Anda di halaman 1dari 13

Langsung ke isi

Lala Dokumen

We Have a Dream

Menu

Home » Download » Makalah » Struktur Modal

Makalah Struktur Modal

Makalah Struktur Modal

Oleh Keyra Decequeen

Bagikan:

WhatsApp

Facebook

Twitter

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis panjatkan puja
dan puji syukur atas ke hadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Struktur Modal Keuangan ini tepat pada
waktunya.

Makalah tentang Struktur Modal Keuangan ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi
penulis dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, 17 Agustus 1945


Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Struktur Modal

B. Teori Struktur Modal

1. Pendekatan Laba Operasi Bersih

2. Pendekatan Tradisional

3. Nilai Perusahaan, Biaya Agensi, Teori Tradeoff Statis, dan Teori Pecking Order

C. Menentukan Struktur Modal yang Optimal

D. Keputusan Struktur Modal

E. Faktor-faktor yang Menentukan Pemilihan Struktur Modal

1. Lokasi Distribusi Keuntungan

2. Stabilitas Penjualan dan Keuntungan

3. Kebijakan Dividen

4. Pengendalian

5. Risiko Kebangkrutan

6. Stabilitas Penjualan

7. Struktur Aktiva

8. Elastisitas Operasi

9. Tingkat Pertumbuhan
10. Profitabilitas

11. Pajak

12. Kendali

13. Sikap Manajemen

14. Sikap Kreditur

15. Kondisi Pasar

16. Kondisi Internal Perusahaan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya sejalan dengan pengembangan yang dialami, selalu
membutuhkan tambahan modal. Pada saat perusahaan didirikan, pemilik bisa menentukan sumber
modal apa yang dipakai. Apakah semuanya bersumber dari modal saham biasa atau perlu ada hutang
jangka panjang. Setiap keputusan yang diambil tentang sumber modal selalu ada dampaknya. Misalnya
bila sumber modal saham biasa ada kewajiban membayar dividen dan keputusan-keputusan kebijakan
atau pengelolaan dari pemegang saham perlu diperhatikan.

Bila sumber modal dari saham preferen ada kewajiban membayar dividen yang harus diprioritaskan
demikian pula dalam keadaan perusahaan dilikuidasi maka pemegang saham preferen akan didahulukan
pengembalian nilai sahamnya. Jika sumber modal berasal dari hutang jangka panjang ada kewajiban
membayar bunga dan pengembalian nilai sahamnya. Jika sumber modal berasal dari hutang jangka
panjang ada kewajiban membayar bunga dan pengembalian hutang pada saat jatuh tempo.

Dengan demikian, ada pertimbangan-pertimbangan tertentu dari perusahaan dalam mengatur


perpaduan sumber modal mana akan dipakai. Misalnya suatu perusahaan tidak menyukai manajemen
perusahaannya dikelola oleh banyak pemilik, karena itu keputusan sumber modal yang dipakai untuk
pengembangan berikut adalah dari hutang jangka panjang.

B. Rumusan Masalah
Apa pengertian struktur modal?

Bagaimana teori tentang struktur modal?

Bagaimana menentukan struktur modal yang optimal?

Apa keputusan dari struktur modal?

Apa saja faktor-faktor yang menentukan pemilihan struktur modal?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Struktur Modal

Struktur modal adalah bauran atau perpaduan daur hutang jangka panjang saham preferen dan saham
biasa. Struktur modal yang ditargetkan adalah perpaduan antara hutang, saham preferen, saham biasa
yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya. Sedangkan struktur modal yang optimal adalah
struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga
memaksimumkan harga saham.

Tujuan manajemen struktur modal adalah memadukan sumber dana permanen yang digunakan
perusahaan dengan cara yang akan memaksimumkan harga saham perusahaan. Sebaliknya, tujuan ini
bisa dipandang sebagai pencarian terhadap paduan dana yang akan meminimalkan campuran biaya
modal perusahaan. Kita dapat menyebut paduan sumber dana yang tepat ini struktur modal optimal.

B. Teori Struktur Modal

1. Pendekatan Laba Operasi Bersih

Satu pendekatan terhadap penilaian laba perusahaan dikenal sebagai pendekatan laba operasi bersih
(net operating income, NOI). Melalui pendekatan ini, laba operasi bersih didiskon pada tingkat
kapitalisasi total perusahaan untuk memperoleh nilai total pasar perusahaan. Nilai pasar pinjaman
kemudian dikurangi dari nilai total pasar untuk memperoleh nilai pasar saham biasa. Penggunaan
pendekatan ini mengakibatkan tingkat kapitalisasi total serta biaya dana pinjaman tetap sama walaupun
digunakan pengungkit keuangan yang diukur sebagai B/S.

Asumsi kritis pada pendekatan ini adalah ko bersifat konstan, berapa pun jumlah pengungkit keuangan.
Pasar mengkapitalisasi laba operasi bersih perusahaan dan menentukan nilai keseluruhan perusahaan.
Akibatnya, bauran pendanaan hutang dan ekuitas menjadi tidak penting. Peningkatan pendanaan hutang
yang seharusnya lebih murah diimbangi oleh peningkatan tingkat pengembalian ekuitas yang diminta,
ke. Maka rata-rata tertimbang ke dan ki tetap sama, walaupun pengungkit keuangan berubah. Pada saat
perusahaan meningkatkan penggunaan pengungkit keuangannya, risiko perusahaan semakin meningkat
dan investor meningkatkan tingkat pengembalian ekuitas secara langsung untuk menyesuaikan
peningkatan rasio hutang terhadap ekuitas. Sepanjang ki tidak berubah. Ke merupakan fungsi linier
konstan rasio hutang terhadap ekuitas. Karena biaya modal perusahaan, ko, tidak dapat diubah melalui
pengungkit keuangan, maka pendekatan laba operasi bersih secara implisit membuktikan tidak ada
struktur modal yang optimal.

Sejauh ini, pembahasan laba operasi bersih hanya dilakukan dalam batasan definisi. Namun pembahasan
masih memiliki kekurangan dalam menjelaskan perilaku penting yang dimiliki laba operasi bersih.
Modigliani dan Miller, dua ahli teori keuangan pemenang penghargaan Nobel, memberikan dukungan
atas perilaku pemisahan penilaian total dan biaya modal perusahaan dari struktur modalnya.
Pembahasan tersebut diawali dengan pengkajian pendekatan tradisional terhadap struktur modal dan
penilaiannya.

2. Pendekatan Tradisional

Pendekatan tradisional terhadap struktur dan penilaian modal mengasumsikan adanya struktur modal
optimal dan manajemen dapat meningkatkan nilai total perusahaan melalui penggunaan pengungkit
keuangan. Pendekatan ini menyatakan perusahaan pada awalnya dapat mengurangi biaya modalnya dan
meningkatkan nilai totalnya melalui pengembalian ekuitas yang diminta. Peningkatan ke tidak
sepenuhnya mengimbangi manfaat yang diperoleh dari pendanaan hutang yang lebih murah. Dengan
semakin seringnya dilakukan pengungkitan keuangan, investor secara meningkat menghukum tingkat
pengembalian perusahaan hingga akhirnya pengaruh ini dapat mengimbangi manfaat pendanaan yang
lebih murah.

Satu variasi pendekatan tradisional, di mana ke diasumsikan akan meningkat pada tingkat yang lebih
cepat dengan pengungkit keuangan. Sedangkan ki diasumsikan akan meningkat hanya setelah
peningkatan pengungkit keuangan dalam jumlah besar. Awalnya, rata-rata tertimbang biaya modal
menurun dengan penggunaan pengungkit keuangan yang tidak terlalu besar. Sampai pada titik tertentu,
peningkatan dapat lebih mengimbangi penggunaan dana hutang yang lebih murah dalam struktur
modal, sehingga ko mulai mengalami peningkatan. Peningkatan ko ini selanjutnya memperoleh
dukungan pada saat ki mulai meningkat. Struktur modal optimal adalah titik di mana ko berada pada titik
terendah.

Pada posisi struktur modal optimal tersebut, tidak hanya rata-rata tertimbang biaya modal perusahaan
mencapai titik terendah, namun total nilai perusahaan juga mencapai titik tertinggi. Hal ini disebabkan
semakin rendah tingkat kapitalisasi, ko, yang digunakan pada arus laba operasi bersih perusahaan,
semakin tinggi nilai serang bersih arus tersebut. Oleh karena itu, pendekatan tradisional struktur modal
menunjukkan bahwa: (1) biaya modal bergantung pada struktur modal perusahaan dan (2) terdapat
struktur modal optimal.

