Anda di halaman 1dari 12

Apa itu CAPM?

Capital Asset Pricing Model atau CAPM adalah adalah hubungan sistematis antara resiko dan perkiraan
pengembalian dari aset, terutama saham. CAPM banyak digunakan dalam dunia finansial untuk menilai
saham yang beresiko dan menghitung perkiraan pengembalian dari resiko aset tadi dan biaya modal.

Kita akan membahas dengan lengkap pengertian dari CAPM, keuntungan menggunakannya, rumus
sampai contoh perhitungan. Jika kamu ingin tahu lebih dalam tentang CAPM, kita akan membahas
model ini lebih lanjut dalam asumsi dan teori dari Capital Asset Pricing Model. Semoga bermanfaat.

Pengertian CAPM

Pengertian CAPM dalam sebuah model bisa menjelaskan hubungan antara perkiraan pengembalian dan
resiko investasi dari sebuah aset. Dengan menggunakan model ini, kita bisa mengetahui potensi
pengembalian dari sebuah saham dalam resikonya dibandingkan dengan kondisi resiko pasar yang ada
saat ini.

CAPM cukup baik untuk menilai resiko dan keuntungan dari modal aset mulai dari satu saham, proyek
investasi sampai aset portofolio sekalipun. Karena itu penerapannya tidak hanya terbatas pada saham
saja, walaupun pada prakteknya, lebih banyak diterapkan oleh investor pada satu saham tertentu

Mengapa Perlu CAPM

Formula CAPM banyak digunakan untuk menghitung WACC atau Weighted Average Cost of Capital,
dimana CAPM menghitung harga suatu saham. WACC pada akhirnya dapat lebih lanjut digunakan untuk
menentukan Net Present Value atau NPV dari cash flow sebuah aset dan menghitung lebih lanjut nilai
perusahaan kemudian pada akhirnya harga saham yang dimilikinya.

CAPM memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan beberapa metode lain dalam menghitung
pengembalian keuntungan. Berikut beberapa alasan model ini bertahan selama lebih dari 40 tahun
terakhir.
Model ini hanya menggunakan resiko sistematis, dimana kenyataannya banyak investor yang memiliki
divesifikasi portofolio

Secara teori, merupakan turunan dari hubungan potensi keuntungan dan resiko sistimatis. Dimana
banyak terbukti secara akademis

Secara umum, CAPM merupakan metode yang lebih baik dalam menghitung biaya saham dibandingkan
DGM atau Dividend Growth Model karena juga membandingkan resiko pasar secara menyeluruh

Rumus CAPM

Rumus CAPM bisa dihitung dengan hubungan dari perkiraan untung dari sebuah aset dan resikonya
seperti berikut:

ERi = Prakiraan untung investasi

Rf = Tingkat resiko

βi = Beta investasi

ERm = Prakiraan untung pasar

(ERm – Rf) = Premi resiko pasar

Kamu sebagai seorang investor harus mendapatkan keuntungan atas setiap resiko dan waktu yang
sudah kamu habiskan dalam perbandingan dengan uang yang kamu investasikan. Rf atau tingkat resiko
dalam formula CAPM mewakili nilai uang. Sedangkan komponen lain dalam formula CAPM berarti resiko
tambahan yang ditanggung oleh investor.

Beta investasi menghitung berapa besar resiko investasi yang akan kamu terapkan dalam portofolio di
pasar investasi. Jika sebuah saham lebih beresiko dari pasar, nilai beta lebih dari satu. Sedangkan jika
beta kurang dari satu, maka rumus tersebut akan menerapkan resiko yang lebih rendah pada portofolio
kamu.
Nilai beta dari sebuah saham kemudian dikalikan dengan premi resiko pasar. Baru kemudian
dijumlahkan dengan beta saham, dimana dapat memberikan investor prakiraan pengembalian untuk
menentukan nilai dari sebuah aset.

