Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/347342404

KOTA TUA PADANGAN SEBAGAI SAKSI BERAKHIRNYA KADIPATEN JIPANG


DAN BERDIRINYA KABUPATEN BOJONEGORO

Chapter · December 2020

CITATIONS READS

0 2,368

4 authors, including:

Muhammad Eko Subagtio


Universitas Negeri Surabaya
5 PUBLICATIONS 3 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Muhammad Eko Subagtio on 16 December 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KOTA TUA PADANGAN SEBAGAI SAKSI yang telah diserahkan kepada VOC. Bukti keberadaan
Padangan sebagai pusat ekonomi dibuktikan dengan adanya
BERAKHIRNYA KADIPATEN JIPANG DAN nama dukuh Bandar di sebelah utara Sungai bengawan Solo
BERDIRINYA KABUPATEN BOJONEGORO (perbatasan Padangan-Kasiman), serta pasar tradisional yang
sudah ada sejak zaman kolonial, tepatnya berada di desa
Kuncen. Setelah pusat pemerintahan dipindahkan ke
Oleh :
Bojonegoro pada tahun 1825, wilayah Padangan masih ramai
Muhammad Eko Subagtio aktivitas perekonomian dan semakin padat pemukiman. Hal
tersebut dibuktikan dengan adanya beberapa bangunan kuno
berarsitektur Belanda yang masih dapat kita jumpai hingga
Abstrak sekarang. Beberapa dari bangunan tersebut masih difungsikan
seperti kantor Polsek Padangan, kantor Pegadaian, dan tempat
Kota tua Padangan memiliki bukti-bukti sejarah sebagai
peribadatan. Sebagian lagi dibiarkan tidak berfungsi seperti
sebuah kota besar bahkan pernah menjadi pusat pemerintahan
bekas klinik (rumah sakit) dan kompleks pecinan. Sisa heritage
ketika daerah tersebut masih bernama Kabupaten Jipang. Pada
tersebut menjadi saksi bahwa Padangan menyimpan sejarah
masa peralihan dari Kerajaan Demak ke Kerajaan Pajang,
perpindahan kekuasaan pada masa kolonial.
kedudukan Jipang masih sebagai daerah vazal dengan nama
Kadipaten Jipang. Pada masa berikutnya, status Jipang PENDAHULUAN
berubah menjadi kabupaten setelah terjadinya perjanjian
Keberadaan kota kuno di Indonesia terbentuk sejak
antara kerajaan Mataram Islam dengan VOC. Perjanjian yang
manusia mengenal sistem organisasi sosial atau
disepakati pada tanggal 20 Oktober 1677 tersebut menjadi
kemasyarakatan (Koentjaraningrat, 2002 : 203) sehingga
sejarah awal berdirinya Kabupaten Jipang sekaligus
mereka membentuk sebuah komunitas masyarakat. Dalam
Kabupaten Bojonegoro dan berakhirnya Kadipaten Jipang.
perkembangannya, terdapat beberapa jenis kota-kota
Tuntutan VOC agar ibukota Kabupaten Jipang berada di
sejarah berdasarkan lokasinya, seperti kota istana, kota
seberang Sungai Bengawan Solo diterima oleh Susuhunan
pusat keagamaan, kota pelabuhan, dan kota industri
Amangkurat II. Ibukota tersebut persisnya berada di Padangan
(Menno & Alwi, 1991 : 21). Kota istana adalah suatu
yang secara geografis terletak di tepi Sungai Bengawan Solo.
kawasan yang berada di sekitar lingkungan istana atau
Karena posisinya yang strategis, Padangan menjadi bandar
kerajaan sebagai pusat pemerintahan. Kota pusat
yang memiliki arti penting dalam kegiatan perekonomian,
keagamaan merupakan kota yang mengacu pada pusat
layaknya bandar-bandar kerajaan Mataram di pesisir pantai
aktivitas peribadatan atau bangunan suci, sehingga

