Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN JARAK JAUH

DAN PEMBELAJARAN TATAP MUKA PADA MAHASISWA


PENDIDIKAN MULTIMEDIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN
INDONESIA

Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia
Tahun Akademik 2023

Dosen Pengampu : Dr. Kurniawati, S. Pd., M. Pd.

Disusun oleh:

Adistya Pramaresa Katamsi (2304270)

Fauzi Satria Dityan (2301883)

Fikri Umar Asy-Syamil (2309108)

Mochammad Zacqriel Raisha Hendarin (2311855)

Muhammad Bentang Alam (2309833)

Safitri Ayu Dwi Cahyani (2312556)

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN MULTIMEDIA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2023
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN JARAK JAUH DAN PEMBELAJARAN


TATAP MUKA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN MULTIMEDIA UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA

Adistya Pramaresa Katamsi (2304270)

Fauzi Satria Dityan (2301883)

Fikri Umar Asy-Syamil (2309108)

Mochammad Zacqriel Raisha Hendarin (2311855)

Muhammad Bentang Alam (2309833)

Safitri Ayu Dwi Cahyani (2312556)

Mengetahui,

Menyetujui,
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul “ANALISIS
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN JARAK JAUH DAN PEMBELAJARAN TATAP MUKA
PADA MAHASISWA PENDIDIKAN MULTIMEDIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN
INDONESIA” ini dengan baik.

Tidak lupa pula dukungan yang diberikan oleh seluruh pihak kepada penulis baik
secara materi dan nonmateri dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, izinkan penulis
mengucapkan rasa terima kasih kepada Ibu Dr. Kurniawati, S. Pd., M. Pd. yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.

Penulis sadar bahwa proposal penelitian ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, dengan rendah hati penulis memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
penyempurnaan proposal penelitian ini.

Bandung, Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
A. Judul Penelitian
ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN JARAK JAUH DAN PEMBELAJARAN
TATAP MUKA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN MULTIMEDIA UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA

B. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan suatu
negara. Dalam era digital seperti saat ini, teknologi informasi dan komunikasi telah membawa
perubahan signifikan dalam dunia pendidikan. Salah satu bentuk perubahan tersebut adalah
adanya pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang menggunakan teknologi sebagai media utama dalam
proses pembelajaran.

Pandemi COVID-19 pada tahun 2020 silam merupakan krisis kesehatan yang
pertama dan terutama di dunia. Hal ini berimbas pada penutupan sekolah, perguruan tinggi dan
universitas dibeberapa negara. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menangkap bahwa salah satu
sektor yang terdampak oleh pandemi virus corona adalah sektor pendidikan. Parahnya lagi, hal
itu terjadi dalam tempo yang cepat dan skala yang luas. Menurut data Organisasi Pendidikan,
Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO), setidaknya terdapat 290,5 juta siswa di seluruh
dunia yang aktivitas belajarnya menjadi terganggu akibat sekolah yang ditutup (Purwanto, dkk.,
2020). Untuk mencegah penyebaran virus, pemerintah dan lembaga pendidikan mengambil
kebijakan untuk melakukan pembelajaran jarak jauh sebagai alternatif dari pembelajaran tatap
muka (PTM) yang biasa dilakukan sebelumnya.

Mahasiswa Pendidikan Multimedia di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)


juga ikut terdampak oleh kebijakan tersebut. Sebagai mahasiswa yang mengambil jurusan yang
berhubungan dengan teknologi multimedia, mereka harus beradaptasi dengan pembelajaran jarak
jauh yang mengandalkan teknologi sebagai media utama. Dalam konteks ini, perlu dilakukan
analisis efektivitas pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran tatap muka pada mahasiswa
Pendidikan Multimedia UPI. Analisis ini akan memberikan pemahaman tentang kelebihan dan
kekurangan dari kedua metode pembelajaran tersebut, serta dampaknya terhadap proses
pembelajaran dan prestasi akademik mahasiswa.
Dengan melakukan analisis ini, diharapkan dapat ditemukan solusi atau
rekomendasi yang dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran jarak jauh bagi mahasiswa
Pendidikan Multimedia UPI. Selain itu, analisis ini juga dapat memberikan masukan yang
berharga bagi pengembangan sistem pembelajaran di masa depan, baik dalam situasi darurat
seperti pandemi COVID-19 maupun dalam kondisi normal.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana proses pembelajaran tatap muka (PTM) dilakukan?


