Anda di halaman 1dari 2

Pada tanggal 25 Mei 2023, mahasiswa Prodi Administrasi Publik Universitas Airlangga

melaksanakan kuliah lapangan di Desa Pagerwojo Kecamatan Perak Kabupaten Jombang.


Kami mengambil salah satu program Desa Pagerwojo yaitu zero stunting. Pada kegiatan
tersebut kami melakukan wawancara mendalam dengan kader pencegahan stunting dan
orang tua anak kategori stunting di balai desa selama satu hari. Berat badan di bawah garis
merah (BGM) adalah salah satu jenis kekurangan gizi balita di Indonesia. Akibatnya,
masalah gizi ini termasuk terhambatnya proses pertumbuhan, kekurangan energi yang
menyebabkan tubuh menjadi lemah serta penurunan daya tahan tubuh yang memudahkan
terjangkit penyakit, perkembangan mental yang menurun, yang menyebabkan lemahnya
kemampuan berpikir serta terganggunya fungsi otak secara permanen, dan gangguan
kesehatan lainnya. Melihat dari dampak stunting, maka program Desa pagerwojo dalam
penanganan stunting selama 5 tahun terakhir adalah menargetkan zero stunting pada tahun
2024. Untuk tahun 2023 ini anak yang masih terkategori stunting adalah 27 anak.

Berdasarkan penuturan kepala desa, ada beberapa kegiatan dalam mendukung program
zero stunting. Salah satunya adalah 3 and 1, maksud kegiatan tersebut adalah ketika ada
anak yang dikategorikan stunting akan dibantu tiga keluarga. Yang membantu tersebut bisa
dari kader PKK, tokoh masyarakat dan aparat keamanan setempat. Para keluarga yang
membantu tersebut akan memantau anak stunting sampai dengan anak tersebut tercukupi
gizinya dan sembuh. Maka dari itu program zero stunting ini membutuhkan bantuan dari
banyak pihak dan saling tolong menolong.

Selanjutnya, berdasarkan kader pembangunan manusia yang juga membawahi stunting


yaitu Ibu Fenty. Desa Pagerwojo termasuk desa yang besar di Kecamatan Perak, baik dari
segi wilayah dan penduduk. Karena penduduk yang banyak tersebut maka jumlah anak
mengalami stunting juga berpotensi lebih tinggi dibanding desa lain. Untuk tahun 2023
Desa Pagerwojo sudah tidak termasuk tiga besar desa terbanyak stunting. Hal tersebut
merupakan pencapaian Desa Pagerwojo dalam menurukan angka stunting sebanyak 50%
lebih dibanding tahun sebelumnya. Di tahun sebelumnya, anak yang mengalami stunting
sebanyak 60-80 anak dan di tahun 2023 turun menjadi 27 anak. Stunting ini bermacam-
macam penyebabnya, yang paling utama adalah kualitas pola asuh orang tua. Anak yang
mengalami stunting tidak selalu masalah ekonomi dan dari keluarga miskin, tetapi
sebagian juga ada yang dari keluarga menengah keatas.

Dari sisi orang tua anak yang mengalami stunting kebanyakan tidak fokus dalam mengurus
anaknya. Kebanyakan kasusnya ditinggal bekerja lalu dirawat orang lain dan akibatnya
adalah tidak teratur dalam memberi makan anak tersebut. Di Desa Pagerwojo untuk
meredam masalah stunting, desa mendirikan TPG (Taman Pemulihan Gizi). TPG ini
merupakan inisiatif desa dengan dibantu puskesmas dan kabupaten dalam memenuhi gizi
anak yang megalami stunting. Fungsi TPG adalah memberikan bantuan kepada anak yang
mengalami stunting selama tiga bulan berturut-turut dalam memenuhi gizi mereka. Anak-
anak yang masuk kategori stunting akan diundang ke TPG untuk diberikan pemahaman
bagi orang tuanya tentang gizi dan bantuan tambahan gizi setiap hari selama tiga bulan.
Selama ada di TPG anak-anak tersebut pasti akan naik, baik dari tinggi dan berat badan.
Namun, jika tidak berada di TPG anak tersebut tidak bertambah berat badannya padahal
sudah diberikan contoh menu, ini kembali lagi ke kesadaran orang tua dalam pemenuhan
gizi anak dan lingkungan. Selain itu juga diberikan bantuan daging ayam dan telur ke
anak-anak kategori stunting. Pemberian makanan yang memenuhi kebutuhan gizi anak
sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pada usia anak-anak.
Jika kebutuhan gizi anak terpenuhi, pertumbuhan anak dapat mencapai tingkat maksimum
dan pertumbuhan yang optimal merupakan dasar dari perkembangan anak yang normal.

Potensi anak stunting juga bisa dilihat dari masa kehamilan, apabila ibu hamil tersebut
badanya kurang dari normal, kemungkinan besar bayinya akan stunting. Pencegahan
stunting tidak hanya setelah bayi tersebut lahir, tetapi harus dimulai dari awal masa
kehamilan. Apabila sudah terindikasi ibu hamilnya kurang dalam hal berat badan, maka
akan dibantu oleh puskesmas, dengan diberikan susu dan biskuit. Terdapat hubungan yang
signifikan antara dukungan keluarga dan pemberian makanan pendamping ASI, dan
dukungan keluarga yang tinggi terhadap pemberian makanan pendamping ASI akan
berdampak buruk bagi kesehatan bayi. Jelas, jika keluarga memberikan peran atau
dukungan yang positif, maka akan membuat para ibu enggan untuk memberikan makanan
pendamping ASI pada bayi mereka yang berusia antara 0 hingga 6 bulan.

Anda mungkin juga menyukai