A. Sistem Koordinat
Setiap model Struktur menggunakan koordinat yang berbeda untuk
menentukan join dan arah beban, displacement, gaya dalam dan tegangan.
Pengetahuan tentang system koordinat ini sangat penting bagi pengguna,
karena untuk menentukan model dan menginterprestasikan hasil-hasil
keluaran dari program, pengguna harus memahami system koordinat ini.
Semua system koordinat pada model ditentukan dengan mematuhi
satu system koordinat global X-Y-Z. Setiap bagian dari model misalnya
joint, elemen atau constrain, masing-masing mempunyai system koordinat
local 1-2-3. Semua sisten koordinat ditunjukkan dengan system tiga dimensi,
menggunakan aturan tangan kanan dan menggunakan system Cartesian (segi-
empat).
SAP 2000 selalu mengasumsikan sumbu Z adalah sumbu vertical,
dengan Z+ mengarah ke atas. Arak ke atas digunakan sebagai bantuan untuk
menentukan system koordinat local, walaupun system koordinat local itu
sendiri tidak mempunyai sumbu arah vertical.
o Sistem Koordinat Global
Sistem koordinat global merupakan koordinat dalam tiga dimensi,
mengikuti aturan tangan kanan (right handed), dan merupakan koordinat
kartesian (segi empat). Tiga sumbu dengan notasi X, Y, Z ialah sumbu
yang saling tegak lurus sesuai dengan aturan tangan kanan. Letak dan
orientasi sumbu global tersebut dapat berubah-ubah, asalkan sesuai
dengan aturan tangan kanan.
o Sistem Koordinat Lokal
Pada setiap elemen Frame mempunyai system koordinat local yang
digunakan untuk menentukan potongan property, beban dan gaya-gaya
keluaran. Sumbu-sumbu koordinat local ini dinyatakan dengan symbol 1,
2, 3. Sumbu 1 arahnya ialah searah sumbu elemen, dua sumbu yang lain
tegak lurus dengan elemen tersebut dan arahnya dapat ditentukan sendiri
oleh pengguna.
Yang perlu diketahui pengguna adalah bagaimana menentukan koordinat
local 1-2-3 dan hubungannya dengan koordinat global X-Y-Z. Kedua
system koordinat ini menggunakan aturan tangan kanan.
Ang=90o
2
j
X 3 1
Y
Sumbu lokal 1 sejajar sumbu Y+
Sumbu lokal 2 diputar 90o dari bidang Z-1
j
2 1
Ang=30o
j
X Y
3
Z
1
i 3
X Y
Ang=90
o 2
` Z
3
2 i
Ang=30o
X 1 Y
potongan atau merupakan sumbu minor, dan arah sumbu 3 searah dengan
lebar potongan atau merupakan sumbu mayor.
Tabel. Rumus untuk menentukan Shear Area
Bentuk Pot. Keterangan Shear area
Efektif
bf
Potongan bentuk WF
3/5 tf bf
= tf Gaya geser sejajar sayap
d
Potongan bentuk WF
tw d
tw = tf Gaya geser sejajar badan
r
Potongan bentuk lingkaran solid
0,9 π r2
Gaya geser dari arah mana saja
Y
Potongan yang umum IX 2
dn
Q 2 ( y)
Yt
Gaya geser sejajar arah sumbu Y
Yt ∫Yb b( y) dy
Ix = momen inersia terhadap sumbu
n
y B(y) X
X
Yt
Yb
Q(Y) = n b(n) dn
g.netral
Y
C. Bentuk Penampang
Pada setiap penampang potongan, ke-enam property (a, j, i33, as2, dan
as3) akan dihitung langsung sesuai dengan bentuk dan dimensi potongan, atau
diambil dari file data base yang disediakan. Tipe bentuk penampang ini
ditentukan dengan sh, yang dipilih oleh pengguna.
1. Jika sh = G (general section), ke-enam geometric property harus
ditentukan sendiri oleh pengguna.
2. Jika sh = R, P, B, C, T, L atau 2L, ke-enam geometric property secara
otomatis dihitung dari data dimensi potongan yamg diberikan.
3. Jika sh adalah nilai yang lain, misalnay W27X94 atau 2L4X3X1/4, ke-
enam geometric property diambil dari file data base.