2. Bagaimana pengaruh pandemi covid-19 pada sistem pendidikan Indonesia?
3. Bagaimana proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) dilakukan?
4. Bagaimana efektivitas proses Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dan Pembelajaran Jarak Jauh
(PJJ) menurut mahasiswa Pendidikan Multimedia UPI?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui proses pembelajaran tatap muka pada sistem pendidikan Indonesia.

2. Mengetahui dampak dari pandemi covid-19 pada sistem pendidikan Indonesia.

3. Mengetahui proses pembelajaran jarak jauh pada sistem pendidikan Indonesia.

4. Mengetahui efektivitas pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran tatap muka bagi mahasiswa
Pendidikan Multimedia UPI.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan, maka peneliti berharap penelitian ini dapat
memberikan manfaat dalam aspek teoritis dan aspek praktis. Manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Aspek Teoritis

Penelitian ini dilakukan untuk menguji efektivitas pembelajaran tatap muka dan
pembelajaran jarak jauh dengan sampel penelitian merupakan mahasiswa program studi
Pendidikan Multimedia Universitas Pendidikan Indonesia. Akhir dari penelitian ini merupakan
kesesuaian sistem pembelajaran yang sudah diuji keefektivitasannya oleh mahasiswa program
studi Pendidikan Multimedia Universitas Pendidikan Indonesia. Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat memberi manfaat serta dapat memberi kontribusi dalam pemilihan dan
pengadaan sistem pembelajaran pada program studi Pendidikan Multimedia Universitas
Pendidikan Indonesia dan untuk generasi yang akan datang.

2. Aspek Praktis

a) Bagi

F. Struktur Organisasi Penelitian


Adistya Pramaresa Katamsi

Fauzi Satria Dityan

Fikri Umar Asy-Syamil

Mochammad Zacqriel Raisha Hendarin

Muhammad Bentang Alam

Safitri Ayu Dwi Cahyani


G. Kajian Pustaka
1. Pandemi Covid-19 (Virus Corona)

Savere Acute Respiratory Syndrome Corona Virus 2 (SARS-CoV- 2) atau yang lebih
dikenal dengan nama virus corona adalah jenis virus yang menyerang dunia pada tahun 2020
silam. Virus corona ini menyerang pada sistem pernapasan korbannya. Penyakit karena infeksi
virus ini disebut Covid-19 (Corona Virus Disease 2019). Covid-19 adalah penyakit jenis baru
yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia (Fauci et al., 2020). Penyakit ini
pertama kali ditemukan pada Desember 2019 di Wuhan, Ibukota Provinsi Hubei China, dan
sejak saat itu menyebar secara global. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan
wabah coronavirus 2019 sebagai Kesehatan Masyarakat Darurat Internasional (PHEIC) pada 30
Januari 2020. Virus Corona ini bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan,
infeksi paru-paru, hingga kematian. Virus ini bisa menyerang siapa saja, mulai dari lansia
(golongan usia lanjut), orang dewasa, anak-anak, dan bayi, termasuk ibu hamil dan ibu
menyusui. Infeksi virus corona atau Covid-19 pertama kali ditemukan di China pada 8 Desember
2019. China tercatat sebagai negara yang pertama kali melaporkan kasus Covid-19 di dunia.

Perkembangan kasus Covid-19 merambah ke seluruh dunia. Di Benua Asia, pada


29 Januari 2020 Covid-19 mencapai Timur Tengah pada empat orang dalam satu keluarga. Di
benua Eropa, Perancis menjadi negara pertama yang mengonfirmasi tiga kasus Covid-19 tanggal
25 Januari 2020. Di benua Australia, tanggal 25 Januari 2020 pun terkonfirmasi seorang pria
Wuhan yang terbang ke Melbourne. Di benua Afrika, tanggal 25 Februari 2020, Kementerian
Kesehatan, Penduduk, dan Reformasi Rumah Sakit Aljazair melaporkan kasus Covid-19 pertama
di negara Benua tersebut. Di AS mencatat angka kematian penduduk terbesar di dunia dalam
sehari akibat virus yang sama, yakni mencapai 2.000 orang pada 10 April 2020.

