Anda di halaman 1dari 13

34

BAB IV
KUAT GESER BATUAN

4.1 Tujuan Pengujian Kuat Geser


Pengujian kuat geser dilakukan untuk mengetahui sifat mekanik dari
batuan yang menjadi specimen yaitu dari segi berapa kekuatan specimen
terhadap suatu geseran disertai adanya pembebanan yang masih mampu
ditahan oleh specimen tersebut. Hal ini banyak digunakan dalam analisis
stabilitas lereng pada tambang terbuka, analisis stabilitas batuan samping pada
lubang bukaan bawah tanah, dan lain sebagainya.

4.2 Pengujian Kuat Geser


Pengujian ini untuk mengetahui kekuatan batuan terhadap suatu geseran
pada tegangan normal tertentu. Dari hasil pengujian kuat geser ini dapat
ditentukan :
 Garis “Coulomb’s shear strength”
 Nilai kuat geser (shear strength) batuan
 Sudut geser dalam (ø)
 Kohesi

4.3 Landasan Teori


Mekanika batuan adalah salah satu cabang disiplin ilmu geomekanika.
Mekanika batuan merupakan ilmu yang mempelajari sifat-sifat mekanik batuan
dan massa batuan. Hal ini menyebabkan mekanika batuan memiliki peran yang
dominan dalam operasi penambangan, seperti pekerjaan penerowongan,
pemboran, penggalian, peledakan dan pekerjaan lainnya.
Tanah merupakan suatu bagian yang sangat menentukan dalam perencanaan
suatu konstruksi, karena menentukan kestabilan konstruksi tersebut. Kekuatan
tanah tersebut tidak sama untuk tempat-tempat yang berbeda, sehingga hal ini
mengharuskan para perencana untuk memperhatikan kondisi tanah sebagai
suatu elemen kestabilan konstruksi yang sangat menentukan keadaan konstruksi
pada masa penggunaannya.
35

Untuk menentukan kondisi tanah yang akan digunakan sebagai tempat


dibangunnya suatu konstruksi, tidak cukup dilakukan perhitungan tanpa suatu
pemeriksaan yang mendalam atau spesifik. Terutama untuk mengetahui
parameter-parameter dari sifat fisis dan mekanis dari tanah tersebut. Jadi
diperlukan pengujian atau percobaan yang dilakukan secara ilmiah yakni melalui
pengujian laboratorium.
Kekuatan suatu tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sangat komplek
dari parameter-parameter yang didapatkan dari suatu pemeriksaan yang
mendalam. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat tanah
tersebut, yang meliputi sifat fisis dan mekanis tanah.
Sehingga untuk mengetahui sifat mekanik batuan dan massa batuan
dilakukan berbagai macam uji coba baik itu dilaboratorium maupun dilapangan
langsung atau secara insitu.
Untuk mengetahui sifat mekanik batuan dilakukan beberapa percobaan
seperti uji kuat tekan uniaksial, uji kuat tarik, uji triaksial dan uji tegangan
insitu.Mekanika batuan sendiri mempunyai karakteristik mekanik yang diperoleh
dari penelitian ini adalah kuat tekan batuan (σt), kuat tarik batuan (σc ), Modulus
Young (E), Nisbah Poisson (v), selubung kekuatan batuan (strength envelope),
kuat geser (τ), kohesi (C), dan sudut geser dalam (φ).
Untuk pengujian kuat geser ini yang mana berfungsi untuk mengetahui kekuatan
batuan terhadap suatu geseran pada tegangan normal tertentu. nantinya dari
hasil pengujian akan dapat ditentukan:
 garis “Coulumb’s shear strength”
 kuat geser (shear strength)
 sudut geser dalam (Φ)
 kohesi (C)
Percobaan ini mencakup metode pengukuran kuat geser tanah
menggunakan uji geser langsung UU. Interpretasi kuat geser dengan cara ini
bersifat langsung sehingga tidak dibahas secara rinci. Beberapa definisi yang
berkaitan dengan percobaan ini antara lain:
 Gaya Normal adalah gaya yang bekerja tegak lurus terhadap bidang yang
ditinjau.
36