28 Kota Tua Punya Banyak Cerita Kota Tua Punya Banyak Cerita 29
bangunan-bangunan pembentuk kota mengelilingi areal melimpah (Haggett, 2001 dalam Imelda, 2013 : 57),
suci tersebut. Kota pelabuhan merupakan kota yang sehingga Belanda dapat memanfaatkan sumber daya alam
terbentuk di sekitar dermaga pantai atau sungai, serta tersebut sebagai salah satu komoditas perdagangan.
terdapat tempat permukiman para nelayan dan pedagang- Salah satu kota pedalaman yang didirikan oleh
pedagang asing yang membentuk sebuah areal wilayah Belanda adalah Bojonegoro dimana pusat pemerintahan
perkotaan. Kota industri terbentuk setelah adanya kegiatan pertama kali berada di Padangan (Pemkab Dati II
industri atau proses berkembangnya teknologi, jenis kota Bojonegoro, 1988 : 93). Bojonegoro memiliki komoditas
ini banyak berkembang di Indonesia yang dapat dilihat unggulan berupa kayu jati yang tersebar di hampir penjuru
dari tinggalan bekas pabrik pada masa kolonial Belanda. kawasan. Posisi ibu kota Padangan yang berada di sekitar
Berdirinya kota tua hampir menyebar di setiap daerah Sungai Bengawan Solo, membuat Padangan menjadi
sebagai salah satu warisan bersejarah. bandar besar yang memiliki arti penting bagi kegiatan
Bangunan kota tua mulai mengalami perkembangan perekonomian (Umronnifah & Utama, 2019 : 30). Bandar
arsitektur sejak adanya pengaruh sistem perkotaan dari tersebut menjadi salah satu dermaga pengangkutan
pemerintah kolonial Hindia-Belanda, oleh karena itu kota komoditas perdagangan termasuk kayu jati untuk dijual ke
tua bekas peninggalan Belanda juga sering disebut sebagai berbagai daerah. Sebelum berdiri dengan nama
kota kolonial. Pengembangan kota pada masa Hindia Bojonegoro, wilayah tersebut masih berupa hutan
Belanda memiliki tujuan komersial yaitu sebagai suatu belantara dan termasuk bagian dari Kadipaten Jipang,
bentuk eksploitasi sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah vazal dari kerajaan Demak Bintara. Cerita tentang
suatu daerah Beberapa kota besar yang mendapat sentuhan kepahlawanan Arya Penangsang Adipati Jipang sangat
pembangunan oleh pemerintah Hindia Belanda familiar bagi masyarakat Bojonegoro dan sekitarnya,
diantaranya seperti Surabaya, Semarang, Batavia (Jakarta), namun tokoh tersebut dianggap sebagai pemberontak oleh
Bandung, Medan, Padang dan lainnya (Pratama, 2016 : 5). masyarakat Mataraman. Peristiwa tersebut akan menjadi
Selain itu, pemerintah Hindia-Belanda juga membuat awal dalam pembahasan tulisan ini. Penulis mengangkat
kota-kota kecil di daerah pesisir dan pedalaman sesuai fakta sejarah Padangan sebagai saksi peralihan kekuasaan
dengan pembagian wilayah. Kota di daerah pesisir hasil intervensi pemerintah Hindia Belanda, dari
berhubungan dengan aktivitas perdagangan, sekaligus Kadipaten Jipang ke Kabupaten Jipang (Bojonegoro). Saat
memiliki peran penting terhadap masuknya budaya asing. ini secara administratif Padangan merupakan kecamatan
Kota di daerah pedalaman merupakan kawasan pendukung yang berada di bawah pemerintah Kabupaten Bojonegoro
(hinterland) yang memiliki sumber daya alam cukup Provinsi Jawa Timur yang letaknya berbatasan langsung

