Anda di halaman 1dari 14

Penyusutan dan Penurunan

Nilai Aset Tetap

Moh. Luthfi Mahrus


Pokok Bahasan
1 Definisi Penyusutan

2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penyusutan


o Basis Penyusutan (Depreciable Base)
o Estimasi Masa Manfaat
o Metode Penyusutan

3 Isu Terkait Penyusutan


o Penyusutan Per Komponen Aset Tetap
o Penyusutan untuk Sebagian Periode
o Perubahan Estimasi Penyusutan

4 Penurunan Nilai
o Pengakuan Penurunan Nilai
o Ilustrasi Penurunan Nilai
o Pemulihan Kerugian Penurunan Nilai
o Penurunan Nilai pada Unit Penghasil Kas
o Penurunan Nilai Aset yang Akan Dilepas
1. Definisi Penyusutan
o Depresiasi atau penyusutan adalah proses akuntansi dalam pengalokasian biaya aset berwujud
dengan cara yang sistematis dan rasional selama periode yang diharapkan mendapat manfaat
dari penggunaan aktiva tersebut.
o Pengunaan dan pencatatan istilah depresiasi berbeda-beda tergantung dari jenis aset
perusahaan.

No Assets Depreciation
1 Aset Tetap (Fixed Asset) Beban Depresiasi (Depreciation Expense)
Aset Tetap Tak Berwujud (Intangible
2 Beban Amortisasi (Amortization Expense)
Asset)
Sumber Daya Mineral (Mineral
3 Beban Deplesi (Depletion Expense)
Resources)
2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penyusutan
o Tiga faktor yang harus dipertimbangkan suatu entitas dalam mengalokasikan nilai aset tetap sebagai biaya depresiasi:
1. Nilai biaya aset tetap yang didepresiasikan (depreciable asset);
2. Estimasi masa manfaat aset tetap (estimation of service life); dan
3. Metode depresiasi yang sesuai

Basis Penyusutan (Depreciable Base)


Dasar depresiasi aset (depreciable base of asset) dihitung Sumber: Kieso,
Weygandt,
dari biaya awal (initial amount) dikurangi nilai sisa Warfield (2018)
(residual value).

Estimasi Masa manfaat


o Masa manfaat aset dipengaruhi oleh faktor fisik dan faktor ekonomi.
o Faktor fisik mencakup keausan dan kerusakan yang menyebabkan aset tetap tidak dapat bekerja dengan baik.
o Faktor ekonomi meliputi inadequacy (aset tidak digunakan lagi karena terjadi perubahan kebutuhan), supersession (penggantian
aset dengan aset baru yang lebih efisien), dan obsolescence (kondisi dan situasi selain inadequacy dan supersession).

Metode Penyusutan
o Terdapat beberapa metode depresiasi yang umum digunakan oleh entitas
1. Metode aktivitas (activity method)
2. Metode garis lurus (straight-line method)
3. Metode pembebanan menurun (Percepatan):
• Metode jumlah angka tahun (sum-of-the-years’-digit)
• Metode saldo menurun (declining balance)
2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penyusutan
Metode Aktivitas
Jika pemakaian tahun berjalan
sebanyak 4.000 jam, maka
penyusutan tahun berjalan
dengan metode aktivitas
sebagai berikut. Sumber:
Kieso,
Weygandt,
Metode Garis Lurus (Straight-Line Method) Warfield
(2018)

Penyusutan tahun berjalan


menggunakan metode garis
lurus sebagai berikut.

Metode Jumlah Angka Tahun (Sum-of-the-Years’ Digit) Metode Saldo Menurun (Decline Balance Method)
3. Isu Terkait Penyusutan
Penyusutan per Komponen Aset Tetap
o PSAK 16: “setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset tetap
disusutkan secara terpisah”.
o Contoh suatu perusahaan memiliki aset berupa airplane (pesawat terbang) yang terdiri dari beberapa komponen.

Contoh: PT Galaxy Air membeli sebuah pesawat terbang seharga €


100.000.000 pada tanggal 1 Januari 2020. Pesawat tersebut memiliki masa
manfaat 20 tahun dan nilai sisa € 0. EuroAsia menggunakan metode
depresiasi garis lurus untuk semua pesawatnya. EuroAsia mengidentifikasi
komponen, jumlah, dan umur manfaat berikut.

Perhitungan Depresiasi Tahun 2020 Jurnal Depresiasi Tahun 2020


Depreciation Expense 8,600,000
Accumulated Depreciation—Equipment 8,600,000

Penyajian Aset Tetap pada Laporan Posisi Keuangan Tahun 2020


3. Isu Terkait Penyusutan
Penyusutan untuk Sebagian Periode
o Jika terdapat kasus depresiasi aset tidak setahun penuh, maka penyusutan dihitung setahun penuh, kemudian dialokasikan ke dua periode
yang berbeda sesuai dengan proporsi periodenya. Hal ini terjadi karena aset tetap tidak selalu dibeli pada awal periode akuntansi.
Contoh: PT Star membeli mesin baru pada 1 Agustus 2019 seharga €150.000 dengan estimasi nilai sisa €24.000 pada akhir masa pakainya.
Estimasi masa manfaat 5 tahun dan estimasi jam kerjanya 21.000 jam. Tanggal laporan keuangan adalah 31 Desember.

Sumber: Slide Kieso, Weygandt, Warfield (2018) prepared by Coby Harmon


3. Isu Terkait Penyusutan
Perubahan Estimasi Penyusutan
o Estimasi umur manfaat dan nilai sisa yang telah ditentukan oleh perusahaan dapat berubah, baik bertambah maupun berkurang.
Perubahan ini menyebabkan terjadinya perubahan besarnya depresiasi yang dicatat perusahaan.
o Perubahan ini bersifat prospektif, yaitu hanya memengaruhi pencatatan depresiasi pada periode berjalan dan periode mendatang dan
tidak memengaruhi besarnya depresiasi yang telah dilaporkan sebelumnya.
Contoh: PT Sehat membeli peralatan seharga $510.000 yang diperkirakan memiliki masa manfaat 10 tahun dengan nilai sisa $10.000.
Penyusutan telah dicatat selama 7 tahun dengan metode garis lurus. Pada tahun 2019 (tahun ke-8), diestimasikan masa manfaat aset
berubah menjadi 15 tahun dengan nilai sisa $5.000. Hitung Depresiasi tahun 2019.

Equipment cost $510,000 Statement of Financial Position (Dec 31, 2018)


Residual value - 10,000 Equipment cost $510,000
Depreciable base 500,000 Accumulated depreciation (7 years) - $350,000
Useful life (original) 10 years Book Value $160,000
Annual depreciation $ 50,000
Accumulated depreciation (7 years) $350,000

Perhitungan Depresiasi Tahun 2019


Net book value $160,000 Jurnal Depresiasi Tahun 2019
Salvage value (new) 5,000 Depreciation Expense 19,375
Depreciable base 155,000 Accumulated Depreciation—Equipment 19,375
Useful life remaining (15 years – 7 years) 8 years
Annual depreciation $ 19,375
4. Penurunan Nilai (Impairments)
Pengakuan Penurunan Nilai
o Penurunan nilai (impairment) adalah penurunan nilai aset dimana nilai aset tercatat (carrying amount) melebihi jumlah terpulihkan (recoverable
amount).
o Recoverable amount adalah jumlah yang lebih besar antara fair value less cost to sell dan value in use.
o Fair value less cost to sell adalah harga jual (nilai wajar) aset dikurangi biaya penjualan (biaya pelepasan) aset
o Value in use (nilai pakai) adalah present value dari arus kas yang diharapkan dari penggunaan aset di masa datang dan dari penjualan aset pada
akhir masa manfaatnya.
o Untuk mengetahui adanya impairment, perlu dilakukan review atas indikator penurunan. Jika indikator tersebut muncul, maka perlu diadakan uji
penurunan nilai (impairment test)
o dalam menilai apakah terdapat indikasi penurunan nilai aset, entitas minimal mempertimbangkan informasi dari sumber-sumber eksternal dan
informasi dari sumber-sumber internal.
Informasi Sumber Eksternal
1. Terdapat indikasi yang dapat diobservasi bahwa nilai aset telah turun
secara signifikan.
2. Perubahan signifikan dalam teknologi, pasar, ekonomi, atau ruang
lingkup hukum yang merugikan entitas
3. Meningkatnya suku bunga pasar atau tingkat imbal hasil pasar
4. Jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya.
Informasi Sumber Internal
1. Terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik aset.
2. Telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan
yang berdampak merugikan, seperti rencana penghentian penggunaan
aset atau pelepasan aset.
3. Terdapat bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa
kinerja ekonomik aset lebih buruk, atau akan lebih buruk, dari yang
diperkirakan
4. Penurunan Nilai (Impairments)
Ilustrasi Penurunan Nilai