Kasus Covid-19 ini pun mulai merambah ke tanah air. Pada tanggal 2 Maret 2020,
Presiden Joko Widodo pun mengumumkan secara resmi di Istana Negara. Kasus Covid-19 di
Indonesia ini diawali dengan dua warga negara Indonesia yang mengadakan kontak dengan
warga negara Jepang yang datang ke Indonesia dan di tanggal 11 Maret 2020, untuk pertama
kalinya warga negara Indonesia meninggal akibat Covid-19.
Akibat dari pandemi Covid-19 ini, menyebabkan diterapkannya berbagai
kebijakan untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19 di Indonesia. Upaya yang
dilakukan oleh pemerintah di Indonesia salah satunya dengan menerapkan himbauan kepada
masyarakat agar melakukan physical distancing yaitu himbauan untuk menjaga jarak diantara
masyarakat, menjauhi aktivitas dalam segala bentuk kerumunan, perkumpulan, dan menghindari
adanya pertemuan yang melibatkan banyak orang. Upaya tersebut ditujukan kepada masyarakat
agar dapat dilakukan untuk memutus rantai penyebaran pandemi Covid-19 yang terjadi.

Dengan adanya pembatasan interaksi, Kementerian Pendidikan di Indonesia juga


mengeluarkan kebijakan yaitu dengan meliburkan sekolah dan mengganti proses Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) dengan menggunakan sistem dalam jaringan (daring). Dengan
menggunakan sistem pembelajaran secara daring ini, terkadang muncul berbagai masalah yang
dihadapi oleh siswa dan guru, seperti materi pelajaran yang belum selesai disampaikan oleh guru
kemudian guru mengganti dengan tugas lainnya. Hal tersebut menjadi keluhan bagi siswa karena
tugas yang diberikan oleh guru lebih banyak.

2. Pembelajaran Tatap Muka

Pembelajaran tatap muka merupakan pembelajaran klasikal di mana guru dan siswa bertemu
secara langsung face-to-face dalam suatu ruangan atau forum ditempat yang sama. Pembelajaran
tatap muka adalah pembelajaran kelas yang mengandalkan pada kehadiran dosen pengajar untuk
mengajar dikelas. Pada pembelajaran tatap muka mahasiswa terlibat dalam komunikasi verbal
spontan pada lingkungan fisik permanen. Menurut Norman (2016), salah satu masalah dalam
pembelajaran tatap muka tradisional adalah memerlukan biaya perkuliahan yang lebih besar
terlebih lagi pada perguruan tinggi ternama. Namun hal yang menguntungkan dalam
pembelajaran tatap muka adalah hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa
tidak terganggu dalam menghadiri kuliah tatap muka dan melihat kehadiran dalam pelajaran
tatap muka berpengaruh pada psikologis, emosional dan menyerap materi pembelajaran dan
solusi atas masalah pembelajaran. Kehadiran mahasiswa pada pembelajaran kelas tatap muka
tidak menjadi perhatian utama dari institusi perguruan tinggi, tetapi yang menjadi perhatian
utama adalah lebih pada keterkaitan kehadiran mahasiswa tersebut dengan kepuasan mahasiswa
itu sendiri dalam mengikuti pembelajaran yang dipelajari.
Para ahli setuju bahwa pada pembelajaran kelas tatap muka terjadi interaksi yang bermakna dan
nyata antara mahasiswa dengan mahasiswa dan antara mahasiswa dengan dosen pengajar yang
tidak dapat digantikan atau dijumpai pada pembelajaran daring. Jenis aktivitas belajar yang
dijumpai di pembelajaran tradisional tatap muka adalah: ceramah, latihan yang dikerjakan di kelas dan
dikerjakan dirumah, diskusi, pembacaan teks pelajaran, tugas tim dan individu.

