Anda di halaman 1dari 22

Kata Pengantar

Sediaan farmasi yang beraneka ragam jenisnya tentulah harus

dipertimbangkan dan diperhatikan dalam mendesainnya sehingga didapat suatu

sediaan yang stabil, efektif, dan aman. Tahapan yang tidak kalah pentingnya

dari proses pembuatan sediaan farmasi adalah Preformulasi sediaan farmasi.

Pengkajian preformulasi ini berpusat pada sifat-sifat fisika kimia zat aktif

serta bahan tambahan obat yang dapat mempengaruhi penampilan obat dan

perkembangan suatu bentuk sediaan farmasi.

Dalam buku ini diuraikan berapa topik, antara lain penjelaskan sifat fisika

kimia obat dan bahan tambahan obat, menerapkan cara pencampuran bahan

serta menjelaskan pengaruh bentuk sediaan terhadap khasiat obat, sehingga

diharapkan pembaca dapat dengan mudah menggali, memahami, dan

mengkatagorikan sifat fisika kimia dari bahan obat dalam peranyaan yang mana

dianggap pening dalam formulasi yang stabil, efektif dan bentuk yang aman.

Buku ini dipersembahkan bagi pembaca secara umum, terutama siswa

Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi serta bagi staf pengajar ilmu farmasi.

Penulis menghaturkan terima kasih dan penghargaan kepada kawan-

kawan apoteker di perguruan tinggi farmasi di Indonesia atas saran dan

dorongan mereka yang menimbulkan semangat motivasi dalam diri penulis

untuk menulis buku ini.

i
Akhirnya, penulis menyadari bahwa buku ajar ini belum sempurna dan

masih terdapat kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, penulis

sangat berbesar hati menerima saran perbaikan dan kritik guna meningkatkan

mutu isi buku ini.

Surakarta,1 Agustus 2011

Alfi Ryzki

ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR GAMBAR......................................................................................v

DAFTAR TABEL...........................................................................................vi

BAB 1 STUDI PREFORMULASI...............................................................1

Pendahuluan......................................................................................1

Definisi Studi Preformulasi...............................................................2

Tujuan Preformulasi..........................................................................3

Data Preformulasi.............................................................................4

BAB 2 SIFAT FISIKA KIMIA OBAT DAN BAHAN

TAMBAHAN OBAT........................................................................7

Pendahuluan......................................................................................7

Stabilitas Kimia.................................................................................8

Ukuran dan Luas Permukaan Partikel...............................................12

Turunnya Titik Beku.........................................................................20

Bobot Jenis........................................................................................22

Prilaku leburan Lemak dan Zat-zat Sejenis Lemak..........................23

Fenomena Batas Antar Permukaan...................................................25

Rheologi............................................................................................29

Bahan Tambahn Obat........................................................................30

BAB 3 PENERAPAN CARA PENCAMPURAN BAHAN.........................37

iii
Pendahuluan......................................................................................37

Perbaikan Kelarutan..........................................................................41

Emulsi...............................................................................................63

Suspesifikasi......................................................................................66

BAB 4 PENGARUH BENTUK SEDIAAN TERHADAP

KHASIAT OBAT.............................................................................73

Pendahuluan......................................................................................73

Bentuk Sediaan Obat Dengan Kerja Lama.......................................75

Rute penggunaan Obat......................................................................76

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................83

iv
Daftar Gambar
Gambar 1. Hubungan sifat hidrofilik dan lipofilik dari senyawa ……….. 9

Gambar 2. Hubungan pH dengan Aktifitas biologi ……………………… 10

Gambar 3. Diagram pengukuran dengan (1) diameter Martin; (2)

diameter Feret; (3) diameter bidang yang diproyeksikan 14

…….
Gambar 4. Pengayak vibrasi …………………………………………… 15

Gambar 5. Pengayak angin kencang …………………………………… 15

Gambar 6. Pengayakan basah …………………………………………… 15

Gambar 7. Cara hamburan cahaya ……………………………………… 16

Gambar 8. Pelapis akibat gaya berat ……………………………………. 19

Gambar 9. Pembentukan tegangan ……………………………………… 26

Gambar 10. Tegangan batas antar permukaan sebuah tetesan pada

suatu bodi padat..........................................................................26

