Anda di halaman 1dari 8

Modul Mata Kuliah : Manajemen Keuangan Internasional

Mata Kuliah : Manajemen Keuangan Internasional

Materi Kuliah : Penganggaran modal MNC

Fakultas / Jurusan : Ekonomi / Manajemen

Semester / T.A : Ganjil / 2009 / 2010

Tatap Muka Ke : 14 ( empat belas )

Penyusun : DR.H.Cecep Winata,MSi

Program Study Ilmu Manajemen


Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Jakarta
Tahun 2009

1
PENGANGGARAN MODAL PERUSAHAAN MULTINASIONAL

Materi Pembahasan :
1. Analisis penganggaran modal dari perspektif perusahaan induk dengan analisis
penganggaran modal dari perspektif anak perusahaan.
2. Mendemonstrasikan analisis penganggaran modal multinasional diterapkan
untuk menentukan apakah suatu proyek internasional patut diimplementasikan
atau tidak.
3. Menjelaskan bagaimana risiko – risiko dari proyek internasional dinilai.

Input Bagi Penganggaran Modal MNC


Terlepas dari jenis proyek jangka panjang yang tengah dipertimbangkan, sebuah MNC
biasanya membutuhkan proyeksi data ekonomi dan keuangan berikut ini :
1. Besarnaya Investasi awal
2. Permintaan konsumen
3. Harga jual produk
4. Biaya variabel
5. Biaya tetap
6. Usia proyek investasi
7. Nilai sisa (nilai likuidasi)
8. Restriksi – restriksi transfer dana
9. Undang – undang perpajakan
10. Nilai tukar
11. Required rate of return.

Masing – masing karakteristik diatas akan dibahas satu per satu berikut ini :

1. Investasi awal.
Investasi awal perusahaan induk bisa merupakan sumber utama dana untuk
mendukung suatu proyek tertentu. Dana awal yang diinvestasikan dalam sebuah proyek

2
mungkin tidak hanya mengandung dana yang dibutuhkan untuk memulai proyek, tetapi
juga dana – dana lain, seperti modal kerja untuk mendukung proyek dari waktu ke
waktu. Dana – dana semacam itu dibutuhkan untuk membiayaai persediaan, membayar
upah, dan sebagainya, sampai proyek menghasilkan pendapatan. Karena arus kas tidak
selalu cukup untuk menutupi ’pengeluaran yang akan muncul, modal kerja diperlukan
sepanjang usia proyek.

2. Permintaan konsumen.
Keakuratan peramalan besarnya permintaan konsumen bagi sebuah produk sangat
penting pada saat mengestimasi skedul arus kas. Tetapi, permintaan dimasa depan
biasanya sulit diramalkan. Sebagai contoh, jika proyek yang ingin dikerjakan adalah
sebuah fasilitas produksi di Jerman yang akan memproduksi mobil, MNC harus
meramalkan berapa besarnya pangsa pasar Jerman yang bisa dirampas perusahaan
dari produsen – produsen mobil lain. Setelah proyek ini dibuat, peramalan permintaan
dapat dilakukan dengan mudah. Namun, proyeksi pangsa pasar bisa jadi tidak tepat.
Peramalan permintaan kadang – kadang dapat dibantu oleh data – data historis
mengenai berapa besar pangsa pasar yang telah dirampas MNC lain pada saat mereka
memasuki pasar yang sama. Sekali lagi, data – data historis tidak selalu merupakan
indikator yang akurat mengenai masa depan. Disamping itu, banyak proyek yang
merupakan proyek perintis, sehingga tidak ada data historis yang bisa digunakan untuk
meramalkan masa depan.

3. Harga jual.
Harga jual dari produk dapat diramalkan dengan menggunakan harga dari produk -
produk saingan yang telah ada dalam pasar. Tetapi, analisa penganggaran modal
jangka panjang meminta proyeksi, tidak untuk satu periode kedepan, tetapi untuk
sepanjang usia proyek. Harga masa depan akan sangat dipengaruhi oleh laju inflasi
negara tamu dimasa depan (tempat dimana proyek dilaksanakan). Namun, laju inflasi
dimasa depan tidak diketahui. Jadi, laju inflasi masa depan harus diproyeksi terlebih
dahulu sebelum proyeksi mengenai harga jual dibuat.