30 Kota Tua Punya Banyak Cerita Kota Tua Punya Banyak Cerita 31
dengan Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah. Jejak Pangeran Sekar oleh Pangeran Prawata ini menjadi
Padangan sebagai bekas kota kolonial dapat dibuktikan pangkal persengketaan di Kerajaan Demak. Pangeran
melalui beberapa peninggalan bangunan kuno tinggalan Sekar mempunyai dua orang putera, yaitu Raden
Belanda yang masih dapat kita jumpai hingga sekarang. Penangsang dan Raden Mataram. Untuk meredam dendam
Raden Penangsang, Sultan Trenggana mengangkatnya
PEMBAHASAN menjadi seorang adipati di Jipang dan bergelar Pangeran
Kerajaan Demak mengalami sebuah kemelut yang Arya Penangsang (Nurhamid, 2009 : 107), wilayah
disebabkan oleh perebutan kekuasaan sejak wafatnya Pati Kadipaten Jipang sekarang kira-kira mencakup kawasan
Unus. Karena Pati Unus meninggal secara mendadak pada Blora, Cepu, Lasem, Padangan, dan Bojonegoro. Namun
usia yang masih sangat muda dan belum memiliki upaya tersebut tidak sepenuhnya berhasil, Arya
keturunan, membuat pewaris kerajaan harus segera Penangsang masih memiliki niat untuk membalas dendam
dipersiapkan agar tidak terlalu lama terjadi kekosongan akan kematian ayahnya, sehingga ia berusaha menumpas
kekuasaan. Ada dua orang calon pengganti yang berhak keturunan Sultan Trenggana. Hal ini merupakan faktor
menduduki tahta Kesultanan Demak, yaitu Pangeran Sekar utama yang menyebabkan terjadinya konflik politik dan
(Pangeran Kikin) dan Pangeran Trenggana. Dari sinilah kemelut di kalangan keluarga Kasultanan Demak.
mulai timbul perebutan kekuasaan di kalangan keluarga Menurut penuturan masyarakat Blora, Padangan dan
kerajaan. Pangeran Sekar dari segi usia lebih tua dan sekitarnya, sosok Arya Penangsang digambarkan memiliki
merasa berhak atas tahta Kesultanan Demak dari pada tampang yang seram, berkumis tebal, uwang malang, paha
Pangeran Trenggana. Namun Pangeran Sekar lahir dari belalang, namun tidak begitu tinggi. Ia sering memakai
istri ke tiga Raden Patah. yaitu putri Adipati Jipang. celana komprang berwarna hitam, bebedan, dan memakai
Adapun Pangeran Trenggana meskipun lebih muda namun destar (Sindunegara, dkk., 1996/1997: 84). Pada waktu
ia lahir dari istri pertama Raden Patah, putri Sunan Ampel. berkuasa di Jipang, Arya Penangsang telah meluaskan
Oleh karena itu Pangeran Trenggana juga merasa lebih wilayahnya sampai ke Rembang dan Surabaya (Jaya Baya,
berhak menduduki tahta Kesultanan Demak (Suroyo, dkk., 12 April 1987 dalam Departemen Pendidikan Nasional,
1995: 29). 2000 : 16).
Konflik internal kerajaan mulai terjadi ketika Daerah Blora sudah sejak lama menjadi kawasan yang
Pangeran Prawata, putra Pangeran Trenggana, memiliki diperebutkan antara para penguasa Jipang, Surabaya dan
inisiatif membunuh Pangeran Sekar agar ayahnya dapat Pajang. Hingga akhirnya pada tahun 1554 dan 1556 terjadi
dinobatkan menjadi raja, sehingga kelak ia dapat pendudukan atas Blora oleh Kesultanan Pajang. Sultan
menggantikan menjadi raja Demak. Pembunuhan

32 Kota Tua Punya Banyak Cerita Kota Tua Punya Banyak Cerita 33
Hadiwijaya menganggap perlu mengukuhkan yang pada saat itu belum tertidur (Heroesoekarto, 1966:
kekuasaannya di sana agar daerah Mancanegara Wetan 12-17).
selalu dalam pengawasan Pajang. Berikutnya adalah Kegagalan rencana pembunuhan tersebut semakin
pertempuran merebut Sadah atau Sudu yang terletak di memperkuat semangat Hadiwijaya untuk membunuh Arya
sebelah timur Padangan (De Graaf, 1986 : 42). Penangsang. Peperangan antara Pajang dan Jipang tidak
Berdasarkan toponim nama Sudah hingga sekarang masih terelakkan. Pangeran Hadiwijaya kemudian mengatur
digunakan sebagai nama desa di Kecamatan Malo, persiapan untuk berperang melawan Jipang. Peperangan
sedangkan nama Sudu sampai sekarang masih ada dan terjadi di sekitar Bengawan Sore yang terletak pada
masuk wilayah Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro tikungan Bengawan Solo dari selatan membelok ke timur
(Umronnifah & Utama, 2019 : 27). Menyusul kemudian yang airnya mengalir menuju Kali Kecing, kemudian
pendudukan atas Mamenang dan Kediri pada tahun 1577 turun lagi ke Bengawan Solo sehingga mengelilingi
(H.J. De Graaf, 1986 : 42). Kadipaten Jipang. Setiap malam Bengawan Sore itu dapat
Pendudukan daerah di sekitar Jipang oleh Pajang dialiri air yang berfungsi sebagai benteng pertahanan
tentu membuat Arya Penangsang terusik. Bagi lawan- (Sindunegara, 1996/1997 : 111). Pada peperangan
lawan politiknya, Arya Penangsang dianggap telah tersebut, kemenangan berada di pihak Pajang, dan Arya
melakukan dosa besar karena banyak melakukan kejahatan Penangsang gugur di palagan. Menurut sumber tradisional
dan pembunuhan terhadap keturunan Sultan Trenggana. rangkaian peristiwa pembunuhan para kerabat raja Demak
Selain berhasil membunuh Sunan Prawata dan istrinya, ia hingga perang antara Pajang dan Jipang mulai terjadi pada
juga membunuh Pangeran Hadiri, suami Ratu Kalinyamat. tahun 1549. Hal ini menjadi anti klimaks sejarah Dinasti
Ia juga mencoba membunuh Adipati Pajang Hadiwijaya, Demak (De Graaf, 1954: 91).
menantu Sultan Trenggana. Namun menurut J. Brandes ia Pangeran Hadiwijaya memperoleh kemenangan
bertindak demikian karena membela hak yang seharusnya dengan terbunuhnya Arya Penangsang pada tahun 1558.
ia dapat (J. Brandes, 1901 dalam Departemen Pendidikan Sejak saat itu pusat pemerintahan kerajaan Islam di Jawa
Nasional, 2000 : 15). Usaha Arya Penangsang untuk berpindah dari Demak ke Pajang. Sepeninggal Arya
membunuh Hadiwijaya dilakukan dengan banyak cara Penangsang, Kadipaten Jipang mengalami kekosongan
termasuk mengirim utusan ke Pajang guna membunuh kekuasaan. Maka Pangeran Hadiwijaya mengangkat Arya
Hadiwijaya secara diam-diam pada malam hari, namun Mataram yang tidak lain adalah adik Arya Penangsang
upaya tersebut mampu digagalkan oleh Hadiwijaya sendiri sebagai adipati, hal ini dilakukan dengan harapan supaya
orang-orang Jipang tidak lagi marah dan membenci Pajang

