Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEORI-TEORI STRUKTUR MODAL


Dosen Pengampu:
Dr. Anggita Langgeng Wijaya, S.E., M.Si., Ak. C.A

KELOMPOK 4
1. Melani Puri Anggraeni (2103102161)
2. Adinda Maratusholikhah (2103102163)
3. Linda Ayu Ristianti (2103102267)
4. Osha Adha Wahyudi (2103102271)

KELAS 4H
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI MANAJEMEN
UNIVERSITAS PGRI MADIUN
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Teori-teori Struktur Modal" dengan tepat
waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan II.
Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang pengaruh perubahan
struktur modal terhadap nilai perusahaan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Anggita Langgeng Wijaya, S.E.,
M.Si., Ak. C.A. selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Keuangan II. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan
saran yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya saya sebagai penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca dan juga penulis.

Madiun, 25 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
A. Pengertian Struktur Modal....................................................................................................2
B. Teori Struktur Modal............................................................................................................2
C. Menentukan Struktur Modal yang Optimal..........................................................................6
D. Keputusan Struktur Modal....................................................................................................7
E. Faktor-faktor yang Menentukan Pemilihan Struktur Modal................................................8
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................11
A. Kesimpulan.........................................................................................................................11
B. Saran...................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya sejalan dengan pengembangan
yang dialami, selalu membutuhkan tambahan modal. Pada saat perusahaan didirikan,
pemilik bisa menentukan sumber modal apa yang dipakai, apakah semuanya bersumber
dari modal saham biasa atau perlu ada hutang jangka panjang. Setiap keputusan yang
diambil tentang sumber modal selalu ada dampaknya. Misalnya bila sumber modal
saham biasa ada kewajiban membayar dividen dan keputusan-keputusan kebijakan atau
pengelolaan dari pemegang saham perlu diperhatikan.
Bila sumber modal dari saham preferen ada kewajiban membayar dividen yang
harus diprioritaskan demikian pula dalam keadaan perusahaan dilikuidasi maka
pemegang saham preferen akan didahulukan pengembalian nilai sahamnya. Jika sumber
modal berasal dari hutang jangka panjang ada kewajiban membayar bunga dan
pengembalian nilai sahamnya. Jika sumber modal berasal dari hutang jangka panjang
ada kewajiban membayar bunga dan pengembalian hutang pada saat jatuh tempo.
Dengan demikian, ada pertimbangan-pertimbangan tertentu dari perusahaan
dalam mengatur perpaduan sumber modal mana akan dipakai. Misalnya suatu
perusahaan tidak menyukai manajemen perusahaannya dikelola oleh banyak pemilik,
karena itu keputusan sumber modal yang dipakai untuk pengembangan berikut adalah
dari hutang jangka panjang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian struktur modal?
2. Bagaimana teori tentang struktur modal?
3. Bagaimana menentukan struktur modal yang optimal?
4. Apa keputusan dari struktur modal?
5. Apa saja faktor-faktor yang menentukan pemilihan struktur modal?

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Struktur Modal


Struktur modal adalah bauran atau perpaduan daur hutang jangka panjang saham
preferen dan saham biasa. Struktur modal yang ditargetkan adalah perpaduan antara
hutang, saham preferen, saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur
modalnya, sedangkan struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang
mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga
memaksimumkan harga saham.
Tujuan manajemen struktur modal adalah memadukan sumber dana permanen
yang digunakan perusahaan dengan cara yang akan memaksimumkan harga saham
perusahaan. Sebaliknya, tujuan ini bisa dipandang sebagai pencarian terhadap paduan
dana yang akan meminimalkan campuran biaya modal perusahaan. Kita dapat menyebut
paduan sumber dana yang tepat ini struktur modal optimal.