3. Pembelajaran Jarak Jauh

Kasus Covid-19 ini merambah ke segala aspek kehidupan, bahkan sektor


pendidikan pun sangat memprihatinkan dalam proses pembelajarannya. Korban akibat wabah
covid-19, tidak hanya pada jenjang sekolah dasar, menengah dan jenjang tingkat atas, melainkan
berdampak juga pada perguruan tinggi atau tingkat universitas. Seluruh jenjang pendidikan yang
berada di bawah Kemendikbud RI dan di bawah Kemenag RI semuanya mengalami dampak
negative akibat virus corona, sehingga mereka “dipaksa” untuk mengikuti pemebelajaran jarak
jauh (di rumah) dalam rangka mencegah penularan Covid-19. Padahal tidak semua pelajar, siswa
dan mahasiswa terbiasa belajar melalui online. Kemampuan dalam pembelajaran secara online
masih banyak siswa, guru dan dosen belum mahir terutama bagi siswa, guru ataupun dosen yang
berada di daerah-daerah pedalaman.

Pembelajaran tidak lagi dapat dilakukan dalam bentuk tatap muka. Upaya pemerintah untuk tetap
melakukan proses pembelajaran pun dilakukan secara jarak jauh atau online atau lebih dikenal
dengan pembelajaran daring (dalam jaringan). Siswa atau mahasiswa di rumah dan pengajar,
dalam hal ini guru ataupun dosen tetap melakukan tugasnya dengan mengajar dari rumah. Proses
pembelajaran secara daring ini memaksakan orangtua untuk mendukung proses pembelajaran
anak dengan harus menyediakan jaringan wifi atau pulsa data untuk menjamin bahwa anaknya
dapat memperoleh pendidikan walaupun dari rumah. Sekolah-sekolah ditutup, ujian nasional
ditiadakan, para pegawai bergiliran ke kantor dan tenaga fungsional melakukan tugasnya di
rumah, yang lebih dikenal dengan Work From Home (WFH). Sekolah-sekolah dan kampus pun
ditutup, pertemuan-petemuan dilakukan secara online, semuanya dilakukan secara jarak jauh.
Tuntutan proses pembelajaran seperti ini menggugah orangtua untuk harus dapat menyediakan
fasilitas yang dituntut seperti laptop, handphone dan bahkan pulsa data sehingga anaknya dapat
mengikuti proses pembelajaran.
Di era disrupsi teknologi yang semakin canggih ini, guru maupun siswa dituntut agar memiliki
kemampuan dalam bidang teknologi pembelajaran. Penguasaan siswa maupun guru terhadap
teknologi pembelajaran yang sangat bervariasi, menjadi tantangan tersendiri bagi mereka.
Dengan adanya kebijakan Work From Home (WFH),maka mampu memaksa dan mempercepat
mereka untuk menguasai teknologi pembelajaran secara digital sebagai suatu kebutuhan bagi
mereka. Tuntutan kebutuhan tersebut, membuat mereka dapat mengetahui media online yang
dapat menunjang sebagai pengganti pembelajaran di kelas secara langsung, tanpa mengurangi
kualitas materi pembelajaran dan target pencapaian dalam pembelajaran. Berbagai media
pembelajaran jarak jauh pun dicoba dan digunakan. Sarana yang dapat digunakan sebagai media
pembelajaran online antara lain, e-learning, aplikasi zoom, google classroom, youtube, maupun
media sosial whatsapp.