2
2
tw
3 t3 t3
t3 3
t2 tw t2tf
2 2 2
t2t Tft t2 t2 tf
tf
3 tw 3 3 tw t3
Tfb tf
t2b tw
tf
tw
3 3
t3 t3
tw
tf
t2 dls
(g) SH=L (h) SH=2L
Bentuk penampang yang geometric propertinya dihitung otomatis oleh
program SAP 2000
D. End Offset
Element frame dimodelkan sebagai elemen garis yang dihubungkan
pada joint (titik kumpul/pertemuan). Padahal sebenarnya penampang elemen
yang digunakan mempunyai dimensi potongan tertentu. Apabila dua buah
elemen bertemu, misalnya balok dan kolom, pada pertemuan tersebut akan
terjadi overlap potongan penampangnya. Untuk beberapa struktur yang
dimensi penampangnya cukup besar, maka panjang overlap tersebut cukup
signifikan untuk diperhitungkan.
Pada setiap elemen dapat ditentukan dua end offset dengan
menggunakan parameter ioff dan joff yang berhubungan dengan ujung i dan j.
End offset ioff ialah panjang overlap pada elemen yang ditinjau terhadap
elemen terhadap elemen yang lain pada joint i. End offset ioff ini merupakan
jarak dari joint ke sisi muka elemen yang lain.
End offset dapat dihitung secara otomatis oleh SAP2000 untuk
pilihan elemen yang didasarkan pada dimensi penampang maksimum untuk
semua elemen lain yang berhubungan dengan elemen tersebut pada salah satu
joint yang ditinjau.
Panjang bersih Lc ialah panjang diantara end offset (permukaan
dukungan) yang dihitung dengan :
Lc = L – (ioff + joff) dengan L adalah panjang total elemen.
Jika end offset yang diberikan menyebabkan panjang bersih elemen
kurang dari 1% panjang total elemen, program akan memberikan peringatan
dan akan mereduksi end offset sesuai proporsi dengan memberikan panjang
bersih elemen sebesar 1% dari panjang total elemen. Kondisi normalnya,
besarnya end offset ini harus lebih kecil dari proporsi panjang totalnya.
Panjang total L
Panjang bersih LC
Batang Horisontal
CL
End Offset
Permukaan dukungan
CL CL
Gambar End offset pada elemen frame
Pengaruh dari pemberian end offset ini ialah semua keluaran gaya-gaya
dalam dan momen diberikan pada permukaan dukungan dan pada epanjang
bentang bersih elemen.
E. End Release
Pada kondisi normal, tiga derajat kebebasan translasi dan tiga
kebebasan rotasi pada setiap ujung elemen frame dihubungkan dengan joint-
nya, dan karena itu elemen tersebut dihubungkan dengan elemen yang lain.
Hal ini memungkinkan untuk me-release (tidak menghubungkan) satu atau
lebih derajat kebebasan dari joint apabila diketahui hubungan gaya-gaya atau
momennya nol. Untuk me-release ini digunakan system koordinat local
elemen, dan tidak akan mempengaruhi elemen lain yang dihubungkan pada
joint tersebut.
Joint pin
J
Joint menerus
(kaku)
Z
I
X
F. Massa
Pada analisa dinamik, massa dari struktur digunakan untuk
menghitung gaya-gaya inersia. Konstribusi massa pada frame elemen adalah
terkelompok pada frame pada ujung I adalah j. Total elemen ialah sama
dengan rapat massa sepanjang elemen m dikalikan dengan luas penampang a
Massa total elemen dibagikan pada kedua joint dengan cara seperti
menentukan reaksi dukungan pada simple beam. Pengaruh release pada
ujung elemen diabaikan pada waktu menentukan massa pada joint tersebut.
Massa total kemudian dikerjakan pada tiap-tiap derajat kebebasan translasi
UX, UY, dan UZ. Momen inersia massa tidak dihitung untuk derajat
kebebasan rotasi.
2 2
3 3
(a) Gaya arah sumbu global Z (b) Momen arah sumbu global Z
u2 r2
1
2 2
3 3
(c) Gaya arah sumbu local 2 (d) gaya momen arah sumbu local 2
Z
X Y
2 2
3 3
(a) Gaya arah sumbu global Z (b) Momen arah sumbu global Z
u2 r2
1
2 2
3 3
(c ) Gaya arah sumbu local 2 (d) gaya momen arah sumbu local 2
Z
Y X
10
20
5 5 Sumbu 1
16
20
4
10
16
20