Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TES PENGUKURAN TENIS, TENIS MEJA,


BULUTANGKIS, RENANG DAN BELADIRI

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Arsil, M.Pd
Dr. Damrah, M.Pd

Disusun oleh:
Rewa Ridozuta : 22199040
Rusdiar : 22199045
Muhammad Prawibowo :22199031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA S2


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TAHUN 2023

DAFTAR ISI

1
BAB I...................................................................................................................................3

PENDAHULUAN...............................................................................................................3

A. Latar Belakang............................................................................................................3

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................5

BAB II..................................................................................................................................6

PEMBAHASAN..................................................................................................................6

A. Tenis............................................................................................................................6

B. Tenis Meja...................................................................................................................9

C. Bulutanggkis..............................................................................................................12

D. Renang.......................................................................................................................15

E. Beladiri......................................................................................................................18

BAB III..............................................................................................................................19

PENUTUP..........................................................................................................................19

A. Kesimpulan...............................................................................................................19

B. Saran..........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................21

30 PERTANYAAN.............................................................................................................22

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pembelajaran aktivitas fisik dan olahraga yang menjadi fokus


pembelajaran adalah penguasaan keterampilan (Schempp, 2003: 40) Keterampilan
dapat diartikan sebagai kecakapan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu
dengan baik dan cermat. Dalam cabang olahraga yang dilakukan secara baik dan
cermat adalah keterampilan individu melakukan komponen dalam permainan
olahraga tersebut. Keterampilan yang ditunjukkan dalam penampilan individu
merupakan suatu gejala dari hasil sesuatu yang telah dipelajarinya. Dalam proses
belajar gerak terjadi perubahan internal dalam bentuk gerak yang dimiliki individu
yang disimpulkan dari perkembangan prestasi yang permanen merupakan hasil
latihan (Yanuar Kiram, 1992). Keterampilan olaharaga merupakan kecakapan atau
kemampuan cabang olahraga yang dimiliki oleh individu tersebut sebagai hasil
dari pembelajaran (latihan). Dalam upaya untuk mengetahui hasil pembelajaran
tersebut, sesuai dengan kajian tentang penilaian dalam ranah psikomotor, perlu
disusun dalam bentuk tes, berupa tes keterampilan olahraga. Dengan demikian, tes
keterampilan olahraga yang dimaksud adalah sebuah instrumen atau alat untuk
memperoleh kecakapan atau kemampuan cabang olahraga yang dimiliki oleh
individu.
Cabang olahraga dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok besar, yaitu
olahraga individual, olahraga duel, dan olahraga tim. (Strand dan Wilson, 1993,
39-148) Olahraga individual adalah olahraga yang bukan dipertandingkan, tetapi
diperlombakan. Kelompok ini meliputi, panahan, atletik, senam, bowling,
menyelam, golf, renang dan beladiri kategori seni. Olahraga duel adalah cabang
olahraga yang harus mempertemukan satu lawan satu, yang terdiri atas satu atau
dua pemain. Kelompok olahraga ini, meliputi; bulutangkis, tenis meja, tenis

3
lapangan, squash, dan anggar. Kelompok olahraga tim adalah cabang olahraga
yang dipertandingkan dengan anggota tim yang relatif banyak, lebih dari dua
orang. Kelompok olahraga ini, meliputi sepakbola, bola basket, bola voli, softball
dan sebagainya. Bentuk tes keterampilan olahraga untuk kelompok olahraga tim
berbeda dengan kelompok individual atau duel, karena perbedaan situasi
pertandingan atau perlombaan yang sesungguhnya.
Tes adalah instrumen atau alat yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang
individu. Informasi tersebut mencakup hasil dari proses belajar dan latihan. Tes berisikan
tugas-tugas seperti peserta didik akan dilakukan sebagai keterampilan dalam tempat belajar
(Brenann, 2006: 308) Tes adalah sebuah instrumen atau alat yang digunakan untuk
membuat pernyataan (fakta) pengukuran (Miller, 2002: 1) Tes dalam olahraga yang
dimaksud sebagai instrumen atau alat yang berisi prosedur untuk memperoleh hasil dari
proses pelatihan. Sebagai alat untuk memperoleh informasi atau dapat dikatakan sebagai
data, maka harus dirancang secara khusus sesuai kaidah olahraga.
Pengukuran adalah proses pengumpulan data (Lacy dan Hastad, 2007: 4), proses
memberian nilai atau atribut pada seseorang (Miller, 2002: 2), yang dilakukan secara
sistematik untuk menyatakan keadaan individu (Allen dan Yen, 1979). Pengukuran
merupakan proses mengumpulan data berupa nilai atau atribut pada individu peserta didik
yang dilakukan secara sistematik untuk menyatakan keadaannya. Pengukuran memiliki tiga
karakteristik, yaitu: perbandingan antara atribut yang hendak diukur dengan alat
ukurnya, hasilnya dinyatakan secara kuantitatif, dan hasilnya bersifat deskriptif.
Berkaitan dengan atribut dapat dibedakan menjadi atribut dasar dan atribut derivasi.
Atribut dasar adalah atribut yang langsung datap diukur, sedangkan derivasi adalah atribut
turunan dari atribut dasar.
Bahwa tes adalah bagian yang integral dari pengukuran atau tes dan pengukuran
adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Tes akan berarti apabila dilakukan untuk
pengukuran, sehingga kegunaan tersebut jelas. Tes tesebut dapat dikatakan sebagai tes yang
bermanfaat apabila digunakan untuk pengukuran dengan hasil yang dapat diterima oleh
pihak yang berkepentingan. Pengukuran juga dikatakan baik apabila menggunakan
prosedur yang sistematik, yang terdapat dalm tes, sehingga semua yang dilakukan
merupakan proses yang relatif sama. Tes dan pengukuran mampu menyediakan sarana yang