34 Kota Tua Punya Banyak Cerita Kota Tua Punya Banyak Cerita 35
serta mau mengakui kekuasaan Pajang sebagai penerus Pangeran Benawa menjabat selama kurun waktu 1587-
Kerajaan Demak (Hoery, 2010 : 6). Arya Mataram 1601, (Hoery, 2006 : 4). Pangeran Benawa juga sempat
menjabat sebagai adipati Jipang pada tahun 1546-1586 menjadi raja di Pajang setelah berhasil mengudeta Arya
(Hoery, 2006 : 4). Selama menjabat sebagai adipati Pangiri yang dianggap memerintah semena-mena dan
Jipang, Pangeran Arya Mataram belum mampu menyengsarakan masyarakat. Namun saat itu pusat
memulihkan keadaan kadipaten yang sudah kepalang pemerintahan sudah berpindah ke Mataram (Daryanto,
rusak bahkan hancur oleh serangan pasukan Pajang (letak 2011 : 248). Dengan beralihnya Mataram sebagai penerus
Kadipaten Jipang diduga kuat berada di Desa Jipang Pajang, maka status Kadipaten Jipang Panolan secara
Kecamatan Cepu Kabupaten Blora, kurang lebih 17 km otomatis berada di bawah kekuasaan Mataram. Menurut
disebelah barat Padangan). pemerhati sejarah lokal Bojonegoro dalam petikan naskah
Masa pemerintahan Sultan Hadiwijaya di Pajang tidak yang berjudul Asal-usul & Nayaka Praja di Bojonegoro
begitu lama. Pada tahun 1582 Sultan Hadiwijaya menyebutkan bahwa adipati yang menjabat di Kadipaten
meninggal dan terjadilah intrik politik di lingkungan Jipang Panolan selama di bawah Mataram secara berturut-
kesultanan, perebutan tahta Pajang terjadi antara Arya turut adalah Arya Jambu (1601-1613) dan Adipati
Pangiri dan Pangeran Benawa, walaupun Pangeran Sukawati (1613-1677).
Benawa sebagai putra tertua namun ia dilahirkan dari istri Sejak Kerajaan Mataram menjalin kerja sama dengan
selir, sedangkan Arya Pangiri adalah menantu dari putri VOC, telah banyak wilayah kekuasaan yang lepas
pertama Sultan Hadiwijaya, akhirnya Arya Pangiri terutama daerah pesisir utara, hal tersebut sebagai
diangkat sebagai pewaris sah Kerajaan Pajang, sedangkan kompensasi bantuan VOC kepada Mataram untuk
Pangeran Benawa diangkat sebagai adipati di Jipang. meredam segala pemberontakan. Misalnya pada perjanjian
Pembagian kekuasaan tersebut sempat membuat situasi tanggal 24 September 1646 yang ditandatangani oleh
lingkungan kerajaan kembali kondusif. Sunan Amangkurat I, perjanjian tanggal 25 Februari, 19
Selama memerintah kadipaten Jipang, Pangeran dan 20 Oktober 1677 yang ditandatangani oleh Sunan
Benawa melihat kondisi kadipaten yang masih belum Amangkurat II (Pemkab Dati II Bojonegoro, 1988 : 86).
pulih seutuhnya. Kemudian Pangeran Benawa menggeser Petikan isi dari perjanjian tersebut adalah sebagai berikut :
kadipaten yang semula berada di Jipang dipindah ke Kanjeng Susuhunan amaringaken dhateng kumpeni
Panolan sehingga nama kadipaten berubah menjadi Jipang bawah parentahipun pengadilan sarta siti
Panolan (ibukota Kadipaten Jipang Panolan berada di sawetanipun lepen tuwin redi, wiwit saking
Desa Panolan, 5 km kearah selatan dari Desa Jipang). sungapanipun lepen Dhanen, amergi lepen wau mili