B. Teori Struktur Modal


1. Pendekatan Laba Operasi Bersih
Satu pendekatan terhadap penilaian laba perusahaan dikenal sebagai pendekatan
laba operasi bersih (net operating income, NOI). Melalui pendekatan ini, laba
operasi bersih didiskon pada tingkat kapitalisasi total perusahaan untuk memperoleh
nilai total pasar perusahaan. Nilai pasar pinjaman kemudian dikurangi dari nilai total
pasar untuk memperoleh nilai pasar saham biasa. Penggunaan pendekatan ini
mengakibatkan tingkat kapitalisasi total serta biaya dana pinjaman tetap sama
walaupun digunakan pengungkit keuangan yang diukur sebagai B/S.
Asumsi kritis pada pendekatan ini adalah ko bersifat konstan, berapa pun jumlah
pengungkit keuangan. Pasar mengkapitalisasi laba operasi bersih perusahaan dan
menentukan nilai keseluruhan perusahaan. Akibatnya, bauran pendanaan hutang dan
ekuitas menjadi tidak penting. Peningkatan pendanaan hutang yang seharusnya lebih
murah diimbangi oleh peningkatan tingkat pengembalian ekuitas yang diminta, ke.
Maka rata-rata tertimbang ke dan ki tetap sama, walaupun pengungkit keuangan

v
berubah. Pada saat perusahaan meningkatkan penggunaan pengungkit keuangannya,
risiko perusahaan semakin meningkat dan investor meningkatkan tingkat
pengembalian ekuitas secara langsung untuk menyesuaikan peningkatan rasio
hutang terhadap ekuitas. Sepanjang ki tidak berubah. Ke merupakan fungsi linier
konstan rasio hutang terhadap ekuitas. Karena biaya modal perusahaan, ko, tidak
dapat diubah melalui pengungkit keuangan, maka pendekatan laba operasi bersih
secara implisit membuktikan tidak ada struktur modal yang optimal.
Sejauh ini, pembahasan laba operasi bersih hanya dilakukan dalam batasan
definisi. Namun pembahasan masih memiliki kekurangan dalam menjelaskan
perilaku penting yang dimiliki laba operasi bersih. Modigliani dan Miller, dua ahli
teori keuangan pemenang penghargaan Nobel, memberikan dukungan atas perilaku
pemisahan penilaian total dan biaya modal perusahaan dari struktur modalnya.
Pembahasan tersebut diawali dengan pengkajian pendekatan tradisional terhadap
struktur modal dan penilaiannya.
2. Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional terhadap struktur dan penilaian modal mengasumsikan
adanya struktur modal optimal dan manajemen dapat meningkatkan nilai total
perusahaan melalui penggunaan pengungkit keuangan. Pendekatan ini menyatakan
perusahaan pada awalnya dapat mengurangi biaya modalnya dan meningkatkan nilai
totalnya melalui pengembalian ekuitas yang diminta, peningkatan ke tidak
sepenuhnya mengimbangi manfaat yang diperoleh dari pendanaan hutang yang lebih
murah. Dengan semakin seringnya dilakukan pengungkitan keuangan, investor
secara meningkat menghukum tingkat pengembalian perusahaan hingga akhirnya
pengaruh ini dapat mengimbangi manfaat pendanaan yang lebih murah.
Satu variasi pendekatan tradisional, di mana ke diasumsikan akan meningkat
pada tingkat yang lebih cepat dengan pengungkit keuangan, sedangkan ki
diasumsikan akan meningkat hanya setelah peningkatan pengungkit keuangan dalam
jumlah besar. Awalnya, rata-rata tertimbang biaya modal menurun dengan
penggunaan pengungkit keuangan yang tidak terlalu besar. Sampai pada titik
tertentu, peningkatan dapat lebih mengimbangi penggunaan dana hutang yang lebih
murah dalam struktur modal, sehingga ko mulai mengalami peningkatan.