3. Nilai Perusahaan, Biaya Agensi, Teori Tradeoff Statis, dan Teori Pecking Order

Masalah agensi merupakan konflik antarkelompok, pemilik (pemegang saham), manajer perusahaan,
dan karyawan. Ada perbedaan kepentingan antara ketiga kelompok tersebut. Di sini akan timbul
pertentangan antara kepentingan individu dengan kepentingan perusahaan. Ada kecenderungan
manajer lebih mementingkan tujuan individu daripada tujuan perusahaan. Timbulnya pertentangan ini
antara lain:

Apabila perusahaan memiliki free cashflows yang sangat besar.

Apabila ada transaksi akuisisi atau pembelian sebuah perusahaan oleh perusahaan besar dengan
menggunakan utang yang bisa disebut sebagai leveraged buy out (LBO).

Masalah agensi akan menimbulkan biaya agensi, yang cenderung terjadi dalam organisasi bisnis karena
kepemilikan dan kontrol manajemen sering terpisah. Maka manajer perusahaan dapat dianggap agen
bagi pemegang saham perusahaan. Untuk memastikan bahwa manajer agen bertindak untuk
kepentingan pemegang saham, perlu dipastikan mereka memiliki: (1) insentif yang tepat untuk
melakukan itu, dan (2) keputusan mereka dimonitor. Insentif biasanya berbentuk rencana kompensasi
eksekutif dan penghasilan tambahan.

Penghasilan tambahan bisa jadi menambah staf pendukung, keanggotaan country club, pesawat
perusahaan yang mewah, atau hal lain yang senada. Untuk memonitor diperlukan biaya tertentu yang
ditanggung pemegang saham, seperti (1) mengikat manajer, (2) mengaudit laporan keuangan, (3)
menyusun organisasi dengan unik agar membatasi keputusan manajerial yang berguna, dan (4) meninjau
kembali biaya dan keuntungan penghasilan tambahan manajer. Daftar ini indikatif dan tidak terbatas.
Intinya adalah biaya monitor pasti ditutup oleh pemilik perusahaan-pemegang sahamnya.

Manajemen struktur modal juga menimbulkan biaya agensi. Masalah agensi berakar pada konflik
kepentingan, dan manajemen struktur modal meliputi konflik antara pemegang saham dan pemegang
obligasi. Bertindak atas kepentingan pemegang saham bisa menyebabkan manajemen menginvestasi
dalam proyek yang sangat berisiko. Investor yang ada dalam obligasi perusahaan dapat dengan logis tak
menyukai kebijaksanaan investasi seperti itu. Perubahan dalam struktur risiko aset perusahaan akan
mengubah risiko yang dihadapi perusahaan. Ini dapat mengarah pada revisi yang buruk atas peringkat
obligasi perusahaan selama ini. Peringkat obligasi yang menurun akibatnya menurunkan nilai pasar
obligasi perusahaan. Jelas, pemegang obligasi akan tak senang dengan hasilnya.

Untuk mengurangi konflik kepentingan ini, kreditur (investor obligasi) dan pemegang saham mungkin
setuju memasukkan aturan pembatas dalam kontrak obligasi. Aturan biasanya membatasi pembayaran
dividen tunai atas saham biasa. Untuk memastikan bahwa aturan protektif diikuti manajemen berarti
biaya monitor muncul. Seperti biaya monitor lainnya, ditanggung oleh pemegang saham biasa.
Selanjutnya, seperti biaya lain, melibatkan analisis tradeoff yang penting.

Tanpa aturan obligasi yang protektif banyak aturan obligasi yang protektif.

Tingkat bunga tinggi tingkat bunga rendah.

Biaya monitor rendah biaya monitor tinggi.

Tak ada efisiensi operasi yang hilang banyak efisiensi operasi yang hilang.
Gambaran tersebut menunjukkan beberapa tradeoff dalam penggunaan aturan obligasi protektif. Tetapi
perusahaan mungkin bisa menjual obligasi yang tak memiliki aturan protektif hanya dengan menerapkan
tingkat bunga yang sangat tinggi. Tanpa aturan protektif, tak ada biaya monitor. Juga, tak ada efisiensi
operasi yang hilang, seperti bisa bergerak cepat untuk mendapatkan perusahaan tertentu di pasar
akuisisi. Sebaliknya, kemauan memasukkan beberapa aturan dapat mengurangi biaya eksplisit kontrak
utang, tapi akan melibatkan biaya monitor yang nyata dan kehilangan sedikit efisiensi operasi (yang juga
berarti biaya yang lebih tinggi). Maka saat penerbitan utang pertama dijual, tradeoff akan terjadi di
antara biaya monitor, kehilangan efisiensi operasi, dan menikmati biaya bunga eksplisit yang lebih
rendah.

