MANAJEMEN KEUANGAN
MERENCANAKAN CAMPURAN
KEUANGAN PERUSAHAAN
Disusun Oleh
Kelompok 5
DELVA ARYAGUNA
EMELIA FITRI
TITI APRIANIS. Z
Dosen Pembina
NIDIA ANGGRENI DAS, SE.,MM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MAHAPUTRA MUHAMMAD YAMIN
SOLOK
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Merencanakan Campuran Keuangan Perusahaan”. Dalam penulisan
makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah
ini tidak lain berkat bantuan, dorongan teman-teman penulisan serta dari berbagai
sumber yang diperoleh, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis
ingin menyampaikan ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Semoga materi yang dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan tercapai. Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT memberi
imbalan yang setimpal pada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dan
dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Ya Robbal ‘Alamin
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Rumusan Mas.alah................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Istilah Kunci dan Ayo Kita Mulai......................................... 3
B. Sekilas Teori Struktur Modal................................................ 4
C. Pentingnya Struktur Modal.................................................... 5
D. Setting Analitis...................................................................... 6
E. Pandangan Moderat: Kurva Biaya Modal Berbentuk Piring. 19
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses perencanaan merupakan bagian yang terpadu dari pekerjaan
manajer keuangan.Oleh karena liabilitas liabilitas jangka panjang dan dana
modal saham ditarik hanya sewaktu waktu saja dan dalam jumlah besar,maka
penting bagi perusahaan mempunyai taksiran kebutuhan seluruh dana untuk
tahun tahun yang akan datang. Jadi berguna sekali untuk menyelidiki ramalan
seluruh kebutuhan dana dari perusahaan. Perencanaan merupakan salah satu
fungsi manajemen, berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan bergantung pada perencanaan. Perencanaan keuangan yang dibuat
dengan baik dan selaras dengan strategi yang telah ditetapkan akan dapat
mengarahkan perusahaan dalam pencapaian tujuannya secara efektif dan
efisien. Perencanaan keuangan mencakup kegiatan ramalan keuangan dan
pengendalian keuangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah pada makalah ini adalah:
1. Istilah Kunci dan Ayo Kita Mulai
2. Sekilas Teori Struktur Modal
3. Pentingnya Struktur Modal
4. Setting Analitis
5. Pandangan Moderat: Kurva Biaya Modal Berbentuk Piring
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Istilah kunci dan ayo kita mulai
2. Sekilas teori struktur modal
3. Pentingnya struktur modal
4. Setting analitis
5. Pandangan moderat: kurva biaya modal berbentuk piring
1
BAB II
PEMBAHASAN
Amerika Serikat bebas resesi mulai April 1991 sampai Maret 2001 ketika
resesi kesepuluh setelah Perang Dunia II resmi dimulai. Ini merupakan ekspansi
terpanjang, 120 bulan, dalam sejarah siklus bisnis di AS yang dimulai tahun 1853.
Baru 17 Juli 2003, National Bureau of Economic Research mengumumkan bahwa
“gelombang aktivitas bisnis telah terjadi dalam ekonomi AS pada bulan
November 2001, artinya saat itulah resesi berakhir. Perhatikan bahwa
pengumuman ini terjadi 21 bulan penuh setelah resesi dikatakan berakhir.
‘Dating’ siklus bisnis merupakan seni yang mengundang perdebatan di kalangan
para ahli ekonomi dan eksekutif. Meskipun resesi ini secara resmi berakhir,
namun pasar tenaga kerja masih terus lesu sampai Jull 2003, yang ditandai dengan
pertumbuhan yang sangat larnbat dalam lapangan kerja. Periode penyesuaian
pasca resesi ni sangat menantsng bagi banya bisnis Amerika yang telah
membebani neraca mereka dengan hutang selama ‘masa jaya” dalam ekspansi 120
bulan itu.
Para eksekutif finansial harus hati-hati mengelola arus kas untuk
memenuhi kontrak hutang yang ada atau menghadapi kebangkrutan. Eksekutif
yang sama harus berpikir keras tentang bagaimana mendanai proyek modal
selanjutnya (inkremental).
Di antara semua ini, Harley Davidson Inc. mengambil pendekatan yang
sedikit hati-hati terhadap risiko keuangan dalam pengelolaan sumber dananya.
Untuk tahun pelaporan 2001, Harley ada diperingkat 466 dan perusahaan
domestik terbesar dalam Fortune 500 dengan penjualan $336 juta. Meskipun
ekonomi Iambat, Harley memperbaiki peningkat dan 392 untuk tahun 2002 dalam
kelompok yang sama. Untuk tahun 2001, Harley menghasilkan $698.2 juta dalam
EBIT dan beban bunga $24.8 juta. Ratio beban bunga terhadap pendapatan 28,2
kali (yakni $6982/$24,8) untuk 2001. Maka, dalam tahun ekonomi yang sulit,
EBIT Harley bisa bergeser ke seperduapuluh delapan dan jumlah tahun 2001 dan
perusahaan itu masih mampu membayar kewajiban hutang kontraknya. Ini
merupakan rasio cakupan bunga yang aman.
2
A. Istilah Kunci dan Ayo Kita Mulai
Sekarang arahkan perharian ke penentu campuran keuangan yang tepat
untuk perusahaan. Pertama harua dibedakan strukrur keuangan dan struktur
modal. Struktur keuiangan adalah campuran segala hal yang tampak pada sisi
kanan neraca perusahaan. Struktur modal adalah campuran sumber-sumber
dana jangka panjang yang digunakan perusahaan. Hubungun diantara strukeur
kenangan dan modal dapat dinyatakan dalam persamaan:
(struktur keuangan) - (pasiva lancar) = struktur modal
3
dana yang meminimalkan biaya modal komposit perusahaan. Kita dapat sebut
campuran sumber dana yang tepat sebagai strukiur modal yang optinnal.
Tabel 1 memandang persamasan 1 menurut format neraca yang
disederhanakan ini membantu kita menggambarkan masalah manajemen
struktur modal. Sumber-sumber dana yang meningkatkan biaya pendanaan
tetap (hutang jangka panjang dan saham preferen) harus dikombinasikan
dengan saham biasa dalam proporsi yang paling sesuai dengan pasar investasi.
Bila campuran itu dapat ditemukan, dengan menganggap yang lainnya
konstan, harga saham perusahaan bisa dimaksimalkan.
Tabel 1. Neraca
4
yang optimum. Ini akan memperkuac nilai saham, bila aemua hal lain
dianggap konstan. Maka, penguasaan teori ini akan membuat kita lebih
mampu merumuskan kebijakan struktur keuangan yang baik.
Kontroversi yang terus berlangsung dalam teori keuangan berkaitan
dengan efek leverage keuangan terhadap biaya modal keseluruhan perusahaan.
mid argumen ini dapat diungkapkan dalam benruk pertanyaan: Dapatkah
penusahaan memperigaruhi seluruh biaya modainva, entah menguntungkan
aeau tidak, dengan mengubah campuran sumber dana yang digunakan?
Bentuk kontroversi ini bisa elegan sekali dalam literatur keuangan.
Kebanyakan presenrasi ini lebih menarik pars akademisi ketimbang praktisi
manajemen keuangan. Untuk menekankan unsur-unsur teori struktur modal
yang ada aplikasi praktisnya bagi nmanajenaen keuangan bisnis. Kita akan
mencari pendekatan intuitif, non-matematis, agar bisa lebih memahami dasar-
dasan argumen stnuktur modal biaa modal ini.
5
D. Setting Analitis
Pokok-pokok kontroversi struktur modal sangat digarisbawahi dalam
kerangka yang oleh para ahli ekonomni disebut “analisis keseimbangan
parsial,” dimana perubahan yang terjadi dalam beberapa faktor dan berdampak
pada hal-hal tertentu diabaikan, agar bisa mempelajari efek perubahan suatu
faktor utama terhadap hal yang menarik perhatian. Di sini, ada dua hal
sekaligus yang menarik perhatian: 1) K0, biaya modal komposit perusahaan,
dan (2) F0, harga saham biasa perusahaan itu. Penggunaan leverage keuangan
merupakan faktor utama yang diijinkan berubah dalam analisis itu. Ini berarti
bahwa keputusan keuangan yang penting, seperti kebijakan investasi dan
deviden, dianggap konstan dalam seluruh diskusi. Kita hanya memperhatikan
efek perubahan campurn pendanaan terhadap harga saharn dan biaya modal.