Cara Menghitung CAPM

Hasil yang ingin kita raih dari menghitung CAPM adalah untuk mengetahui apakah sebuah saham
memiliki nilai yang seharusnya ketika resikonya dan waktu sebanding dengan hasil keuntungan di masa
yang akan datang. Cara menghitung CAPM cukup mudah, kamu tinggal memasukkan semua variabel
yang dibutuhkan seperti yang sudah kita bahas dalam rumus, kemudian melakukan penjumlahan untuk
menentukan nilai ERi.

Berikut contoh perhitungan CAPM: saat seorang investor mengevaluasi sebuah saham yang memiliki
harga Rp. 10.000 per lembar hari ini yang akan mampu membayarkan dividen sebesar 3% per tahun.
Saham ini memiliki nilai beta saat dibandingkan dengan pasar senilai 1,3. Maka seharusnya saham ini
memiliki resiko yang lebih besar dibandingkan pasar. Selain itu, jika kita mengambil asumsi tingkat resiko
sebesar 3% dan mengharapkan pasar untuk meningkat nilainya sebesar 8% per tahun.

Nilai perkiraan pengembalian dari saham tersebut berdasarkan perhitungan CAPM adalah 9,5%.

ERi = Rf + βi (ERm – Rf)

9,5% = 3% + 1,3 (8% – 3%)

Kemungkinan keuntungan berdasarkan CAPM dapat digunakan untuk menghitung kembali pengurangan
dari dividen dan depresiasi nilai dari sebuah saham dalam sebuah kurun waktu tertentu. Jika nilai
nantinya sama dengan Rp. 10.000 maka CAPM mengindikasikan saham tersebut cukup bernilai yang
relatif dengan resikonya.

Nilai Beta Dalam Rumus CAPM

Dalam model ini, beta merupakan satu-satunya variabel dalam menghitung resiko dari sebuah saham.
Nilai ini menghitung volatilitas relatif dari sebuah saham, dan membandingkan volatilitas dari pasar
secara menyeluruh. Jika harga saham bergerak sama persis dengan pasar, maka beta dari saham
tersebut adalah 1. Sebagai perbandingan, jika beta dari sebuah saham adalah 1,5, saham akan
meningkat nilainya sebesar 15% untuk setiap 10% nilai pasar yang naik. Sebaliknya jika pasar turun 10%
maka saham bisa turun nilainya sebesar 15%.
Beta didapatkan dari analisa statistik saham terkait, dan dibandingkan dengan pendapatan harian dari
pasar dalam jangka waktu yang serupa. Perbandingan ini bisa menjadi tolak ukur dalam penentuan
resiko dan keuntungan dari sebuah saham, dan hubungannya dengan pasar saham terkait. Penelitian ini
kemudian dibukukan dalam buku “The Capital Asset Pricing Model: Some Empirical Tests”. Di dalamnya
dibahas tentang pergerakan harga dari saham-saham dalam New York Stock Exchange sejak 1931
sampai 1965.

Perhitungan menggunakan beta ini mampu menjelaskan bahwa investasi yang lebih beresiko
seharusnya mampu menawarkan premi dibandingkan tingkat bebas resiko dari sebuah saham. Jumlah
tingkat bebas resiko bisa dihitung dengan perkalian premi pasar saham dengan beta. Dengan kata lain,
sangat mungkin, dengan mengetahui nilai individu dari CAPM, untuk menentukan nilai saat ini dari
sebuah saham akan konsisten dengan potensi keuntungan yang dimilikinya.

Asumsi CAPM

Disini kamu memiliki sebuah portofolio dengan berbagai macam aset di dalamnya. Dan kamu ingin
menambah aset tambahan untuk mendiversifikasi portofolio yang kamu miliki dengan harapan
mengurangi resiko investasi. Jadi sangat penting untuk kamu melakukan studi tentang batas resiko dari
sebuah aset dan perbandingannya dalam resiko portofolio.