4
dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk evaluasi dan
analisis. Evaluasi merupakan interpretasi dari hasil pengukuran (Lacy dan Hastad, 2007:
4) sebagai artinya serta pemberian pertimbangan hasil pengukuran (Miller, 2002: 2),
dengan cara membandingkan dengan tujuan yang ditentukan (Verduci, 1980). Evaluasi
adalah proses pemberian pertimbangan, makna mengenai nilai atau arti dari informasi
(data) yang dikumpulkan. Tes adalah instrumen atau alat yang digunakan untuk
memperoleh informasi tentang individu atlet. Pengukuran adalah proses dari pengumpulan
informasi, dengan menggunakan tes atau tidak. Evaluasi adalah proses pemberian
pertimbangan dari hasil pengukuran. Evaluasi memiliki tiga karakteristik, yaitu:
perbandingan antara hasil ukur dengan suatu norma atau kriteria, hasilnya bersifat
kualitatif dan hasilnya dinyatakan secara evaluatif. Ilustrasi kedudukan tes,
pengukuran dan evaluasi dapat dilihat di bawah ini.

B. Rumusan Masalah

Pertanyaan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tes keterampilan tenis ?

2. Bagaimana tes keterampilan tenis meja ?

3. Bagaimana tes keterampilan bulutangkis ?

4. Bagaimana tes keterampilan renang ?

5. Bagaimana tes keterampilan beladiri

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tenis Meja

Dyer Tennis Test Tujuan :


Untuk mengestimasi keterampilan umum melakukan pukulan dan menentukan
kemampuan yang bersifat umum dalam permainan tenis.
Diperlukan :
 Raket
 Bola tenis 12 buah
 Stopwatch
 Dinding tembok
 Alat pencatat Tempat
 Dinding yang rata, lebar 15 feet, tinggi 10 feet, dengan ruang bebas di
depannya. Pada dinding diberi garis sejajar lantai dengan jarak 3 feet dari
lantai. Pada lantai diberi garis sejajar dinding dengan jarak 5 feet dari
dinding.
Pelaksanaan
1. Pada aba-aba “siap”, testee berdiri di belakang garis batas (5 feet dari
dinding sasaran) dengan raket dan bola tenis.
2. Pada aba-aba “ya”, testee mulai memukul bola tenis ke tembok dengan
memantulkan bola terlebih dahulu di lantai, selanjutnya bola yang mantul
dupukul secara terus menerus ke daerah sasaran (di atas garis batas di
dinding)
3. Untuk mempertahankan supaya dapat melakukan pukulan terus menerus,
testee tidak boleh melewati garis batas, tetapi diperbolehkan menggunakan
teknik pukulan secara voli.

6
4. Bola yang dipukul (bukan dengan teknik service) dari belakang garis batas
dan tepat di daerah sasaran mendapat hitungan 1.
5. Apabila bola tidak dapat dikuasai (mantul jatuh), testee dapat mengambil
bola yang disiapkan dan kembali melanjutkan seperti permulaan.
6. Pelaksanaan berhenti setelah 30 detik dengan aba-aba ”stop”
7. Testee diberikan kesempatan sebanyak 3 kali Skor
8. Catat banyak hitungan pukulan sah selama 30 detik. Skor berupa jumlah
banyak hitungan dari 3 kali kesempatan.