Menurut Dogmen (Rahmawati, 2020:414) “pembelajaran jarak jauh adalah pembelajaran yang
menekankan pada cara belajar mandiri (self study). Belajar mandiri diorganisasikan secara
sistematis dalam menyajikan materi pembelajaran, pemberian bimbingan kepada pembelajar, dan
pengawasan untuk keberhasilan belajar pembelajar.” Menurut Munir (2012:16) “pembelajaran
jarak jauh adalah ketika proses pembelajaran tidak terjadinya kontak dalam bentuk tatap muka
langsung antara pengajar dan pembelajar. Komunikasi berlangsung dua arah melalui perantara
media seperti komputer, televisi, radio, telepon, internet, video, dan sebagainya”. Kearsly, Moore
(Yerusalem, dkk, 2020:483) mengemukakan bahwa “pembelajaran jarak jauh adalah belajar
yang direncanakan di tempat lain atau di luar tempatnya mengajar. Oleh karena itu, diperlukan
teknik-teknik khusus dalam mendesain materi pembelajaran, teknik-teknik khusus pembelajaran,
metodologi khusus komunikasi melalui berbagai media, dan penataan organisasi serta
administrasi yang khusus pula.” Gikas & Grant (Firman & Rahman, 2020) menyatakan
“Pembelajaran online pada pelaksanaannya membutuhkan dukungan perangkat-perangkat mobile
seperti telepon pintar, tablet dan laptop yang dapat digunakan untuk mengakses informasi di
mana saja dan kapan saja.” Korucu & Alkan (Firman & Rahman, 2020) menyatakan
“Penggunaan teknologi mobile memiliki kontribusi besar di dunia pendidikan, termasuk di
dalamnya adalah pencapaian tujuan pembelajaran jarak jauh.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran jarak jauh adalah
pembelajar yang direncanakan di tempat lain atau di luar tempatnya mengajar dan ketika proses
pembelajaran tidak terjadi tatap muka langsung antara pengajar dan pembelajar. Menurut Munir
(2012:25) karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran jarak jauh sebagai berikut:

a. Program disusun disesuaikan jenjang, jenis, dan sifat pendidikan.

b. Dalam proses pembelajaran tidak ada pertemuan langsung secara tatap muka antara pengajar
dan pembelajar, sehingga tidak ada kontak langsung antara pengajar dengan pembelajar.

c. Pembelajar dan pengajar terpisah sepanjang proses pembelajaran itu karena tidak ada tatap
muka seperti halnya dalam pembelajaran konvensional, sehingga pembelajar harus dapat
belajar secara mandiri.

d. Adanya lembaga pendidikan yang mengatur pembelajar untuk belajar mandiri. Pendidikan
jarak jauh adalah sistem pendidikan yang menekankan pada cara belajar mandiri (self
study).

e. Lembaga pendidikan merancang dan menyiapkan materi pembelajaran, serta memberikan


pelayanan bantuan belajar kepada pembelajar.

f. Materi pembelajaran disampaikan melalui media pembelajaran, seperti komputer dengan


internetnya atau dengan program e-learning.

g. Melalui media pembelajaran tersebut, akan terjadi komunikasi dua arah (interaktif) antara
pembelajar dan pengajar, pembelajar dengan pembelajar lain, atau pembelajar dengan
lembaga penyelenggara pembelajaran jarak jauh.

h. Tidak ada kelompok belajar yang bersifat tetap sepanjang masa belajarnya, karena itu
pembelajar menerima pembelajaran secara individual bukannya secara kelompok.

i. Paradigma baru yang terjadi dalam pembelajaran jarak jauh adalah peran pengajar yang
lebih bersifat fasilitator yang memberikan bantuan atau kemudahan kepada pembelajar
untuk belajar, dan pembelajar sebagai peserta dalam proses pembelajaran.

j. Pembelajar dituntut aktif, interaktif, dan partisipatif dalam proses belajar, karena sistem
belajarnya secara mandiri yang sedikit sekali mendapatkan bantuan dari pengajar atau pihak
lainnya.
k. Sumber belajar adalah bahan-bahan yang dikembangkan secara sengaja sesuai kebutuhan
dengan tetap berdasarkan kurikulum.

l. Interaksi pembelajaran bisa dilaksanakan secara langsung jika ada suatu pertemuan.

H. Penelitian yang Relevan


Penelitian yang Relevan tentang Pembelajaran Jarak Jauh & Pembelajaran Tatap Muka :

 Efektivitas pembelajaran jarak jauh di era Covid-19 sangat tergantung pada berbagai
faktor, termasuk pendekatan yang digunakan, infrastruktur teknologi, dukungan guru, siswa, dan
lingkungan pembelajaran. Beberapa faktor yang memengaruhi efektivitas pembelajaran jarak
jauh di era Covid-19 adalah:

1. Teknologi dan Akses Internet: Ketersediaan infrastruktur teknologi dan akses internet yang
baik sangat penting. Siswa perlu memiliki perangkat seperti komputer atau tablet dan koneksi
internet yang stabil untuk mengakses materi pembelajaran.