Capital Asset Pricing Model atau CAPM mengukur resiko sebuah aset dan hubungannya dengan
portofolio yang kamu miliki. Ia juga mempertimbangkan tingkat pengembalian dari saham dan
kontribusinya dalam resiko portofolio secara keseluruhan. Dalam CAPM, hanya resiko sistematis yang
bisa menentukan nilai pengembalian dari aset terkait. Berikut beberapa asumsi batasan dalam
perhitungan CAPM.

1. Investor perhitungan

Kamu pada dasarnya harus perhitungan. Karena itu diversifikasi sangat penting untuk mengurangi resiko
investasi secara keseluruhan. Terlebih CAPM hanya menggunakan resiko sistematis dalam
perhitungannya.

2. Memaksimalkan modal sebaik mungkin

Kamu harus memaksimalkan fungsi kekayaan, alih-alih hanya bergantung pada nilai aset dan dividen.
Memang ada investor yang memilih antara keduanya, dengan berbagai pendapat masing-masing.
Walaupun begitu ada investor yang memilih mengambil resiko yang besar dengan potensi keuntungan
yang juga besar. Namun kamu bisa menjadi seorang investor yang memperhatikan resiko dengan tetap
melihat peningkatan keuntungan yang terhitung.

3. Pilihan perhitungan resiko dan keuntungan

Kamu berinvestasi berbasis pada resiko dan pengembalian. Resiko dan untung dapat dihitung
menggunakan CAPM dengan asumsi investor hanya menggunakan resiko sistematis.

4. Ekspektasi resiko dan keuntungan yang sama

Semua investor memiliki ekspektasi resiko yang sama dalam penggunaan model ini. Estimasi resiko dan
keuntungan yang berbeda bisa menghasilkan prediksi nilai aset yang berbeda pula.

5. Waktu yang seharusnya

Dalam menggunakan model ini, kamu harus menerapkan waktu beli dan jual yang serupa. Walaupun
sebenarnya banyak investor yang berinvestasi dalam jangka pendek. Sehingga ada banyak faktor yang
mempengaruhi termasuk karakteristik tertentu dari sebuah aset. Sehingga seringkali nilai sebuah aset
bisa berbeda dalam waktu yang tidak seharusnya.

6. Akses bebas ke semua informasi yang tersedia

Salah satu asumsi penting dari CAPM yaitu investor memiliki semua akses informasi dengan gratis.
Jikapun ada investor yang bisa mendapatkan akses informasi yang tidak tersedia bagi khalayak ramai,
pasar tetap tidak menganggap informasi tersebut efisien. Dengan kata lain, jika informasi yang tersedia
tidak diketahui semua orang, akan sulit untuk mengambil keputusan bersama.

7. Ada aset bebas resiko dan tidak ada batasan dari pinjaman dalam tingkat bebas resiko

Ini juga merupakan asumsi yang sangat penting dari CAPM. Aset bebas resiko pada dasarnya muncul
dari teori Markowitz. Hasilnya, investor tidak memperhatikan karakter dari aset secara individu. Dengan
menambah aset bebas resiko dalam portofolio kamu, dan melakukan pinjaman yang dibutuhkan dengan
tingkat bebas resiko, resiko pastinya akan berkurang atau meningkat.

8. Tidak adanya perhitungan pajak atau biaya transaksi


Saat tidak ada aset bebas resiko, maka hubungan antara resiko dan keuntungan tidak pernah ada.

9. Ketersediaan aset tetap

Asumsi ini mengatakan bahwa kuantitas aset total adalah tetap dan semuanya dipasarkan. Walaupun,
ada model yang dikembangkan untuk menggunakan aset yang tidak dipasarkan, namun jauh lebih
kompleks dari CAPM.

Teori CAPM

Ada beberapa asumsi CAPM yang acap kali tidak praktis untuk digunakan dalam banyak kasus.
Walaupun begitu, CAPM tetap banyak digunakan karena tidak rumit dan kemudahannya dalam
membandingkan alternatif aset yang kamu butuhkan.