PT Smart melakukan uji penurunan nilai untuk PT Smart melakukan uji penurunan nilai untuk
peralatannya. Nilai tercatat peralatan PT Smart peralatannya. Nilai tercatat peralatan PT Smart
adalah €200.000, nilai wajar dikurangi biaya adalah €200.000, nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual adalah € 180.000, dan nilai untuk menjual adalah € 180.000, dan nilai
pakai adalah € 205.000. pakai adalah € 175.000.
4. Penurunan Nilai (Impairments)
Ilustrasi Penurunan Nilai
Kasus 1: Pada tanggal 31 Desember 2020, PT Brilliant memiliki peralatan dengan biaya sebesar Rp26.000.000, dan akumulasi penyusutan sebesar Rp12.000.000.
Peralatan tersebut memiliki total masa manfaat selama empat tahun dengan nilai sisa Rp2.000.000. Informasi berikut berkaitan dengan peralatan ini.
1. Nilai tercatat peralatan pada tanggal 31 Desember 2020 adalah Rp14.000.000 (Rp26.000.000 - Rp12.000.000).
2. Perusahaan menggunakan depresiasi garis lurus. Depresiasi adalah Rp6.000.000 [(Rp26.000.000 - Rp2.000.000) ÷ 4] untuk tahun 2020 dan dicatat.
3. Perusahaan telah menetapkan bahwa nilai yang dipulihkan untuk aset ini pada tanggal 31 Desember 2020 adalah Rp11.000.000.
4. Sisa masa manfaat peralatan setelah 31 Desember 2020 adalah dua tahun.
Jurnal Penurunan Nilai 31 Desember 2020
Loss on Impairment 3.000.000
Accumulated Depreciation—Equipment 3.000.000
Penyajian Aset Tetap dalam Laporan Posisi Keuangan 2020
Equipment

26.000.000
Less : Accumulated depreciation-Equipment
Jurnal Depresiasi Tahun 2021
Jika diasumsikan masa manfaat peralatan tidak berubah (sisa masa
-15.000.000
Depreciation Expense (11.000.000/2 tahun) 5.500.000
manfaat masih dua tahun) dan estimasi nilai sisa peralatan menjadi
CarryingAccumulated
Value Depreciation—Equipment 5.500.000
nol, maka berikut jurnal depresiasi untuk tahun 2021.
11.000.000
Kasus 2: Pada akhir 2019, PT Ceria menguji mesin untuk penurunan nilai. Mesin
tersebut memiliki nilai tercatat $200.000 dan estimasi sisa masa manfaat selama 5
tahun. Karena nilai wajar mesin tidak tersedia, PT Ceria memutuskan jumlah
terpulihkan mesin harus didasarkan pada nilai pakai. Perusahaan menggunakan tarif
diskonto 8%. Analisis perusahaan menunjukkan bahwa arus kas masa depan akan
menjadi $40.000 setiap tahun selama 5 tahun, dan terdapat nilai sisa sebesar $10.000
pada akhir tahun kelima. Diasumsikan semua arus kas terjadi pada akhir tahun.

Loss on Impairment 33.486


Accumulated Depreciation—Equipment 33.486
4. Penurunan Nilai (Impairments)
Pemulihan Kerugian Penurunan Nilai (Reversal of Impairment Loss)
Jika terjadi kenaikan pada recoverable amount pada tahun selanjutnya setelah impairment terjadi, maka perlu dilakukan pemulihan kembali (recovery) terhadap impairment
yang telah dicatat dalam pendapatan dan beban lain-lain (other income and expense) pada laporan laba rugi (income statement).

CV Bahagia membeli peralatan pada tanggal 2 Januari 2019 seharga Rp600.000.000. Pada tanggal 31 Desember 2019, diasumsikan terdapat kerugian penurunan
Peralatan tersebut memiliki masa manfaat tiga tahun, tanpa nilai sisa, serta disusutkan nilai sebesar Rp20.000.000, maka jurnalnya sebagai berikut.
dengan metode garis lurus. Berikut ini tabel penyusutan peralatan perusahaan