 Gaya geser adalah gaya yang bekerja secara menyinggung atau sejajar
bidang yang ditinjau.
 Tegangan normal adalah gaya normal per satuan luas.
 Tegangan geser adalah gaya geser per satuan luas.
 Peralihan (displacement) adalah perpindahan horizontal suatu bidang
geser relatif terhadap bidang lain dalam arah kerja gaya geser.
 Kohesi (cu) adalah kuat geser tanah akibat gaya tarik antar partikel.
 Sudut geser dalam adalah komponen kuat geser tanah akibat geseran
antara partikel.
 Kuat geser adalah tegangan geser maksimum yang dapat ditahan oleh
suatu bidang (dalam tanah) di bawah kondisi tertentu.
 Kuat geser puncak (peak strength) adalah kuat geser tertinggi pada suatu
rentang peralihan atau regangan tertentu.
 Kuat geser residual adalah tahanan geser tanah pada regangan atau
peralihan yang besar yang bersifat konstan. Kuat geser residual ini
dicapai setelah kuat geser puncak dilampaui.
 Dilantasi adalah pengembangan volume tanah saat dikenai tegangan
geser.
Hasil uji geser langsung dapat digunakan untuk analisis kestabilan dalam
bidang geoteknik, diantaranya untuk analisis kestabilan lereng, daya dukung
pondasi, analisis dinding penahan, dan lain-lain.
Uji geser langsung tidak dapat mengukur tekanan air pori yang timbul
saat penggeseran dan tidak dapat mengontrol tegangan yang terjadi di sekeliling
contoh tanah. Di samping itu keterbatasan uji geser langsung yang lain adalah
karena bidang runtuh tanah ditentukan, meskipun belum tentu merupakan bidang
terlemah.

4.3 Alat-alat yang digunakan


1. Satu set alat untuk uji kuat geser dari suatu batuan
2. Satu specimen dengan bentuk segiempat atau ketupat dan specimen
yang diujinya berada di tengah-tengah segiempat yang tengahnya dibuat
belah
37

3. Pompa pembebanan serta penunjuknya dalam satuan KN, dengan skala


satu stripnya 1 KN
4. Penunjukkan keadaan gesernya specimen dengan skala 0,5 per strip
5. Jumlah specimen yang diuji adalah 1 buah specimen dengan 3 kali uji

4.4 Prosedur
1. Ukur terlebih dahulu panjang dan lebar contoh lalu catat pada form yang
ada.
2. Masukkan specimen ke dalam box penyimpanan di alat shear box,
kemudian beri beban normal sesuai dengan perhitungan.
3. Pasang selang oli pressure pada saat posisi maju saat pengukuran maju,
demikian pula pada saat pengukuran mundur selang dipindahkan.
4. Pompa beban yang digunakan (1 KN, 2 KN, 3 KN) dan ditahan supaya
konstan selama pengujian masih dilakukan.
5. Baca pressure gauge sesuai waktu yang diminta sebanyak 12 mm
perubahan.
6. Beban yang diberikan jangan sampai berubah. Apabila berubah maka
pressure gaugenya pun berubah. Penunjuk keadaan geser specimen
dengan skala 1 strip bernilai 0,5 KN.
7. Pompa untuk menggeser specimen, digerak-gerakkan selama alat
penunjuk geser maju atau mundur itu berputar satu putaran penuh
8. Setelah satu putaran dicatat data yang dihasilkan dari alat penunjuk
kekuatan geser (yang letaknya di dekat pompa yang berfungsi untuk
menggeser).
9. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali dengan keadaan menggeser ke arah
maju dan ke arah mundur.

4.5 Rumus-Rumus yang Digunakan


Beberapa rumus yang digunakan diantaranya adalah :
N
n =
A

P
38

s=
A
Keterangan : s = Kuat Geser, kg/cm2
N= Beban Normal, kg
A = Luas Permukaan Bidang Geser, cm2
P = Pembebanan Geser, kg
Dari beberapa nilai kuat geser maksimum (s) yang didapatkan kemudian
dibandingkan terhadap tegangan normal masing-masing, akan didapatkan nilai
parameter kohesi dan sudut geser dalam, dengan demikian maka :

s = n . Tan  + c

Keterangan : n = Tegangan Normal, kg/cm2


 = Sudut Geser Dalam
C = Kohesi

4.6 Data Hasil Percobaan


Setelah melakukan praktikum didapat data-data hasil pengamatan
sebagai berikut:
Tabel 4.6.1
Data Hasil pengamatan maju
Perubahan Geser Perubahan Geser Gaya Geser
Kondisi
(mm) (cm) 5 kg 10 kg 20 kg
0 0 0 0 0
1 0,1 2 2 5
2 0,2 2 2 6
3 0,3 2 2 7
4 0,4 3 3 16
5 0,5 4 4 26
MAJU 6 0,6 6 5 36
7 0,7 8 6 46
8 0,8 8 8 56
9 0,9 - 11 -
10 1 - 15 -
11 1,1 - 18 -
12 1,2 - 20 -
Sumber : Data hasil praktikum 2015
39