Resiko dapat dihitung dari harga volatilitas sebuah saham, lewat nilai beta. Namun, pergerakan naik
turunnya harga bisa jadi tidak sama. Saat kita menentukan nilai volatilitas, keuntungan saham dan
tingkat kerugiannya tidak memiliki nilai yang serupa.

CAPM juga mengasumsi tingkat bebas resiko tetap sama dalam periode yang akan datang. Peningkatan
dari tingkat bebas resiko bisa berarti peningkatan modal yang dibutuhkan dalam investasi, yang
mengakibatkan harga saham diatas nilai seharusnya.

Portofolio pasar yang kamu gunakan untuk menentukan premi resiko pasar, hanya teoritis belaka dan
bukan berupa aset yang dapat kamu beli atau investasikan. Dalam banyak kasus, investor akan
menggunakan Indeks LQ45 atau Jakarta Islamic Index (JII) sebagai pengganti pasar. Dimana merupakan
perbandingan yang kurang tepat.

Kritik paling serius yang dilayangkan terhadap CAPM ada pada asumsi cash flow yang bisa diprediksi. Jika
investor benar-benar bisa memprediksi nilai keuntungan sebuah perusahaan dengan sangat akurat,
maka model CAPM sudah tidak diperlukan lagi.
Walaupun ada banyak kritik, jika kita memanfaatkan model ini dengan seharusnya, kamu tetap bisa
menggunakan CAPM sebagai alat untuk menilai ekspektasi dari sebuah aset maupun melakukan
perbandingan antar potensi aset.

Penerapan CAPM

Bayangkan jika kamu ingin menambahkan sebuah saham dalam portofolio kamu dengan harga Rp.
100.000. Kamu bisa menggunakan model ini untuk menentukan nilai saham tersebut, dan memprediksi
keuntungan yang bisa diperoleh. Misalnya keuntungan tahunannya sebesar 13%. Keuntungan tersebut
nantinya dapat kamu bandingkan dengan performa perusahaan yang lalu dan perhatikan jika ekspektasi
tersebut cukup realistis. Kemudian kamu bisa mempertimbangkan keuntungan saham sebesar 13% ini
beserta resikonya untuk masuk dalam portofolio yang kamu miliki.

Kamu juga bisa melihat konsistensi dari sebuah saham. Jika lewat model CAPM menghasilkan
keuntungan sebesar 13%, namun dalam beberapa tahun terakhir terus berada di bawah ekspektasi,
sebesar 10% misalnya, maka kamu tidak bisa berharap tahun ini segala sesuatu akan berbeda, karena
ada saja variabel yang tidak terukur untuk dimasukkan dalam model CAPM.

Kamu juga bisa menggunakan teori CAPM untuk mengevaluasi performa portofolio dan saham
dibandingkan dengan pasar saat ini. Contohnya, asumsikan portofolio kamu memiliki keuntungan 10%
per tahun dalam 3 tahun terakhir dengan resiko 10%. Namun pasar rata-rata memiliki pengembalian
10% dengan resiko 8%.

Kamu disini sebagai pemilik portofolio bisa menggunakan observasi untuk mengevaluasi kembali aset
yang kamu miliki. Jika beberapa aset ternyata memiliki performa dibawah rata-rata atau malah
meningkatkan resiko portofolio secara keseluruhan, kamu bisa mengambil keputusan untuk
menggantinya dengan aset yang memiliki performa yang lebih baik.

Kesimpulan

CAPM adalah model yang bisa digunakan untuk menentukan nilai dari sebuah saham dan perbandingan
dengan harga saat ini. Ada banyak asumsi dalam CAPM mulai dari kebiasaan investor, distribusi resiko
dan pengembalian, dan fundamental pasar yang kadang kali tidak realistis. Walaupun begitu, konsep
CAPM tetap bisa digunakan untuk mengerti hubungan dari prediksi resiko dan keuntungan untuk
pengambilan keputusan dalam memasukkan sebuah aset ke portofolio yang kamu miliki.