B. Tenis Meja
Tes Tenis Meja Tujuan :
Untuk mengukur kecakapan memukul bola sebanyak-banyaknya ke papan
Diperlukan :
 Stopwatch
 5 buah bola tenis meja
 Sebuah bat
 Sebuah meja tenis meja yang dapat dilipat
 Dinding atau tiang untuk sandaran bagian meja yang didirikan tegak
lurus pada bagian meja horizontal
 Pita kertas yang lebarnya 2 cm
 Blangko dan alat tulis Tanda garis
 Sebuah garis dari pita selebar 2 cm, dibuat pada bagian meja yang
didirikan tegak lurus, sejajar dengan bagian meja yang horisontal dan
berjarak 15 cm dari permukaan meja.
Petugas
 Seorang pengambil waktu yang memberikan aba-aba “ya” dan “stop”.
 Seorang penghitung jumlah pukulan yang sah selama 30 detik dan
mencatatnya.
Minimal satu orang untuk menjadi membantu mengambil bola. Pelaksanaan :

7
 Testi berdiri di belakang atau lanjutan bagian meja yang horisontal, dengan
sebuah bat dan bola di tangan.
 Pada aba-aba “ya”, testi menjatuhkan bola di atas meja dan kemudian
memukul bola ke bagian yang didirikan tegak lurus terhadap bagian meja
yang horizontal.
 Testi berusaha memantulkan bola sebanyak-banyaknya dalam waktu 30
detik. Apabila testi tidak dapat menguasai bola, ia dapat mengambil bola
yang tersedia di kotak, menjatuhkannya di meja dan melanjutkan usaha
memantulkan bola sebanyak- banyaknya dalam sisa waktu yang tersedia.
 Seorang pembantu mengambil bola yang tidak dikuasai testi dan
memasukkannya kembali ke dalam kotak.
Pantulan dinyatakan tidak sah apabila :
 Bola dipukul voli.
 Testi bertelekan dengan tangannya yang bebas pada meja waktu memukul
bola.
 Bola mengenai bagian meja yang tegak di bawah garis.
 Melakukan pukulan servis pada waktu mulai tes.
 Memukul bola setelah bola memantul lebih dari satu kali pada
meja yang horisontal
 Memukul bola lebih dari satu kali dengan kaki bertumpu di samping meja.
 Testor berdiri dekat dengan meja dan menghitung jumlah pukulan yang
sah selama 30 detik dan mencatatnya. Kepada testi diberikan kesempatan
melakukan tes 3 x dengan istirahat selama 10 detik setiap melakukan tes.
Skor :
 Skor dari setiap trial adalah jumlah pantulan yang sah selama 30 detik.
 Sekor tes adalah jumlah yang terbanyak dari ke tiga trial tersebut

C. Bulutangkis

8
Lockhart-Mc Pherson Test (Lacy, 2011; 248-249) Tujuan :
Untuk mengestimasi keterampilan melakukan pukulan dan menentukan
kemampuan yang bersifat umum dalam permainan bulutangkis.
Diperlukan :
 Raket
 Shuttlecock
 Stopwatch
 Dinding tembok
 Alat pencatat
Pelaksanaan
Pada aba-aba “siap”, testee berdiri di belakang garis batas (1,98 meter dari
dinding sasaran) dengan raket dan shuttlecock.
Pada aba-aba “ya”, testee mulai memukul shuttlecock ke tembok dengan teknik
service, selanjutnya shuttlecock yang mantul dipukul secara terus menerus ke
daerah sasaran (lebar 3,05 meter dan lebar 1,52 meter, tinggi 1,52 meter dari
lantai) dari garis batas.
Untuk mempertahankan supaya dapat melakukan pukulan terus menerus, testee
tidak boleh melewati garis batas.
Shuttlecock yang dipukul (bukan dengan teknik service) dari belakang garis batas
dan tepat di daerah sasaran mendapat hitungan 1.
Apabila shuttlecock tidak dapat dikuasai (mantul jatuh), testee segera
mengambilnya dan kembali melanjutkan dengan melakukan service.
Pelaksanaan berhenti setelah 30 detik dengan aba-aba “stop”.
Testee diberikan kesempatan sebanyak 3 kali. Skor
Catat banyak hitungan pukulan sah selama 30 detik. Skor berupa jumlah banyak
hitungan dari 3 kali kesempatan

D. Renang

9
Tes kemampuan start renang (start atas)
Tujuan tes : untuk mengukur seberapa jauhnya start yang dilakukan oleh
perenang Sasaran tes : tes ini diperuntukan pada siswa SD putra putri, karena
jarak yang di terapkan pendek pada tes ini.