2. Kualitas Materi Pembelajaran: Materi pembelajaran yang disesuaikan dengan pembelajaran


jarak jauh dan interaktif dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran. Video pelajaran, simulasi,
dan sumber daya digital lainnya dapat membantu siswa memahami materi dengan lebih baik.

3. Interaksi Siswa-Guru: Interaksi antara guru dan siswa merupakan faktor kunci dalam
pembelajaran. Guru perlu menyediakan dukungan, bimbingan, dan umpan balik kepada siswa
secara teratur melalui berbagai platform online, seperti konferensi video atau pesan teks.

4. Kemandirian Siswa: Pembelajaran jarak jauh menuntut kemandirian siswa dalam mengatur
waktu, memotivasi diri sendiri, dan mengelola tugas. Siswa perlu memiliki keterampilan belajar
mandiri.

5. Dukungan Keluarga: Peran keluarga dalam mendukung pembelajaran jarak jauh sangat
penting. Keluarga perlu membantu menjaga siswa tetap fokus dan mendukung mereka dalam
mengatasi tantangan pembelajaran.
6. Evaluasi dan Umpan Balik: Sistem evaluasi yang adil dan umpan balik yang konstruktif
penting untuk mengukur kemajuan siswa dan membantu mereka memperbaiki kualitas
pembelajaran.

7. Kesejahteraan Emosional: Kesejahteraan emosional siswa sangat penting. Pandemi Covid-19


dapat menciptakan stres dan kecemasan, oleh karena itu, penting untuk memastikan siswa
mendapatkan dukungan emosional yang mereka butuhkan.

8. Pelatihan Guru: Guru perlu mendapatkan pelatihan yang memadai untuk mengajar dalam
lingkungan pembelajaran jarak jauh. Mereka perlu mengembangkan keterampilan teknologi,
desain pembelajaran online, dan strategi interaksi online.

 Efektivitas pembelajaran tatap muka di era Covid-19 juga dipengaruhi oleh berbagai
faktor, terutama karena pandemi ini telah mengharuskan institusi pendidikan untuk mengambil
langkah-langkah keamanan ekstra dan mengimplementasikan protokol kesehatan. Beberapa
faktor yang memengaruhi efektivitas pembelajaran tatap muka di era Covid-19 adalah:

1. Keselamatan dan Kesehatan: Keselamatan siswa, guru, dan staf sekolah merupakan prioritas
utama. Oleh karena itu, protokol kesehatan seperti menjaga jarak fisik, mengenakan masker, dan
mencuci tangan harus diterapkan secara ketat. Pembatasan jumlah siswa dalam kelas juga bisa
memengaruhi interaksi sosial di sekolah.

2. Fleksibilitas: Dalam situasi pandemi, perlu ada fleksibilitas untuk beradaptasi dengan
perubahan yang mungkin terjadi, seperti penutupan sementara sekolah atau perubahan dalam
metode pengajaran.

3. Fasilitas dan Infrastruktur: Sekolah perlu memiliki fasilitas yang memadai, termasuk ruang
kelas yang cukup besar untuk menjaga jarak fisik, serta fasilitas sanitasi yang memadai.

4. Pendidik yang Terlatih: Guru perlu diberikan pelatihan tentang protokol keamanan Covid-19
dan keterampilan mengajar dalam situasi yang berubah-ubah.

5. Evaluasi dan Penilaian: Sistem evaluasi harus disesuaikan dengan konteks pembelajaran tatap
muka di era Covid-19. Hal ini mungkin melibatkan metode penilaian yang lebih beragam dan
inklusif.
6. Keterlibatan Siswa: Keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran menjadi lebih penting
daripada sebelumnya. Membuat pembelajaran menarik dan relevan bagi siswa dapat
meningkatkan efektivitas pembelajaran tatap muka.

7. Komunikasi yang Efektif: Komunikasi antara sekolah, guru, siswa, dan orang tua harus jelas
dan terbuka, terutama dalam hal perubahan jadwal atau protokol keamanan.

