Laporan Praktikum Farmakognosi Kelompok 2
Laporan Praktikum Farmakognosi Kelompok 2
Laporan Praktikum Farmakognosi Kelompok 2
1A
KELOMPOK : 2
NAMA MAHASISWA :
1. Agustina Dwiyanti Putri NIM : 11194762310010
2. Ahmad Ridho Subhi Hartanto NIM : 11194762310011
3. Aisyah Nabila NIM : 11194762310012
4. Aletha Fauzi NIM : 11194762310014
5. Alia Nur Azizah NIM : 11194762310015
6. Hijriyah NIM : 11194762310059
7. Yazna NIM : 11194762310148
1A
KELOMPOK : 2
NAMA MAHASISWA
1. Agustina Dwiyanti Putri NIM : 11194762310010
2. Ahmad Ridho Subhi Hartanto NIM : 11194762310011
3. Aisyah Nabila NIM : 11194762310012
4. Aletha Fauzi NIM : 11194762310014
5. Alia Nur Azizah NIM : 11194762310015
6. Hijriyah NIM : 11194762310059
7. Yazna NIM : 11194762310148
DOSEN PEMBIMBING
B. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa mampu melakukan
analisis Organopeltik, Makroskopik dan Mikroskopik pada simpilia. Untuk
mengetahui kebenaran dan mutu obat tradisional termasuk simplisia, maka
dilakukan analisis yang meliputi analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis
1
2
B. Khasiat
Serai merupakan tanaman yang umumnya digunakan sebagai
bumbu dapur dan untuk pengobatan tradisional yang dimanfaatkan sebagai
obat kumur untuk sakit gigi dan gusi yang bengkak, serta bahan-bahan obat
untuk melancarkan air seni dan haid (Heyne, 1987). Sereh digunakan untuk
menghambat atau membunuh bakteri patogen karena mengandung minyak
atsiri yang berfungsi sebagai antijamur dan antibakteri terhadap beberapa
bakteri patogen, seperti Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Bacillus
subtilis, Klebsiella pneumonia, Pseudomonas aeruginosa dan Escherichia
3
4
coli yang telah diuji pada penelitian sebelumnya (Naik dkk., 2010). Sereh
memiliki aktivitas antibakteri yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan
luka karena bakteri Staphylococcus aureus sering ditemukan pada jaringan
kulit yang terluka, termasuk pada luka bakar (Healy, 2006). Minyak atsiri
sereh dibuat dalam bentuk sediaan gel yang dapat menahan dan
menciptakan lingkungan lembab di sekitar luka sehingga dapat
mempercepat penyembuhan luka (Boateng dkk., 2008).
Serai (Cymbopogon nardus) merupakan tanaman di pekarangan
yang biasanya digunakan sebagai obat. Serai (Cymbopogon nardus)
biasanya juga digunakan sebagai bumbu dapur untuk mengharumkan
makanan. Selain itu, serai bermanfaat sebagai anti radang, menghilangkan
rasa sakit dan melancarkan sirkulasi darah. Manfaat lain yaitu untuk
meredakan sakit kepala, otot, batuk, nyeri lambung, haid tidak teratur dan
bengkak setelah melahirkan. Akar tanaman sereh digunakan sebagai
peluruh air seni, peluruh keringat, peluruh dahak, bahan untuk kumur, dan
penghangat badan. Sedangkan minyak sereh banyak digunakan sebagai
bahan pewangi sabun, spray, disinfektan, dan bahan pengkilap.dapat
berkhasiat sebagai obat sakit kepala , batuk , nyeri lambung, diare dan
penghangat badan dan penurun panas (Fauzi,2009).
Serai wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle) pada umumnya
merupakan tanaman yang dapat dipercaya dijadikan sebagai tanaman obat,
tumbuhan ini ditanam di perkarangan, yang berkhasiat sebagai obat sakit
kepala, batuk, nyeri lambung, diare, penghangat badan, penurun panas dan
pengusir nyamuk (Fauzi, 2009). Serai wangi adalah salah satu tanaman
penghasil minyak atsiri di Indonesia. Hasil penyulingan daun serai wangi
akan diperoleh minyak serai wangi, dengan komponen utamanya adalah
minyak sitronella dan garniol. Menurut Sukamto (2011), komponen utama
dan turunannya, banyak digunakan di industri kosmetik, parfum, sabun,
obat-obatan. Minyak atsiri dari serai wangi juga telah banyak digunakan
sebagai insektisida, nematosida, antijamur, antibakteri, hama gudang dan
kontaminan jamur.
5
C. Morfologi
a. Morfologi
Serai (Cymbopogon nardus) berupa tanaman tahunan (parennial)
yang hidup secara meliar dan stolonifera (berbatang semu) yang
membentuk rumpun tebal dengan tinggi hingga mencapai 50-100cm,
serta mempunyai aroma yang kuat dan wangi. Sistem perakaran
tanaman sereh memiliki akar yang besar. Morfologi akarnya merupakan
jenis akar serabut yang berimpang pendek dan akarnya berwarna coklat
muda (Sastrapradja, 1978). Batang tanaman serai bergerombol dan
berumbi serta lunak dan berongga. Isi batangya berasal dari pelepah
umbi untuk pucuk yang berwarna putih keunguan atau kemerahan.
