dk10 Blok 9
dk10 Blok 9
Seorang wanita, usia 53 tahun datang ke UGD rumah sakit tempat saudara bertugas dengan
keluhan nyeri perut kanan atas. Nyeri perut kanan atas tersebut timbul sejak 7 hari yang lalu
yang menjalar kearah punggung. Nyeri timbul selama 15 – 30 menit terutama pada saat
setelah makan dan saat tengah malam sehingga sering membangunkan penderita dari tidur.
Disamping itu penderita mengeluh badan panas yang berkurang setelah minum obat
parasetamol. Penderita juga mengeluh sering mual dan muntah sebanyak 3 kali. Nyeri kepala,
badan pegal-pegal serta nafsu makan berkurang. Penderita adalah seorang ibu rumah tangga
dengan kebiasaan makan goreng-gorengan dan jarang berolah raga.
Hasil pemeriksaan Laboratorium o Darah lengkap : Hb 13,7 gr/dL, lekosit 12.500/ mm³, Hct
38,1 %, trombosit 344.000/ mm³, LED 35 mm/jam o Kimia dan imunoserologi : GDP 105
mg/dl ;SGOT 86 IU/L ; SGPT 95 V ; Bili Direk 1,7 mg/dL ; Bili Total 2,3 mg/dL ; ALP 245
IU/L ; Ureum 20 mg/dL ; kreatinin serum 0.9 mg/dL IgM anti HAV non reaktif : HBsAg non
reaktif o Urine lengkap :Warna kuning agak kecoklatan, Berat jenis 1.015, pH 7, bilirubin
dan urobilinogen +. Sedimen urin :eritrosit 1 -2/Lp, lekosit 2 – 3/Lp, epitel 0 – 1/Lp, Kristal -,
silinder -. Bakteri – o Feses : tidak didapatkan kelainan
1.
DD:
Appendicitis
Biliary colic
Cholangitis
Mesenteric ischemia
Gastritis
Peptic ulcer disease
USG abdomen adalah pilihan pemeriksaan utama untuk menilai kandung empedu dan
mendeteksi batu empedu serta tanda-tanda kolesistitis.
Pemeriksaan USG dapat menunjukkan adanya penebalan dinding kandung empedu, edema,
dan tanda-tanda peradangan.
Pemeriksaan Darah:
Hitung darah lengkap (Hemoglobin, Leukosit): Peningkatan jumlah leukosit dapat
menunjukkan respons peradangan pada kolesistitis.
Fungsi hati (SGOT, SGPT, ALP, bilirubin): Pemeriksaan ini dapat membantu menyingkirkan
penyakit hati dan menilai fungsi hati yang terkait dengan kolesistitis.
Tes Fungsi Hati dan Pankreas:
Uji enzim hati dan pankreas seperti amilase dan lipase mungkin diperiksa untuk
mengecualikan kemungkinan pankreatitis yang terkait.
Tes Inflamasi:
Laju endap darah (LED) dan C-reactive protein (CRP) dapat meningkat sebagai respons
terhadap peradangan.
Referensi:
Tintinalli JE, Stapczynski JS, Ma OJ, et al. (2016). Tintinalli's Emergency Medicine: A
Comprehensive Study Guide. McGraw Hill Professional.
Feldman M, Friedman LS, Brandt LJ. (2015). Sleisenger and Fordtran's Gastrointestinal and
Liver Disease: Pathophysiology, Diagnosis, Management. Saunders.
3. Kolesistitis Akut:
Definisi Diagnosis:
Kolesistitis akut merupakan peradangan akut pada kandung empedu, biasanya terkait dengan
obstruksi saluran empedu oleh batu empedu. Kondisi ini dapat menyebabkan peradangan
pada dinding kandung empedu dan dapat bersifat akut atau kronis.
Manifestasi Klinis:
Manifestasi klinis kolesistitis akut melibatkan gejala dan tanda-tanda berikut:
Feldman M, Friedman LS, Brandt LJ. (2015). Sleisenger and Fordtran's Gastrointestinal and
Liver Disease: Pathophysiology, Diagnosis, Management. Saunders.
Tintinalli JE, Stapczynski JS, Ma OJ, et al. (2016). Tintinalli's Emergency Medicine: A
Comprehensive Study Guide. McGraw Hill Professional.
Epidemiologi:
Kolesistitis akut memiliki beberapa karakteristik epidemiologis yang perlu diperhatikan:
Prevalensi Tinggi pada Orang dengan Batu Empedu: Kolesistitis akut seringkali terkait
dengan keberadaan batu empedu, dan prevalensinya lebih tinggi pada individu yang memiliki
batu empedu.
Lebih Sering Pada Wanita: Kolesistitis akut lebih umum terjadi pada wanita dibandingkan
pria.