Model ini menerapkan teori mudah untuk menghasilkan hasil yang praktis. Teori Capital Asset Pricing
Model mengatakan bahwa alasan satu-satunya seoran investor untuk mendapatkan penghasilan
tambahan, secara rata-rata, adalah dengan berinvestasi dalam satu aset yang lebih beresiko. Tidak
mengejutkan memang, model CAPM mendominasi teori finansial modern. Namun apakah teori ini
berhasil diterapkan di dunia nyata?

Masih abu-abu. Terutama dalam variabel beta. Hubungan linier antara beta dan aset individu juga hilang
dalam periode waktu tertentu. Hal ini membuktikan CAPM bisa saja salah.

Dengan adanya fakta inipun, CAPM terus digunakan oleh komunitas investasi. Kamu tetap bisa
berasumsi bahwa aset dengan nilai beta tinggi akan bergerak lebih banyak dibandingkan pasar, begitu
pula sebaliknya.

Ini penting bagi investor, terutama manajer reksadana karena mereka memiliki pilihan lain dalam
bentuk saham dengan nilai beta rendah. Termasuk kamu juga bisa berinvestasi dalam saham dengan
beta lebih dari 1 saat pasar sedang naik, dan beta kurang dari 1 saat pasar sedang jatuh.

Tidak mengejutkan lagi bahwa CAPM berkontribusi dalam peningkatan penggunaan portofolio. Terlebih
dengan fakta bahwa jika ingin mendapatkan keuntungan lebih, maka resiko juga harus ditingkatkan.

Capital Asset Pricing Model adalah teori buatan manusia. Teori ini tidak sempurna. Namun semangatnya
sama. Kamu bisa menggunakan model ini untuk mengukur pengembalian keuntungan dari sebuah aset,
berbanding dengan resiko yang kamu tanggung semasa periode investasi yang rencanakan

Contoh Soal Perhitungan CAPM

Berapa Cost of Equity PT XL Axiata saat ini?

Nah, berbeda dengan PT Telkom yang hobi bagi-bagi deviden tiap tahun, PT XL Axiata ini di tahun 2015
s/d 2016 nggak bagi – bagi dividen, Jadi buat temen-temen yang mau ngitung cost of equity dengan
menggunakan data dividen sudah pasti akan mengalami kesulitan. Jadi untuk mendapatkan cost of
equity dari PT XL Axiata ini kita bisa gunakan metode CAPM dan kita perlu 3 variabel, yaitu Risk Free
rate, Beta dan Market Return.
Risk Free Rate

Untuk risk free rate, saya pakai BI 7 day repo rate. Kenapa? Disini kita mengasumsikan bahwa Sertifikat
Bank Indonesia sebagai investasi tanpa risiko bagi investor/marginal investor. Nah, data BI 7 day rate ini
bisa langsung didapatkan di situs resmi Bank Indonesia http://www.bi.go.id/en/moneter/bi-7day-
RR/data/Contents/Default.aspx dimana nilainya untuk periode 15 Juni 2017 adalah 4.75%.

Ada beberapa pertimbangan untuk mengambil data ini, yang pertama kita bisa ambil data yang paling
baru dengan alasan bahwa data itu paling menggambarkan kondisi saat ini. Yang kedua kita bisa ambil
nilai rata-rata dengan argumen bahwa nilai rata-rata ini memperhitungkan fluktuasi. Yang ketiga kita
bisa menggunakan weighted average sesuai dengan kriteria kita. Yang keempat, nanti di akhir
perhitungan kita bisa buat rentang nilai cost of equity sesuai dengan perubahan data historis yang ada.
Mau pakai yang mana pun yang penting itu logis dan kita bisa mempertahankan pemilihan keputusan
yang kita buat (alias nggak dibantai sama dosen, klien, atau pak bos).