Peralatan tes :
 Kolam renang (memakai 1 lintasan)
 Tali
 Lakban
 Alat tullis

Gambar : Pada gambar ini adalah 1 lintasan pada kolam renang

Cara pelaksanaan tes :

 Testee berdiri di balok start (x) kemudian melakukan start sebanyak 5


kali dengan melakukan percobaan start atau latihan start sebanyak 2 kali
percobaan
 Penilai mencatat jatuhnya testee atau subyek di daerah penilain apabila
tidak mencapai poin 1 dapat dilakukan pengulangan
 Testee atau subyek mendapatkan skore sesuai apa yang diperoleh.
 Apabila testee jatuh diantara garis ,nilai yang di peroleh adalah yang
tertinggi.

10
Penilaian tes :

 KEMAMPUAN START RENANG (START ATAS)= Jumlah skor x 100


5

E. Beladari

Kondisi fisik yang perlu di perhatikan dalam olahraga beladiri adalah:


1. Tes Kekuatan
Kekuatan diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam
menggunakan gaya untuk mengangkat atau menahan suatu beban.
Kekuatan juga bisa diartikan sebagai besarnya tenaga kontraksi otot yang
bisa dicapai dalam satu kali usaha maksimal.

Berdasarkan bentuk dan waktu pelaksanaannya, kekuatan dibedakan


menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut:
 Kekuatan Umum (General Strength) adalah kekuatan dari sistem otot
secara menyeluruh.
 Kekuatan Khusus (Specific Strength) merupakan kekuatan yang terdapat
pada otot-otot tertentu yang terlibat secara khusus pada gerakan atau
cabang tertentu (dianggap sebagai penggerak utama).
 Kekuatan Maksimal (Maximum Strength) merupakan kekuatan paling
besar yang bisa dikeluarkan oleh sistem saraf otot saat tubuh melakukan
kontraksi maksimum.
 Kekuatan Mutlak adalah kemampuan atlet dalam mengarahkan tenaganya
secara maksimal tanpa mempertimbangkan faktor berat badannya.
 Kekuatan Nisbi merupakan rasio antara kekuatan mutlak dengan berat

11
badan yang dimiliki seseorang.
 Kekuatan Kecepatan (Daya Ledak) merupakan hasil dari dua
kemampuan, yakni kekuatan dan juga kecepatan.
 Kekuatan Daya Tahan (Daya Tahan Otot) merupakan kemampuan otot
dalam melakukan kegiatan yang relatif berat dalam jangka waktu lama.
Berikut adalah salah satu bentuk pelaksaan tes beserta pengukuran pada tes
dan pengukuran kekuatan:
 Tes Leg (kekuatan otot extensor kaki (tungkai)
Alat yang digunakan dalam tes kekuatan otot mendorong adalah Back And
Leg.
 Dynamometer, satuan dari Back And Leg Dynamometer adalah
kilogram (Kg)
Prosedur pelaksanaan tes
 Orang coba berdiri di atas tumpuan back leg dynamometer
 Kedua tangan memegang bagian tengah tongkat pegangan back leg
dynamometer
 Kedua tangan lurus
 Punggung lurus
 Sedangkan lutut ditekuk mebuat sudut krang lebih 120 derajat.
 Setelah itu tarik tongkat pegangan keatas sekuat-kuatnya dengan
meluruskan lutut.
 Tumit tidak boleh diangkat
 Dilakukan 3 kali, diambil hasil yang terbaik.
Norma penilaian Pria: Norma penilaian Wanita:
KATEGORI PRESTASI (kg) KATEGORI PRESTASI (kg)
Baik sekali 259.50 – keatas Baik sekali 219.50 – keatas
Bagus 187.50 – 259.00 Bagus 171.50 – 219.00
Sedang 127.50 – 187.00 Sedang 127.50 – 171.00
Cukup 84.50 – 127.00 Cukup 81.50 –127.00
Kurang SD –84.00 Kurang SD –81.00