vi
Peningkatan ko ini selanjutnya memperoleh dukungan pada saat ki mulai meningkat.
Struktur modal optimal adalah titik di mana ko berada pada titik terendah.
Pada posisi struktur modal optimal tersebut, tidak hanya rata-rata tertimbang
biaya modal perusahaan mencapai titik terendah, namun total nilai perusahaan juga
mencapai titik tertinggi. Hal ini disebabkan semakin rendah tingkat kapitalisasi, ko,
yang digunakan pada arus laba operasi bersih perusahaan, semakin tinggi nilai
serang bersih arus tersebut. Oleh karena itu, pendekatan tradisional struktur modal
menunjukkan bahwa: (1) biaya modal bergantung pada struktur modal perusahaan
dan (2) terdapat struktur modal optimal.
3. Nilai Perusahaan, Biaya Agensi, Teori Tradeoff Statis, dan Teori Pecking
Order
Masalah agensi merupakan konflik antarkelompok. Pemilik (pemegang saham),
manajer perusahaan, dan karyawan. Ada perbedaan kepentingan antara ketiga
kelompok tersebut. Di sini akan timbul pertentangan antara kepentingan individu
dengan kepentingan perusahaan. Ada kecenderungan manajer lebih mementingkan
tujuan individu daripada tujuan perusahaan. Timbulnya pertentangan ini antara lain:
a) Apabila perusahaan memiliki free cashflows yang sangat besar.
b) Apabila ada transaksi akuisisi atau pembelian sebuah perusahaan oleh
perusahaan besar dengan menggunakan utang yang bisa disebut sebagai
leveraged buy out (LBO).
Masalah agensi akan menimbulkan biaya agensi, yang cenderung terjadi dalam
organisasi bisnis karena kepemilikan dan kontrol manajemen sering terpisah. Maka
manajer perusahaan dapat dianggap agen bagi pemegang saham perusahaan. Untuk
memastikan bahwa manajer-agen bertindak untuk kepentingan pemegang saham,
perlu dipastikan mereka memiliki: (1) insentif yang tepat untuk melakukan itu, dan
(2) keputusan mereka dimonitor. Insentif biasanya berbentuk rencana kompensasi
eksekutif dan penghasilan tambahan. Penghasilan tambahan bisa jadi menambah
staf pendukung, keanggotaan country club, pesawat perusahaan yang mewah, atau
hal lain yang senada. Untuk memonitor diperlukan biaya tertentu yang ditanggung
pemegang saham, seperti (1) mengikat manajer, (2) mengaudit laporan keuangan,
(3) menyusun organisasi dengan unik agar membatasi keputusan manajerial yang

vii
berguna, dan (4) meninjau kembali biaya dan keuntungan penghasilan tambahan
manajer. Daftar ini indikatif dan tidak terbatas. Intinya adalah biaya monitor pasti
ditutup oleh pemilik perusahaan-pemegang sahamnya.
Manajemen struktur modal juga menimbulkan biaya agensi. Masalah agensi
berakar pada konflik kepentingan, dan manajemen struktur modal meliputi konflik
antara pemegang saham dan pemegang obligasi. Bertindak atas kepentingan
pemegang saham bisa menyebabkan manajemen menginvestasi dalam proyek yang
sangat berisiko. Investor yang ada dalam obligasi perusahaan dapat dengan logis tak
menyukai kebijaksanaan investasi seperti itu. Perubahan dalam struktur risiko aset
perusahaan akan mengubah risiko yang dihadapi perusahaan. Ini dapat mengarah
pada revisi yang buruk atas peringkat obligasi perusahaan selama ini. Peringkat
obligasi yang menurun akibatnya menurunkan nilai pasar obligasi perusahaan.
Jelas, pemegang obligasi akan tak senang dengan hasilnya.
Untuk mengurangi konflik kepentingan ini, kreditur (investor obligasi) dan
pemegang saham mungkin setuju memasukkan aturan pembatas dalam kontrak
obligasi. Aturan biasanya membatasi pembayaran dividen tunai atas saham biasa.
Untuk memastikan bahwa aturan protektif diikuti manajemen berarti biaya monitor
muncul. Seperti biaya monitor lainnya, ditanggung oleh pemegang saham biasa.
Selanjutnya, seperti biaya lain, melibatkan analisis tradeoff yang penting.
a) Tanpa aturan obligasi yang protektif banyak aturan obligasi yang protektif.
b) Tingkat bunga tinggi tingkat bunga rendah.
c) Biaya monitor rendah biaya monitor tinggi.
d) Tak ada efisiensi operasi yang hilang banyak efisiensi operasi yang hilang.
Gambaran tersebut menunjukkan beberapa tradeoff dalam penggunaan aturan
obligasi protektif. Tetapi perusahaan mungkin bisa menjual obligasi yang tak
memiliki aturan protektif hanya dengan menerapkan tingkat bunga yang sangat
tinggi. Tanpa aturan protektif, tak ada biaya monitor. Juga, tak ada efisiensi operasi
yang hilang, seperti bisa bergerak cepat untuk mendapatkan perusahaan tertentu di
pasar akuisisi. Sebaliknya, kemauan memasukkan beberapa aturan dapat
mengurangi biaya eksplisit kontrak utang, tapi akan melibatkan biaya monitor yang
nyata dan kehilangan sedikit efisiensi operasi (yang juga berarti biaya yang lebih