36 Kota Tua Punya Banyak Cerita Kota Tua Punya Banyak Cerita 37
dateng seganten kidul, pinggiripun lepen punika seberang Bengawan Solo dari arah kedudukannya diterima
dumugi Pasuruhan anjog rawa Untung Gambeles oleh susuhunan (Umronnifah & Utma : 2019, 30). Tahun
dumugi supitan Madura, serta ingkang kilen ing redi 1677 adalah tarikh berdirinya Kabupaten Jipang sekaligus
Dhalilur anjog redi Samana Utawi Sumbing, serta diakui sebagai hari jadi Kabupaten Bojonegoro. Alasan
kidul akaliyan wetanipun redi Benkek, lajeng pengakuan tahun tersebut sebagai hari jadi Bojonegoro
mangaler anjog lepen Lusari mengaler ngantos karena Jipang merupakan Kabupaten pertama yang berdiri
dumugi seganten saleripun pulo Jawi. Punika tansah di wilayah Bojonegoro, dan bupatinya ditunjuk langsung
sakilenipun lepen punapa dene dhistrik gabang ugi oleh Sunan Amangkurat II yaitu Mas Tumapel.
kaparingaken tumut bawah kumpeni (manuskrip Ibukota Kabupaten Jipang berada di wilayah
kaca 19, 20 Prajangjiyan Dalem Para Ingkang Padangan yang terletak di sebelah tenggara aliran sungai
Jumeneng Nata) (Umronnifah & Utama, 2019 : 29). Bengawan Solo. Lokasi ibukota baru tersebut dianggap
Inti dari perjanjian tersebut adalah daerah Mataram sebagai daerah sub pantai yang berfungsi sebagai
yang diserahkan Sunan Amangkurat kepada VOC berdasar penghubung antara daerah pedalaman dan daerah pesisir
perjanjian, meliputi pantai utara Pulau Jawa mulai dari untuk kepentingan politik pemerintah (Pemkab Dati II
Pasuruan hingga Karawang, yaitu semua daerah pesisir Bojonegoro, 1988 : 90). Sekaligus menjadi bandar besar
timur dan barat. Disepakatinya perjanjian tersebut menjadi yang memiliki arti penting dalam kegiatan perekonomian.
kekalahan politik yang cukup telak bagi Mataram terhadap Keberadaan dermaga tempat pemberhentian kapal dan
VOC. Perjanjian itu di samping secara eksplisit mengatur aktifitas bongkar muat barang dagangan dapat dibuktikan
batas baru wilayah Kerajaan Mataram dengan wilayah dengan toponimi daerah yang bernama Bandar yang
VOC, secara implisit mengatur pula penetapan pejabat terletak tepat di sisi utara Sungai Bengawan Solo
baru di daerah bahkan kompeni memiliki kewenangan (Perbatasan Kecamatan Kasiman dan Padangan). Selain
mengangkat dan memberhentikan pegawai tinggi di itu, di tepi sungai tepatnya di desa Kuncen, juga terdapat
lingkungan istana kerajaan. Berdasarkan hal tersebut pada pasar tradisional yang diyakini warga sekitar sudah ada
saat Sunan Amangkurat II menetapkan Mas Tumapel sejak zaman kolonial, walaupun sempat mengalami
menjadi bupati merangkap wedana bupati Mancanegara beberapa kali perubahan namun pasar tersebut dari dulu
Wetan yang berkedudukan di Jipang pada 1677 berlokasi di tempat yang sama. Letak Padangan yang
merupakan bagian dari pelaksanaan perjanjian 20 Oktober strategis menjadi pertemuan dari tiga kawasan, yaitu di
1677 yang ditandatangani susuhunan dan VOC. Tuntutan selatan dari arah Ngawi / Madiun, sebelah barat dari arah
dari VOC agar ibukota kabupaten Jipang berada di Blora dan sebelah timur dari arah Surabaya. Sebagai