Analisis kita akan dipermudah bila kita menggunakan versi model
valuasi deviden dasar dalam bab 8 yang disederhanakan dalam studi prinsip
valuasi kita, dan dalam Bab 12 tentang kajian biaya modal. Model ini
diperlihatkan dalam persamaan 2 :
∞ Dt
P0 = ∑ t
t=1 ( 1+ k c )
Dimana :
P0 = Harga saham biasa saat ini
Dt = Pembayaran deviden tunai per lembar yang diharapkan investor selama
periode t
Kt = Biaya modal ekuitas biasa
6
deviden runai per lembar dalam persamaan 16-2 sama dengan EPS untuk
periode itu.
7
harapkan bisa meningkatkan kekayaan. Informasi tersedia bebas. Selain
itu, perusahaan dan individu dengan rismko kredit yang sama bisa
meminjam dana dengan suku bunga yang sama.
8
Tabel 2. Data Keuangan Rix Camper Manufacturing Company yang
Mencerminkan Penyesuaian Struktur Modal
9
saham yang lebih tinggi? Menurut prinsip hipotesis independensi
jawahannya “Tidak”.
Hipotesis independensi menyatakan bahwa nilai pasar total atas
sekuritas perusahaan tidak terpengaruh oleh bagaimana penyusunan sisi
kanan neraca. Yakni, umlah nilai pasar atas hutang yang ada plus jumlah
nilai pasar ekuitas biasa yang ada akan selalu sama entah seberapapun
hutang yang digunakan oleh perusahaan. Bila struktur modal tidak
berpengaruh terhadap nilai pasar total perusahaan, maka nilai itu rercapai
oleh kapiralisasi (diskonto) aliran pendapacan operasi bersih yang
diharapkan. Maka hipotesis independensi didasarkan pada pendekatan
valuasi Net Operating Income (NOT).
Format itu sangat sederhana, dan nilai pasar saham biasa
merupakan residu dan proses valuasi. lngat bahwa sebelum rekapitalisasi,
nilai pasar Rix Camper adalah $20 juta (2 juta lembar saham biasa kali
$10 per lembar biaya ekuitas biasa, Kc, dan biaya modal tertimbang, K0,
sama dengan 10 persen. Tingkat diskonto, K 0, digunakan untuk
mengetahui nilai pasar sekuritas perusahaan. Setelah rekapitalisasi, kita
daparkan:
Net operating income yang diharapkan $2.000.000
Yang dikapitalisasikan pada Ko = 10 persen
= nilai pasar hutang dan ekuitas $20.000.000
= nilai pasar hutang baru $8.000.000
= nilai pasar saham / biasa $12.000.000
Dengan format nilai ini, berapa harga pasar satu lembar saham
biasa? Karena kita tahu bahwa ada 1,2 juta lembar saham yang ada setelah
peruhahan struktur modal, harga saham per lenabar adalah $10 ($12
juta/1,2 juta (ini persis dengan harga pasar per lembar, P0, yang ada
sebelum perubahan.
Sekarang, bila perusahaan menggunakan hutang yang nilai
eksplisitnya 6 persen, Kd, dan baya modal tertimbang (komposit), K0. 10
persen; masuk akal bahwa .biaya ekuitas biasa, Kc, telah naik di atas
tingkat sebelumnya 10 persen. Bagaimana biaya ekuitas biasa dalam
10
situasi ini? Seperti sebelumnya, kita bisa ambil persamaan 3 dan kita
nvatakan kembali dalam Kc, biaya ekuitas biasa. Secelah rekapitalisasi,
biaya ekuitas biasa Rix Camper naik menadi 12,67 persen:
Dt $ 1 , 267
Kc = = = 12 , 67 %
P0 $ 10
Biaya ekuitas biasa untuk Rix Camper adalah 26,7 persen lebih
tinggi ketimbang sebelum perubahan struktur modal. Perhatikan dalam
Tabel 2 bahwa ini persis sama dengan persen kenaikan dalam EPS dan
deviden per lembar yang menyertai penyesuaian stnuktur modal itu. Ini
menggarisbawahi hubungan fundamental yang menjadi bagian integral
dan hipotesis independensi. Ini berkaitan dengan perilaku yang dipersepsi
dalam biaya ekuitas biasa sebagat kenaikan deviden (pendapatan) yang
diharapkan relatif terhadap perubahan campuran keuangan:
Persen perubahan K5 = persen perubahan D
11
Gambar 2 memperlrhatkan bahwa karena biaya modal tidak berubah
dengan leverage keuangan, demikian pula harga saham uga tidak berubah.
Maka, pendanaan dengan hutang, punya dua biaya-biava modal
eksplisit, Kd, yang dihitung menurut format seperti dalam Bab 12, dan
biaya implisit. Biaya implisit hutang adalah perubahan biaya ekuitas biasa
yang diakibatkan oleh penggunaan leverage keuangan (tambahan hutang).
Biaya hutang riil adalah umlah biaya implisit dan eksplisit. Secara umum,
biaya ril dan sumber apapun adalah biaya eksplisitnya ditambab perubahan
yang diakibatkannya terhadap biaya sumber dana lainnya.
Para pendukung hipotesis independensi herpendapat bahwa
penggunaan leverage keuangan membawa perubahan biaya ekuitas biasa
yang cukup besar sehingga dapat mengimbangi manfaat deviden yang
lebih tinggi bagi investor. Pendanaan hutang tidak semurah seperti
tampaknva semula. Tnt akan membuat
Gambar 1. Biaya Modal dan Leverage Keuangan: Tidak Ada Pajak
– Hipotesis Indepensensi (Teori NOI)
Kc
Biaya Modal
K0
Kd
Leverage Keuangan
12
Gambar 2. Harga Saham dan Leverage Keuangan: Tidak Ada Pajak
– Hipotesis Indepensensi (Teori NOI)
Harga Saham
P0
Leverage Keuangan
2. Posisi Ekstrem 2:
Hipotesis Dependensi (Teori NI)
Hipotesis depedensi merupakan lawan dan hipotesis independensi.
Teori ini menyatakan bahwa biaya modal tertimbang, K0, dan harga
saham, P0, dipengaruhi oleh penggunaan leverage keuangan. Entah
seberapapun banyak atau sedikitnya pendanaan hutang, biaya modal
hutang, Kd, dan biaya modal ekuitas, Kc, tidak akan dipengaruhi oleh
manajemen struktur modal. Karena biaya hutang lebih kecil ketimbang
biaya ekuitas. leverage keuangan yang lebih besar akan menurunkan biaya
modal komnposit untuk waktu yang tak terbaras. Maka penggunaan
pendanaan hutang yang lebih besar akan memberi efek mengurungkan
bagi harga saham biasa. Kalau kembali ke situasi Rix, kita dapat
ilustrasikan pandangan ini.
Saat ini kita evaluasi situasi strukrur modal yang sama. Yakni,
manajemen akan memasarkan $8 jura hutang baru dengan bunga 6 persen
dan penerimaannya digunakan untuk membeli kembali saham biasa.
Dengan pendekatan ini, pasar diasomsikan mengkapiralisasikan
mendiskontokan) EAC yang diharapkan agar sampai ke nilai pasar agregat
dan sahain biasa itu. Nilai pasar ekuitas biasa bukan residu dan proses
valuasi. Setelah rekapitalisasi, biaya saham biasa perusahaan, K, akan
13
terap 10 persen. Maka 10 persen biaya ekuitas biasa diterapkan dalam
format berikut:
Net operating income yang diharapkan $2.000.000
- Beban bunga $480.000
= EAC yang dikapitalisasikan pada Kc = 10 persen $1.520.000
= Nilai pasar saham biasa $1.520.000
+ Nilai pasar hutang $8.000.000
= Nilai pasar hutang dan ekuitas $23.200.000
14
biasa Rix Camper menurut teori net income sebesar $ 15,2 juta dan
menyatakannya sebagai persen dari nilai pasar total sekuritas pasar, Anda
mendapat bobot nilai pasar 0,655 ($15,2 juta / $23,2 juta). Dengan cara
yang sama, bobot mulai pasar hutang Rix Camper ternyata 0,345 $8 juta /
$23,2 juta).