Tabel 4.6.2
Data Hasil pengamatan mundur
Perubahan Perubahan Gaya Geser
Kondisi
Geser (mm) Geser (cm) 5 kg 10 kg 20 kg
12 1,2 - - -
11 1,1 - - -
10 1 - - -
9 0,9 1 - 40
8 0,8 3 - 40
7 0,7 4 - 40
MUNDUR 6 0,6 4 - 40
5 0,5 4 - 48
4 0,4 6 6 52
3 0,3 7 7 54
2 0,2 7 7 54
1 0,1 8 8 56
0 0 0 0 0
Sumber : Data hasil praktikum 2015
Tabel 4.6.3
Data nilai kuat geser dan tegangan normal
Beban Nilai Kuat Geser Kuat Geser Tegangan Normal
(kg) (kg/cm2) (mpa) (σn)
5 3 0.3 0.188
10 3 0.3 0.377
20 7.6 0.76 1.019
Sumber : Data hasil praktikum 2015

4.7 Perhitungan
 Sampel 1
 Diameter = 5.8 cm
 Luas

 Tegangan normal (σn)

 Sampel 2
 Diameter = 5 cm
 Luas
40

 Tegangan normal (σn)

 Perubahan normal = Gaya geser (cm) x perubahan geser


 Sampel 1 beban 5 kg  Sampel 1 beban 5 kg
Pengukuran maju Pengukuran mundur
0x2 =0 1.2 x 1.05 = 1.26
0.1 x 2 = 0.2 1.1 x 1.09 = 1.19
0.2 x 2 = 0.4 1.0 x 2 =2
0.3 x 2 = 0.6 0.9 x 2 = 1.8
0.4 x 2 = 0.8 0.8 x 2 = 1.6
0.5 x 2 = 1.0 0.7 x 2.2 = 1.54
0.6 x 3 = 1.8 0.6 x 3 = 1.8
0.7 x 3 = 2.1 0.5 x 3 = 1.5
0.8 x 3.05 = 2.44 0.4 x 3.2 = 1.28
0.9 x 3.05 = 2.74 0.3 x 4 = 1.2
1.0 x 3.09 = 3.09 0.2 x 5 =1
1.1 x 3.1 = 3.41 0.1 x 5.5 = 0.55
1.2 x 4 = 4.8 0x0 =0

 Sampel 1 beban 10 kg 1.0 x 9 =9


Pengukuran maju 1.1 x 11.9 = 12.65
0x0 =0 1.2 x 12 = 14.4
0.1 x 2 = 0.2  Sampel 1 beban 10 kg
0.2 x 2 = 0.4 Pengukuran mundur
0.3 x 2 = 0.6 1.2 x 1 = 1.2
0.4 x 2.05 = 0.82 1.1 x 2 = 2.2
0.5 x 2.1 = 1.65 1.0 x 2.2 = 2.2
0.6 x 2.4 = 1.44 0.9 x 2.5 = 2.25
0.7 x 5.9 = 4.13 0.8 x 3.9 = 3.12
0.8 x 6 = 4.8 0.7 x 3 = 2.1
0.9 x 6.5 = 5.85 0.6 x 3 = 1.8
41