8. Sumber Daya Tambahan: Kadang-kadang, pembelajaran tatap muka memerlukan sumber daya
tambahan, seperti peralatan perlindungan diri (APD) untuk guru dan staf sekolah, atau teknologi
untuk mendukung pembelajaran hibrida.

I. Kerangka Berpikir dan Hipotesis

J. Metode dan Desain Penelitian


Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan penggunaan
kuesioner sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan data. Kuesioner dirancang untuk
mengukur persepsi dan pengalaman Mahasiswa Program Studi Pendidikan Multimedia
Universitas Pendidikan Indonesia, terutama mereka yang terdaftar dalam angkatan 2022 dan
angkatan 2023. Pendekatan kuantitatif dipilih karena memungkinkan analisis statistik yang dapat
memberikan wawasan mendalam terkait efektivitas dan keefektifan Pendidikan Jarak Jauh pada
mahasiswa di program studi ini.

Studi kasus ini akan memungkinkan untuk mengidentifikasi pola-pola umum dan
perbedaan antara dua angkatan berbeda. Data akan dianalisis menggunakan statistik deskriptif
untuk merangkum karakteristik sampel, sedangkan uji statistik inferensial mungkin digunakan
untuk membandingkan hasil antara dua kelompok tersebut. Penelitian ini juga akan
memperhatikan aspek etika penelitian, termasuk mendapatkan persetujuan dari partisipan dan
menjaga kerahasiaan data yang terkumpul.
K. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini terdiri dari seluruh Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Multimedia di Universitas Pendidikan Indonesia yang tergabung dalam angkatan 2022 dan
angkatan 2023, baik laki-laki maupun perempuan. Jumlah total populasi diperkirakan berada
dalam kisaran 150 mahasiswa.

Sampel penelitian akan dipilih menggunakan metode pengambilan sampel acak


sederhana. Dalam hal ini, kami akan menggunakan daftar mahasiswa dari masing-masing
angkatan sebagai basis untuk pengambilan sampel. Sampel ini akan dipilih secara acak dengan
memperhatikan proporsi jumlah mahasiswa perempuan dan laki-laki di masing-masing angkatan.
Dengan menggunakan pendekatan ini, kami akan memastikan bahwa sampel yang diambil
mewakili variasi karakteristik yang ada dalam populasi yang lebih besar.

L. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti antara lain sebagai berikut.

1. kuesioner
2. wawancara
3. Observasi
4. Diskusi Kelompok Terfokus
5. Eksperimen atau praktek percobaan
6. otakk

M. Teknik Analisis Data

N. Jadwal Penelitian
No Kegiatan Waktu Pelaksanaan
.
Desember Januari Februari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Persiapan

1. Penyusunan Proposal

2. Perbaikan Proposal

3. Perizinan dan Teknik Penelitian

4. Penyusunan dan Pengujian Instrumen


Penelitian

5. Penentuan Sampel Penelitian

Pelaksanaan

6. Pengambilan Data

Pelaporan

7. Pengumpulan Data

8. Pengolahan Data

9. Analisis Data

10. Penulisan Laporan

11. Penyerahan Laporan


DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z., Hudaya, A., & Anjani, D. (2020). Efektivitas Pembelajaran Jarak Jauh Pada Masa
Pandemi Covid-19. Research and Development Journal of Education, 1(1), 131-146.

Anggrawan, A. (2019). Analisis Deskriptif Hasil Belajar Pembelajaran Tatap Muka dan
Pembelajaran Daring Menurut Gaya Belajar Mahasiswa. Jurnal MATRIK. 18(2). 339-346.

Engko, C., Usmany, P. (2020). Dampak Panddemi Covid-19 Terhadap Proses pembelajaran
Online. Jurnal Akuntansi. 6(1). 23-28.

Nissa, S. F., Haryanto, A. (2020). Implementasi Pembelajaran Tatap Muka di Masa Pandemi
Covid-19. Jurnal IKA: Ikatan Alumni PGSD UNARS. 8(2). 402-409.

Siahaan, M. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Dunia Pendidikan. Jurnal Kajian
Ilmiah, 1(1). 73-80.

Anda mungkin juga menyukai