Leverage Keuangan
15
3. Posisi Moderat: Pendapatan Korporat
Kena Pajak dan Perusahaan Bisa Gagal
Secara umum, analisis posisi ekstrem bisa berguna karena kira
dipaksa mempertajam pemikiran tidak hanya tentang kutub-kutubnya,
melainkan juga siruasi yang merentangi kedua kutub itu. Dalam ekonomi
mikro, studi kompetisi sempurna dan monopoli memberikan pemahaman
yang lebih baik atas aktiviras bisnis yang terjadi
Gambar 4. Harga Saham dan Leverage Keuangan: Tanpa Pajak –
Hipotesis Indepensensi (Teori NI)
Harga Saham
Leverage Keuangan
di wilayah yang luas antara kedua pasar model ini. Dengan cara serupa,
studi hipotesis issdependensi dan dependensi tentang penringnya strukrur
modal membantu kita merumuskan pandangan yang lebih lengkap
informasinya tentang kemungkinan situasi diantara kedua kutub itu.
Kita beralih lagi ke uraian hubungan biaya modal-struktur modal
yang lebih luas daya tariknya bagi praktisi maupun akademisi. Pandangan
moderat ini memungkinkan (1) mengakui fakta bahwa beban bunga tidak
kena potongan pajak, dan (2) mengakui bahwa probabilitas perusahaan
mengalami kebangkrutan secara langsung terkair dengan penggunaan
leverage keuangan perusahaan.
16
penggunaan pendanaan hutang akan mengakiharkan nilai pasar yang lebih
tinggi bagi sekuritas perusahaan. Akan kita lihat mengapa.
Kita terus menggunakan contoh Rix Camper. Pertama, simak
pembayaran tunai total bagi semua pemegang sekuritas (pemegang saham
biasa plus pemegang obligasi). Dalam kasus tidak ada pajak, jumlah
deviden tonal yang dibayarkan ke pemegang saham biasa plus beban
bunga mencapai $2 juta baik (1) ketika pendanaan semua dengan ekuitas
biasa, dan (2) serelah penyesuaian struktur modal yang diosulkan ke
sitoasi dengan leverage rercapai. Jumlab aros kas yang dapat dibayarkan
Rix Camper ke kontribotor modal hotang dan ekuitasnya tidak
rerpengaruh oleh camporan keuangannya.
Ketika pendapatan korporat dikenai pajak oleh pemerintah, jomlah
aros kas ke semua kontribotor modal keuangan dipengaruhi oleh campuran
keuangan perosahaan. Tabel 16-3 mengilustrasikan hal ini.
Bila Rix Camper melakukan penyesuaian struktur modal yang
diidentifikasi dalam bagian sebelumnya, pembayaran total ke pemegang
ekuitas dan hotang akan mencapai $240.000 lebih besar ketimbang
menurut kapitalisasi dengan ekuitas biasa semua. Dari mana asal $240.000
ini? Melalui pajak yang dipungut, pengambilan pemenintah lebih rendah
dan jumlah itu. Perbedaan ini, yang masuk ke pemegang sekuritas Rix
Camper, disebur pemanfaatan pajak (tax shield) atas bunga. Secara umum,
ini dapat dihitung dengan persamaan 4, di mana r d adalah tingkat bunga
yang dibayarkan atas hutang, M adalah jumlah hutang pokok, dan adalah
tingkat pajak marginal penusahaan:
Tax shield = rd (M)(t)
Posisi moderat rentang pentingnya stroktur modal menyarakan
bahwa pemanfaatan pajak harus ada nilainya di pasar. Maka, manfaat
pajak akan meningkatkan nilai pasar total sekuniras perusahaan terhadap
kapitalisasi ekuitas semua. Leverage keuangan memang mempengaruhi
nilai perusahaan. Karena biaya modal meropakan sisi lain dan valuasi,
leverage keuangan juga mempengaruhi biaya modal komposit. Dapatkah
17
perusahaan meningkatkan nilainya secara tak terbatas dan menurunkan
terus biaya modalnya dengan menggunakan semakin banyak leverage.
STRUKTUR STRUKTUR
MODAL TANPA MODAL DENGAN
LEVERAGE LEVERAGE
Tingkat NOI yang diharapkan $2.000.000 $2.000.000
Dikurangi : beban bunga 0 480.000
EBT $2.000.000 $1.520.000
Dikurangi : pajak 50% 1.000.000 760.000
EAC $1.000.000 $760.000
Pembayaran yang diharapkan
ke semua pemegang sekuritas $1.000.000 $1.240.000
18
pemanfaatan pajak dan pendanaan hurang. Perusahaan akan berpaling ke
sumber pendanaan lain, terutama ekuitas biasa. Pada titik ini, biaya ril
hutang dianggap lebih besar ketimbang biaya ril ekuitas biasa.
E. Pandangan Moderat: Kurva Biaya Modal Berbentuk Piring
Pandangan moderat tentang hubungan antara canspuran pendanaan dan
biaya modal perusahaan dilukiskan dalam Gambar 5. Hasilnya kurva biaya
modal rata-rota berbentuk piring (U) K0. Biaya ekuitas rata-rata, K0, terlihat
naik dalam seluruh derajat leverage keuangan yang positif. Untuk sementara,
perusahaan dapat meminjarn dana dengan biaya hutang yang relarif rendah,
Kd. Bahkan biaya ekuitas naik, namun tidak secepat kenaikan penggunaan
hutang yang lebih murah. Maka, antara titik 0 dan 4 pada sumbu leverage
keuangan, biaya modal rata-rata turun dan harga saham naik.
Akhirnva, ancarnan masalah keuangan men ebahkan biaya hutang
naik. Dalam Gamhar 5 kenaikkan dalam biaya hutang ini terlihat dalam kurva
biaya hutang rata-rata. Kp, pada titik .4. Antara titik A dan B, campuran hutang
dan ekuitas mngakibarkain biaya modal rata-rata relatif datar. Rcntang
leverage keuangan yang optimal terletak di antara titik A dan B. Semua
struktur modal di antara kedua titik ini optiiiial karena menghasilkan biaya
modal komposit terendah. Seperti dalam introduksi bab ini, menemukan
rentang campuran pendanaan yang optimal mnerupakan sasanan dan
manajemen struktur modal.
Gambar 5. Biaya Modal dan Leverage Keuangan: Pandangan Moderat
yang Mempertimbangkan Pajak dan Kesulitan Keuangan
Kc
Biaya Modal
K0
Kd
0 A B
Leverage Keuangan
19
Titik B menunjukkan kapasitas hutang perusahaan, yakni kapasitas
hutang maksimum yang dapat dimasukkan ke dalam struktur modalnya dan
masih bisa mempertahank’an biaya modal komposit terendahnya. Di luar titik
B, tambahan modal dengan beban tetap hanya bisa ditarik pada suku bunga
yang sangar tinggi. Pada saat yang sama, penggunaan leverage keuangan
secara berlebihan akan menyehahkan biaya ekuitas naik lebih cepat ketimbang
sebelumnya. biaya modal komposit akan naik sangat cepat dan harga sahara
perusahaan akan anjlok.
Versi pandangan, moderat ini berkaitan dengan harga saham akan
diuraikan nanti, Notasinya sama dengan dalam hahasan tentang hipotesis
independensi dan dependensi.
1. Antara titik 0 dan A: 0< persen perubahan P0 < persen perubahan Dt.
2. Antara titik A dan B : persen perubahan P0 = 0
3. Di luar titik B: persen perubahan P0 < 0
20
Dalarn Bab I, kita singgung “problema agensi”. Ingat bahwa masalah
agensi meningkatkan biaya agensi, yang cenderung teriadi dalam organisasi
bisnis karena kontrol kepemilikan dan manajensen kerap terpisah. Maka,
manajer perusahaan dapat dianggap sebagai agen bagi pemnegang saham
penusahaan. Untuk memastikan bahwa manajer-agen bertindak sesuai
kepentingan terbaik pemegang saham, dituntut bahwa mereka mendapat
insentif yang repat untuk melakukannva dan (2) bahwa keputusan mereka
dimonitor. Insentif biasanva berhentuk program kompensasi eksekutif dan
tambahan yang bisa berupa staff pendukung yang lengkap, keanggotaan
country club, pesasvat mewah inilik perusahaan, atau kenikmatan lain serupa.
Pemantauan menuntut bahwa sejumlah biaya terrenru ditanggung oleh
pemegang saham seperti 1) mengikat para manajer, (2) mengaudit laporan
keuangan, (3) menstrukturkan organisasi secara unik sehingga membaasi
keputusan manajerial yang berguna, dan 4) meninjau biaya dan tunjangan
tambahan manajemen. Daftar ini srkedar contoh saja. Intinya adalah bahwa
biaya monitoring akhirnya ditanggung pemilik perusahaan-pemegang saham
biasa.
Manajemen struktur modal uga meningkatkan biaya agensi. Masalah
agensi berasal dari konflik kepenringan, dan manajemen struktur modal
menyangkut konflik anrara pernegang saham dan obligasi. Kalau bertindak
demi kepentingan terbaik pemegang saham, manajelnen bisa berinvestasi
dalam pnoyek-proyek berisiko. Investor yang ada dalam obligasi perusahaan
secara logis bisa berpandangan suram terhadap kebijakan investasi seperti ini.
Perubahan dalam struktur risiko aktiva perusahaan akan mrngubah eksposure
risiko prrusahaan. Ini bisa membuat penurunan peringkat obligasi yang
dinikmati perusahaan saat ini. Turunnya peringkat obligasi akan menurunkan
nilai pasar obligasi perusahaan. jelaslah, pemegang obligasi tidak suka dengan
ini.
Untuk mengurangi konflik kepentingan, kreditor (pemegang obligasi)
dan pemegang saham mungkin sepakat untuk mencantumkan aturan
perlindungan dalam kontrak obligasi. Namun pada hakikatnya mereka bisa
dianggap sebagai pembatasan atas pengambilan keputusan manajemen. Aturan
21
serupa membatasi pembayaran deviden tunai atas saham biasa, membatasi
pembelian arau penjualan aktiva, atau membatasi pendanaan hutang lebih
lanjut. Untuk memastikan aturan penlindungan ini dipatuhi oleh manajemen,
berarti teradi biaya monitoring. Seperti semua biaya monitoring, inipun harus
ditanggung pemegang saham biasa. Selain itu, seperri banyak biaya, ini pun
melibatkan anal isis aras trade off yang penting.
Gambar 6 menampilkan sebagian trade off yang terkait dengan aturan
perlindungan obligasi. Perhatikan (sisi kiri Gambar 6) bahwa perusahaan
mungkin bisa menjual obligasi tanpa aturan perlmndungan hanya dengan suku
bunga sangat tinggi. Tanpa aturan perlindungan, tidak ada biaya monitoring.
Juga, nidak ada efisiensi operasi yang hilang, seperti mampu bergerak cepat
untuk mengakuisisi perusahaan tertentu di pasar akuisisi. Sebaliknya,
kemauan menyertakan aturan perlindungan bisa mengurangi biaya eksplisit
kontrak hutang, namun akan menimbulkan biaya monitoring dan hilangnya
efisiensi opeasi (yang berarti biaya yang lebih tinggi). Ketika hutang pertama
kali diterbitkan, trade off itu akan rercapai diantara biaya monitoring,
hilangnya efisiensi operasi, dan kenikmatan beban bung eksplisit yang lebih
rendah.
Selanjutnya kita harus mrmprrhitungkan adanya biaya monitoring
dengan tingkat leverage yang rendah dan yang lebih tinggi. Ketika perusahaan
heropearasi pada rasio hutang terhadap ekuitas yang tendah, kreditor tidak
perlu bersikeras pada daftar aturan perlmndungan yang panjang. Risiko
keuangan tidak ada untuk aktivitas ini. Perusahaan juga akan beruntung dan
suku bunga rksplisit yang Iehih rendah bila leveragenya rendah. Ketika rasio
hutang tenhadap ekuitas tinggi, logis sekali kalnu kreditor menuntut banyak
monitoring. Tampaknya logis kalau menganjurkan agar kreditur menuntut
banyak monitoring ketika leverage keuangannya uga naik. Kenaikan biaya
agensi ini akan meningkatkan biaya implisit (biaya total sebenarnya)
pendanaan hutang. Seperti halnya kemungkinan kegagalan perusahaan
(kesulitati keuangan) menaikkan biaya modal keseluruhan perusahan (K 5),
demikian pula biaya agensi. Pada sisi lain, ini berarti bahwa nilai total
perusahaan (nilai pasar total sekuritas perusahaan) akan lebih rendah karena
22
adanya biaya hutang agensi. Bila disatukan, adanya biaya agensi dan biaya
yang terkait dengan kesulitan keuangan lebih berpihak kepada konsep struktur
keuangan optimal bagi perusahaan individual.
Gambar 6. Biaya Hutang Agensi : Trade-Off
A B
Leverage Keuangan
23
Hubungan yang dinyatakan dalam persamaan ditainpilkan secara grafis
dalam Gambar 7. Disana kita lihat bahwa efek pemanfaatan pajak dominan
sampat titik A. Setelah titik A, kenaikan biaya krmungkinan kegagalan
perusahaan (kesuiran keuangan) dan biaya agensi menyebabkan nilat pasar
perusahaan dengan leverage turun. Sasaran manajer keuangan disini adalah
menemukan titik B dengan menggunakan segala kemampuan analitisnya. Ini
harus mencakup uga banyak penilaian. Pada titik B, nilai pasar aktual
perusahaan dengan leverage dimaksimalkan dan biaya modal komposit (K 0)
pada titik minimum. Masalah implementasinya adalah bahwa biara persisnya
dan kesulitan kenangan don monitoring hanya bisa diperkirakan secara
subjeknif; dan belum ada solusi matematis yang definitif. Maka,
merencanakan campuran keuangan perusahaan selalu menunnut pengambilan
keputusan yang baik dan penilaian manalemen.
Pandangan alternatif unituk meramalkan bagaimana manaier mendanai
anggaxan modal perusahaan dalam literarur keuangan sekarang dikenal
sebagai teori “pecking order”. Bibit pendekatan ini ditemukan dalam karya
Gordon Donaldson, Secara spesifik, bacalah dua karyanya “Corporate Debt
Capacity” (Cambridge MA: Division of Research, Harvard University, 1961)
dan “Strategy for Financial Mobility” (Cambridge MA: Division of Research,
Harvard Unisersity, 1969).
Kemudian Myers memperluas pandangan Donaldson dalam “Capital
Structure Puzzle” dan dalam beberapa tempat lain termasuk “Still Searching
for Optimal Capital Structure” yang muncul di RW Kopcke dan ES
Rosengren, ed., “Are the Distinctions between Debt and Equity
Disappearing?” (Boston: Federal Reserve Bank of Boston, 1989) hal 80-95.
Dalam artikel berikut, Myers meringkas teori pecking order tentang struktur
modal dengan empar poin (lihat halaman 84=85):
24
1. Perusahaan menyesuaikan kebijakan deviden dengan peluang investasi.
Perhatikan bahwa asumsi ini dekat dengan konsep teori der’iden resi1ii
dalam Bab 17.
2. Perusahaan lebih suka mendanai peluang investasi dengan dana yang
pertamatarna dihasilkan secara internal, baru kemudian dicari dana
eksternal.
3. Ketika dibutuhkan dana ekstcrnal, pertama-tama periisahaan memilih
menerbitkan sekuritas hutang, dan penerbitan bertipe sekuritas akan
meniadi yang terakhir.
4. Ketika dibutuhkan lebih banyak dana eksternal untuk mendanai proyek-
proyek dengan NPV positif, pecking order akan diikuti. Ini berarti lebih
memilih hutang yang berisiko, baru ke konvertibel, ekuitas preferen, dan
ekuitas biasa sebagai pilih’an terakhir.
Hasil dan teori pecking order ini adalah bahwa tidak ada rasio leverage
target yang dapat didefinisikan dengan tepat. ini karena rasio leverage yang
terlihat (yakni total hutang terhadap total aktiva) mungkin hanya
mencerminkan kebutuhan dana eksternal kumulatif perusahaan dalam
perjalanan waktu.
25
dan berniain’main dengannya, ketinahang nselepaskannva, misalnva, dalam
bentuk pembayaran deviden.
Namun tidak semuanva hilang. ini menganrar kepada apa yang disebut
Jensen “hipotesis kontrol” untuk pencipraan hutang. Dengan menggunakan
leverage, pemegang saham perusahaan akan naenikmati kontrol lebih besar
aras tim manajemen mereka. Misalnya, bila perusahaan menerbitkan hutang
baru dan mnenggunakan penerimaannva unruk menghentikan saham biasa
yang adaa, maka manajemen diwajibkan memhayan tunai agar melunasi
hutang itu - ini sekaligus mengurangi banyaknya arus kas bebas yang bisa
dimain-manikan manajemen.
Kita sebut juga motif uiituk penggunaan leverage ini sehagai
“hipotesis ancaman”. Manajemen bekerja dalam ancaman kegagalan keuangan
maka, nienurut “teori arus kas bebas struktun modal”, manajemen bekerja
lebih efisien. Ini diandaikan bisa inengurangi biaya agensi arus kas bebas yang
kemudian oleh pasar diakui dalam benruk pengembalian yang lebih besar ke
saham biasa.