Usia dan Faktor Risiko: Kejadian kolesistitis akut meningkat dengan bertambahnya usia, dan
faktor risiko termasuk obesitas, diabetes, dan kehamilan. Penyakit kandung empedu terjadi
pada pria dan wanita, dengan populasi tertentu yang lebih rentan terhadapnya. Risiko
penyakit kandung empedu meningkat pada wanita, pasien obesitas, wanita hamil, dan pasien
berusia 40-an. Penurunan berat badan yang drastis atau penyakit akut juga dapat
meningkatkan risiko. Pembentukan batu empedu dan kondisi ini dapat menurun dalam
keluarga. Kondisi lain yang menyebabkan kerusakan sel darah, misalnya penyakit sel sabit,
juga meningkatkan kejadian batu empedu.
Etiologi:
Etiologi kolesistitis akut dapat bervariasi, tetapi penyebab yang paling umum adalah
obstruksi saluran empedu oleh batu empedu. Faktor-faktor etiologis yang mungkin terlibat
meliputi:
Batu Empedu: Batu empedu adalah penyebab paling umum kolesistitis akut.
Infeksi: Infeksi pada kandung empedu juga dapat menyebabkan peradangan.
Iskemia: Gangguan aliran darah ke kandung empedu dapat menyebabkan iskemia dan
kolesistitis.
Faktor Genetik: Ada faktor genetik yang dapat meningkatkan risiko pembentukan batu
empedu.
Referensi:
Everhart JE, Ruhl CE. (2009). Burden of digestive diseases in the United States part III:
Liver, biliary tract, and pancreas. Gastroenterology, 136(4), 1134-1144.
Portincasa P, Moschetta A, Palasciano G. (2006). Cholesterol gallstone disease. The Lancet,
368(9531), 230-239.
Jones MW, Genova R, O'Rourke MC. Acute Cholecystitis. [Updated 2023 May 22]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-.
5.Patogenesis:
Ketika batu kandung empedu menghalangi saluran kistik, kolesistitis berkembang sebagai
berikut:
Kemacetan dan edema adalah gejala yang jelas selama
2-4 hari pertama, juga disebut kolesistitis edema. Nekrosis
kolesistitis, ditandai dengan perdarahan dan nekrosis, terlihat
pada 3-5 hari. Dari 7-10 hari, penyakit ini berkembang menjadi fase purulen, yang juga
dikenal sebagai kolesistitis supuratif.
Fase akut kolesistitis berlangsung sekitar 1 minggu hingga
10 hari. Kemudian 2-3 minggu setelahnya, sarang purulen diganti
dengan jaringan granulasi, dan berkembang menjadi kolesistitis subakut, yang akhirnya
menjadi kolesistitis kronis. Perkembangan penyakit dalam setiap fase dijelaskan secara
singkat di bawah ini.
1.2.1 | Fase kongestif dan edema
Ini adalah fase gangguan peredaran darah yang mencapai puncaknya 2-4 hari setelah
setelah onset (Gambar 1A). Ketika batu empedu menabrak leher kandung empedu atau
saluran kistik, menghalangi saluran kistik, darah
pembuluh darah di dinding kandung empedu di sekitar leher tertekan
oleh batu obstruktif, menyebabkan gangguan peredaran darah. Sebagai
Akibatnya, dinding menjadi padat dan bengkak, mengisi
kandung empedu dengan efusi. Secara makroskopis, kantung empedu
menjadi buncit, dan dinding kandung empedu mengalami penebalan edema dengan pelebaran
pembuluh darah yang menonjol dan edema.
Namun, secara histologis, jaringan kandung empedu tetap terjaga;
pembuluh darah kecil dan edema yang ditandai juga dapat ditemukan di
jaringan subserosa.
Standring, S. (Ed.). (2016). Gray's Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical Practice (41st
ed.). Elsevier.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2015). Textbook of Medical Physiology (13th ed.). Saunders.
Batu Empedu (Kolelitiasis): Kolelitiasis atau pembentukan batu empedu adalah salah satu
faktor risiko utama kolesistitis akut. Batu empedu dapat menyumbat saluran empedu atau
leher kandung empedu, menyebabkan peradangan.
Infeksi: Infeksi bakteri pada kandung empedu dapat menjadi pemicu kolesistitis akut,
terutama jika terjadi obstruksi saluran empedu oleh batu.
Obesitas: Individu dengan indeks massa tubuh (IMT) tinggi atau obesitas memiliki risiko
lebih tinggi untuk mengembangkan kolesistitis akut. Obesitas dapat berkontribusi pada
pembentukan batu empedu.
Kelainan Saluran Empedu: Gangguan pada saluran empedu, seperti sumbatan oleh tumor atau
kelainan lainnya, dapat meningkatkan risiko kolesistitis.
Kehamilan: Wanita hamil memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kolesistitis akut,
terutama pada trimester ketiga, karena perubahan hormonal dan peningkatan tekanan pada
kandung empedu.
Penurunan Berat Badan yang Cepat: Penurunan berat badan yang drastis atau program diet
ekstrem dapat meningkatkan risiko pembentukan batu empedu dan kolesistitis.
Diabetes: Diabetes dapat meningkatkan risiko pembentukan batu empedu dan berkaitan
dengan kolesistitis.
Umur: Risiko kolesistitis meningkat dengan bertambahnya usia, terutama setelah usia 40
tahun.
Referensi:
Portincasa, P., Moschetta, A., Palasciano, G., & Di Ciaula, A. (2008). Gallstone disease:
Symptoms and diagnosis of gallbladder stones. Best Practice & Research Clinical
Gastroenterology, 22(6), 1017–1029. doi:10.1016/j.bpg.2008.09.014.
Shaffer, E. A. (2005). Epidemiology and risk factors for gallstone disease: Has the paradigm
changed in the 21st century? Current Gastroenterology Reports, 7(2), 132–140.
doi:10.1007/s11894-005-0072-9.
8. Insidensi Kolelitiasis:
Populasi Umum: Insidensi kolelitiasis bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti usia,
jenis kelamin, dan etnisitas. Secara umum, insidensi ini berkisar antara 10-20% di populasi
dunia.
Faktor Risiko Spesifik: Beberapa kelompok, seperti wanita, orang dengan obesitas, dan orang
dengan riwayat keluarga kolelitiasis, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan batu
empedu.
Referensi:
Everhart, J. E., & Ruhl, C. E. (2009). Burden of digestive diseases in the United States part
III: Liver, biliary tract, and pancreas. Gastroenterology, 136(4), 1134–1144.
doi:10.1053/j.gastro.2009.02.038.
Jones MW, Genova R, O'Rourke MC. Acute Cholecystitis. [Updated 2023 May 22]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-.
10. Kolesistitis akut bukanlah penyakit serius selama peradangan tetap berada di dalam
kantong empedu, tetapi akan menjadi parah setelah
perforasi terjadi. Seperti yang disebutkan sebelumnya, nekrosis jaringan atau
perforasi dinding karena obstruksi sebagai organ luminal dan gangguan peredaran darah
sekunder adalah karakteristik penyakit ini.
Komplikasi pada kolesistitis akut dapat dibagi menjadi
jenis berikut 3
:
1. Perforasi ke dalam rongga peritoneum bebas;
2. Perforasi subakut dengan pembentukan abses perikolekistik yang berdinding;
3. Fistula bilier internal (perforasi kronis dengan fistula
hubungan antara kantong empedu dan viskus lainnya).
11.
Prognosis kolesistitis akut umumnya baik jika ditangani dengan cepat dan tepat. Namun, jika
tidak diobati, kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti infeksi berulang,
peritonitis, atau gangren pada kandung empedu.
Perawatan yang diberikan, seperti terapi antibiotik dan, dalam beberapa kasus, pengangkatan
kandung empedu, dapat meningkatkan prognosis dan mencegah kambuhnya kondisi ini.
Aplikasi Bioetika dan Humaniora pada Kasus Kolesistitis Akut:
12.
Prinsip-prinsip Bioetika:
Otonomi Pasien: Melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan terkait perawatan dan
prosedur medis.
Keadilan: Memastikan akses yang adil terhadap perawatan dan menghormati hak-hak pasien
tanpa diskriminasi.
Manfaat dan Non-Malefikasi: Memastikan bahwa perawatan yang diberikan memberikan
manfaat dan menghindari kerugian yang tidak perlu.
Perspektif Humaniora:
Empati: Mempertimbangkan perasaan dan pengalaman pasien serta memberikan perhatian
yang empatik.
Keterlibatan Budaya: Menghormati nilai-nilai budaya pasien dalam merencanakan
perawatan.
Patient Preferences
Autonomy: Informed Consent
Seorang dokter memberitahu kepada pasien mengalami penyakit yang di derita
pasien serta tatalaksana yang akan digunakan dokter kepada pasien dengan
persetujuan dari pasien tersebut.
Quality of Life
Non-maleficence: Menghindari komplikasi buruk
Seorang dokter harus memperhatikan keselamatan seorang pasien dengan
memberikan pengobatan yang efektif dengan menggunakan obat atau tatalaksana
yang memiliki sedikit efek samping kepada tubuh pasien.
Contextual Features
Justice: Mendistribusikan keuntungan dan kerugian
Seorang dokter harus bisa memberikan edukasi kepada pasien tentang
penyakitnya, cara untuk mencegahnya serta tatalaksana yang akan di berikan
kepada pasien dengan melihat kondisi dan latar belakang pasien, sehingga pasien
setuju untuk di obati.
Primafacie
Beneficence dan non-maleficence
Referensi:
Beauchamp, T. L., & Childress, J. F. (2019). Principles of Biomedical Ethics. Oxford
University Press.
Sulmasy, D. P. (2002). A biopsychosocial-spiritual model for the care of patients at the end
of life. The Gerontologist, 42(Suppl 3), 24–33. doi:10.1093/geront/42.suppl_3.24.