Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Widiya Praja, Vol. 1 No.

2 (2021)

PENYEDERHANAAN STRUKTUR ORGANISASI PERANGKAT DAERAH


UNTUK MEWUJUDKAN BIROKRASI PROFESIONAL
STUDI KASUS PERAMPINGAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN
WONOSOBO

Maria Susiawati
Widyaiswara BPSDMD Provinsi Jawa Tengah
Email: susiawatimaria@gmail.com

Abstrak
Dinamika perubahan lingkungan strategis perlu direspon dalam pengembangan organisasi perangkat
daerah (OPD) untuk menyelaraskan kinerja OPD dengan tuntutan perubahan lingkungan strategis.
Hingga saat ini birokrasi pemerintah kabupaten/kota masih menghadapi berbagai permasalahan in-
efisiensi dan in-efektifitas yang antara lain ditunjukkan oleh masih gemuknya struktur OPD. Beberapa
alternatif perampingan dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah unit jabatan struktural antara lain
dengan mewujudkan struktur OPD yang flat (datar/pipih) yang tersusun dalam dua layers dengan
mengoptimalkan Jabatan Fungsional dalam komposisi dan jumlah pegawai di setiap OPD.
Pengalaman Kabupaten Wonosobo melakukan perampingan struktur OPD dengan menghapus
sebanyak 323 unit jabatan struktural atau 41,46% dari jumlah semula dapat menjadi konfirmasi dan
referensi mengenai manfaat, masalah, prospek, dan langkah-langkah urgent yang perlu dilakukan
dalam mewujudkan birokrasi yang professional melalui pembentukan struktur organisasi dua
layers.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perampingan struktur OPD yang telah
dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Wonosobo dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan
metode penelaahan dokumen diperoleh kesimpulan bahwa mewujudkan organisasi yang ramping
dengan struktur yang flat dengan dua layers merupakan kebutuhan untuk merespon perkembangan
lingkungan strategis yang sangat dinamis dalam mewujudkan birokrasi yang professional.

Kata kunci : perubahan lingkungan strategis, struktur organisasi dua layers, birokrasi professional.

PENDAHULUAN Birokrasi kelas dunia yang ingin


Pembangunan SDM ASN saat ini sedang diwujudkan ditandai dengan pemerintahan yang
berada pada titik waktu yang strategis. Dinamika profesional dan berintegritas tinggi yang mampu
perkembangan isu lingkungan strategis seperti menyelenggarakan pelayanan prima kepada
era perdagangan bebas yang menuntut daya masyarakat dan manajemen pemerintahan yang
saing tinggi hingga trend industri 4.0, menjadi demokratis agar mampu menghadapi tantangan
tantangan yang semakin nyata. Pembangunan abad ke-21. Tantangan akan dapat diatasi
SDM ASN juga memasuki titik waktu yang dengan tata pemerintahan yang baik, yang
kritis, yaitu memasuki periodisasi pembangunan didukung oleh SMART ASN, yaitu ASN yang
nasional lima tahun ke depan, Rencana memiliki kualitas integritas, nasionalisme,
Pembangunan Jangka Menengah Nasional wawasan global, IT dan Bahasa asing,
(RPJMN) 2020-2024, yang merupakan periode hospitality (pelayanan), networking (jaringan),
akhir dari Rencana Pembangunan Jangka dan entrepreneurship (kewirausahaan).
Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025 Arahan Presiden Joko Widodo mengenai
yang mengamanatkan terwujudnya birokrasi penyederhanaan birokrasi dengan membentuk
professional. Juga memasuki periode ke-empat struktur organisasi dua layers yang kemudian
pelaksanaan Reformasi Birokrasi tahun 2020- dituangkan dalam RPJMN Tahun 2020-2024
2024 yang merupakan periode akhir pelaksanaan sejalan dengan cita-cita mewujudkan birokrasi
kebijakan Grand Design Reformasi Birokrasi kelas dunia. Dalam pidato politik pada 14 Juli
(2010-2025) yang bertujuan mewujudkan 2019, Presiden Joko Widodo menyampaikan
birokrasi kelas dunia pada tahun 2025. pandangan perlunya reformasi struktural untuk
mewujudkan lembaga yang semakin sederhana,

p-ISSN: 2356-0045 | e-ISSN: 2808-781x


2 | Jurnal Widiya Praja, Vol. 1 No. 2 (2021)

semakin simpel, lincah, yang menjamin Selanjutnya, Henry Mintzberg (1993)


kecepatan melayani, kecepatan dalam pemberian mengelompokkan fungsi-fungsi yang diperlukan
perizinan, efisien, dengan didukung mindset dalam organisasi ke dalam 5 (lima) unsur yang
aparatur yang berubah. Arahan tersebut pada umumnya ada pada struktur organisasi
dipertegas dalam pidato pelantikan presiden dan publik, yaitu :(a)The Strategic Apex, fungsi ini
wakil presiden tanggal 20 Oktober 2019 yaitu menjadi tanggungjawab pimpinan organisasi
harapan dan arahan presiden mengenai dalam rangka menjamin tercapainya keseluruhan
reformasi birokrasi untuk mewujudkan birokrasi kegiatan organisasi sesuai dengan visi misi
yang efektif dan cepat dalam pelayanan publik, organisasi. (b)TheMidle Line, berfungsi
dan secara spesifik presiden melemparkan menjembatani antara the strategic apex dengan
gagasan struktur organisasi dua layers sebagai operating core yang diisi oleh seperangkat
struktur organisasi pemerintah yang ideal untuk pejabat struktural menengah (dari pejabat
mewujudkan hal tersebut. struktural senior hingga pejabat struktural paling
Arahan presiden mengenai struktur rendah). (c) Operating Core merupakan fungsi
organisasi dua layers tersebut dipersepsikan pelaksanaan tugas pokok organisasi yang
sebagai pemangkasan organisasi untuk tujuan berkaitan dengan pelayanan langsung dengan
efisiensi dengan mengorbankan masyarakat. Dalam struktur pemerintah daerah,
jabatan/kedudukan struktural para pegawai fungsi ini dilaksanakan oleh dinas.(d) The
(PNS) sehingga menuai sikap skeptik dari Technostructure, berfungsi merumuskan
beberapa pihak, dianggap sebagai gagasan yang kebijakan-kebijakan pimpinan dengan mengkaji
ekstrim dan berpotensi menuai resistensi dalam dan menyarankan berbagai pedoman-pedoman
pelaksanaannya. Kebijakan ini sempat atau standarisasi-standarisasi tertentu. (e)The
diklarifikasi atau dipersepsikan oleh beberapa Support Staf, berfungsi mendukung tugas-tugas
pihak yang mengarah pada pembatasan atau organisasi yang berada di luar pelaksanaan
reduksi terhadap substansi dan realisasi arahan aliran kerja organisasi.
presiden tersebut. Pengelompokkan fungsi tersebut
Pengalaman Kabupaten Wonosobo digambarkan dalam susunan/bagan organisasi
merampingkan struktur OPD mengonfirmasi sebagai berikut :
kebijakan penerapan struktur organisasi dua
layers merupakan kebutuhan mewujudkan
birokrasi profesional yang didukung optimalisasi SUSUNAN ORGANISASI
jabatan fungsional. Bagaimana urgensi
penerapan penyederhanaan birokrasi dilihat dari
pengalaman perampingan OPD di Kabupaten
Wonosobo Tahun 2014 dan 2016? STRATEGIC
Struktur Organisasi Dua Layers dan APEX
Birokrasi Profesional TS
Badan Kepegawaian Nasional (2010),
ss
mengelaborasi beberapa definisi organisasi dan TS Middle.
menyimpulkan bahwa “organisasi adalah line ss
sekumpulan orang-orang yang disusun dalam
ss
kelompok-kelompok, yang bekerjasama untuk
mencapai tujuan bersama”, atau “organisasi
adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata oc oc oc oc oc
hubungan kerja antara sekelompok orang
pemegang posisi yang bekerjasama secara
tertentu untuk mencapai tujuan tertentu”. Lebih Sumber: Mintzberg, 1993
lanjut diuraikan bahwa ciri-ciri organisasi adalah Keberadaan struktur yang efisien tetap
(a) Adanya komponen atasan dan bawahan; menjadi kebutuhan utama setiap organisasi
(b.)Adanya kerjasama yang berstruktur dari pemerintah. Untuk itulah pemahaman terhadap
sekelompok orang; (c)Adanya tujuan; konsep Mintzberg menjadi dasar bagi upaya
(d)Adanya keterikatan format dan tata tertib melakukan restrukturisasi tersebut.
yang harus ditaati; (e)Adanya pendelegasian Menelusuri terminologi birokrasi:
wewenang dan koordinasi tugas-tugas. birokrasi pemerintah sering kali diartikan
sebagai “officialdom” atau kerajaan pejabat.
Jurnal Widiya Praja, Vol. 1 No. 2 (2021) | 3