4. Biaya variabel.
Sama seperti proyeksi harga jual, peramalan biaya variabel dapat dilakukan dengan
menilai kandungan biaya variabel dari produk – produk saingan (seperti, upah per-jam

3
dan sebagainya). Biaya variabel juga akan sangat dipengaruhi oleh inflasi dimasa
depan. Sekalipun biaya variabel per unit dapat diramalkan dengan akurat, proyeksi
biaya variabel total (biaya variabel per unit dikali volume produksi) bisa tidak akurat jika
proyeksi permintaan juga tidak akurat.

5. Biaya tetap.
Secara periodik, biaya tetap mungkin lebih mudah diramalkan dari pada biaya
variabel, karena biasanya tidak sensitif terhadap perubahan permintaan. Tetapi, biaya
tetap sensitif terhadap setiap perubahan laju inflasi negara tamu dari saat proyeksi
dibuat sampai saat biaya tetap dikeluarkan.

6. Usia proyek.
Walaupun sulit untuk menilai usia dari sejumlah proyek, proyek – proyek tertentu
memiliki usia yang pasti karena akan dilikuidasi pada akhir usia tersebut. Hal ini
membuat analisa penganggaran modal mudah dilakukan. Harus disadari bahwa MNC
tidak selalu memiliki kontrol penuh menyangkut usia proyek. Dalam sejumlah kasus,
peristiwa – peristiwa politik bisa membuat proyek dilikuidasi lebih cepat dari yang
direncanakan. Probabilitas kemunculan peristiwa – peristiwa politik semacam ini
bervariasi antar negara.

7. Nilai sisa (nilai likuidasi).


Nilai sisa setelah pajak dari kebanyakan proyek sulit diramalkan. Nilai ini akan
tergantung dari beberapa faktor, termasuk keberhasilan proyek dan sikap pemerintah
tamu terhadap proyek tersebut. Kemungkinan ekstremnya, pemerintah tamu dapat
mengambil alih proyek tanpa memberikan kompensasi yang memadai kepada MNC.

8. Restriksi – Restriksi Transfer dana.


Dalam sejumlah kasus, pemerintah tamu akan mencegah anak perusahaan
mengirimkan labanya ke perusahaan induk. Restriksi ini mencerminkan upaya
pemerintah tamu untuk mendorong peningkatan investasi di negaranya, atau untuk
mencegah penukaran valas lokal secara berlebihan dengan valas – valas asing lain.
Karena restriksi trasfer dana mencegah kas kembali ke induk, proyeksi arus kas netto
dari perspektif induk akan dipengaruhi oleh restriksi ini. Jika sebuah pemerintah tamu
memunculkan restriksi ini, induk harus memperhitungkan ini saat proyeksi arus kas.

4
Tetapi, pemerintah tamu mungkin akan memodifikasi regulasi transfer dana dari waktu
ke waktu, sehingga MNC harus terus menerus meramalkan restriksi transfer dana
dimasa depan dan memasukkannya kedalam analisis.

9. Undang – Undang Pajak.


Undang – undang pajak dari setiap negara individual berbeda satu sama lain. Dalam
sejumlah situasi, sebuah negara menyediakan deduksi pajak atau kredit pajak bagi
perusahaan multinasional untuk pembayaran pajak oleh anak perusahaannya kepada
pemerintah tamunya. Karena arus kas setelah pajak perlu diramalkan dalam melakukan
analisa penganggaran modal, dampak – dampak dari peraturan pajak suatu negara
harus dipahami oleh MNC. Tetapi, peraturan pajak tentu tidak permanen. Karena
seringkali dirubah, sulit mengetahui bagaimana peraturan pajak akan mempengaruhi
suatu proyek dari waktu ke waktu.