38 Kota Tua Punya Banyak Cerita Kota Tua Punya Banyak Cerita 39
daerah pusat perdagangan, Kabupaten Jipang memang aspek kehidupan lainnya (Pemkab Dati II Bojonegoro,
terkenal dengan hasil hutan berupa kayu jati, dimana 1988 : 94). Dalam rencana penggabungan 3 wilayah yaitu
separuh dari seluruh wilayah Kabupaten Jipang Padangan, Mojoranu dan Bowerno tidak dihadiri oleh
merupakan hutan jati yang bermutu tinggi baik untuk Bupati Mojoranu sehingga rencana tersebut gagal
penggunaan rumah maupun kapal. Daerah Gresik, Tuban, terlaksana, tindakan Bupati Mojoranu membuat Belanda
Lasem, Rembang, pati, Juana, Demak, Jepara sebagai kesal. Terdapat kemungkinan bahwa pemindahan Jipang
bandar-bandar penting pada masa itu menerima kayu jati ke Rajekwesi oleh Pakubuwono II atas saran dari pihak
dari Jipang untuk pembuatan kapal-kapal niaga maupun Belanda yang ingin mendirikan kabupaten tandingan di
kapal perang (De Graaf, 1985 : 85) dekat Mojoranu.
Beberapa keuntungan geografis diatas membuat Letak dua Kabupaten yang berdekatan membuat
Padangan menjadi kawasan yang ramai aktivitas keduanya saling curiga hingga terjadilah pertempuran
perdagangan dan padat pemukiman, bahkan ketika antara Mojoranu dan Rajekwesi. Pasukan Mojoranu
Padangan tidak lagi menjadi ibukota Kadipaten Jipang. melakukan pengepungan terhadap Rajekwesi dari utara
Pada tahun 1725 Susuhunan Pakubuwono II naik tahta dan hingga selatan. Peperangan terjadi secara terus menerus
segera memerintahkan Raden Harya Matahun I untuk hingga membuat Belanda harus turun tangan mendirikan
memindahkan pusat pemerintahan Kabupaten Jipang dari pos-pos di setiap kota, namun pasukan Mojoranu mampu
Padangan ke Rajekwesi. Pemindahan ibukota tersebut menghancurkan satu per satu wilayah Rajekwesi.
sekaligus mengubah nama menjadi Kabupaten Rajekwesi. Pemeritantah Belanda tidak tinggal diam. Pada tanggal 25
Lokasi Rajekwesi kurang lebih 10 km berada di selatan September 1828 Kabupaten Rajekwesi dipindah ke
kota Bojonegoro, kini masuk Kecamatan Dander. Bojonegoro saat ini, sebab bekas kadipaten dianggap
Pemindahan ibukota tersebut nampaknya berkaitan dengan sudah tidak layak untuk ditempati, dan terdapat pantangan
situasi pertahanan dan keamanan wilayah. Dari Rajekwesi jika kadipaten telah berhasil dibedol maka pulung kerajaan
lebih dapat dilakukan pengawasan terhadap orang-orang sudah hilang dan harus pindah ke tempat lain. Oleh karena
Madura yang sering ingkar ketundukan terhadap Mataram, itu Adipati Joyonegoro memindahkan ibukota Kabupaten
lokasi Rajekwesi relatif lebih dekat dengan Madura Rajekwesi ke Bojonegoro, sehingga wilayah tersebut juga
dibandingkan Padangan. Rajekwesi juga dianggap berada berganti nama menjadi Kabupaten Bojonegoro.
di tengah-tengah wilayah kabupaten, sehingga bupati dan Walaupun pusat kota berada di Bojonegoro, namun
patih serta aparat lainnya akan lebih mudah mengadakan aktivitas ekonomi tidak hanya terpusat di ibukota saja.
mobilisasi pemerintahan, sosial, budaya, ekonomi dan Wilayah Padangan (eks ibukota Jipang) juga masih sangat

40 Kota Tua Punya Banyak Cerita Kota Tua Punya Banyak Cerita 41
aktif dalam kegiatan perekonomian serta semakin padat
pemukiman. Lokasi Padangan yang strategis menjadi daya
tarik tersendiri bagi orang-orang untuk bertempat tinggal,
dan membangun infrastruktur. Beberapa bangunan yang
didirikan pada awal abad 20 seperti rumah berarsitektur
Belanda, tempat ibadah, klinik dan pegadaian masih dapat
kita jumpai hingga sekarang. Di sebelah utara perempatan
Padangan masih terdapat kompleks rumah pecinan yang Bangunan Kuno Bekas Klinik Salah Satu Hiasan Arsitektur
masih terawat dengan baik. Di sebelah barat perempatan (Sumber : Koleksi JFX Hoery) Rumah Pecinan
Padangan juga terdapat rumah-rumah berarsitektur (Sumber : Koleksi JFX Hoery)
kolonial yang kini digunakan sebagai kantor Polsek Jika bangunan-bangunan tersebut masih nampak
Padangan. Bangunan tersebut dulunya milik seorang bagus dan terawat, lain halnya dengan bangunan kuno
Tionghoa bernama Jwa Kang Wat yang dibangun sekitar bekas klinik. Gedung dua lantai itu sejak lama tidak dihuni
tahun 1900an, sebelum dijadikan sebagai kantor Polsek, pemiliknya, menurut warga sekitar bangunan itu dijadikan
rumah itu pernah dijadikan sebagai markas Belanda. sebagai sarang burung walet sehingga kondisinya kurang
Sedangkan rumah gaya Belanda di samping Polsek saat ini terawat. Selain pemukiman, juga terdapat kantor
dimiliki oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata namun pegadaian yang masih berfungsi dan terhitung ramai
belum difungsikan kembali. dikunjungi masyarakat sekitar, kondisinya pun masih
terawat dengan baik. Ada juga gapura masjid yang
direnovasi pertama kali pada tahun 1931, gapura tersebut
masih terlihat berdiri kokoh dan nampak keasliannya,
hanya beberapa kali pernah diganti warna. Namun
bangunan utama masjid sudah dibongkar total pada tahun
2005. Menurut warga sekitar renovasi tersebut atas
perintah Pakubuwono X ketika berkunjung ke Bojonegoro
dan singgah di Padangan.
Gambar Bangunan Tua Kantor Gambar Depan Rumah
Polsek Padangan Bergaya Belanda
(Sumber : Koleksi JFX Hoery) (Sumber : Koleksi JFX Hoery)