Perhatikan bahwa teori kas bebas tentang struktur modal tidak
memberi solusi teoretis kepada pertanyaan tentang seberapa banyak leverage
keuangan yang bisa dikatakan cukup. Juga tidak tentang seberapa banyak
leverage yang terlàlu banyak. Ini merupakan cara berpikir tentang mengapa
pemegang saham dan dewan direktur mereka menggunakan lebih banyak
hutang untuk mengontrol perilaku dan keputusan manajemen. Alat keputusan
dasar dan manajemen strukrur modal masih harus digunakan. Nanti akan kita
bahas.
1. IMPLIKASI MANAJERIAL
Kita ditaruh di mana oleh neon struktur modal? Hasilnya adalah
bahwa penentuan campuran keuangan perusahaan merupakan hal yang
sangat penting bagi manajer keuangan. Keputusan stnuktur modal
mempengaruhi peinegang sahamm.
Paling tidak, dan sehelum biaya kebangkrutan serta biaya agensi
menjadi sangat merusak, efek perlindungan pajak akan menyebabkan
saham perusahaan dengan leverage dijual dengan harga lebih tinggi
ketimbang bila penusahaan tanpa pendanaan hutang. Berkat risiko
kegagalan dan biaya agensi yang inenyertai penggunaan leverage
26
berlebihan, manajer keuangan bonus berhati-hati dalam penggunaan modal
dengan beban terap. Masalah pencarian rentang penggunaan leverage
keuangan yang optimal merupakan tugas kita berikutnya.
*Ada dua 2.000 lembar saham biasa : “Ada 1.500 lembar saham biasa: “Ada 1.200
lembar saham biasa
(1) (2) (3) = (10 – (2) (4) = (3) × 0,5 (5) = (3) – (4) 96)
PENDAPATAN PENDAPATAN
BERSIH PER LEMBAR
TERHADAP SAHAM
SAHAM BIASA
EBIT BUNGA EBT PAJAK BIASA LEMBAR
SAHAM
RENCANA A: HUTANG 0%. EKUITAS BIASA @200.000. SAHAM 2.000 LEMBAR
$ 0 $ 0 $ 0 $ 0 $ 0 $ 0
100%
20.000 0 20.000 10.000 10.000 5,00
40.000 0 40.000 20.000 20.000 10,00
27
60.000 0 60.000 30.000 30.000 15,00
80.000 0 80.000 40.000 40.000 20,00
RENCANA B: HUTANG 25%. SUKU BUNGA 8%. EKUITAS BIASA @150.000. SAHAM 1.500 LEMBAR
$ 0 $ 4.000 $ (4.000) $ (2.000) $ (2.000) $
20.000 4.000 16.000 8.000 8.000 (1,33)
40.000 4.000 36.000 18.000 18.000 5,33
125%
60.000 4.000 56.000 28.000 28.000 12,00
80.000 4.000 76.000 38.000 38.000 18,67
25,33
RENCANA C: HUTANG 25%. SUKU BUNGA 8%. EKUITAS BIASA @150.000. SAHAM 1.500 LEMBAR
$ 0 $ 6.400 $ (6.400) $ (3.200) $ (3.200) $
20.000 6.400 13.600 6.800 6.800 (2,67)
40.000 6.400 33.600 16.800 16.800 5,67
125%
60.000 6.400 53.600 26.800 26.800 14,00
80.000 6.400 73.600 36.800 36.800 22,33
30,67
28
Efek leverage keuangan kedua terkair dengan nngkat EPS pada
EBIT tertentu dengan struktur modal tertentu. Lihat Tabel 5. Pada tingkat
EBIT $20000, EPS akan menjadi $5, $5,33, dan $5,67 menurut rencana A,
B, dan C. Di aras titik kritis EBIT, EPS perusahaan akan lebih tinggi bila
digunakan leverage yang lebiF. besar. Demikian pula sehaliknya, di bawah
titik kritis EBIT, EPS akan menderita leverage keuangan yang lebih besar.
Bila efek leverage keuangan pertama dikuanrifikasi menurut derajat
leverage keuangan (DFLEBIT), yang kedua dikuanrifiksi dengan apa yang
disebut sebagai anahisis EBIT-EPS. Logika di balik jenis analisis ini
sederhana. Earning merupakan salah satu variabel kunci yang
mempengaruhi nilai pasar saham biasa perusahaan. Maka, efek keputusan
pendanaan pada EPS harus dipahami karena keputusan itu mungkin akan
mempengaruhi nilai invesrasi pensegang saham.
3. ANALISIS EBIT—EPS
CONTOH: ANALISIS PILIHAN PENDANAAN
Misalkan rencana B dalam tabel 5 merupakan struktur modal yang
ada untuk Pierce Grain Company. Selain ito, struktur aktiva perusahan
sedemikian rupa sehingga EBIT diharapkan $20,000 per tahun’daham
angka waktu yang sangat panjang. Investasi modal tersedia bagi Pierce
Grain dengan biaya $50000. Akuisisi aktiva ini diharapkan meningkatkan
proyeksi EBIT ke $30,000 selamanya. Perusahaan dapat menggalang dana
yang dibutuhkan dengan (1) menual 500 lembar saham biasa dengan harga
$100 per lembar atau (2) menual obligasi baru dengan penerimaan bersih
$50,000 dan suku bunga 8,5 persen. Struktur modal ini dan besarnya EPS
terkait dirangkum dalana Tabel 6.
Tabel 6. Analisis Pilihan Pendanaan Pierce grain Company
BAGIAN A : STRUKTU DENGAN DENGAN
STRUKTUR R MODAL PENDANA PENDANA
KEUANGAN YANG AN AN
ADA SAHAM HUTANG
BIASA BARU
BARU
Hutang jangka $ 50.000 Hutang jangka $ 50.000 Hutang jangka panjang $ 50.000
panjang 8% 150.000 panjang 8% 200.000 8% 50.000
Saham biasa Saham biasa Hutang jangka panjang 150.000
8,5%
Saham Biasa
29
Total passiva dan $ 200.000 Total passiva dan $ 250.000 Total passiva dan $ 150.000
ekuitas ekuitas ekuitas
Jumlah saham biasa 1.500 Jumlah saham biasa 2.000 Jumlah saham biasa 1.500
yang ada yang ada yang ada
EBIT $ 20.000 $ 30.000 $ 30.000
Dikurangi beban 4.000 4.000 8.250
bunga $ 16.000 $ 26.000 $ 21.750
EBT 8.000 13.000 10.875
Dikurangi Pajak 50% $ 8.000 $ 13.000 $ 10.875
Pendapatan Bersih 0 0 0
Dikurangi : deviden $ 8.000 $ 13.000 $ 10.875
preferen $ 5,33 $ 6,50 $ 7,25
EAC
EPS
Pada proyek EBIT $30.000, EPS untuk saham biasa dan alrernatif
hutang adalah $6,50 dan $7,25. Keduanya di atas $S,33 yang terjadi bila
proyek baru dirolak dan tidak digalang modal tambahan. Berdasarkan
kriteria pernilihan rencana pendanaan yang memberikan EPS tertinggi,
alternarif obligasi lebih disukai. Narnun bagaimana bila risiko bisnis
menyehabkan EBIT berubah dalam rentang yang cukup panjang?
Dapatkah kira yakin bahwa alternatif obligasi selalu disertai EPS yang
Iebih tinggi? Jawabannya, tentu saja “Tidak”. Bila EBIT terkena
ketidakpastian, analisis grafis dan rencana pendanaan yang diusulkan
dapat memberi informasi yang bermanfaar bagi manajer keuangan.
ANALISIS GRAFIS
Diagram Analisis EBIT-EPS mernungkmkan pengambil keputusan
memvisualisasikan darnpak berbagai rencana pendanaan terhadap EPS
dalam rentang berbagai tingkatan EBIT. Hubungan antara EPS dan EBIT
bersifat linier. Maka, untuk meinhuat diagram kita hanya perlu dua titik
untuk masng-masing alternanif. Bagian B dari Tabel 6 sudah memberi kita
salah satu dan kedua titik itu. Jawaban untuk pertanyaan benikut unruk
setiap pilihan memberi kita titik kedua: pada tingkat EBIT seberapa EPS
untuk rencana itu persis mencapai nol? Bila EBIT persis bisa menutupi
biaya pendanaan rencana yang bersangkutan (anas dasar sebelum pajak),
EPS akan sama dengan nol. Untuk rencana saham, EPS nol nerkait dengan
EBIT 54.000, yakni beban hunga menurut struktur modal yang ada. Bila
30
dipilih rencana obligasi, biaya bunga adalah 54.000 ditambah 54.250 per
tahun dan penerbitan hutang baru. Maka diperlukan EBIT $8250 agar EPS
nol dengan rencana obligasi itu.
