0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
32 tayangan3 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang model penyesuaian tingkat bunga investasi menggunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM) untuk mempertimbangkan risiko proyek. CAPM mendefinisikan risiko sebagai beta yang mempertimbangkan leverage operasi dan siklikalitas bisnis. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak perubahan variabel arus kas terhadap nilai sekarang bersih proyek.
Dokumen tersebut membahas tentang model penyesuaian tingkat bunga investasi menggunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM) untuk mempertimbangkan risiko proyek. CAPM mendefinisikan risiko sebagai beta yang mempertimbangkan leverage operasi dan siklikalitas bisnis. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak perubahan variabel arus kas terhadap nilai sekarang bersih proyek.
Dokumen tersebut membahas tentang model penyesuaian tingkat bunga investasi menggunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM) untuk mempertimbangkan risiko proyek. CAPM mendefinisikan risiko sebagai beta yang mempertimbangkan leverage operasi dan siklikalitas bisnis. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak perubahan variabel arus kas terhadap nilai sekarang bersih proyek.
Penyesuaian terhadap tingkat bunga dengan menggunakan CAMP
Model ini mendasarkan diri pada pemikiran bahwa semakin besar risiko suatu investasi, semakin besar tingkat keuntungan yang diminta oleh pemodal. Kalau konsep ini diterapkan pada NPV, maka tingkat bunga yang dipergunakan untuk menghitung NPV akan menjadi makin besar untuk proyek dengan risiko yang makin tinggi. Untuk menyesuaikan tingkat bunga terhadap risiko diterapkan Capital Asset Pricing Model (CAPM). CAPM berargumentasi bahwa memang benar arus kas tidaklah pasti. Ketidakpastian arus kas tersebut disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu diantaranya adalah operating leverage. Faktor lainnya adalah erat tidaknya hubungan kondisi bisnis tersebut dengan kondisi perekonomian. Keadaan ini disebut sebagai siklikalitas (cyclicality). Dalam CAPM risiko didefinisikan sebagai beta (B). Dengan demikian perusahaan yang mempunyal operating leverage dan siklikalitas yang tinggi, diartikan sebagai perusahaan yang mempunyai risiko atau beta yang tinggi. Dengan demikian nampaklah bahwa perusahaan yang mempunyai ketidakpastian arus kas yang tinggi juga akan cenderung mempunyai bata yang tinggi pula. Kalau kita ingin menerapkan CAPM dalam capital budgeting, maka yang diperlukan adalah: 1. Menaksir beta dari proyek (rencana investasi) yang sedang dianalisis. 2. Menaksir tingkat keuntungan portofolio pasar. Sebagal proxy sering dipergunakan tingkat keuntungan rata-rata dari seluruh kesempatan investasi yang tersedia di pasar modal, atau Indeks pasar. 3. Menentukan tingkat keuntungan dari investasi yang bebas risiko. Sebagal proxy sering dipergunakan tingkat keuntungan dari sekuritas yang dijamin oleh pemerintah (misalnya Sertifikat Bank Indonesia). 4. Menaksir arus kes yang diharapkan. Beta tidak lain merupakan koefisien rogresi antara excess return suatu saham dengan excess return portofolio pasar. Dimaksudkan dengan excess return adalah selisih antara tingkat keuntungan dengan tingkat keuntungan bebas risiko. Satu hal yang menarik dari beta ini adalah bahwa beta umumnya relatif stabil dari waktu ke waktu. Dengan demikian maka penggunaan beta di waktu yang lalu untuk penaksiran beta di masa yang akan datang dapat dipergunakan. Seringkali untuk menaksir bela dipergunakan bela rata-rata industri, sesuai dengan proyek yang sedang kita analisis. Misalnya kita akan mendirikan pabrik tekstil. Untuk menaksir beta industri tekstil, kita laksir beta dari berbagai perusahaan tekstil, dan angka rata-rata ini kita pergunakan sebagai taksiran beta industri tekstil. Diverifikasi Bisnis Yang menarik dari perdekatan CAPM ini adalah bahwa setiap proyek diperlakukan sebagai perusahaan mini. Artinya, kalau suatu perusahaan (misalkan bisnis utamanya adalah industri farmasi) akan mendirikan perusahaan pembangunan perumahan (real estate), maka rencana investasi tersebut akan diperlakukan sebagai suatu proyek yang terpisah dari bisnis saat ini. Dengan kata lain, menguntungkan tidaknya proyek tersebut Bidak dipengaruhi oleh bisnis perusahaan saat ini. Kecuali kalau rencana investasi tersebut ternyata diharapkan memberikan synergistic effect pada bisnis saat ini, barulah perlu dipertimbangkan efek sinergi tersebut pada analisis. Efek sinergi biasanya diharapkan muncul kalau perusahaan melakukan diversifikasi ke bisnis yang berkaitan. Sebagai misal, perusahaan manufaktur melakukan ekspansi dengan membentuk perusahaan distributor. Dengan cara ini diharapkan bisa menghemat biaya distribusi. Penghematan ini merupakan efek sinergi. Pendekatan CAPM menolak investasi yang semata-mata dilakukan untuk diversifikasi. Setiap investasi hendaknya dinilai dari NPV-nya, bukan karena investasi tersebut merupakan diversifikasi ataukah tidak. Hal ini disebabkan karena CAPM mengukur risiko dengan risiko sistematis (beta). Per definisi risiko sistema adalah risiko yang tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi. Karena itu diversifikasi tidaklah memberikan manfaat. Manfaat diversifikasi dalam menstabilkan arus kas (atau tingkat keuntungan) ditentukan terutama oleh koefisien korelasi antararus kas (atau tingkat keuntungan). Penggabungan beberapa investasi (membentuk portofolio) akan menghasilkan deviasi standar portofolio (up). Proyek yang bisa mengurangi risiko total adalah proyak yang mempuny koefisien korelasi tingkat keuntungan (atau NPV) yang rendah dengan proyek yang (bisa juga bisnis yang saat ini dilakukan oleh perusahaan). Kalau suatu proyek din dengan R, maka bisa saja proyek tersebut sebensmys tidak menguntungkan kalau dinilai dengan risk adjusted discount rate (tingkat keuntungan yang lelah disesua dengan risiko). Disini perlu dipisahkan antara ketergantungan statistik dan ketergantungan ekonomi. Ketergantungan statistik yang rendah ditunjukkan oleh koefisien korele antartingkat keuntungan yang rendah. Ketergantungan ekonomi ditunjukkan ada tidaknya efek sinergi. Perbedaan utama antara pemakaian risiko sistematis dengan risiko total dalam diversifikasi bisnis adalah pada penggunaan tingkat bunga yang relevan. Analisis Sensitivitas Dalam melakukan analisis terhadap suatu investasi, kita menyadari akan adanya ketidakpastian taksiran anus kas yang kita buat. Kita mengetahui bahwa arus kas masuk bersih dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti (1) unit yang dijual, (2) harga jual per unit, (3) biaya tetap, dan (4) biaya variabel per unit. Dengan kata lain, apabila salah satu faktor tersebut berubah, maka arus kas yang diharapkan yang akan diperolehpun akan berubah pula. Analisis sensitivitas mencoba menganalisis apa yang terjadi terhadap NPV proyek apabila salah satu variabel berubah. Analisis sensitivitas tetap menggunakan tingkat bunga yang telah disesuaikan dengan risiko dalam menaksir NPV investasi. Hal tersebut disebabkan karena tujuannya adalah tetap menggunakan expected cash flow dalam analisis, meskipun barangkali perlu melakukan kaji ulang dalam penaksiran arus kas, tersebut. Analisis sensitivitas tidak bermaksud untuk menaksir probabilitas NPV mencapai nol atau negatif.
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro
Rencana akumulasi yang dibuat sederhana: Bagaimana dan mengapa berinvestasi di bidang keuangan dengan membangun rencana akumulasi otomatis yang disesuaikan untuk memanfaatkan tujuan Anda