42 Kota Tua Punya Banyak Cerita Kota Tua Punya Banyak Cerita 43
dan sekitarnya sangat bangga dengan cerita kepahlawanan
Arya Penangsang yang mewujudkan simbol keberanian,
walaupun tokoh tersebut dianggap sebagai pemberontak
oleh orang-orang Mataraman. Padangan juga sempat
menjadi ibukota Kabupaten Jipang atas penunjukan
langsung oleh pemerintah Hindia Belanda. Letak geografis
Padangan berada di sebelah tenggara Sungai Bengawan
Solo dan diantara pertemuan tiga kawasan, yaitu di selatan
Gambar Kantor Pegadaian Gambar Gapura Masjid
Padangan Bertarikh 1931 dari arah Ngawi / Madiun, sebelah barat dari arah Blora
(Sumber: (Sumber : dan sebelah timur dari arah Surabaya. Keuntungan lokasi
gpswisataindonesia.info) pasangmata.detik.com) yang strategis tersebut menjadikan Padangan sebagai pusat
pemerintahan dan kegiatan perekonomian. Menurut
Beberapa peninggalan tersebut membuktikan bahwa penuturan warga setempat, di sebelah utara Padangan (kini
Padangan merupakan wilayah strategis di Kabupaten dukuh Bandar) dulunya menjadi dermaga kapal untuk
Bojonegoro yang ramai aktivitas masyarakat sejak zaman melakukan bongkar muat barang dagangan dan mobilitas
dulu hingga sekarang, sejarah pernah mencatat jika penduduk.
Padangan menjadi ibukota Kabupaten Jipang pertama kali
Setelah ibukota Jipang dipindahkan ke Rajekwesi dan
dan menjadi pusat pemerintahan dan kegiatan
Bojonegoro, wilayah Padangan masih tetap eksis dan
perekonomian. Pada awal abad ke-20 pun Padangan masih
semakin padat pemukiman. Pada awal abad ke-20 banyak
menjadi kawasan elit dan padat penduduk, hal tersebut
bangunan-bangunan berarsitektur Belanda yang dibangun
dibuktikan dengan adanya beberapa bangunan kompleks
di sekitar Padangan. Misalnya seperti kompleks Pecinan,
Pecinan, rumah berarsitektur Belanda di sepanjang jalan
kantor pegadaian, tempat ibadah dan perumahan elit di
raya Padangan serta bangunan kantor pegadaian dan
sekitar jalan raya Padangan. Bangunan tersebut masih
gapura masjid.
dapat kita saksikan hingga sekarang, beberapa diantaranya
PENUTUP masih difungsikan dengan baik namun ada juga yang tidak
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa terawat. Banyaknya bangunan kolonial tersebut dapat
kota tua Padangan memiliki nilai-nilai historis sejak masa dijadikan sebagai wisata edukasi bersejarah. Hal ini
Kadipaten Jipang hingga berdirinya Kabupaten berguna untuk mengenalkan sejarah kota kepada generasi
Bojonegoro. Masyarakat sekitar Padangan, Cepu, Blora penerus khususnya di Kabupaten Bojonegoro. Langkah