Myers dengan ringkas mengikhtisarkan teori pecking order struktur modal dengan 4 poin:

Perusahaan menerapkan kebijaksanaan dividen untuk kesempatan investasi.

Perusahaan lebih suka mendanai kesempatan investasi dengan dana yang sepenuhnya dari dalam dulu,
lalu modal keuangan eksternal akan dicari.

Saat pendanaan eksternal dibutuhkan, perusahaan akan pertama memilih menerbitkan sekuritas utang,
menerbitkan sekuritas jenis modal akan dilakukan terakhir.

Dengan semakin banyaknya dana eksternal dibutuhkan untuk mendanai proyek dengan nilai sekarang
positif, pendapatan pecking order akan diikuti. Ini berarti lebih menyukai utang yang lebih berisiko,
artinya pada konvertibel, modal preferen, dan modal biasa sebagai pilihan terakhir.

C. Menentukan Struktur Modal yang Optimal

Struktur modal keuangan adalah suatu ukuran yang menunjukkan sampai sejauh mana hutang dan
saham preferen digunakan dalam struktur modal perusahaan. Struktur modal perusahaan akan
mempengaruhi laba per lembar saham, tingkat risiko, dan harga saham. Nilai perusahaan yang tidak
mempunyai hutang untuk pertama kali akan naik pada saat kebutuhan akan tambahan modal dipenuhi
oleh hutang dan nilai tersebut kemudian akan mencapai puncaknya dan akhirnya nilai itu akan menurun
setelah hutang berlebihan.

Jika demikian, untuk selanjutnya hutang akan digunakan untuk menggantikan ekuitas sampai berapa
jumlahnya. Dalam keputusan semacam itu struktur modal yang dipilih haruslah yang memaksimumkan
harga saham perusahaan. Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya
mengutamakan pemenuhan dengan sumber dana dari dalam perusahaan, maka hal ini dapat
menyebabkan berkurangnya ketergantungan kepada pihak luar. Apabila kebutuhan dana sudah tidak
dapat dipenuhi oleh sumber dana dari perusahaan, maka perusahaan harus menggunakan dana yang
berasal dari luar perusahaan. Baik dari hutang maupun dengan mengeluarkan saham baru dalam
memenuhi kebutuhan dananya.

Apabila dalam pemenuhan dana dari sumber ekstern tersebut lebih mengutamakan hutang, maka
ketergantungan kepada pihak luar akan semakin besar dan risiko finansial juga semakin besar.
Sebaliknya, apabila lebih mengutamakan pada saham, maka biayanya akan sangat mahal karena biaya
penggunaan dana yang berasal dari saham baru akan lebih mahal dari sumber dana lainnya karena
adanya flotation cost. Oleh karena itu, maka pola diusahakan adanya keseimbangan yang optimal antara
kedua sumber tersebut. Dalam keadaan bagaimanapun perusahaan sebaiknya jangan memunyai hutang
yang lebih besar daripada jumlah modal sendiri. Sehingga modal yang dijamin tidak lebih besar dari
modal yang menjadi jaminannya.

Menurut konsep cost of capital, perusahaan harus mengusahakan agar dapat mencapai struktur modal
yang optimal, yakni struktur modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal rata-rata di
mana besarnya average cost of capital tergantung pada proporsi masing-masing sumber dana tersebut.

Van Horne menyatakan: kalau ingin meningkatkan harga per saham, maka terlebih dahulu harus
mengusahakan biaya modal perusahaan menjadi seminimal mungkin untuk meningkatkan kemakmuran
para pemegang saham perusahaan. Suatu struktur modal yang optimal sangat penting bagi suatu
perusahaan dan ini menurut pendapat Weston dan Copeland (1992: 565) mengenai struktur moda,
yaitu: “if there is an optimal capital structure for a company it will minimize the opportunity cost of
capital”.