0.5 x 3.2 = 1.6 0.2 x 4.2 = 0.84


0.4 x 3.9 = 1.56 0.1 x 5 = 0.5
0.3 x 4 = 1.2 0x0 =0
 Sampel 2 beban 20 kg
Pengukuran maju
0x0 =0
0.1 x 5.5 = 0.55
0.2 x 6 = 1.2
0.3 x 5 = 1.5
0.4 x 6 = 2.4
0.5 x 9 = 4.5
0.6 x 8 = 4.8
0.7 x 8.1 = 5.67
0.8 x 9 = 7.2
0.9 x 6 = 5.4
1.0 x 8 =8
1.1 x 8 = 8.8
1.2 x 8 = 9.6
 Sampel 2 beban 20 kg
Pengukuran mundur
1.2 x 1.09 = 1.31
1.1 x 5 = 5.5
1.0 x 6.9 = 6.9
0.9 x 9.9 = 8.91
0.8 x 9 = 7.2
0.7 x 6 = 4.2
0.6 x 4 = 2.4
0.5 x 6 =3
0.4 x 5 =2
0.3 x 0 =0
0.2 x 0 =0
0.1 x 0 =0
0x0 =0
42

12

10

8
Gaya Geser

0
0 2 4 6 8 10 12 14
Perubahan Geser

Mundur Maju

Sumber : Data hasil praktikum 2015


Grafik 4.6.1
Beban 5 kg

14

12

10

8
Gaya Geser

0
0 2 4 6 8 10 12 14
Perubahan Geser

Mundur Maju
Sumber : Data hasil praktikum 2015
Grafik 4.6.2
Beban 10 kg
43

10
9
8
7
6
Gaya Geser

5
4
3
2
1
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Perubahan Geser

Mundur Maju
Sumber : Data hasil praktikum 2015
Grafik 4.6.3
Beban 20 kg
44

Tabel 4.6.4
Tabel hasil perihtungan
Perubahan Geser Perubahan Geser Gaya Geser Perubahan Normal
Kondisi
(mm) (cm) 5 kg 10 kg 20 kg 5 kg 10 kg 20 kg
0 0 2 0 0 0 0 0
1 0.1 2 2 5.5 0.2 0.2 0.55
2 0.2 2 2 6 0.4 0.4 1.2
3 0.3 2 2 5 0.6 0.6 1.5
4 0.4 2 2.05 6 0.8 0.82 2.4
5 0.5 2 2.1 9 1 1.65 4.5
MAJU 6 0.6 3 2.4 8 1.8 1.44 4.8
7 0.7 3 5.9 8.1 2.1 4.13 5.67
8 0.8 3.05 6 9 2.44 4.8 7.2
9 0.9 3.05 6.5 6 2.74 5.85 5.4
10 1 3.09 9 8 3.09 9 8
11 1.1 3.1 11.9 8 3.41 12.65 8.8
12 1.2 4 12 8 4.8 14.4 9.6
12 1.2 1.05 1 1.09 1.26 1.2 1.31
11 1.1 1.09 2 5 1.19 2.2 5.5
10 1 2 2.2 6.9 2 2.2 6.9
9 0.9 2 2.5 9.9 1.8 2.25 8.91
8 0.8 2 3.9 9 1.6 3.12 7.2
7 0.7 2.2 3 6 1.54 2.1 4.2
MUNDU
6 0.6 3 3 4 1.8 1.8 2.4
R
5 0.5 3 3.2 6 1.5 1.6 3
4 0.4 3.2 2.9 5 1.28 1.56 2
3 0.3 4 4 0 1.2 1.2 0
2 0.2 5 4.2 0 1 0.84 0
1 0.1 5.5 5 0 0.55 0.5 0
0 0 0 0 0 0 0
Sumber : Data hasil praktikum 2015
45

4.7 Analisa
Pada pembuatan grafik 10kg grafiknya mempunyai dua titik potong antara
garis grafik maju dan garis grafik mundur sehingga dapat hasil perhitungan data
bahwa sudut geser dalam geseran yang dimiliki oleh sampel adalah sebesar 41,4
dengan kuat geser seperti itu maka akan didapat hasil kuat geser pada setiap
masing-masing sampel dengan pembebanan yang berbeda pula.
4.8 Kesimpulan
Maka kuat geser yang didapat dari masing-masing sampel berbeda-beda
tergantung dari beban yang diterimanya untuk beban yang 5kg mempunyai kuat
geser 0,46 sementara untuk yang beban 10kg adalah 0,93 dan yang 20kg
mempunyai kuat geser 2,02

DAFTAR PUSTAKA
46

Staf Asisten Laboratorium Tambang. 2015. “Penuntun Praktikum


Geomekanika” Bandung : Universitas Islam Bandung

Anda mungkin juga menyukai