Market Return

Untuk Nilai Market Return, kita akan gunakan IHSG untuk periode 11 – 12 tahun terakhir mulai dari
September 2005 hingga Mei 2017, dan data yang saya gunakan adalah data bulanan. Kenapa? nanti
kapan-kapan dibahas. Cara perhitungan untuk market return ini cukup sederhana, hanya perlu ambil
data dari Yahoo Finance di https://finance.yahoo.com/quote/%5EJKSE/history/ lalu kita tentukan
rentang periode dan frekuensi datanya kemudian pilih download data agar kemudian bisa kita olah.
Untuk IHSG, kodenya JKSE sedangkan untuk XL Axiata kodenya adalah EXCL.JK.

Data yang kita ambil adalah data Adjustment Close, dan yang akan kita hitung lebih lanjut adalah nilai
returnnya. Dalam hal ini, yang kita hitung adalah besarnya return yang didapatkan investor jika
menyimpan “asset” berupa IHSG per 1 bulan. Untuk itu, kita hitung dapat sebagai berikut:

Return IHSGPeriode n = (Harga IHSGPeriode n+1 – Harga IHSGPeriode n) ÷ Harga IHSGPeriode n


atau dengan kata lain adalah harga periode sekarang dikurangi harga periode sebelumnya dibagi dengan
harga periode sebelumnya.

Setelah menghitung return dari setiap periode, kita hitung rata – ratanya dengan menggunakan rata-
rata geometric. Kenapa kita menggunakan rata – rata geometric? karena return yang didapatkan oleh
investor dari suatu asset itu bukan kejadian yang independen, jadi jangan sampai salah kalau hitung
return asset, kita sebaiknya gunakan rata – rata geometric, bukan rata – rata arithmetic biasa.

Tapi untuk menghitung rata – rata geometric, nilai returnnya harus kita buat jadi positif, karena rumus
geometric mean ini melibatkan akar, jadinya perlu dibuat positif dengan ditambah 1 sebagai berikut

Setelah itu, kita bisa hitung dengan menggunakan formula dari spreadsheet yaitu =GEOMEAN(). Jangan
lupa untuk dikurangi lagi dengan 1 karena diawal kita buat semua datanya jadi positif
Return Tahunan = (1+Return Bulanan)(jumlah bulan dalam 1 tahun) -1 = (1+Return Bulanan)12 -1 dan
kita dapatkan nilainya sebesar Return Market = Rm = 15.67509%.

Nilai β (Beta)

untuk menghitung nilai beta ini sebetulnya ada berbagai macam cara, tapi kali ini kita akan hitung
dengan cara paling sederhananya saja yaitu menggunakan regression beta. Pada dasarnya Beta ( β)
adalah gradien dari persamaan antara return asset dengan return market. Atau bagi teman-teman yang
suka ngitung manual bisa pake rumus

Beta ( β) = Covariansi(return asset,return market) ÷ Variansi (return market)

Kalo cara paling mudahnya, kita tinggal gunakan fungsi =SLOPE(data_y,data_x) untuk mengetahui nilai
betanya;

Data_y adalah return dari asset yang kita pilih; dalam contoh soal kali ini adalah return dari saham XL
Axiata.

Data_x adalah market return yaitu return IHSG.

Setelah itu kita bisa dapatkan nilai beta nya yaitu β = 0.781277281

Setelah semua variable kita dapatkan, kita tinggalkan masukkan saja ke dalam rumus

Cost of Equity = Rf + β*(Rm – Rf) = 4.75% + 0.781277281* (15.67509% – 4.75%) = 13.28553%


Jadi, dengan asumsi dan poin data yang kita ambil, kita dapatkan bahwa cost of equity dari PT XL Axiata
adalah 13.28553%.

Anda mungkin juga menyukai