12
Berikut beberapa kelebihan dari tes back and leg dynamometer:
1. Mudah dilaksanakan
2. Mudah mendapatkan hasil valid
Adapun kelemahan dari tes back and leg dynamometer adalah sebagai berikut:
1. Harga dynamoter yang cukup mahal.
2. Kelincahan
Jenis tes kelincahan Shuttle Run. Berikut penjelasan dari kedua tes tersebut:
1. Shuttle Run
Shuttle run yaitu biasa dikiaskan lari bolak-balik. Ditempuh dengan
jarak 40 meter. Jarak lintasan bisa dimodifikasi sendiri oleh pengetes.
Jika terdapat tiga garis dan masing-masing garis berjarak 5 meter, maka
orang coba akan melakukan 4 kali melewati garis finis
a. Prosedur pelaksanaan tes :
• Start berdiri.
• Kaki menginjak garis start dan tidak boleh melebihi garis start.
• Menunggu aba-aba (peluit atau ucapan ” siap, ya”)
• Kedua kaki melewati garis A kemudian lari menuju garis B dan
melewatinya, lalu kembali lagi.
• Finish, jika salah satu kaki menginjak garis finis.
• Alat yang harus disiapkan sebelum tes yaitu, stop watch, peluit, dan 3
garis.
b. Norma penilaian:
 Yang tercepat adalah yang terbaik

Kelincahan lari dihitung sampai dengan 0,1 atau 0,01 detik.


Table penilaian shuttle run

SKOR Shuttle Run Putra Kriteria Shuttle Run Putri


5 <15,5 Sempurna <16,7
4 16 – 15,6 Baik sekali 17,4-16,8
3 16,6-16,1 Baik 18,2-17,5

13
2 17,1-17,6 Cukup 18,9– 18,3
1 17,7-17,2 Kurang 19,6 -19,0

c. Kelebihan
- Mudah dilaksanakan
- Tidak membutuhkan banyak dana
d. Kekurangan
- Dalam beberapa kesemapatan seringakali rawan cedera berupa lecet akibat
terjatuh

3. Kelentukan (Flexibility)
Ada beberapa tes kelentukan yang biasa digunakan oleh para pegiat olahraga
yaitu sebagai berikut:
1. tes shit and reach
a. alat yang digunakan Alat yang digunakan untuk tes kelentukan tes ini
bangku/mistar dengan ukuran 50 cm atau biasa juga yang disebut
dengan Flexibility Meter.
b. Prosedur pelaksanaan tes :
- Peserta atau orang coba tidak memkai alas kaki
- Peserta duduk dengan kaki lurus menyentuh balok tes.
- Lutut bagian belakang lurus (tidak boleh ditekuk)
- Pelan-pelan bungkukkan badan dengan posisi tangan lurus, ujung
jari dari kedua tangan menyentuh mistar skala/pengukur.
- Tangan yang mendorong harus selalu menempel di alat tes.
- Dimulai dari angka -20.
- (karena tingkat kelentukan masing- masing individu itu berbeda-
beda, jadi jika hal ini dimulai dari angka nol, objek sudah tidak
mampu)
Dilakukan 3 x, diambil hasil tes yang terbaik.
Norma penilaian Sit and reach.
Kategori Pria Wanita

14
Bagus Sekali +21 +22
Bagus +17 +18
Sedang +11 +12
Cukup +5 +8
Kurang -2 +2

c. Kelebihan
- Mudah dilaksanakan
- Tidak memerlukan biaya yang besar
- Selain menjadi istrumen ,tes ini juga secara tidak langsung dapat
menjadi latihan peningkatan kelentukan fisik
d. Kekurangan:
Sebanarnya tes ini tidak memiliki kekurangan yang berarti tetapi
sebagian para ahli mengatakan tes ini sudah usang.
4. Daya Tahan
Jenis tes daya tahan yang sering digunakan dalam cabang olahraga
beladiri yaitu Multi test fitness. Multi fitnes test ( MFT ) adalah suatu
jenis tes daya tahan atau Endurance yang bertujuan untuk mengetahui VO
2 Max. di Indonesia, orang-orang biasanya menyebutnya Tes Tung
( Bleep Test ). Satuan dari tes ini yaitu cc/Kg bb/menit.
1. Pelaksanan tes
a. Pertama kita harus menyiapkan kaset, tape atau VCD.
b. Menyediakan stop watch, alat tulis, dan lintasan
c. Jarak lintasan yang akan dilalui adalah 20 meter, tapi kita harus
menyiapkan jarak minimal 30 M.
d. Start bisa dimulai dari garis manapun, tetapi ketika start kaki tidak
boleh melebihi garis start.
e. Ketika pembalikan, salah satu kaki dan setengah dari tubuh harus
melewati garis. Jika lebih juga tidak apa-apa.
f. Dikatakan tes ini selesai atau berhenti jika peserta telah
melanggar atau tidak mengikuti perintah dari kaset 2 kali berturut-