Diagram analisis EBIT-EPS yang mewakili pilihan pendanaan bagi
Piene Grain Company diperlihatkan sebagai Gambar 8. EBIT
digambarkan pada sumbu horizontal dan EPS pada sumbu vertikal.
Perpotongan sumbu horizontal dan yentikal mewakili beban pendanaan
sebelum pajak yang ekuivalen yang terkain dengan masing-masing
rencana. Garus lurus untuk setiap rencana memberi tahu besarnya EPS
yang terjadi pada berbagai EBIT:
Perhatikan bahwa kemiringan garis rencana obligasi lebih tajam
ketimbang garis rencana saham. ini menjamin bahwa garis-garis unnuk
setiap pilihan pendanaan akan berpotongan. Di atas titik potong, EPS
untuk rencana dengan leverage lebih besar akan melebihi EPS untuk
rencana dengan leverage lebih kecil. Titik ponong, yang dalam Ganibar
16-8 dilingkari, nerjadi pada EBIT $21000 dan menghasilkan EPS $4,25
untuk masing-masing rencana. Bila EBIT 530.000, perhatikan bahwa
rencana obligasi menghasilkan EPS $7,25 dan rencana saham
menghasilkan $6,50. Di bawah titik potong, EPS dengan rencana saham
akan melebihi EPS dengan rencana obligasi ber-leverage lebih tinggi.
Kemiringan yang lebih curam garis rencana obligasi menunjukkan bahwa
dengan leverage lebih besar, EPS lebih sensitif terhadap perubahan EBIT.
Konsep yang sama dibahas dalam Bab 15 ketika kita turunkan derajat
ukuran leverage keuangan.
Gambar 8. Diagram Analisis EBIT-EPS
Rencana Obligasi
8,00
$7,25
Rencana Saham Biasa
EPD (dolar)
7,00
$6,50
6,00
5,00
$4,25
4,00
3,00
2,00 $21.000
1,00
0 10 20 30 40 50
EBIT ($ ribu)
31
MENGHITUNG TITIK INDIFERENSI
Titik potong dalam Gambar 8 disebut titik indiferensi EBIT-EPS.
ini menunjukkan tingkat EBIT di mana EPS akan sama entah rencana
pendanaan apapun yang dipilih oleh manajer keuangan. Titik indiferensi
ini kerap kali disebut titik break even dan punya implikasi besar bagi
perencanaan keuangan. Pada EBIT yang melebihi tingkan indiferensi,
semakin besar leverage-nva, EPS yang dihasilkan akan lebih besar. Pada
EBIT di bawah titik indiferensi, rencana pendanaan dengan leverage lebih
rendah menghasilkan EPS lebih besar. Maka, pen- ring sekali mengetahui
titik indiferensi ini.
Kita dapat menemukannya secara grafis, seperti dalam Gambar 8.
Namun kadangkala lebih efisien kalau menghitung saja titik itu secara
langsung dengan persamaan berikut:
EPS : Rencana Saham Rencana Obligasi
( EBIT - 1 )( 1−t )−P ( EBIT - 1 ) (1−t )−P
Ss Sb
dengan Ss dan Sb adalah jumlah lembar saham beredar yang masing-
masing menurut rancangan saham dan obligasi. t adalah beban bunga t
adalah tingkat pajak penghasilan perusahaan. Padahal dividen saham
preferen yang dibayarkan. Pada kasus saat ini P adalah nol karena tidak
ada saham preferen yang beredar. Jika saham preferen dikaitkan dengan
salah satu alnernatif pendanaan, camkanlah bahwa dividen preferen P
tidak dapat mengurangi pajak. Persamaan 6 benar-benar memperhitungkan
fakta ini, untuk contoh saar ini kita menghitung level indiferen EBIT
sebagian
( EBIT - $4 . 000 ) ( 1−0,5 ) −0 ( EBIT - $8 . 250 ) ( 1−0,5 )−0
2. 000 1. 500
Bila persamaan ini diselesaikan unruk mencari EBIT, kita dapatkan
$21000. Bila EBIT ternyata $2 1.000. EPS akan $4,25 rnenurut kedua
rencana itu.
32
EPS YANG UNCOMMITTED DAN TITIK INDIFERENSI
Perhitungan yang memungkinkan kita menemukan titik indiferensi
EBIT-EPS Pierce Grain tidak memberi ruang eksplisit bagi pembayaran
pokok hutang. Prosedurnya tidak unrealistis. ini hanya mengandaikan
hutang ada selamanya. Ini berarti bahwa ketika penerbitan obligasi itu
jatuh tempo, akan diterbitkan obligasi baru. Penenimaan dan penerbitan
baru akan digunakan unruk melunasi hutang lama.
Namun banyak kontrak obligasi menuntut pembayaran sinking
fund (dana tenggelarn) dilakukan kepada bond trustee. Dana tenggelam
adalah cadangan tunai ril yang digunakan untuk pelunasan hutang pokok.
Paling sering pembayanan dana nenggelam merupakan jumlah wajib
tertentu dan diruntut oleh klausal daarn kontrak resmi obligasi.
Pembayaran dana tenggelam dapat Inenguras sumber daya likuid
perusahaan. Selain itu, pemhayaran dana tenggelam merupakan
pengembalian dari hutang pinjaman, sehingga tidak dikenai potongan
pajak.
Karena sifatnya yang mungkin serius bagi tersedianya dana tunai l
akibar persyaratan dana tenggelam, manajer keuangan harus hati-hati
dengan UEPS pendapatan per lembar saham yang tidak dilakukan) yang
terkait dengan rencana pendanaan. Perhitungan UEPS mengakui bahwa
komitmen dana tenggelam harus dihormati. UEPS dapat digunakan untuk
pengeluaran berdasarkan diskresi, seperti pembayaran deviden tunai
kepada pemegang saham biasa atau investasi dalam fasilitas modal.
Bila kita misalkan pembayaran dana tenggelam yang dituntut pada
tahun tertentu SF, titik indiferensi EBIT-UEPS dapat dihitung sebagai
berikut:
EPS : Rencana Saham Rencana Obligasi
( EBIT - 1 )( 1−t )−P−SF ( EBIT - 1 )( 1−t )−P−SF
Ss Sb
Bila beberapa penerbitan obligasi suclah ada, maka I dalam
persamaan 6 dan 7 untuk rencana saham terdiri dari jumlah pembayaran
bunga terkait. Untuk rencana obligasi, 1 akan menjadi jumlah yang sudah
33
ada ditambah beban bunga baru. Dalam persamaan 7, logika sama berlaku
ke variabel dana tenggelam, SF. Titik indiferensi dan EBIT berdasar UEPS
selalu melebihi yang berdasarkan EPS.
PERINGATAN KEHATI-HATIAN
Di atas titik indiferensi EBIT-EPS, rencana keuangan dengan
leverage yang tinggi menjanjikan EPS yang lebih besar. Penerapan kaku
knitenia pemilihan rencana pendanaan yang menghasilkan EPS terninggi
mungkin membuat perusahaan inenerbirkan liutaiig dalam kebanyakan
usaha menggalang modal. Bahasan kita tentang reori struktur modal
mengaar kita hahaya tindakan seperti itu.
Kelemahan urama analisi EBIT-EPS adalah mengabaikan biaya
implisit pendanaan hutang. Efek kepurusan pendanaan spesifik terhadap
biaya modal ekuitas biasa diabaikan sama sekali. Investor harus waspada
terhadap tingkat dan variabilitas aliran pendapatan yang diharapkan.
Analisis EBIT-EPS hanya memperhatikan tingkat aliran pendapatan dan
mengabaikan variabilitas (tingkat risiko) yang ada di dalamnya. Maka, tipe
analisis ini harus digunakan bersama dengan alat-alat lain untuk mencapai
sasanan manajemen struktur modal.
NORMA INDUSTRI
Perbandingan rasio leverage yang dihitung menurut format dalam
Tabel 7, atau format serupa, memiliki kegunaan tambahan bagi
pengambilan keputusan bila dapat dibandingkan dengan suatu standar.
Umumnya, analis keuangan korporat, bank invesrasi, pejabar kredit bank
komersial, dan lembaga pemeringkatan obligasi mengandalkan kelas-kelas
industri untuk menghitung rasio “normal”-nya. Meskipun pengelompokan
industri mungkin terdiri dari perusahaan-perusahaan yang eksposure risiko
bisnisnya berbeda secara luas, prakoek iru terjadi dalam perilaku bisnis
Amerika. Paling tidak, pejabar keuangan tentu tertarik pada standar
industri karena sensua orang juga begitu.
Sejumlah publikasi studi rnenunjukkan babwa rasio struktur modal
sangar herbeda di antara kelas-kelas industri. Misalnya, sampling acak dan
34
rasio ekuitas biasa sejumlah perusahaan besar tampaknya secara statistik
berbeda dan pars produsen baja utama. Para produsen baja mama
menggunakan leverage keuangan sering lebih rendah ketimbang
perusahaan eceran. Secara keseluruhan, perusahaan yang beroperasi dalam
industri yang sama cenderung niemperlihatkan raslo srrukrtir modal yang
terpusat di sekirar suatu nilai seistral, yang disebue norma. Risiko bisnis
berbeda dari satu industri ke industri lainnya.
Ini tidak berarti bahwa semua perusahaan dalam industri itu akan
mempertahankan rasio leverage yang “dekat” dengan norma itu. Misalnya,
perusahaan yang sangat menguntungkan mungkin inenggunakan rasio
coverage yang tinggi dan rasio leverage neraca yang tinggi. Namun
perusahaan dengan untung sedang, mungkin merasa poseur seperti itu
terlalu berisiko. Di sini kegunaan rasio leverage normal industri menjadi
jelas. Bila perusahaan memilih menyimpang dan nilai yang diterima untuk
beberapa rasio utama, perusahaan itu Isarus punya aldsan yang kuat. Lihat
boks Persoalan Keuangan “Georgia Pacific tentang Struktur Modal”.
35
anggaran kas menurut berbagai kondisi ekonomi, dan (2) berbagai struktur
modal. Arus kas bebas menurut berhagai situasi ini dapat dipelajari untuk
menentukan apakals kehutuhan pendatsaan itu meisgakibarkan perusahaan
menghadapi tingkat risiko yang terlalu bebas untuk bisa ditanggungnva.
Dalam karyanya yang sangat terkenal, Donaldson menyatakan
bahwa kemampuan perusahaan menanggung hutang (yang didefinisikan
secara luas di sini agar mencakup pembayaran deviden preleren dan
pembayaran sewa) harus tengantung pada arus kas bersih yang bisa
diharapkan diterima perusahaan selama periode resesi. Dengan kata lain,
proporsi struktur modal target bisa ditetapkan dengan merencanakan
menghadapi “hal terburuk”. Sebuah contoh bisa membantu.
Misalkan ada resesi yang diharapkan terjadi selama satu tahun.
Selain itu, akhir tahun tersebut merupakan titik balik, atau bagian terburuk
dari resesi itu. Persamaan 8 mendefinisikan neraca kas, CB 1 yang
diharapkan perusahaan terjadi pada akhir periode resesi.
CBr = C0 + (Cs + OR) – Pa + RM + … En) - FC
di mana C0 = Neraca kas pada awal resesi
Cs = Penerimaan dan penjualan
OR = Penenimaan kas lainnya
Pa = Belanja gaji
RM = Pembayaran bahan mentah
En = Yang terakhir dan serangkaian pengeluaian yang tidak
banyak bisa dikontrol oleh manajemen pengeluaran non-
diskresi)
FC = Beban keuangan tetap yang terkait deirgan strukrur
modal tertentu
Bila kita misalkan total peneriiUaafl bersih dan pengeluaran non-
diskresi diwakili oleh NCFr persanuan 8 bisa disederhanakan menjadi:
CBr = C0 + NCFr – FC
Masukan untuk persaman 9 berasal dari rincian anggaran kas.
Variabel yang mewakili biaya pendanaan FC bisa diubah sesuai dengan
36
beberapa rencana pendanaan alternatif untuk memastikan bila neraca kas
bersih selama resesi, CBr, bisa jatuh di bawah nol.
Misalkan suatu perusahaan bisanya mempertahankan kas dan
sekuritas yang diperdagangkan sebesar $500000. Jumlah ini ada di tangan
pada saat mulam periode resesi. Selama penurunan ekonomi, perusahaan
memproyeksikan bahwa arus kas bersih dan operasinya, NCF, akan
mencapai $2 juta. Bila perusahaan itu saat ini mendanai aktivanya dengan
struktur modal tanpa leverage, neraca kasnya pada titik terburuk resesi
akan menjadi:
CBr = $500.000 + $2.000.000 - $0 = $2.500.000
Prosedur ini memungkinkan kita mempelajari berbagai situasi.
Misalkan perusahaan yang sama sedang mempertimhangkan perubahan
kapitalisasinya sedemikian rupa sehingga pembayaran bunga tahunan dan
dana tenggelam mencapai $2300000. Bila resesi tenjadi, neraca kas bersih
pada akhir periode ekonouii yang buruk itu akan menadi:
CBr = $500.000 + $2.000.000 - $2.300.000 - $200.000
Perusahaan biasanya mempertahankan neraca aktiva likuid sebesar
$500.000. Maka, efek dan struktur modal rang diusulkan pada neraca kas
perusahaan selama situasi buruk mungkin tampak terlalu berisiko untuk
diterima manajemen. Ketika peluang kehabisan kas terlalu tinggi untuk
bisa ditanggung manajemen, penggunaan leverage keuangan telah dipaksa
melebihi tingkat kurang masuk akal. Menurut alat ini, tingkat leverage
keuangan yang sesuai teradi ketika peluang kehabisan kas persis sama
dengan yang akan ditanggung oleh manajemen.
37
terhadap euro. Variasi nilai mata uang asing seperri itu dapat sering
mengakibatkan pusing kepala para eksekutif keuangan AS.
Alasan ekonomi-keuangan yang mendasari sakit kepala itu jelas.
Perusahaan multinasional AS, demi tujuan laporan pelaporan keuangan,
harus mengkonversikan pendapatan dengan denominasi mata uang asing
ke dalam dolar. Maka perusahaan dengan volume penjualan yang besar di
pasar non AS tereksposure ke ningkar nisiko valuta asing yang tinggi.
Maka dapat Anda pahami bahwa penusahaan dengan eksposure nisiko
nilai tukar yang tinggi mungkin secana masuk akal memilih menghindari
timbulnya risiko keuangan yang tinggi. Tantangan risiko nilai tukan terjadi
sangat sering.
Perhatikan bahwa pada tanggal 14 September 2000, harga saham
biasa Colgate Palmolive menurun 16 persen setelah analis sekuritas
memperingatkan kemungkinan turunnya pendapatan yang dilaporkan
akibat tingginya risiko konversi euro dan penjualan di Eropa. Pada hari
yang sama, sahans biasa McDonald’s turun 5 persen karena alasan yang
sama penurunan dalam nilai relatif euro, Dari beberapa minggu
sebelumnya, Harley Davidson melaporkan bahsva pada tanggal 12 Juli
2000, margin laba kotornya turun sebagiannya karena lemahnya “mata
uang Eropa”. Maka, mengelola mata uang asing merupakan aktivitas
harian bagi fungsi keuangan perusahaan multinasional.
38
opini dan praktek eksekutif keuangan yang mendukung tekanan kita pada
pentingnva manajemen struktur modal.
Conference Board relah mensurvai 170 pejabat keuangan senior
dalam hal praktek struktur modal mereka. Dari 170 eksekutif, 102 atau 60
persen menyatakan bahwa mereka sungguh yakin ada suatu strukrur modal
optimum bagi perusahaan. Enam puluh lima persen praktisi yang
nierespon itu bekerla bagi perusahaan dengan penjualan tahunan lebih dari
$200 juta. Salah satu eksekutif yang mendukung konsep struktur modal
optimal menyatakan:
Menurut hemat saya, ada suatu struktur modal optimum bagi
perusahaan. Namun, struktur modal optimum ini akan bervariasi
menurut masing-masing perusahaan, industri dan juga terpengaruh
oleh perubahan ekonomi, pasar uang, trend pendapatan, dan
prospek situasi serta pemberi pinjaman akan menentukan suatu
optimum pada berbagai titik sesuai waktu itu.