Dari semua uraian di atas, dapat diketahui bahwa bila ingin memaksimumkan harga per saham maka
harus mengoptimalkan struktur modal perusahaan tersebut dengan berusaha keras supaya biaya modal
menjadi seminimum mungkin jumlahnya.

D. Keputusan Struktur Modal

Dalam teori, struktur modal yang optimal adalah struktur di mana biaya marginal riil baik berupa
eksplisit dari masing-masing sumber pembelanjaan adalah sama (Erich; 1981). Hal ini menuntut kehati-
hatian para manajer keuangan untuk menentukan struktur modal yang tepat agar dalam praktiknya tidak
berdampak negatif.

Masalah utama dalam menentukan struktur modal yaitu menaksir biaya implisit sumber pembelanjaan
bukan modal sendiri. Perlu diingat bahwa dari berbagai metode untuk menentukan struktur modal suatu
perusahaan tidak satu pun yang bisa dianggap sempurna. Oleh karena itu, diperlukannya informasi yang
cukup untuk mengambil keputusan yang rasional dengan pandangan positif bahwa kita mampu
menentukan struktur modal yang tepat.

E. Faktor-faktor yang Menentukan Pemilihan Struktur Modal

1. Lokasi Distribusi Keuntungan

Lokasi distribusi keuntungan adalah seberapa besar nilai yang diharapkan dari keuntungan perusahaan.
Semakin besar nilai yang diharapkan dari keuntungan, dengan penyimpangan yang sama, maka semakin
kecil kemungkinan mendapatkan kerugian.

2. Stabilitas Penjualan dan Keuntungan


Bahwa semakin stabil keuntungan, berarti semakin kecil pinjaman karena bertambah besarnya
kemungkinan perusahaan mampu untuk memenuhi kewajiban tetapnya.

3. Kebijakan Dividen

Implikasi bahwa banyak perusahaan yang mencoba menggunakan kebijakan dividen dalam jumlah yang
konstan akan langsung dirasakan bagi manajer keuangan, yaitu dengan menyediakan dana untuk
membayar jumlah dividen yang tetap. Semakin tinggi tingkat leveragenya, semakin besar kemungkinan
perusahaan tidak bisa membayar dividen dalam jumlah yang tetap.

4. Pengendalian

Penggunaan hutang yang agak tinggi daripada mengeluarkan saham baru dianggap lebih
menguntungkan dengan alasan kepemilikan. Hal ini bisa jadi menyebabkan pihak yang semula memiliki
sebagian besar saham dengan pengeluaran saham baru akan menjadi berkurang bagiannya dan akan
mengurangi penguasaan atas perusahaan.

5. Risiko Kebangkrutan

Menurut Halim dan Sarwoko (1995), pada pasar modal sempurna, risiko kebangkrutan, aktiva dapat
dijual sesuai dengan nilai ekonomisnya dan dibagikan sesuai dengan klaim. Pada pasar yang kurang
sempurna dan tidak diperhitungkan biaya kebangkrutan, pada saat perusahaan mengalami
kebangkrutan akan menyebabkan aktiva dijual di bawah nilai ekonomisnya. Biaya administrasi
menyebabkan penerimaan pemegang saham menjadi berkurang.

6. Stabilitas Penjualan

Bagi perusahaan yang memiliki tingkat penjualan yang stabil tiap tahunnya boleh memiliki hutang yang
besar dengan risiko menanggung biaya tetap yang tinggi.

7. Struktur Aktiva

Aktiva dapat digunakan sebagai jaminan peminjaman hutang dalam jumlah besar.

8. Elastisitas Operasi

Elastisitas operasi rendah yang dimiliki perusahaan lebih memungkinkan untuk memanfaatkan hutang
keuangan.

9. Tingkat Pertumbuhan

Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat, wajib mengandalkan modal eksternal dalam
bentuk obligasi daripada saham yang memiliki biaya pengembangan yang tinggi.

10. Profitabilitas
Perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian investasi tinggi cenderung memiliki hutang dalam
jumlah kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi dapat digunakan sebagai permodalan dalam bentuk laba
ditahan.

11. Pajak

Tambahan tarif pajak suatu perusahaan akan lebih bak dalam menggunakan permodalan hutang.

12. Kendali

Pengendalian terhadap penggunaan hutang dalam perusahaan perlu dipertimbangkan, apabila


menggunakan jumlah hutang yang sedikit, manajemen menghadapi risiko pengambilalihan oleh
perusahaan lain dan jika terlalu banyak, dihadapkan pada masalah kegagalan memenuhi kewajiban.

13. Sikap Manajemen

Sikap manajemen yang cenderung konservatif atau sebaliknya dalam menggunakan hutang akan sedikit
banyak mempengaruhi harga saham.

14. Sikap Kreditur

Penentuan struktur modal yang tepat di tentukan oleh sikap manajemen dalam menyikapi kreditur.
Peminjaman dana lebih dapat membuat keengganan debitur atau pemberian dengan tingkat suku bunga
yang tinggi.

15. Kondisi Pasar

Perubahan jangka pendek dan jangka panjang kondisi di pasar saham dan obligasi akan mempengaruhi
struktur modal optimal suatu perusahaan.

16. Kondisi Internal Perusahaan

Kondisi internal perusahaan akan ikut mempengaruhi target struktur modal. Bagi perusahaan baru,
estimasi laba besar dimasa yang akan datang belum mencerminkan harga saham. Penggunaan hutang
sampai laba terlearisir dan tercermin dalam harga saham, mengemisi, melunasi hutang dan kembali
pada target struktur modal.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Struktur modal adalah bauran atau perpaduan daur hutang jangka panjang saham preferen dan saham
biasa. Struktur modal yang ditargetkan adalah perpaduan antara hutang, saham preferen, saham biasa
yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya, sedangkan struktur modal yang optimal adalah
struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga
memaksimumkan harga saham.

Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya mengutamakan pemenuhan dengan
sumber dana dari dalam perusahaan, maka hal ini dapat menyebabkan berkurangnya ketergantungan
kepada pihak luar. Apabila kebutuhan dana sudah tidak dapat dipenuhi oleh sumber dana dari
perusahaan, maka perusahaan harus menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan. Baik dari
hutang maupun dengan mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan dananya.

B. Saran

Masalah utama dalam menentukan struktur modal yaitu menaksir biaya implisit sumber pembelanjaan
bukan modal sendiri. Perlu diingat bahwa dari berbagai metode untuk menentukan struktur modal suatu
perusahaan tidak satu pun yang bisa dianggap sempurna. Oleh karena itu, diperlukannya informasi yang
cukup untuk mengambil keputusan yang rasional dengan pandangan positif bahwa kita mampu
menentukan struktur modal yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Aliansyah, Noor. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai. Jurnal Usahawan No. 01 TH XXX Januari 2001.

Astuti, Dewi. 2004. Manaan. Bandung: Ghalia Indonesia.

Hadisoebroto, Andreas E. Penentuan Struktur Modal Untuk Mencapai Biaya Modal Minimum dan
Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Widya Manajemen dan Akuntansi, Vol. 4 No. 1 April
2004.

Hartono. Kebijakan Struktur Modal: Pengujian Tradeoff Theory dan Pecking Order Theory. Jurnal
Perspektif, Vol. 8, No. 2, Desember 2003.

Haymans Manurung, Adler. Teori Struktur Modal: Sebuah Survei. Jurnal Usahawan N 4 TH XXXIII April
2004.

Keown, Arthur J. 2000. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Roni Setyawan, Ignatius. Simultanitas Keputusan Dividen dan Struktur Modal: Suatu Tinjauan Teoritik.
Jurnal Usahawan No 01 Th XXX Januari 2001.

Sjahrial, Dermawan. 2006. Pengantar Manajemen Keuangan. Bogor: Mitra Wacana Media.

Van Horne, James. 1998. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Download Makalah

Kategori Makalah
Tag Makalah Ekonomi

Navigasi Tulisan

Makalah Pencemaran Laut

Makalah Tempe

Tinggalkan komentar

Komentar

Nama

Nama *

Kirim Komentar

Cari untuk:

Cari …

Kategori Makalah

Makalah Bahasa Indonesia

Makalah Biologi

Makalah Ekonomi

Makalah Fisika

Makalah Geografi

Makalah K3

Makalah Kimia

Makalah Matematika

Makalah PAI

Makalah PJOK
Makalah PKn

Makalah PLH

Makalah Prakarya dan Kewirausahaan

Makalah Sejarah

Makalah Seni Budaya

Makalah Sosiologi

Makalah TIK

© Lala Computer 2019

Anda mungkin juga menyukai