Gambar 11. Perlengkapan cincin pengukuran untuk tensiometer..................27

Gambar 12. Perlengkapan lempeng pengukuran untuk tensiometer..............27

Gambar 13. Metode menarik dalam pipa kapiler...........................................27

Gambar 14. Metode lempeng miring..............................................................29

Gambar 15. Viskosimeter kapiler menurut UBBELOHDE............................30

Gambar 16. Viskosimeter bola jatuh menutrut HOEPPLER..........................30

Gambar 17. Bentuk misel...............................................................................50

Gambar 18. Lokalisasi bahan obat di dalam misel.........................................51

v
Daftar Tabel
Tabel 1. Gugus hidrofilik dan lipofilik ………………………………….. 9

Tabel 2. Batas penggunaan metode untuk menentukan ukuran dan

permukaan partikel …………………………………………….. 13

Tabel 3. Fungsi bahan obat-bahan tambahan dari beberapa zat …………. 31

Tabel 4. Istilah kelarutan ………………………………………………… 41

Tabel 5. Contoh untuk dispersi padat ……………………………………. 46

Tabel 6. Contoh untuk peningkatan kelarutan melalui pembentukan

Garam …………………………………………………………... 46

Tabel 7. Nilai HLB terhadap tipe sistem ………………………………… 60

Tabel 8. Nilai HLB beberapa surfaktan …………………………………. 64

Tabel 9. Nilai HLB Butuh beberapa zat yang sering dipakai. …………… 64

vi
1 1
STUDI PREFORMULASI

GARIS BESAR
 Pendahuluan
 Definisi Studi Preformulasi
 Tujuan Preformulasi
 Data Preformulasi

1.1. Pendahuluan

Produksi obat dalam sekala besar yang dilakukan suatu industri ataupun dalam

sekala kecil yang dilakukan sebuah apotek harus memenuhi ketentuan ketentuan

CPOB (Cara Pembuatan Obat Baik) sehingga didapatkan suatu produk yang

stabil, efektif, dan aman.

Produksi obat di suatu industri tentunya diawali dengan pembuatan

dengan skala laboratorium (untuk tablet, kapsul: 5.000-10.000unit; untuk cairan

5-10L). Setelah ditemukan formulasi yang menjanjikan, dilakukan skala

menjadi skala pilot (maksimum kelipatan 10 dari skala laboratorium, diperlukan

penyesuaian formulasi), dan selanjutnya menjadi skala industri (produksi

maksimum kelipatan 10 dari skala pilot, diperlukan penyesuaian formulasi).

Selama peningkatan skala, kemungkinan terpaksa dilakukan pengantian


alat/teknolagi manufaktur dan penyesuaian formulasi karena peningkatan ini
2 kemungkinan tidak bersifat linier dengan proses sebelumnya.

Produksi obat di apotek jauh lebih mudah dari industri, tidak perlu

mengadakan kajian preformulasi secara khusus tetapi cukup dengan

menerapkan dan memahami dasar-dasar preformulasi, sehinga didapatkan

sebuah produk obat yang sesuai. Produksi obat di apotek dapat meliputi

peracikan obat atas permintaan tertulis dokter dalam sebuah resep atau

melakukan pengemasan ulang sediaan obat dalam sekala kecil untuk memenuhi

kebutuhan pasar yang belum tersedia.

1.2. Definisi Studi Preformulasi

Studi preformulasi adalah tahap pertama dalam pengembangan bentuk sediaan

obat yang rasional dari suatu zat aktif termasuk tablet. Studi preformulasi ialah

suatu investigasi sifat-sifat fisik dan kimia zat aktif tunggal atau digabung

dengan eksipien.

Studi preformulasi dalam farmasi kadang-kadang didefinisikan sebagai

studi pendahuluan untuk mengembangkan produk. Studi preformulasi dalam

arti yang luas dan digunakan untuk berbagai macam sediaan farmasi tertentu,

dapat didefinisikan sebagai studi pendahuluan untuk penetapan formula akhir

yang sebenarnya dan arah kerja untuk membuat produk.

Preformulasi digunakan untuk memperbaiki metode analisis dengan

mencegah dekomposisi obat yang tidak diinginkan, metode untuk mendeteksi


HUB. 085725009909
2

SIFAT FISIKA KIMIA OBAT DAN

BAHAN TAMBAHAN OBAT


7
GARIS BESAR
Pendahuluan
Stabilitas Kimia
Ukuran dan Luas Permukaan Partikel
Turunnya Titik Beku
Bobot Jenis
Prilaku Leburan Lemak dan Zat-zat Sejenis Lemak
Fenomena Batas Antar Permukaan
Rheologi
Bahan Tambahan Obat

2.1. Pendahuluan

Sifat-sifat kimia fisika merupakan dasar untuk menjelaskan aktifitas biologis

obat karena sifat kimia fisika memegang peranan penting dalam menentukan

metode yang tepat untuk formulasi suatu obat, sehingga didapatkan suatu

sediaan yang efektif, stabil, dan aman.

Sifat fisika kimia ini juga akan berkaitan erat dalam pengangkutan obat

untuk mencapai reseptor. Sebelum mencapai reseptor, molekul-molekul obat

harus melalui bermacam-macam membran, berinteraksi dengan senyawa-

senyawa dalam cairan luar dan dalam sel serta biopolimer. Disini sifat kimia
dan fisika berperan dalam proses penyerapan dan distribusi obat sehingga kadar

obat pada waktu tertentu mencapai reseptor dalam jumlah yang cukup besar.

Hanya obat yang mempunyai struktur dengan kekhasan yang tinggi saja

yang dapat berinteraksi dengan reseptor biologis, sifat kimia fisika harus
8
menunjang orientasi khas molekul pada permukaan reseptor.

2.2. Stabilitas Kimia

Penentuan stabilitas obat penting dilakukan sedini mungkin. Studi stabilitas

preformulasi meliputi bentuk larutan dan keadaan padat pada beberapa kondisi

penanganan: formulasi, penyimpanan, dan pemberian in vivo.

Sifat kelarutan pada umumnya berhubungan dengan kelarutan senyawa

dalam media yang berbeda dan bervariasi diantara dua hal yang ekstrem, yaitu

pelarut polar, seperrti air, dan pelarut nonpolar seperti lemak. Sifat hidrofilik

atau lipofobik berhubungan dengan kelarutan dalam air, sedangkan sifat

lipofilik atau hidrofobik berhubungan dengan kelarutan dalam lemak. Gugus-

gus yang dapat meningkatkan kelarutan molekul dalam air disebut gugus

hidrofilik (lipofobik atau polar), sedangkan gugus yang dapat meningkatkan

kelarutan molekul dalam lemak disebut gugus lipofilik (hidrofobik atau

nonpolar) (Tabel 1)

Adanya ikatan tidak jenuh, seperti pada -C≡C- dan –C=C-, akan

meningkatkan sifat hidrofilik senyawa.


HUB. 085725009909
3

PENERAPAN CARA PENCAMPURAN BAHAN

GARIS BESAR

Pendahuluan Perbaikan Kelarutan Suspesifikasi 37

Emulsifikasi

3.1. Pendahuluan

Obat tidak tercampurkan disebabkan oleh :

1. Terjadinya reaksi kimia

2. Terjadinya perubahan fisika

3. Terjadinya kerja farmakologis

Untuk obat tidak tercampurkan yang tidak dapat diatasi, bias diusulkan

mengeluarkan salah satu obat jika:

1. Terjadi reaksi kimia

a. Campurannya mencadi

racun Misalnya:

1) Kalomel + iobium  sublimat

2) Asetosal + antipirin  kinatoksin (tidak berefek antimalaria bahkan

beracun)
b. Campurannya menimbulkan

ledakan Misalnya:

Bahan pengoksid dengan bahan yang mudah dioksidasikan (K-klorat +

sulfur)

c. Terjadi perubahan warna

38 Misalnya:

1) Antipirin + nitrit  hijau

2) Amilum + iodine  biru

2. Terjadinya perubahan

fisika Misalnya:

Golongan alkaloid akan diserap oleh norit

3. Terjadinya kerja farmakologis yang merugikan

Misalnya:

a. Fenasetin akan merusak ginjal sehingga tidak boleh digunakan untuk

pasien dengan kerusakan ginjal.

b. Amidopirin dapat menyebabkan kanker usus

c. Heksamin dengan gol. Sulfa  antagonis

Untuk obat tidak tercampurkan yang dapat diatasi, masing-masing obat

dilapisi zat tambahan jika :

1. Terjadi reaksi kimia

Misalnya:

Alkaloid dengan logam berat (Extr. Belladona + AgNO3 teroksidasi)