viii
tinggi). Maka saat penerbitan utang pertama dijual, tradeoff akan terjadi di antara
biaya monitor, kehilangan efisiensi operasi, dan menikmati biaya bunga eksplisit
yang lebih rendah.
Myers dengan ringkas mengikhtisarkan teori pecking order struktur modal
dengan 4 poin:
1. Perusahaan menerapkan kebijaksanaan dividen untuk kesempatan
investasi.
2. Perusahaan lebih suka mendanai kesempatan investasi dengan dana yang
sepenuhnya dari dalam dulu, lalu modal keuangan eksternal akan dicari.
3. Saat pendanaan eksternal dibutuhkan, perusahaan akan pertama memilih
menerbitkan sekuritas utang, menerbitkan sekuritas jenis modal akan
dilakukan terakhir.
4. Dengan semakin banyaknya dana eksternal dibutuhkan untuk mendanai
proyek dengan nilai sekarang positif, pendapatan pecking order akan
diikuti. Ini berarti lebih menyukai utang yang lebih berisiko, artinya pada
konvertibel, modal preferen, dan modal biasa sebagai pilihan terakhir.

C. Menentukan Struktur Modal yang Optimal


Leverage keuangan adalah suatu ukuran yang menunjukkan sampai sejauh mana
hutang dan saham preferen digunakan dalam struktur modal perusahaan. Leverage
perusahaan akan mempengaruhi laba per lembar saham, tingkat risiko, dan harga saham.
Nilai perusahaan yang tidak mempunyai hutang untuk pertama kali akan naik pada saat
kebutuhan akan tambahan modal dipenuhi oleh hutang dan nilai tersebut kemudian akan
mencapai puncaknya dan akhirnya nilai itu akan menurun setelah hutang berlebihan.
Jika demikian, untuk selanjutnya hutang akan digunakan untuk menggantikan
ekuitas sampai berapa jumlahnya. Dalam keputusan semacam itu struktur modal yang
dipilih haruslah yang memaksimumkan harga saham perusahaan.
Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya mengutamakan
pemenuhan dengan sumber dana dari dalam perusahaan, maka hal ini dapat
menyebabkan berkurangnya ketergantungan kepada pihak luar. Apabila kebutuhan dana
sudah tidak dapat dipenuhi oleh sumber dana dari perusahaan, maka perusahaan harus

ix
menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan. Baik dari hutang maupun dengan
mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan dananya.
Apabila dalam pemenuhan dana dari sumber ekstern tersebut lebih
mengutamakan hutang, maka ketergantungan kepada pihak luar akan semakin besar dan
risiko finansial juga semakin besar. Sebaliknya, apabila lebih mengutamakan pada
saham, maka biayanya akan sangat mahal karena biaya penggunaan dana yang berasal
dari saham baru akan lebih mahal dari sumber dana lainnya karena adanya flotation
cost.
Oleh karena itu, maka pola diusahakan adanya keseimbangan yang optimal
antara kedua sumber tersebut. Dalam keadaan bagaimanapun perusahaan sebaiknya
jangan memunyai hutang yang lebih besar daripada jumlah modal sendiri., sehingga
modal yang dijamin tidak lebih besar dari modal yang menjadi jaminannya.
Menurut konsep cost of capital, perusahaan harus mengusahakan agar dapat
mencapai struktur modal yang optimal, yakni struktur modal yang dapat meminimalkan
biaya penggunaan modal rata-rata di mana besarnya average cost of capital tergantung
pada proporsi masing-masing sumber dana tersebut.
Van Horne menyatakan: kalau ingin meningkatkan harga per saham, maka
terlebih dahulu harus mengusahakan biaya modal perusahaan menjadi seminimal
mungkin untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham perusahaan.
Suatu struktur modal yang optimal sangat penting bagi suatu perusahaan dan ini
menurut pendapat Weston dan Copeland (1992: 565) mengenai struktur moda, yaitu: “if
there is an optimal capital sructure for a company it will minimize the opportunity cost
of capital”.
Dari semua uraian di atas, dapat diketahui bahwa bila ingin memaksimumkan
harga per saham maka harus mengoptimalkan struktur modal perusahaan tersebut
dengan berusaha keras supaya biaya modal menjadi seminimum mungkin jumlahnya.