Selain itu, batang tanaman serai bersifat kaku dan mudah patah. Batang
serai tumbuh tegak lurus diatas tanah atau condong, membentuk
rumpun, pendek dan bulat (silindris) (Poerwanto, 2010).
c. Organoleptik
Parameter organoleptis simplisia meliputi pendeskripsian bentuk,
warna, bau dan rasa menggunakan pancaindra. Penentuan parameter ini
dilakukan untuk memberikan pengenalan awal yang sederhana dan
seobjektif mungkin (Depkes 2000).
Keterangan :
1. Bau = Bau khas bila diremas
2. Warna = Hijau
3. Bentuk = Berupa potongan pipih panjang, tepi
kasar dan tajam, tulang daun sejajar,
permukaan atas dan bawah berbulu.
4. Rasa = Pedas
8
D. Mikroskopis
Uji Mikroskopik, pada umumnya meliputi pemeriksaan irisan bahan
atau serbuk dan pemeriksaan anatomi jaringan itu sendiri. Kandungan sel
dapat langsung dilihat di bawah mikroskop atau dilakukan pewarnaan.
Sedangkan untuk pemeriksaan anatomi jaringan dapat dilakukan setelah
penetesan pelarut tertentu, seperti kloralhidrat yang berfungsi untuk
menghilangkan kandungan sel seperti amilum dan protein sehingga akan
dapat terlihat jelas di bawah mikroskop (Djauhari, 2012).
Mikroskopik pada Serai, fragmen pengenal adalah epidermis dengan
parenkim, epidermis atas dengan sel-sel palisade dan rambut penutup,
epidermis atas dengan stomata bentuk halter, epidermis atas dan berkas
pengangkut dengan penebalan tipe tangga, dan sklerenkim.
E. Tempat Tumbuh
Serai wangi dapat tumbuh di tempat yang kurang subur, bahkan di
tempat yang tandus. Karena mampu beradaptasi dengan lingkungannya.
Serai tidak memerlukan perawatan khusus. Peremajaan perlu dilakukan
setelah tanaman berumur 4-5 tahun karena produktivitasnya mulai menurun
setelah tanaman berumur lebih dari 5 tahun.
Serai saat ini banyak dikembangkan karena mempunyai syarat
tumbuh yang relatif mudah, sehingga mudah dibudidayakan untuk
pengembangan dalam skala luas pada berbagai jenis tanah (Setiawan,
Gusmaini dan Hera, 2018). Tanaman ini juga dapat hidup pada kondisi
ekstrim seperti tanah yang miskin hara, tanah basa, lereng terjal, dan
hutan yang terdegradasi (Sopacua, 2016). Tanaman serai wangi dapat
tumbuh, dari dataran rendah hingga ketinggian 1.200 mdpl. Namun,
ketinggian optimumnya adalah 250 mdpl. Tinggi tempat umumnya
berpengaruh terhadap kualitas dan kandungan minyak yang diperoleh. Pada
ketinggian di atas 1.200 mdpl, kandungan minyak atsirinya lebih rendah
dari pada yang tumbuh di bawah ketinggian 1.200 mdpl.
Pertumbuhan serai wangi dapat dipengaruhi oleh kesuburan tanah.
Tanah yang subur adalah tanah yang mengandung unsur hara, air dan bahan
komponen lainnya. Untuk menjaga kesuburan tanah dan kestabilan
produksi, tanaman serai wangi perlu dipupuk. Pupuk berpengaruh pada
produksi daun dan banyaknya minyak atsiri yang dihasilkan per hektar
(Rusli et al., 1990).
Selain pupuk, Serai wangi juga memerlukan intensitas cahaya
matahari yang cukup karena akan berpengaruh terhadap kandungan
minyaknya. Di tempat-tempat yang tingkat naungannya cukup tinggi,
pertumbuhan tanaman dan daun kurang sempurna. Daun kelihatan lebih
kecil, tipis, dan jumlah anakannya sedikit. Tanaman serai wangi sangat
cocok ditanam di tempat terbuka. Curah hujan yang turun secara teratur
10
11
Sopacua, B. N. 2016. Pengaruh Pemupukan Dan Jarak Tanam Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Serai Wangi (Cymbopogon
citratus). Jurnal Triton. 7 : 51-60.
Sukamto, Djazuli M dan Suheryadi D. 2011. Serai Wangi (Cymbopogon
nardus L) Penghasil Minyak Atsiri, Tanaman Konservasi dan
Pakan. Ternak. Prosiding Seminar Nasional Inovasi
Perkebunan 2011. Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik. Hlm 175-180.
Ir. Agus Kardinan, M. S. (2005). Tanaman Penghasil Minyak Atsiri
Komoditas Wangi Penuh Potensi. Jakarta: AgroMedia
Pustaka.