4 Penurunan Nilai
o Pengakuan Penurunan Nilai
o Ilustrasi Penurunan Nilai
o Pemulihan Kerugian Penurunan Nilai
o Penurunan Nilai pada Unit Penghasil Kas
o Penurunan Nilai Aset yang Akan Dilepas
1. Definisi Penyusutan
o Depresiasi atau penyusutan adalah proses akuntansi dalam pengalokasian biaya aset berwujud
dengan cara yang sistematis dan rasional selama periode yang diharapkan mendapat manfaat
dari penggunaan aktiva tersebut.
o Pengunaan dan pencatatan istilah depresiasi berbeda-beda tergantung dari jenis aset
perusahaan.
No Assets Depreciation
1 Aset Tetap (Fixed Asset) Beban Depresiasi (Depreciation Expense)
Aset Tetap Tak Berwujud (Intangible
2 Beban Amortisasi (Amortization Expense)
Asset)
Sumber Daya Mineral (Mineral
3 Beban Deplesi (Depletion Expense)
Resources)
2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penyusutan
o Tiga faktor yang harus dipertimbangkan suatu entitas dalam mengalokasikan nilai aset tetap sebagai biaya depresiasi:
1. Nilai biaya aset tetap yang didepresiasikan (depreciable asset);
2. Estimasi masa manfaat aset tetap (estimation of service life); dan
3. Metode depresiasi yang sesuai
Metode Penyusutan
o Terdapat beberapa metode depresiasi yang umum digunakan oleh entitas
1. Metode aktivitas (activity method)
2. Metode garis lurus (straight-line method)
3. Metode pembebanan menurun (Percepatan):
• Metode jumlah angka tahun (sum-of-the-years’-digit)
• Metode saldo menurun (declining balance)
2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penyusutan
Metode Aktivitas
Jika pemakaian tahun berjalan
sebanyak 4.000 jam, maka
penyusutan tahun berjalan
dengan metode aktivitas
sebagai berikut. Sumber:
Kieso,
Weygandt,
Metode Garis Lurus (Straight-Line Method) Warfield
(2018)
Metode Jumlah Angka Tahun (Sum-of-the-Years’ Digit) Metode Saldo Menurun (Decline Balance Method)
3. Isu Terkait Penyusutan
Penyusutan per Komponen Aset Tetap
o PSAK 16: “setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset tetap
disusutkan secara terpisah”.
o Contoh suatu perusahaan memiliki aset berupa airplane (pesawat terbang) yang terdiri dari beberapa komponen.
PT Smart melakukan uji penurunan nilai untuk PT Smart melakukan uji penurunan nilai untuk
peralatannya. Nilai tercatat peralatan PT Smart peralatannya. Nilai tercatat peralatan PT Smart
adalah €200.000, nilai wajar dikurangi biaya adalah €200.000, nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual adalah € 180.000, dan nilai untuk menjual adalah € 180.000, dan nilai
pakai adalah € 205.000. pakai adalah € 175.000.
4. Penurunan Nilai (Impairments)
Ilustrasi Penurunan Nilai
Kasus 1: Pada tanggal 31 Desember 2020, PT Brilliant memiliki peralatan dengan biaya sebesar Rp26.000.000, dan akumulasi penyusutan sebesar Rp12.000.000.
Peralatan tersebut memiliki total masa manfaat selama empat tahun dengan nilai sisa Rp2.000.000. Informasi berikut berkaitan dengan peralatan ini.
1. Nilai tercatat peralatan pada tanggal 31 Desember 2020 adalah Rp14.000.000 (Rp26.000.000 - Rp12.000.000).
2. Perusahaan menggunakan depresiasi garis lurus. Depresiasi adalah Rp6.000.000 [(Rp26.000.000 - Rp2.000.000) ÷ 4] untuk tahun 2020 dan dicatat.
3. Perusahaan telah menetapkan bahwa nilai yang dipulihkan untuk aset ini pada tanggal 31 Desember 2020 adalah Rp11.000.000.
4. Sisa masa manfaat peralatan setelah 31 Desember 2020 adalah dua tahun.
Jurnal Penurunan Nilai 31 Desember 2020
Loss on Impairment 3.000.000
Accumulated Depreciation—Equipment 3.000.000
Penyajian Aset Tetap dalam Laporan Posisi Keuangan 2020
Equipment
26.000.000
Less : Accumulated depreciation-Equipment
Jurnal Depresiasi Tahun 2021
Jika diasumsikan masa manfaat peralatan tidak berubah (sisa masa
-15.000.000
Depreciation Expense (11.000.000/2 tahun) 5.500.000
manfaat masih dua tahun) dan estimasi nilai sisa peralatan menjadi
CarryingAccumulated
Value Depreciation—Equipment 5.500.000
nol, maka berikut jurnal depresiasi untuk tahun 2021.