D. Keputusan Struktur Modal


Dalam teori, struktur modal yang optimal adalah struktur di mana biaya marginal
riil baik berupa eksplisit dari masing-masing sumber pembelanjaan adalah sama (Erich;
1981). Hal ini menuntut kehati-hatian para manajer keuangan untuk menentukan

x
struktur modal yang tepat agar dalam praktiknya tidak berdampak negatif.
Masalah utama dalam menentukan struktur modal yaitu menaksir biaya implisit
sumber pembelanjaan bukan modal sendiri. Perlu diingat bahwa dari berbagai metode
untuk menentukan struktur modal suatu perusahaan tidak satu pun yang bisa dianggap
sempurna. Oleh karena itu, diperlukannya informasi yang cukup untuk mengambil
keputusan yang rasional dengan pandangan positif bahwa kita mampu menentukan
struktur modal yang tepat.

E. Faktor-faktor yang Menentukan Pemilihan Struktur Modal


1. Lokasi Distribusi Keuntungan
Lokasi distribusi keuntungan adalah seberapa besar nilai yang diharapkan
dari keuntungan perusahaan. Semakin besar nilai yang diharapkan dari
keuntungan, dengan penyimpangan yang sama, maka semakin kecil
kemungkinan mendapatkan kerugian.
2. Stabilitas Penjualan Dan Keuntungan
Bahwa semakin stabil keuntungan, berarti semakin kecil pinjaman karena
bertambah besarnya kemungkinan perusahaan mampu untuk memenuhi
kewajiban tetapnya.
3. Kebijakan Dividen
Implikasi bahwa banyak perusahaan yang mencoba menggunakan
kebijakan dividen dalam jumlah yang konstan akan langsung dirasakan bagi
manajer keuangan, yaitu dengan menyediakan dana untuk membayar jumlah
dividen yang tetap. Semakin tinggi tingkat leveragenya, semakin besar
kemungkinan perusahaan tidak bisa membayar dividen dalam jumlah yang tetap.
4. Pengendalian
Penggunaan hutang yang agak tinggi daripada mengeluarkan saham baru
dianggap lebih menguntungkan dengan alasan kepemilikan. Hal ini bisa jadi
menyebabkan pihak yang semula memiliki sebagian besar saham dengan
pengeluaran saham baru akan menjadi berkurang bagiannya dan akan
mengurangi penguasaan atas perusahaan.
5. Risiko Kebangkrutan

xi
Menurut Hlim dan Sarwoko (1995), pada pasar modal sempurna, risiko
kebangkrutan, aktiva dapat dijual sesuai dengan nilai ekonomisnya dan
dibagikan sesuai dengan klaim. Pada pasar yang kurang sempurna dan tidak
diperhitungkan biaya kebangkrutan, pada saat perusahaan mengalami
kebangkrutan akan menyebabkan aktiva dijual di bawah nilai ekonomisnya.
Biaya administrasi menyebabkan penerimaan pemegang saham menjadi
berkurang.
6. Stabilitas penjualan
Bagi perusahaan yang memiliki tingkat penjualan yang stabil tiap
tahunnya boleh memiliki hutang yang besar dengan risiko menanggung biaya
tetap yang tinggi.
7. Struktur Aktiva
Aktiva dapat digunakan sebagai jaminan peminjaman hutang dalam
jumlah besar.
8. Elastisitas Operasi
Elastisitas operasi rendah yang dimiliki perusahaan lebih memungkinkan
untuk memanfaatkan hutang keuangan.
9. Tingkat Pertumbuhan
Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat, wajib
mengandalkan modal eksternal dalam bentuk obligasi daripada saham yang
memiliki biaya pengembangan yang tinggi.
10. Profitabilitas
Perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian investasi tinggi
cenderung memiliki hutang dalam jumlah kecil. Tingkat pengembalian yang
tinggi dapat digunakan sebagai permodalan dalam bentuk laba ditahan.
11. Pajak
Tambahan tarif pajak suatu perusahaan akan lebih bak dalam
menggunakan permodalan hutang.
12. Kendali
Pengendalian terhadap penggunaan hutang dalam perusahaan perlu
dipertimbangkan, apabila menggunakan jumlah hutang yang sedikit, manajemen