10. Nilai tukar.


Setiap proyek internasional pasti akan dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar selama
usia proyek, tetapi fluktuasi ini biasanya sangat sulit diramalkan. Memang ada metode –
metode hedging yang bisa dipakai untuk berlindung dari fluktuasi nilai tukar, tetapi
sebagian besar metode ini digunakan untuk melindungi posisi – posisi jangka pendek.
Meskipun dimungkinkan untuk melakukan hedging jangka panjang, (memakai kontrak
forward jangka panjang atau currency swap), MNC tidak mengetahui secara pastii
berapa banyak dana yang harus di –hedge. Hal ini disebabkan karena pendapatan dan
biaya dari proyek dimasa depan juga tidak pasti dan harus diramalkan. Jadi, MNC
mungkin memutuskan untuk tidak meng-hedge proyeksi arus kas netto valuta asing.
Sayangnya, sekalipun arus kas ini dapat diprediksi secara akurat, sebuah MNC yang
tidak melakukan hedging mungkin tidak bisa meramalkan secara akurat besarnya arus
kas yang akan diterima oleh induk dari proyek karena tidak akuratnya proyeksi
perubahan nilai tukar sepanjang usia proyek.

11. Required rate of return.


Setelah diestimasi, arus kas dapat didiskontokan memakai required rate of return
dari proyek, yang bisa berbeda dari cost of capital MNC karena suatu proyek tertentu
memiliki risiko yang unik.

5
Dalam dunia nyata, tidak ada angka – angka pasti yang bisa dimasukkan MNC kedalam
komputernya. Semua variabel yang relevan harus diramalkan secara akurat dalam
mengevaluasi proyek. Jika yang dimasukkan ke komputer adalah sampah (ramalan
yang tidak akurat), output dari analisa juga akan berupa sampah. Karena kesalahan
semacam itu bisa berharga jutaan dolar, dapat dimengerti jika perusahaan multinasional
perlu menilai tingkat ketidakpastian dari setiap input yang digunakan dalam evaluasi
proyek.

Faktor – faktor yang harus dipertimbangkan dalam penganggaran modal Multinasional :

1. Fluktuasi nilai tukar.


Walaupun perusahaan menyadari bahwa nilai tukar biasanya akan berubah dari
waktu ke waktu, perusahaan tidak tahu apakah falasnya akan menguat atau melemah di
masa depan. Meskipun peramalan nilai tukar sulit dilakukan dengan akurat, analisis
penganggaran modal perusahaan multinasional paling tidak dapat memasukkan
skenario – skenario pergerakan nilai tukar yang lain, seperti skenario pesimis dan
skenario optimis. Dari perspektif perusahaan induk, apresiasi falasnya akan
menguntungkan, dan sebaliknya depresiasi falasnya akan merugikan.

2. Inflasi.
Meskipun baik biaya maupun pendapatan dipengaruhi dalam arah yang sama oleh
fluktuasi nilai tukar, besar pengaruh tersebut mungkin berbeda antara satu dengan yang
lain. Hal ini sangat mungkin terjadi jika proyek mengimport komponen – komponen
setengah jadi dari luar negeri dan menjual produk hasil pemrosesannya dalam pasar
lokal. Inflasi lokal akan memiliki dampak yang lebih besar atas pendapatan dari pada
biayanya. Dari perspektif induk, dampak gabungan dari inflasi dan fluktuasi nilai tukar
atas arus kas neto anak perusahaan mungkin saling menghilangkan satu sama lain
(baik secara parsial ataupun secara penuh). Nilai tukar dari negara – negara yang
mengalami laju inflasi tinggi cenderung melemah dari waktu ke waktu. Jadi, sekalipun
laba anak perusahaan telah terinflasi (meningkat karena inflasi), laba tersebut akan
terdeflasi pada saat dikonversikan ke dalam valuta negara induk (karena valuta anak
perusahaan telah melemah). Meskipun begitu, dampak saling menghilangkan tidak pasti
ataupun konsisten. Karena inflasi hanyalah salah satu dari banyak faktor yang
mempengaruhi nilai tukar, tidak ada jaminan suatu valuta asing akan mengalami

6
depresiasi pada saat inflasi lokal tinggi. Dengan demikian, MNC tidak boleh
mengabaikan dampak dari inflasi dan fluktuasi nilai tukar atas arus kas neto.