44 Kota Tua Punya Banyak Cerita Kota Tua Punya Banyak Cerita 45
pemerintah kabupaten dengan mengakuisisi salah satu Daftar Pustaka
bangunan kuno patut diapresiasi, kebijakan itu
menunjukkan bahwa masih ada perhatian terhadap
peninggalan kuno di Bojonegoro. Namun perlu follow up Koentjaraningrat. (2002). Pengantar Ilmu Antropologi.
untuk mengembangkan lebih jauh misalnya memanfaatkan Jakarta : Rineka Cipta
bangunan tersebut sebagai museum atau merevitalisasi Menno, S. & Alwi, M. (1992). Antropologi Perkotaan.
bangunan kuno yang lain guna dijadikan sebagai paket Jakarta : Rajawali Press
wisata bersejarah kota tua Bojonegoro.
Pratama, Arga Arif. (2016). Perkembangan Tata Ruang
Adanya wisata bersejarah di Padangan menjadi salah Kota Kolonial Cepu Pada Akhir Abad XIX sampai
satu destinasi wisata heritage baru di Bojonegoro bagian Awal Abad XX di Kabupaten Blora, Jawa Tengah
barat. Destinasi wisata tersebut menjadi potensi yang (Kajian Arkeologi Keruangan Skala Makro). (Skripsi
dipastikan dapat menggerakkan roda perekonomian di tidak diterbitkan), Universitas Udayana, Denpasar.
wilayah Padangan. Sebab dengan adanya fasilitas tersebut
Imelda. (2013). Identifikasi Pusat Pertumbuhan dan
akan menumbuhkan multiplier effect (efek berantai) bagi
Daerah Hinterland Kota Palembang . Jurnal Ekonomi
masyarakat sekitar. Dengan begitu potensi-potensi yang Pembangunan. 11 (1). 54-66 diakses dari
ada di wilayah Padangan dapat tergarap maksimal https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/
sehingga dapat menggerakkan roda ekonomi masyarakat. jep/article/download/4913/2660
Wilayah kota tua Padangan juga sering menjadi tempat
transit. Dimana wilayah ini banyak disinggahi warga dari Panitia Penggali dan Penyusun Sejarah Hari Jadi
Kabupaten Daerah Tingkat II Bojonegoro. (1988).
Jawa Tengah yang akan pergi ke Jawa Timur, ataupun
Sejarah Kabupaten Bojonegoro (Menyingkap
sebaliknya warga dari Jawa Timur yang akan ke Jawa Kehidupan dari Masa ke Masa). Bojonegoro :
Tengah, seperti Lamongan, Gresik, Surabaya. Oleh karena Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bojonegoro
itu, kondisi tersebut sangat tepat untuk menjual potensi-
potensi yang ada di sekitar Padangan terutama potensi Umronnifah, Rina & Utama, Achmad Satria. (2019).
wisata heritage kepada masyarakat yang sedang transit Bojonegoro Bercerita. Yogyakarta : Buana Grafika
maupun melewati wilayah Padangan. Suroyo, Djuliati,dkk. (1994/1995). Penelitian Lokasi
Bekas Kraton Demak. Kerjasama Bappeda Tingkat I
Jawa Tengah dengan Fakultas Sastra Unibersitas
Diponegoro Semarang.

46 Kota Tua Punya Banyak Cerita Kota Tua Punya Banyak Cerita 47
Graaf, H.J. de. 1954. De Regering van Panembahan ---------------. (2006). Asal Usul & Nayaka Praja di
Senapati Ing Alaga. 's-Gravenhage, KITLV. VKT No. Bojonegoro. Petikan naskah
13.
Daryanto. (2011). Panembahan Senopati: Sang Penguasa
-------------. (1986). Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa. Tanah Jawa. Solo : Metamid. 24
Terjemahan. Jakarta: Grafiti Pers.
-------------. (1986). Puncak Kekuasaan Mataram Politik
Ekspansi Sultan Agung. Terjemahan. Jakarta: Grafiti
Pers.
------------. (1985). Awal Kebangkitan Mataram. Jakarta :
Grafiti Pers
Departemen Pendidikan Nasional. (2000). Peranan Ratu
Kalinyamat di Jepara Pada Abad XVI. Jakarta : CV.
Putra Prima
Nurhamid, A. (2009). Arya Penangsang Gugur: Antara
Hak dan Pulung Kraton Demak Bintara. Jurnal
Dinamika Bahasa & Budaya. 3 (2), 105-115. Diakses
dari http://id.portalgaruda.
org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=7843
Heroesoekarto. 1966. Ario Penangsang: Tjukilan Sedjarah
Klasik Heroik. Surabaya: Grip.
Sindunegara, Karyana. Dkk. 1996/1997. Menurut
Peperangan Arya Penangsang Ditinjau Dari Segi
Historis dan Politis. Kerjasama Antara Bappeda
Tingkat I Jawa Tengah dengan Lembaga Penelitian
Universitas Diponegoro, Semarang.
Hoery, JFX. (2010). Babad Jipang Panolan : Wuludombo
Pancal Panggung. Bojonegoro : Sanggar sastra PSJB
bekerjasama dengan Elmatera Publishing

48 Kota Tua Punya Banyak Cerita Kota Tua Punya Banyak Cerita 49

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai