Anda di halaman 1dari 6

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) Mengenai Dampak

Pembangunan Bandara

Analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) merupakan salah satu


studi kelayakan terhadap suatu proyek atau rencana kegiatan/usaha yang akan
dilakukan; apakah proyek/kegiatan/usaha yang akan direncanakan telah layak
secara lingkungan ataukah tidak. AMDAL adalah kajian mengenai dampak
penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan.

Dampak Positif

A. Dampak Sosial dan Ekonomi


1) Menigkatnya nilai tanah atau lahan
Terdapat tiga makna tanah, yaitu
a) tanah yang nilainya ditentukan oleh kemampuannya menghasilkan
produksi tanaman,
b) tanah yang nilainya ditentukan dengan ukuran berat, dan
c) tanah yang nilainya ditentukan dengan ukuran luas yang sekaligus
berarti ruang hidup untuk manusia.
Menurut Von Thunen, nilai tanah berkaitan dengan pertimbangan
penggunaan tanah, yang menekankan pada lokasi dan juga pengunaannya.
Pembangunan bandar udara akaan mrmberi dampak yang signifikan
terhadap tingginya harga tanah. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan
meningkatnya nilai tanah tersebut adalah dalam hal aksesibilitas.
Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan lokasi tata
guna lahan berinteraksi satu sama lain, dan mudah atau sulitnya lokasi
tersebut dicapai melalui transportasi. Tinggi rendahnya aksesibilitas dapat
diukur berdasarkan pada sistem jaringan jalan yang tersedia pada suatu
wilayah.
Pembangunan Bandara dapat menyebabkan pengalih fungsian lahan di
sekitarnya hingga puluhan ribu hektar. Konsekuensi yang harus
ditanggung dari pembangunan banadar udara adalah menyempitnya lahan
pertanian pangan akibat beralih fungsi menjadi bangunan fisik sarana
pendukung. Adanya perubahan fungsi ini akan mengakibatkan daerah
sekitar bandara menjadi salah satu tujuan investor dalam berbisnis.
Terjadi perubahan fungsi lahan yang selama ini hanya berupa lahan
pertanian atau perkebunan menjadi jalan raya ataupun perkantoran dan
perumahan. Perubahan yang dirasakan saat ini adalah semakin
berkurangnya lahan pertanian yang disebabkan terjadinya alih fungsi lahan
dari lahan pertanian menjadi lahan terbangun. Pada dasarnya setiap tanah
memiliki nilai, namun apabila dalam penggunaannya dapat memberikan
manfaat ekonomi yang lebih besar, maka nilainya dapat bertambah tinggi.
Perkembangan suatu wilayah dapat terwujud apabila didukung oleh
tersedianya sarana dan prasarana seperti jalan raya, terminal, listrik,
pelabuhan laut dan bandara. Keberadaan infrastruktur memiliki peran yang
sangat vital dalam mewujudkan interaksi sosial dan kelangsungan sistem
perekonomian suatu wilayah. Apabila semakin baik keadaan infrastruktur,
maka semakin baik pula pengaruhnya terhadap interaksi sosial dan
keadaan ekonomi suatu wilayah serta dapat memicu kemajuan dan
perkembangan suatu wilayah.
2) Pola Pikir Masyarakat Terhadap Pendidikan
Dampak social lain dari Pembangunan bandar udara bagi masyarakat yaitu
pada perubahan pola pikir masyarakat terhadap pendidikan. Harga tanah di
wilayah sekitar bandara akan menjadi tinggi. Tanah yang awalnya hanya
lahan kosong, saat ini menjadi sesuatu hal yang memiliki harga jual tinggi.
Hal tersebut mengakibatkan perubahan pola pikir masyarakat bahwa lahan
berpotensi untuk dijual dengan harga tinggi sehingga pendapatan
bertambah. Penghasilan masyarakat bertambah sehingga tingkat
pendidikan masyarakat pun semakin meningkat.
3) Meningkatnya Kualitas SDM
Keberadaan bandara membuat penduduk yang aktif dan kreatif akan
mempunyai pekerjaan baru yang berpengaruh terhadap peningkayan
pendapatan. Dikarenakan bandara akan menjadi pusat transportasi, maka
akan meningkatkan potensi pariwisata di wilayah tersebut. Masyarakat
akan membuat inovasi baru untuk menarik minat wisatawan.

Dampak Negatif

A. Dampak Sosial
Pembangunan bandara memberikan dampak pada sikap dan perilaku
masyarakat tentu juga berdampak pada pengeluaran yang disebabkan
meningkatnya pendapatan masyarakat. Pengeluaran berlebih dilakukan oleh
masyarakat untuk biaya pendidikan, membeli kebutuhan tersier seperti mobil,
membangun kost-kost an, membangun tempat usaha selain itu juga
dikarenakan harga tanah yang tinggi sehingga berdampak pada pajak tanah
yang tinggi pula.
B. Dampak Lingkunagn
Dampak pertama yang muncul akibat pengoperasian bandara terhadap
lingkungan disekitarnya adalah kebisingan. Kebisingan operasi penerbangan
di bandar udara baru seperti halnya di bandar udara lain sebagian besar
bersumber dari pergerakan pesawat terbang. Beberapa tipe pesawat terbang jet
komersial yang akan beroperasi di Bandar Udara Bali Baru diantaranya Airbus
A320, Airbus A330, ATR 72, Boeing B737 NG, Boeing B737 MAX, Boeing
B777 dan Boeing B787 Dreamliner. Pesawat terbang yang biasanya
digunakan untuk penerbangan charter kemungkinan juga beroperasi di BUBB
seperti Embraer Legacy 600 dan Airbus Helicopters EC155B1. Boeing B777
merupakan pesawat terbang terbesar, sehingga potensi kebisingan terbesar
dimunculkan oleh jenis pesawat terbang ini.
Level kebisingan dari beberapa tipe pesawat ditunjukkan merupakan level
kebisingan efektif yang diterima dalam ukuran desibel (dB). Pengukuran level
kebisingan tersebut didasarkan pada tiga posisi pesawat terbang berdasarkan
pada referensi runway threshold yaitu Lateral, Flyover dan Approach.
Dampak lain yang dapat muncul akibat pengoperasian bandara adalah dampak
pencemaran udara, tanah, dan air terhadap lingkungan sekitar bandara.
Pembangunan yang dilakukan di hutan dan perbukitan akan mengurangi
daerah resapan air, sehingga memudahkan terjadinya banjir. Lahan pertanian
juga akan berkurang. Seharusnya, pembangunan mampu membantu sektor
pertanian, bukan malah mengurangi lahan pertanian.
Potensi pencemaran tanah dan air yang terjadi di bandar udara berasal dari
kegiatan operasi penerbangan, perawatan pesawat terbang, perawatan fasilitas
bandar dan aktivitas bandar udara lainnya. Pencemaran ini dapat berupa
tumpahan bahan bakar pesawat terbang dan kendaraan bermotor, tumpahan
oli, tumpahan bahan kimia dan bahan beracun/berbahaya lainnya.
Pengelola bandar udara berkewajiban untuk mengendalikan pencemaran tanah
dan air melalui kegiatan monitoring, evaluasi risiko dan penerapan tindakan
mitigasi. Beberapa tindakan mitigasi yang dilakukan di antaranya adalah
penyediaan lokasi khusus untuk penimbunan dan pembuangan bahan
beracun/berbahaya, pelaporan kejadian yang berpotensi mencemari tanah dan
air, penyusunan Environment Management System dan Construction
Environment Management Plan serta penyusunan prosedur pembersihan
tumpahan.
Pengoperasian bandara nantinya akan mengakibatkan emisi gas rumah kaca.
Emisi gas rumah kaca tersebut sangat berperan menyebabkan peningkatan
pemanasan global.
C. Dampak Satwa Liar
Akibat adanya pembangunan dan pengoperasian, fragmentasi habitat satwa
liar sangat mungkin terjadi. Fragmentasi ini akan berdampak pada terjadinya
lonjakan populasi salah satu atau beberapa spesies. Pengurangan spesies juga
mungkin terjadi karena terputusnya rantai makanan di daerah tersebut.
Pembuatan gorong-gorong yang melewati bandar udara memungkinkan bagi
satwa liar berpindah dari satu sisi bandar udara ke sisi bandar udara lainnya
tanpa melalui daerah lintasan pesawat udara. Hal ini diharapkan dapat
menghindari terjadinya lonjakan populasi disisi tertentu.
Terdapat dua potensi gangguan satwa liar (wildlife strike) terhadap operasi
bandar udara berupa gangguan terkait bahaya akibat masuknya mamalia ke
daerah pergerakan pesawat dan bird strike yang diakibatkan oleh pergerakan
burung di udara. Hewan mamalia yang memerlukan perhatian khusus adalah
monyet ekor panjang karena jangkauan jelajahnya cukup luas dan lebih lincah
dibanding hewan-hewan mamalia lainnya. Walaupun sebaran habitat monyet
ekor panjang ini tidak bersinggungan langsung dengan kawasan operasi
bandar udara, namun kemungkinan hewan ini memasuki daerah lintasan
pesawat tetap perlu diwaspadai. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah
penempatan pagar listrik bertegangan rendah.
Terdapat beberapa upaya yang umum dilakukan untuk menghindari terjadinya
pergerakan burung ke daerah operasi pesawat udara seperti pemotongan
rumput yang tidak terlalu pendek dan dilakukan pada malam hari untuk agar
tidak menarik perhatian burung pemakan serangga. Pada prinsipnya bandar
udara diusahakan untuk tidak menyediakan tempat pencarian makanan
burung. Pihak bandar udara secara berkala harus melakukan inspeksi daerah-
daerah yang rentan dimanfaatkan burung sebagai tempat bersarang.
penempatan kamera pengawas (CCTV) di daerah sekitar bandar udara selain
untuk menjaga keamanan juga dapat digunakan untuk memonitor pergerakan
burung dan satwa liar lainnya. Secara aktif pihak bandar udara juga harus
mempersiapkan personel yang bertugas untuk mengusir burung ataupun
kawanan burung yang memasuki wilayah bandar udara. Pengusiran tersebut
biasanya dibantu dengan beberapa perangkat misalnya alat akustik pengusir
burung dan drone dengan bentuk burung pemangsa.
Dafrtar Pustaka

Sadono, Mahardi. Hasan, Mohamad Bashory. Dkk. (2021). Kajian Mitigasi


Dampak Lingkungan Akibat Operasi Bandar Udara dan Pengaruh Lingkungan
Terhadap Operasi Bandar Udara Bali Baru. Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara.
Institut Teknologi Bandung. Indonesia

Kholidah, Annisa Fitri. Hadi, Poerwanti Pratiwi. Dampak Sosial Ekonomi


Pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta bagi Masyarakat Purworejo.
Pendidikan Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Yogyakarta.
Dimensia: Jurnal Psikologi

Firmansyah Zulkarnain Fadheri. (2017) Analisis Mengenai Dampak


Lingkungan Proyek Reklamasi Pantai Utara Jakarta, Program Sarjana Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.

Kustiningsih Wahyu. (2017). Kelompok Rentan dalam Pembangunan


Kawasan Kota Bandara di Kulon Progo: Studi Kasus New Yogyakarta
International Airport (NYIA). Program Sarjana Universitas Gajah Mada.

Mustafa Kemal Ramadhan. (2015) Implementasi Keterlibatan Masyarakat


Dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Program Sarjana
Universitas Negeri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai