakan konsili, yang
hanya mengeluarkan “pernyataan” yang tidak mengikat satu dengan yang lainnya. Tidak
ada otoritas di luar gereja lokal, meskipun dalam satu nama gereja, yang memiliki
wewenang atau pengaruh terhadap gereja lokal tersebut sebab pemerintahan gereja
bersifat demokratis dari jemaat lokal tersebut. Sehingga setiap anggota jemaat turut
membuat keputusan dan memerintah gereja. Konsep ini lahir dari pernyataan Alkitab
yang mengatakan bahwa setiap orang percaya adalah imamat yang rajani (1 Pet 2:9).
Denominasi yang menganut sistem pemerintahan ini adalah Baptis, Evangelical Free,
Congregational dan sebagian Lutheran.
Istilah presbiterian berasal dari kata Yunani presbuteros yang berarti “penatua.” Dalam
pemerintahan gereja sistem presbiterian ini, setiap gereja lokal adalah independen satu
dengan dan dari yang lain, tetapi mereka diikat oleh suatu “ketentuan normatif yang
sama dan pengakuan iman yang sama.” Sistem ini menegaskan bahwa setiap Jemaat
dapat melakukan pelayanannya sendiri yang dipimpin oleh pendetanya, termasuk
memanggil pendeta yang dikehendakinya yang diteguhkan oleh presbiteri yang terdiri
dari pendeta dan penatua yang mewakili gereja-gereja lokal. John Calvin, sebagai tokoh
yang merumuskan sistem ini mengakui adanya jabatan-jabatan gerejawi seperti para
“gembala (pendeta), guru, diaken (the deacon) dan penatua (the presbyter atau the
elder). Dalam sistem ini gereja dipimpin oleh para penatua. Perbedaan yang mencolok
dengan sistem Kongregasional adalah Presbiterian menekankan perwakilan jemaat
yakni para penatua yang diangkat atau dipilih oleh jemaat. Jadi otoritas tertinggi dalam
satu gereja lokal adalah kemajelisan penatua dan satu majelis penatua memimpin satu
gereja lokal. Di atas majelis penatua terdapat sinode dan di atas sinode terdapat
konferensi umum sebagai sidang tertingi. Majelis penatua ini adalah gabungan antara
minister dan orang awam.
Jabatan-Jabatan Gerejawi
Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-
pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk
memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan
tubuh Kristus. Efesus 4:11-12
Paulus secara jelas mengatakan adanya jabatan-jabatan dalam gereja yang bertujuan
untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan Tuhan. Jabatan-jabatan
tersebut adalah (1) rasul, (2) nabi, (3) penginjil, (4) gembala dan (5) guru. Ketiga jabatan
yang pertama ini digolongkan oleh Calvin sebagai jabatan yang extraordinary (luar biasa)
karena ketiga jabatan inilah yang mengokohkan berdirinya gereja di tengah-tengah
dunia dan menuliskan wahyu khusus Allah kepada manusia. Dua jabatan yang pertama
tidak lagi dilanjutkan karena jabatan tersebut hanya ada pada masa-masa tertentu saja.
Hanya ada 3 jabatan yang masih berlaku sampai sekarang, yakni penginjil, gembala dan
guru.
Penginjil adalah jabatan yang lebih rendah dari pada rasul dan nabi tetapi jabatan yang
paling tinggi dalam jabatan tetap. Bahkan penginjil adalah jabatan gereja yang turut
bersama-sama dengan rasul dan nabi mengokohkan gereja mula-mula. Jabatan ini
memang tidak terlalu populer dalam gereja sekarang bahkan cenderung dianggap
sebagai junior. Namun bagi Paulus adalah jabatan yang paling tinggi lebih dari gembala
dan guru. Menurut Calvin, orang-orang seperti Lukas, Timotius, Titus dan kemungkinan
70 murid yang diutus Kristus (Lukas 10:1) tergolong para penginjil.
Jabatan selanjutnya adalah gembala dan guru yang sangat kuat hubungannya dengan
gereja. Tanpa 2 jabatan ini gereja tidak mungkin berjalan. Kedua jabatan ini ada di
dalam gereja, perbedaannya adalah guru (pengajara) tidak turut dalam menjalankan
disiplin gereja dan sakramen ataupun memberikan peringatan kepada jemaat. Guru
hanya bertanggung jawab dalam penafsiran yang alkitabiah dan menjaga doktrin yang
murni di antara orang-orang percaya.
Calvin mengatakan bahwa ada kesamaanan tugas antara jabatan rasul dengan gembala.
Tugas yang dilakukan para rasul pada jamannya adalah tugas yang sekarang dikerjakan
oleh para gembala, perbedaannya terletak pada cakupan. Para rasul bertanggung jawab
atas penggembalaan gereja di seluruh dunia tetapi gembala bertugas hanya pada satu
kawanan domba yang dipercayakan kepadanya. Tetapi gembala yang bertugas
ditetapkan untuk bertugas dalam gereja mereka masing-masing tersebut tetapi bisa
membantu gereja yang lain - jika ada masalah yang membutuhkan kehadirannya atau
memerlukan saran, guna menjaga perdamaian antara gereja. Oleh sebab itu, Calvin
mengatakan bahwa perlu adanya aturan untuk setiap gembala jemaat yang terikat dan
bertanggung penuh atas domba yang dipercayakan kepadanya namun tetap bisa
membantu gereja lain tanpa ikatan. Hal ini bertujuan agar pelayanan gereja tidak terjadi
tumpang tindih dan demi ketidaktertiban pekerjaan Tuhan.
Jabatan-jabatan gereja ini bukanlah ketetepan manusia tetapi ditetapkan oleh Allah
sendiri. Sebab Paulus dan Barnabas “menetapkan penatua-penatua bagi jemaat” dalam
masing-masing gereja di Listra, Ikonium dan Antiokhia (Kis. 14:21-23). Paulus juga
memerintahkan Titus untuk “menetapkan penatua-penatua di setiap kota” (Titus 1:5).
Jadi di satu tempat Paulus berbicara tentang bishop di Filipi (Fil 1:1) di lain tempat ia
menyebut Arkhipus sebagai bishop di Kolose (Kol 4:17). Dalam catatan Lukas terdapat
khotbah Paulus kepada penatua gereja di Efesus (Kis. 20:18-19).
Jadi Alkitab sendiri menyatakan bahwa pelayan firman dibatasi hanya kepada jabatan
tertentu saja yakni para bishop. Dalam surat kepada jemaat di Efesus Paulus tidak
menyebutkan lagi ada jabatan yang menerima tugas pelayanan firman. Tetapi dalam
Roma 12:7-8 dan 1 Kor. 12:28 Paulus menyebutkan (selain rasul, nabi dan pengajar) ada
orang-orang yang memperoleh karunia untuk “(1)mengadakan mujizat, untuk
menyembuhkan, (2)untuk melayani, (3)untuk memimpin, dan (4)untuk berkata-kata
dalam bahasa roh.” Calvin mengatakan bahwa hanya tinggal 2 dari 4 tugas yang tetap
dalam setiap masa (bukan temporal) bagi jabatan ini yakni memimpin (memerintah)
dan melayani (orang miskin). Orang-orang yang memerintah gereja ini (selain rasul, nabi
dan pengajar; 1 Kor. 12:28), menurut Calvin, dipilih dari jemaat untuk tugas mengawasi
moral hidup jemaat dan menerapkan disiplin gereja bersama para bishop (pelayan
firman).