HUB. 085725009909
4

PENGARUH BENTUK SEDIAN

TERHADAP KHASIAT OBAT

GARIS BESAR

Pendahuluan
Bentuk Sediaan Obat Dengan Kerja Lama Rute Penggunaan Obat

73
4.1. Pendahuluan

Obat jarang diberikan dalam keadaan murni, tetapi umumnya merupakan

kombinasi dalam formulasi dengan zat-zat yang bukan obat (bahan tambahan)

yang memiliki fungsi khusus, seperti zat pensuspensi, pengemulasi, pengisi,

pengikat, penghancur, basis salep, basis supositoria, zat pengawet, pewarna, dan

sebagainya. Oleh karena itu, obat dengan zat tambahan dicampur menjadi suatu

bentuk yang disebut bentuk sediaan farmasi.

Bentuk sediaan farmasi diperlukan karena zat aktif sering diberikan

dalam jumlah sang sangat kecil, misalnya reserpin 0.1 mg dan etinilestradiol

0.05mg. dengan demikian, zat-zat tambahan diperlukan agar zat aktif mudah

dibentuk menjadi bentuk sediaan obat.

Bentuk sediaan obat diperlukan untuk:


1. Melindungi obat dari kerusakan akibat pengaruh udara, misalnya tablet

bersalut seperti tablet salut gula (dragee) dan tablet salut film (film-coated

tablet, FCT);

2. Melindungi obat dari pengaruh asam lambung, misalnya tablet enteric (salut

enteric);

3. Memudahkan penggunaan obat untuk tujuan terapi, misalnya salep melalui

kulit, supositoria melalui anus;

4. Membuat pelepasan obat yang teliti, tepat, dan aman;

74 5. Menghilangkan atau menutupi rasa dan bau yang kurang enak, misalnya

kapsul, tablet bersalut, dan sirop;

6. Membuat serbuk yang tidak larut tetapi dapat terdispersi dalam cairan

pembawa, misalnya suspense;

7. Mencampurkan dua cairan yang tidak bias bercampur menjadi terdispersi

dalam cairan pembawa, misalnya emulsi;

8. Member pengobatan setempat agar diperoleh efek obat yang optimal,

misalnya salep, krim, tetes mata, tetes hidung, dan tetes telinga;

9. Memudahkan obat dimasukkan kedalam lubang tubuh, misalnya supositoria,

ovula, dan bacilli;

10.Memudahkan agar obat dapat langsung masuk ke dalam peredaran darah,

misalnya injeksi intramuscular (i.m), intravena (i.v), intraarteri (i.a), dan

intratekal (i.t);
HUB. 085725009909
Daftar Pustaka
1. Lachman, L., et. Al., The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, Lea

& Febiger, 1986.

2. Lieberman, H. A., et. Al.,Pharmaceutical Dosage Forms: Tablets, 2nd ed.,

Revised and Expanded, Marcel Dekker, Inc., 1989. Volume I.

3. Aulton, M. E., Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design,

Churchill Livingstone, 1990.

4. Martin, A., et. Al., Physical Pharmacy, Physical Chemical Principles in

The Pharmaceutical sciences, Lea & Febiger, 1992.

5. Voigt, R., Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Ed.5, Gadjah Mada

University Press, Jogjakarta, 1995.

6. Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

1995.

7. Siswandono dan Bambang Soekarjo, Prinsip-prinsip Rancangan obat,

Airlangga University Press, Surabaya, 1998.

8. Anief, Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek, Gadjah Mada University press,

Jogjakarta,2000.

9. Syamsuni, Ilmu Resep, EGC, Jakarta, 2007.

10.Dhadhang Wahyu K dan Saifullah Sulaiman, Teknologi Sediaan Farmasi,

Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009.

83
Buku Farmasetika Penerapan Prinsip Preformulasi ini
mencakup penjelaskan sifat fisika kima obat dan bahan
tambahan obat, menerapkan cara pencampuran bahan serta
menjelaskan pengaruh bentuk sediaan terhadap khasiat obat,
sehingga diharapkan pembaca dapat dengan mudah menggali,
memahami, dan mengkatagorikan sifat fisika kimia dari bahan
obat dalam peranyaan yang mana dianggap pening dalam
formulasi yang stabil, efektif dan bentuk yang aman.

Anda mungkin juga menyukai