Anda di halaman 1dari 2

Apresiasi Prosa Fiksi Indobesia

1.

1. Memahami kajian prosa fiksi, yaitu memahami dan mengidentifikasi karya prosa fiksi yang akan dikaji atau ditelaah.
2. Memilih teori sebagai pisau analisis kajian prosa fiksi.
3. Menyelesaikan pengkajian, penelaahan, yaitu melakukan pengkajian, penelaahan struktur prosa fiksi secara benar dengan teori
kajian yang tepat.
4. Menafsirkan solusi, yaitu memperkirakan dan memeriksa kebenaran pengkajian atau penelaahan, masuk akalnya hasil
penelaahan, dan apakah penelaahan yang dilakukan sudah memadai.

2.

1. Istana Sentris Vs. Rakyat Sentris


prosa lama banyak mengisahkan tentang kehidupan kerajaan yang disebut dengan istana sentris, Sedangkan dalam prosa baru,
kisah-kisah yang diangkat atau dibuat bersifat luas
2. Statis Vs. Dinamis
Prosa lama dikatakan statis karena sulit berkembang. Sementara itu, prosa baru dianggap dinamis karena mudah berkembang
menyesuaikan jaman.

3.

Apresiasi sastra reseptif adalah penghargaan, penilaian dan penghayatan

terhadap karya sastra baik yang berbentuk puisi, prosa, maupun drama yang dapat

dilakukan dengan cara membaca, mendengarkan, dan menyaksikan pementasan

drama.

Apresiasi sastra produktif adalah apresiasi karya sastra yang menekankan

pada proses kreatif dan penciptaan. Apresiasi sastra secara produktif tidak mungkin

terwujud tanpa diberikan pengajaran menulis, khususnya menulis kreatif. Apresiasi

sastra produktif merupakan kegiatan mengapresiasi karya sastra yang menekankan

pada proses kreatif dan penciptaan.

4.

1. Penyampaiannya secara lisan (disebarkan dari mulut ke mulut)


2. Penciptanya anonim (tidak diketahui siapa)
3. Bersifat komunal, yakni menjadi milik masyarakat
4. Bersifat tradisional, yakni sebagai budaya/tradisi/kebiasaan yang diturunkan secara turun-temurun
5. Bersifat didaktis, yakni mengandung ajaran yang mendidik moral dan religious
6. Bersifat statis, yakni tetap tanpa adanya perubahan

5. Fungsi Metafora Metafora tidak mesti menduduki fungsi predikat, tapi bisa juga menduduki fungsi lain seperti subjek, objek, dan
sebagainya. Dengan demikian, metafora dapat berdiri sendiri sebagai kata, lain halnya dengan simile
Fungsi Metonimia
 Untuk menyatakan sesuatu dengan kata lain, namun masih memiliki makna atau arti yang sama (memiliki pertalian atau
hubungan yang sangat dekat dengan kata tersebut).
 Untuk memberikan gambaran terhadap suatu maksud kalimat karena tersebut berhubungan dengan kalimat yang dimaksud.
 Untuk membuat suatu kalimat memiliki kesan tersendiri dan mudah untuk dipahami.
majas simile memiliki fungsi untuk menggambarkan dengan membandingkan pada hal yang belum pernah dilakukan dan
terbayangkan sebelumnya.
Fungsi Lain :
 Untuk membuat sesuatu yang jelas atau mudah dimengerti.
 Sebagai perbandingan.
 Membuat karya menjadi menarik secara deskriptif.
 Membentuk gambaran seseorang untuk memahami apa yang dibaca dan didengar.
 Sebagai kalimat humoris.

MK. Kajian Drama Indonesia


1.
1. Melatih sikap kritis dalam menganalisis setiap permasalahan
2. Melatih Mental agar Berani tampil di muka Umum
3. Membangun kepekaan terhadap lingkungan sekitar
4. Memperkaya diksi
5. Mempermudah kamu ketika membaca dan menulis karya ilmiah
2. tujuan pembelajaran sastra adalah analisis, interpretasi, dan penilaian. Singkatnya, studi sastra adalah hermeneutik, intertekstual,
partisipatif, sarat nilai, tergantung pada konteks dan relatif tidak ada batas. Pembelajaran sastra memiliki banyak disiplin spesifik dan
tujuan kognitif, tetapi tujuan yang paling umum, dasar, tujuan- tujuan pengembangan. Melalui pendidikan, diinginkan siswa tumbuh secara
intelektual, matang secara pribadi, untuk mengembangkan sosial dan menjadi lebih maju secara emosional.

3. Adapun cara untuk mengetahui perwatakan dalam drama yaitu :

1. Melalui dialog antar tokoh


2. Penggambaran fisik atau keadaan batin tokoh
3. Pemikiran tokoh atau pendapat tokoh
4. Cara tokoh menyelesaikan suatu permasalahan
5. Cara berpakaian, cara berdandan tokoh
4.
1. Karakter
 Drama Klasik: Drama klasik biasanya memiliki satu karakter utama.
 Drama Modern: Drama modern mungkin memiliki lebih dari satu karakter utama.
2. Tokoh utama
 Drama Klasik: Protagonis biasanya berasal dari keluarga kaya, bangsawan atau kerajaan.
 Drama Modern: Protagonis biasanya memiliki latar belakang kelas menengah yang sama.
3. Sifat Protagonis
 Drama Klasik: Protagonis biasanya adalah karakter yang mulia dan heroik, tetapi memiliki kelemahan yang tragis.
 Drama Modern: Protagonis mungkin karakter putih, hitam atau abu-abu.
4. Plot
 Drama Klasik: Drama klasik memiliki satu plot terpadu.
 Drama Modern: Drama modern mungkin memiliki banyak plot.
5. Garis waktu
Drama Klasik: Drama klasik memiliki satu rentang waktu.
Drama Modern: Drama modern memiliki rentang waktu yang lebih realistis; ada jeda dan kilas balik
6. Cerita
 Drama Klasik: Kisahnya tentang bangsawan atau bangsawan, ambisi mereka, upaya untuk menyatukan atau
menyelamatkan kerajaan, dll.
 Drama Modern: Kisah ini adalah tentang orang biasa dan masalah, ambisi dan aspirasi mereka; dengan demikian,
ceritanya lebih realistis.
7. Elemen
Drama Klasik: Drama klasik biasanya mengandung unsur-unsur seperti keangkuhan, hamartia, dan katarsis.
Drama Modern: Drama modern menggunakan elemen-elemen seperti ironi dan sarkasme.
8. Takdir dan kekuatan Ilahi
Drama Klasik: Takdir dan kekuatan ilahi adalah elemen penting dalam drama klasik.
Drama Modern: Takdir dan kekuatan ilahi jarang berperan dalam drama modern; mereka lebih peduli dengan masalah yang
realistis dan umum.
5. Penurunan jumlah peminat radio dipengaruhi oleh kemunculan berbagi media elektronik yang didukung dengan teknologi yang canggih
salah satunya televisi. Televisi merupakan jenis media massa audio-visual yang dapat menjangkau khalayak dalam jumlah besar, heterogen,
tersebar, dan dalam waktu yang bersamaan

Anda mungkin juga menyukai