xii
menghadapi risiko pengambilalihan oleh perusahaan lain dan jika terlalu banyak,
dihadapkan pada masalah kegagalan memenuhi kewajiban.
13. Sikap Manajemen
Sikap manajemen yang cenderung konservatif atau sebaliknya dalam
menggunakan hutang akan sedikit banyak mempengaruhi harga saham.
14. Sikap Kreditur
Penentuan struktur modal yang tepat di tentukan oleh sikap manajemen
dalam menyikapi kreditur. Peminjaman dana lebih dapat membuat keengganan
debitur atau pemberian dengan tingkat suku bunga yang tinggi.
15. Kondisi Pasar
Perubahan jangka pendek dan jangka panjang kondisi di pasar saham dan
obligasi akan mempengaruhi struktur modal optimal suatu perusahaan.
16. Kondisi Internal Perusahaan
Kondisi internal perusahaan akan ikut mempengaruhi target struktur
modal. Bagi perusahaan baru, estimasi laba besar dimasa yang akan datang
belum mencerminkan harga saham. Penggunaan hutang sampai laba terlearisir
dan tercermin dalam harga saham, mengemisi, melunasi hutang dan kembali
pada target struktur modal.

xiii
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Struktur modal adalah bauran atau perpaduan daur hutang jangka panjang saham
preferen dan saham biasa. Struktur modal yang ditargetkan adalah perpaduan antara
hutang, saham preferen, saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur
modalnya, sedangkan struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang
mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga
memaksimumkan harga saham.
Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya mengutamakan
pemenuhan dengan sumber dana dari dalam perusahaan, maka hal ini dapat
menyebabkan berkurangnya ketergantungan kepada pihak luar. Apabila kebutuhan dana
sudah tidak dapat dipenuhi oleh sumber dana dari perusahaan, maka perusahaan harus
menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan. Baik dari hutang maupun dengan
mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan dananya.

B. Saran
Masalah utama dalam menentukan struktur modal yaitu menaksir biaya implisit
sumber pembelanjaan bukan modal sendiri. Perlu diingat bahwa dari berbagai metode
untuk menentukan struktur modal suatu perusahaan tidak satu pun yang bisa dianggap
sempurna. Oleh karena itu, diperlukannya informasi yang cukup untuk mengambil
keputusan yang rasional dengan pandangan positif bahwa kita mampu menentukan
struktur modal yang tepat.

xiv
DAFTAR PUSTAKA

Aliansyah, Noor. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai. Jurnal Usahawan No. 01 TH XXX
Januari 2001.

Astuti, Dewi. 2004. Manaan. Bandung: Ghalia Indonesia.

Hadisoebroto, Andreas E. Penentuan Struktur Modal Untuk Mencapai Biaya Modal Minimum
dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Widya Manajemen dan
Akuntansi, Vol. 4 No. 1 April 2004.

Hartono. Kebijakan Struktur Modal: Pengujian Tradeoff Theory dan Pecking Order Theory.
Jurnal Perspektif, Vol. 8, No. 2, Desember 2003

Haymans Manurung, Adler. Teori Struktur Modal: Sebuah Survei. Jurnal Usahawan N 4 TH
XXXIII April 2004

Keown, Arthur J. 2000. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Roni Setyawan, Ignatius. Simultanitas Keputusan Dividen dan Struktur Modal: Suatu Tinjauan
Teoritik. Jurnal Usahawan No 01 Th XXX Januari 2001.

Sjahrial, Dermawan. 2006. Pengantar Manajemen Keuangan. Bogor: Mitra Wacana Media.

Van Horne, James. 1998. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

xv

Anda mungkin juga menyukai