Loss on Impairment 20.000.000


Accumulated Depreciation—Equipment 20.000.000

Setelah terjadi impairment di atas, maka nilai tercatat peralatan per 31 Desember 2019 Pada akhir tahun 2020, diketahui bahwa jumlah terpulihkan peralatan
menjadi Rp380.000.000 (Rp400.000.000-20.000.000) sehingga beban penyusutan peralatan sebesar Rp200.000.000 dimana jumlah tersebut lebih besar daripada nilai
untuk tahun 2020 dan 2021 berubah sebagai berikut. tercatat peralatan (Rp190.000.000). Atas hal ini, perusahaan membuat jurnal
pemulihan atas kerugian penurunan nilai sebagai berikut.
Tahun Beban Depresiasi Nilai Tercatat
2020 190.000.000 (380.000.000/2) Rp190.000.000 Accumulated Depreciation—Equipment 10.000.000
2021 190.000.000 (380.000.000/2) 0 Recovery of Impairment Loss 10.000.000

o Akun Recovery of Loss on Impairment dicatat dalam pendapatan dan beban lain-lain (other income and expense) pada laporan laba rugi (income statement). Dengan adanya
jurnal di atas, maka nilai tercatat peralatan menjadi Rp200.000.000 (Rp190.000.000 + Rp10.000.000).
o Aturan umum (the general rule) terkait pembalikan kerugian penurunan nilai adalah jumlah pemulihan kerugian penurunan nilai (recovery of the loss) terbatas pada jumlah
tercatat yang akan dihasilkan jika penurunan nilai belum terjadi. Pada kasus CV Bahagia di atas, jumlah tercatat peralatan perusahaan pada akhir tahun 2020 jika tidak
terdapat penurunan nilai adalah Rp200.000.000. Dengan demikian, jumlah recovery of loss on impairment sebesar Rp10.000.000 merupakan jumlah maksimal yang diizinkan
karena jika lebih dari Rp10.000.000 maka jumlah tercatat peralatan menjadi lebih besar dari nilai tercatat awal sebelum terjadi penurunan nilai, yaitu sebesar
Rp200.000.000.
4. Penurunan Nilai (Impairments)
Penurunan Nilai pada Unit Penghasil Kas (Cash-Generating Units)

o Dalam beberapa kasus, tidak mungkin untuk mengukur penurunan nilai suatu aset karena aset tersebut tidak
bisa berdiri sendiri dalam menghasilkan arus kas, melainkan harus digabung dengan aset lain.
o Perusahaan harus dapat mengidentifikasi unit penghasil kas (cash-generating units), yaitu kelompok aset
terkecil teridentifikasi yang menghasilkan arus kas masuk secara independen dari arus kas masuk dari aset
atau kelompok aset lain.
o Contoh yang tercantum dalam PSAK 48: suatu entitas pertambangan memiliki jalur kereta api privat untuk
mendukung aktivitas pertambangannya. Jalur kereta api privat tersebut dapat dijual hanya sebesar nilai
sisanya dan tidak menghasilkan arus kas masuk yang sebagian besar independen dari arus kas tersebut. Dari
kasus tersebut, untuk menentukan jumlah penurunan nilai dari jalur kereta privat, tidak mungkin untuk
mengestimasi jumlah terpulihkan dari jalur kereta privat karena nilai pakainya tidak dapat ditentukan dan
kemungkinan berbeda dari nilai sisanya. Oleh karena itu, entitas mengestimasi jumlah terpulihkan dari unit
penghasil kas dimana jalur kereta privat tercakup di dalamnya. Dalam hal ini, yang menjadi unit penghasil kas
adalah pertambangan secara keseluruhan.
4. Penurunan Nilai (Impairments)
Penurunan Nilai pada Aset yang Akan Dilepas

o Dalam hal entitas telah mencatat penurunan nilai atas


suatu aset kemudian entitas bermaksud untuk melepas
atau menjual aset tersebut dalam waktu dekat, maka
entitas harus mencatat aset tersebut pada nilai yang
lebih rendah antara nilai tercatat dengan nilai realisasi
neto (lower-of-cost-or-net-realizable-value/LCNRV).
o Aset yang akan dilepas diperlakukan seperti persediaan
barang (inventory) sehingga tidak perlu didepresiasi.
o Mengingat entitas akan memulihkan aset tersebut
melalui penjualan dan bukan melalui pengoperasian
aset, maka entitas dapat melanjutkan untuk
melakukan revaluasi aset.
o Pada setiap periode entitas melaporkan aset tersebut
pada nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat
dengan nilai realisasi neto (lower-of-cost-or-net-
realizable-value).

Sumber: Kieso, Weygandt, Warfield (2018)

Anda mungkin juga menyukai