39
ekonomi yang telah kami hadaps menegaskan kesesuaian
kesimpulan ini
40
Item ini mencapai 85 persen nespon dengan peringkat nomor satu. Dan
respon berperingkat 2, bank investasi mendominasi hasilnya dan
merupakan 39 persen jawaban.
KAPASITAS HUTANG
Sebelumnva kita perhatikan bahwa kapasitas hutang perusahaan
merupakan proporsi hutang maksimum yang dapan dicakup dalam struktur
modalnya dan inasih retap mempertahankan biaya modal komposit
terendah. Namun bagaimana eksekutif keuangan membuat konsep
kapasitas hutang operasional? Tabel 9 diturunkan dan survei 1982 yang
sama dengan 212 eksekutif yang disebut sebelumnya. Mereka
mendefinisikan kapasitas hutang dengan berbagai cara. Pendekatan yang
paling populer adalah persentase target dan total kapitalisasi. Dua puluh
tujuh persen responden menganggap kapasitas hutang seperti itu Empat
puluh tiga persen menyatakan bahwa kapasitas hutang didefinisikan
menurut rasio keuangani berbasis neraca. Mempertahankan peringkat
obligasi juga disebut sebagai pendekatan populer bagi implementasi
konsep kapasotas hutang.
Tabel 8. Penetapan Rasio Struktur Keuangan Target
PERINGKAT
Tipe Pengaruh
1 2
Manajemen Internal dan Analis Staf 85% 7%
Bank Investasi 3 39
Bank Komersial 0 9
Kreditur Dagang 1 0
Analis Sekuritas 1 4
Rasio Industri Komparatif 3 23
Lainnya 7 18
Total 100% 100%
Sumber : Financing Policies and Practices in Large Corporations. Davif F
Scott dan Dana J Jhonson, Financial Management 11. Summer
1982. Dicetak ulang dengan ijin dari Financial Management
Association. International, University of South Florida, College
of Business Administration #3331. Tampa FL (813) 974-2084
41
RISIKO BISNIS
Faktor tunggal terpenting yang mempengaruhi campuran keuangan
adalah sifat bisnis di mana perusahaan ini beroperasi. Dalam bab 15 kita
definisikan risiko bisnis sebagai dispersi relatif aliran EBIT yang
diharapkan perusahaan. Bila sifat bisnis perusahaan sedemikian rupa
sehingga memang secara inheren varoabihras aliran EBIT-nya tinggi,
maka tidak bijaksana mengenakan derajat keuangan berisiko tinggi di atas
aliran pendapatan yang sudah tidak pasti ini.
42
Sifat industri, pasar, dan perusahaan cenderong noenentukan hatas
hunang sang tidak akan dilewati oleh manajemen yang hati-hati.
Industri kami bersifat padat modal dan pasar kami cenderung
siklus. Kemampuan melayani utang sementara beroperasi dalam
lingkungan seperti ini menuntut struktur keuangan yang
konservatif.
43
stuktur modal perusahaan bila leverage sekarang masih di bawah rentang
penggunaan leverage optimal berdasar. pada kurva biaya modal
keseluruhan. Sebaliknya, manajer akan menambah ekustas bila leverage di
atas rentang optimal. Dengan kondisi itu, aktivitas pendanaan menurunkan
biaya modal bagi perusahaan sekaligus meningkatkan kekayaan pemegang
saham.
Survey 1991 atas CEO sejumlah perusahaan terbesar non keuangan
yang tidak diregulasi, membahas prediksi aktivitas ini. Dan 800
perusahaan yang disurvey, 117 merespon, tingkat respon 14,6 persen. Para
pengambil keputusan 101 datanya tentang bagaimana respon perusahaan
mereka bila dihadapkan sonuaso pendanaan tententu yang pasti.
Perlu dicatat bahwa pandangan moderar tidak membedakan antara
ekuitas internal (laba ditahan dan depresiasi) dengan ekuitas eksternal
(penjualan saham biasa). Meskipun demikian, pertanyaan yang diajukan
ke para manajer keuangan membuat pembedaan ini. Bendasarkan model
valuasi aktiva finansial, ekuitas biasa umumnya dianggap sumber dana
paling mahal, yang melampaui biaya hutang maupun saham preferen.
Biaya ekuitas eksternal melampaui ekuitas internal karena ada
penambahan biaya pengambangan.
Dalam hal bagian yang menurun ke bawah dari kurva biaya modal
itu, para manajer ditanya hagaimana pilihan pendanaan mereka bila 1)
perusahaan punya dana Internal yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
invesrasi (pengangganan modal) namun (2) rasio hutang di bawah tingkat
yang diinginkan perusahaan. Teori moderat meramalkan bahwa dalam
situasi ini manajer akan menamhah hutang ke stuktur modal perusahaan.
Namun 81 persen responden mengatakan bahwa mereka akan
menggunakan ekuitas internal untuk mendanai mvestasi. Hanya 17 persen
menyatakan mereka akan menggunakan hutang jangka panjang, dan 11
persen memilih hutang jangka pendek. Dalam situasi ini kebanyakan
manajer menunjukkan bahwa mereka memilih ekuitas internal yang lebih
mahal ketimbang hutang yang (tampaknya) kurang mahal untuk investasi.
44
Kc
Biaya Modal K0
Kd
0 A B
Leverage Keuangan
45
Dalam situasi sulit ini. 68 persen menyarakan akan mengurangi ;
rencana investasi. Yakni penganggaran modal akan mengkerut Penjelasan
utama pembahasan investasi ini adalah (1) itu demi kepentingan terbaik
pemegang saham sekarang, dan (2) itu risiko yang dapat dikontrol.
46
dengan mengadaptasi solusi jangka pendek. Penentuan waktu penerbitan
ekuitas dengan kondisi pasar yang menguntungkan merupakan sasaran
utama paramanajer keuangan dan sepenuhnya konsisten dengan rentang
struktur modal optimal yang didefinisikan menurut teori moderat
(Gambar 9).
Sekitar 4 persen responden menyatakan bahwa mereka akan
menerbitkan ekuitas, kendati saham kurang dihargai. Tiga belas persen
menunjukkan bahwa mereka akan berusaha mengoreksi harga dengan
memberikan informasi yang memadai sebeluni menerbitkan ekuitas.
Sekitar 13 persen lagi menunjukkan bahwa mereka akan menambah
hutang jangka panjang, sehigga menggeser leverage lebih jauh di luar
rentang optimal.
Hanya 4 persen yang menjawab situasi ini bahwa mereka akan
mendapatkan dana dengan mengurangi pembayaran deviden. Bagi manajer
deviden kas pemegang saham sangat penting. Perusahaan lebih suka
melupakan proyek-proyek yang menguntungkan ketimbang
mengalokasikan kembali deviden yang diharapkan pemegang saham ke
investasi. Kebijakan deviden dibahas luas dalam Bab 17.
Dapat Anda lihat bahwa kemampuan kita sebagai analis untuk
meramalkan pilihan pendanaan, dibanding meresepkannya, jauh dan
sempurna. Dalam banyak situasi, manajer tampak bereaksi seperti yang
dioyatakan teori struktur modal populer. Dalam situasi lain, manajer
menolak sebagian aspek teori ito, arau teori itu membutuhkan perbaikan
lagi. Pemahaman atas berbagai penyimpangan ini berguna bagi analis.
Pemahaman menyeluruh atas teori keputusan keuangan maupun
alat-alat manajemen struktur modal akan membantu Anda dalam
mengambil pilihan yang baik yang memaksimalkan kekayaan pemegang
saham. Kombinasi dan teori dan alatalat praktis ini juga memungkinkan
Anda mengajukan pertanyaan yang sangat spesifik kerika menghadapi
situasi pengambilan keputusan.
47
48
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan
keuangan sangat penting bagi setiap perusahaan,untuk menyusun rencana
keuangan seberapa besar dana yang harus dikeluarkan,terutama pihak
manajemen apabila perencanaan keuangan disajikan dengan baik dan benar
tentunya peramalan keuangan untuk jangka waktu yang akan datang akan
terlaksana dengan baik pula.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis sudah berusaha untuk
melengkapi makalah ini selengkap-lengkapnya dengan mencari dan meringkas
dari berbagai sumber.
Namun demikian penulis sadar bahwa penulisan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan.Untuk itu penulis memohon pada pembaca untuk
dapat memberikan saran-saran pada penulis guna untuk kesempurnaan pada
penulisan makalah berikutnya.
49
DAFTAR PUSTAKA
50