15
turut.
2. Norma penilaian
a. Berdasarkan pedoman dari tes ini yaitu ketika dua kali melanggar
atau tidak mengikuti perintah dari kaset selama dua kali bertururt
dinyatakan gugur.Maka norma penilaian dari tes ini ialah yang
paling lama biasa menjalani tes ini.
Kelebihan
1. Dapat mengetahui vo2max
2. Selain bias digunakan sebagai instrmen.Tes ini juga dapat digunakan
sebagai sarana peningkatan kondisi fisik
Kekurangan
a. Tidak adanya perbedaan prosedur pelaksanaan atau norma antara
peserta atau orang coba laki-laki dan wanita
Tidak adanya perbedaan faktor usia di dalamnya

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tes dan pengukuran adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan
data dalam melakukan penilaian, penilaian membutuhkan yang namanya data
untuk menghasilkan penilaian yang obyektif
Tes dan pengukuran membutuhkan alat alat dalam pengukuran, bayangkan bila
tidak alat pengukura. Kemungkinan kemajuan kemajuan dalam segala bidang
akan terlambat dan tidak mempunyai sasaran yang tepat.
Dengan adanya tes dan pengukuran, segala program dibidang apa saja dapat di
kontrol dan di evaluasi.
Tes dan pengukuran juga merupakan bagian yang intergraldalam hasil belajar
siswa. Tes dan pengukuran yang dilakukan dalam bidang keolahragaan dan
pendidikan harus dapat mendasarkan diri
B. Saran
1. Melalui makalah ini, penulis berharap pembaca dapat memahami pengertian
gerak, lagu, dan musik. Yang dapat di padukan menjadi sesutau yang yang baik
2. Dalam mempelajari mata kuliah evaluasi kami juga sebagai penulis masih
mempunyai banyak kekeliruan, dan kami juga masih perlu mempunyai literature

17
DAFTAR PUSTAKA

Agus Susworo Dwi Marhaendro. 2014.Validity and Reliability of The Futsal Skill
Test. Proceedings International Seminar of Sport Culture and Achievement:
Global Issue of Sport Science & Sport Technology Development.
Yogyakarta,23 – 24 April 2014.
Agus Susworo Dwi Marhaendro dan Saryono. 2009. Tes Keterampilan Dasar
Bermain Futsal.

Jurnal IPTEK Olahraga. Vol 11. No. 2.


Bompa, T.O. 1994. Theory and Methodology of Training: The Key to Athletic
Performance.

Iowa: Kendall/Hunt Publishing Company.


Brennan, Robert L. 2006. Educational measurement. Westport: American
Councilon Education and Praeger Publishers.

Departemen Pendidikan Nasional. 1999. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk


Anak Umur 16-19 Tahun. Jakarta: Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi.

Devi Tirtawirya. 2010. Agility T test Taekwondo. dalam JORPRES.

Djemari Mardapi 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes.


Yogyakarta:Mitra Cendekia Press.

Ismaryati 2006. Tes dan Pengukuran Olahraga, Surakarta: UNS Press.

Lacy, Alan C. 2011.Measurement and evaluation in physical education and

exercise science (6th ed.). San Fransisco: Pearson education, Inc.

Miller, David K. 2002. Measurement by the Physical Educator: Why and How

(4thed.). New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

18
Morrow, J.R, Jr., Jackson, A.W., Disch, J.G. and Mood, D.P. 2005.
Measurementand Evaluation in Human Performance. Champaign IL:
Human Kinetics.

Phil Yanuar Kiram. 1992. Belajar Motorik. Jakarta: P2LPTK

Schempp, P.G. 2003. Teaching Sport And Physical Activity: Insights on The Road
to Excellence.

Champaign IL: Human Kinetics.


Strand, B.N. and Wilson, R. (1993). Assessing Sport Skills. Champaign IL:
HumanKinetics.

Subagyo Irianto. 2010. Pengembangan Tes Kecakapan “David Lee” untuk


SekolahSepakbola (SSB) Kelompok Umur 14-15 Tahun (thesis). Yogyakarta:
UNY.

19

Anda mungkin juga menyukai