3. Kesepakatan Pembiayaan.
Exposure nilai tukar yang dihadapi induk tidaklah begitu tinggi ketika kantor dibeli oleh
anak perusahaan, karena sebagian arus kas terserap untuk membayar bunga dan
pokok hutang. Pembiayaan oleh anak perusahaan sebetulnya memindahkan sebagian
biaya kedalam valuta yang sama dengan valuta yang diterima oleh anak perusahaan,
dan dengan demikian, mengurangi jumlah yang akhirnya akan dikonversikan ke dalam
valuta induk untuk dipulangkan. Sejumlah proyek luar negeri seluruhnya dibiayai oleh
laba ditahan dari anak perusahaan luar negeri. Proyek – proyek ini sulit dinilai dari
perspektif induk, karena dampak langsungnya hanya dialami oleh anak perusahaan
sendiri. Salah satu pendekatan yang bisa dipakai adalah memandang investasi anak
perusahaan dalam suatu proyek sebagai biaya oportunitas, karena investasi tersebut
sebenarnya dapat dipulangkan ke induk, bukan diinvestasikan. Jadi, investasi awal dari
perspektif induk adalah jumlah yang seharusnya diterima dari anak perusahaan
seandainya dana dipulangkan, bukan diinvestasikan dalam proyek baru. Arus kas dari
perspektif induk mencerminkan arus kas yang akhirnya diterima oleh induk dari proyek
luar negeri.

4. Blokade dana
Dalam sejumlah kasus, pemerintah tamu mungkin memblokir upaya anak perusahaan
untuk memulangkan dana ke induk. Sebagai contoh : sejumlah negara mungkin
meminta laba yang dihasilkan oleh anak perusahaan terlebih dahulu diinvestasikan
kembali dinegara yang sama paling tidak selama 3 tahun sebelum bisa dipulangkan. Hal
ini bisa mempengaruhi keputusan terima/ tolak bagi sebuah proyek. Blokade dana akan
merugikan proyek jika tingkat pengembalian dari reinvestasi semacam itu lebih rendah
dari pada required rate of return dari proyek.

5. Nilai sisa yang tidak pasti.


Nilai sisa dari proyek biasanya memiliki dampak yang signifikan atas NPV proyek
yang bersangkutan. Jika nilai sisa tidak pasti, MNC mungkin membuat beberapa
kemungkinan nilai sisa yang mungkin dan kemudian mengestimasi NPV berbasis
masing – masing nilai sisa yang mungkin.

7
6. Dampak dari proyek baru atas arus kas berjalan.
Perlu disampaikan disini bahwa sejumlah proyek luar negeri mungkin memiliki
dampak positif atas arus kas berjalan. Sebagai contoh, jika sebuah produsen komponen
komputer mendirikan anak perusahaan diluar negeri untuk memproduksi komputer,
anak perusahaan dapat membeli komponen – komponen komputer dari induk. Dalam
hal ini, volume penjualan perusahaan induk akan meningkat.

7. Insentif – insentif Pemerintah tamu.


Sejumlah proyek luar negeri yang diusulkan oleh perusahaan multinasional memiliki
dampak positif atas kondisi – kondisi ekonomi negara tamu. Setiap insentif yang
ditawarkan oleh pemerintah tamu harus diperhitungkan dalam analisis penganggaran
modal. Sebagai contoh, kredit bersuku bunga rendah atau penurunan tarif pajak yang
ditawarkan kepada anak perusahaan akan meningkatkan arus kas periodik. Disamping
itu, jika pemerintah tamu mensubsidi pendirian awal anak perusahaan, jumlah investasi
awal dari MNC sendiri dengan demikian akan menurun.

Anda mungkin juga menyukai