11.000.000
Kasus 2: Pada akhir 2019, PT Ceria menguji mesin untuk penurunan nilai. Mesin
tersebut memiliki nilai tercatat $200.000 dan estimasi sisa masa manfaat selama 5
tahun. Karena nilai wajar mesin tidak tersedia, PT Ceria memutuskan jumlah
terpulihkan mesin harus didasarkan pada nilai pakai. Perusahaan menggunakan tarif
diskonto 8%. Analisis perusahaan menunjukkan bahwa arus kas masa depan akan
menjadi $40.000 setiap tahun selama 5 tahun, dan terdapat nilai sisa sebesar $10.000
pada akhir tahun kelima. Diasumsikan semua arus kas terjadi pada akhir tahun.
CV Bahagia membeli peralatan pada tanggal 2 Januari 2019 seharga Rp600.000.000. Pada tanggal 31 Desember 2019, diasumsikan terdapat kerugian penurunan
Peralatan tersebut memiliki masa manfaat tiga tahun, tanpa nilai sisa, serta disusutkan nilai sebesar Rp20.000.000, maka jurnalnya sebagai berikut.
dengan metode garis lurus. Berikut ini tabel penyusutan peralatan perusahaan
Setelah terjadi impairment di atas, maka nilai tercatat peralatan per 31 Desember 2019 Pada akhir tahun 2020, diketahui bahwa jumlah terpulihkan peralatan
menjadi Rp380.000.000 (Rp400.000.000-20.000.000) sehingga beban penyusutan peralatan sebesar Rp200.000.000 dimana jumlah tersebut lebih besar daripada nilai
untuk tahun 2020 dan 2021 berubah sebagai berikut. tercatat peralatan (Rp190.000.000). Atas hal ini, perusahaan membuat jurnal
pemulihan atas kerugian penurunan nilai sebagai berikut.
Tahun Beban Depresiasi Nilai Tercatat
2020 190.000.000 (380.000.000/2) Rp190.000.000 Accumulated Depreciation—Equipment 10.000.000
2021 190.000.000 (380.000.000/2) 0 Recovery of Impairment Loss 10.000.000
o Akun Recovery of Loss on Impairment dicatat dalam pendapatan dan beban lain-lain (other income and expense) pada laporan laba rugi (income statement). Dengan adanya
jurnal di atas, maka nilai tercatat peralatan menjadi Rp200.000.000 (Rp190.000.000 + Rp10.000.000).
o Aturan umum (the general rule) terkait pembalikan kerugian penurunan nilai adalah jumlah pemulihan kerugian penurunan nilai (recovery of the loss) terbatas pada jumlah
tercatat yang akan dihasilkan jika penurunan nilai belum terjadi. Pada kasus CV Bahagia di atas, jumlah tercatat peralatan perusahaan pada akhir tahun 2020 jika tidak
terdapat penurunan nilai adalah Rp200.000.000. Dengan demikian, jumlah recovery of loss on impairment sebesar Rp10.000.000 merupakan jumlah maksimal yang diizinkan
karena jika lebih dari Rp10.000.000 maka jumlah tercatat peralatan menjadi lebih besar dari nilai tercatat awal sebelum terjadi penurunan nilai, yaitu sebesar
Rp200.000.000.
4. Penurunan Nilai (Impairments)
Penurunan Nilai pada Unit Penghasil Kas (Cash-Generating Units)
o Dalam beberapa kasus, tidak mungkin untuk mengukur penurunan nilai suatu aset karena aset tersebut tidak
bisa berdiri sendiri dalam menghasilkan arus kas, melainkan harus digabung dengan aset lain.
o Perusahaan harus dapat mengidentifikasi unit penghasil kas (cash-generating units), yaitu kelompok aset
terkecil teridentifikasi yang menghasilkan arus kas masuk secara independen dari arus kas masuk dari aset
atau kelompok aset lain.
o Contoh yang tercantum dalam PSAK 48: suatu entitas pertambangan memiliki jalur kereta api privat untuk
mendukung aktivitas pertambangannya. Jalur kereta api privat tersebut dapat dijual hanya sebesar nilai
sisanya dan tidak menghasilkan arus kas masuk yang sebagian besar independen dari arus kas tersebut. Dari
kasus tersebut, untuk menentukan jumlah penurunan nilai dari jalur kereta privat, tidak mungkin untuk
mengestimasi jumlah terpulihkan dari jalur kereta privat karena nilai pakainya tidak dapat ditentukan dan
kemungkinan berbeda dari nilai sisanya. Oleh karena itu, entitas mengestimasi jumlah terpulihkan dari unit
penghasil kas dimana jalur kereta privat tercakup di dalamnya. Dalam hal ini, yang menjadi unit penghasil kas
adalah pertambangan secara keseluruhan.
4. Penurunan Nilai (Impairments)
Penurunan Nilai pada Aset yang Akan Dilepas