Suatu kerajaan yang raja-rajanya adalah para penyelenggaraan pelayanan publik, memerlukan
pejabat dari suatu bentuk organisasi yang adanya suatu upaya rekonstruksi kultur dan
digolongkan modern. Didalamnya terdapat manajemen birokrasi. Kultur dan manajemen
tanda-tanda bahwa seseorang mempunyai dalam birokrasi harus mengarah pada
yurisdiksi yang jelas dan pasti, mereka berada pencapaian sosok birokrasi yang profesional,
dalam area ofisial yang yurisdiktif. Di dalam efisien, efektif, dan responsif dalam
yurisdiksi tersebut seseorang mempunyai tugas penyelenggraan pelayanan publik.
dan tanggung jawab resmi (official duties) yang Menurut Henry Mintzberg
memperjelas batas-batas kewenangan (1993), birokrasi profesional adalah birokrasi
pekerjaannya. Dalam melaksanakan yang mampu mengerjakan tugas yang
pekerjaannya para pejabat tersebut selalu terspesialisasi, yang membutuhkan ketrampilan
terkonsep pada sebuah dokumen tertulis “The profesional yang terlatih. Oleh karenanya
Files”, dan mereka semua bekerja dalam tatanan struktur birokrasi profesional anggotanya
pola hierarki sebagai perwujudan dari tingkatan banyak spesialis yang terlatih pada unsur
otoritas dan kekuasaannya. operating core. Jadi kekuatan birokrasi
Di dalam Kamus Umum Bahasa professional terletak pada operating core yang
Indonesia birokrasi diartikan kantor dan istilah terdiri dari spesialis yang profesional, dan staf
birokrasi mempunyai beberapa arti : pendukung yang melayani operating core adalah
(1) Pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai juga spesialis yang berpengalaman di bidangnya.
bayaran yang tidak dipilih oleh rakyat; (2) Cara
pemerintahan yang sangat dikuasai oleh pegawai METODE PENELITIAN
negeri; (3) Cara kerja atau susunan pekerjaan Model penelitian yang digunakan adalah
yang serba lambat, serba menurut aturan, metode penelitian deskriptif dengan pendekatan
kebiasaan, dan banyak liku-likunya. studi kasus (case study). Dengan metode ini
Definisi dalam kamus bahasa Indonesia penelitian yang dilakukan bisa mendapat hasil
ini nampaknya tidak hanya berusaha yang intensif, terperinci dan mendalam terhadap
memberikan makna birokrasi tetapi juga istilah suatu organisme (individu), lembaga atau gejala
turunan yang mengacu pada sifat atau kebiasaan tertentu dengan daerah atau subjek yang sempit.
birokrasi. Penelitian dilakukan untuk menghasilkan
Birokrasi pemerintah secara umum gambaran kondisi penyederhanaan birokrasi dua
berkiblat pada birokrasi Weber. Birokrasi yang layers di Kabupaten Wonosobo di Tahun 2014
dikembangkan oleh Max Weber dari masa ke dan 2016. Data-data yang dikumpulkan,
masa semakin mendapatkan tantangan untuk dianalisis dan disimpulkan adalah data-data
melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap mengenai gejala-gejala permasalahan yang
perkembangan tuntutan dalam penyelenggaraan timbul selama proses tersebut, manfaat
administrasi publik (pelayanan publik). penyederhanaan birokrasi, serta cara-cara yang
Birokrasi ala Weber, yang dikenal dengan bisa dilakukan untuk menangani permasalahan
sebutan birokrasi feodal atau tradisional, yaitu selama proses penyederhanaan berlangsung.
birokrasi yang lebih cenderung menerapkan
Data primer dikumpulkan berdasarkan
sentralisasi dalam penyelenggaraan
hasil observasi partisipatif langsung, di mana
pemerintahan, dianggap kurang responsif dalam
peneliti langsung terlibat dalam proses
penyelenggaraan pelayanan publik.
penyederhanaan birokrasi di Kabupaten
Birokrasi Weber dalam perkembangan
Wonosobo yang dilakukan pada tahun 2014 dan
selanjutnya menjadi lahan subur untuk
2016. Selain itu, ada juga data yang didapat dari
tumbuhnya paradigma kekuasaan versus
dokumen-dokumen pendukung seperti:
pelayanan. Keadaan ini tentunya sangat tidak
(1)Dokumen Naskah Akademik dan Perda
kondusif bagi berlangsungnya fungsi pelayanan
Nomor 3 Tahun Tahun 2014 tentang Organisasi
publik. Maka pada dekade terakhir,
Perangkat Daerah, (2) Dokumen Naskah
perkembangan paradigma pemerintahan di
Akademik dan Perda Nomor 12 Tahun 2016
banyak negara, mulai meninggalkan konsep
Tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat
pemerintahan/birokrasi yang dikembangkan
Daerah Kabupaten Wonosobo, (3)Dokumen
Max Weber.
notulensi rapat evaluasi dan restrukturisasi
Menurut Wicaksono (2010), perubahan
organisasi, (4)PP Nomor 18 Tahun 2016 tentang
paradigma birokrasi, dari paradigma “mengatur”
menjadi paradigma “melayani” dalam
4 | Jurnal Widiya Praja, Vol. 1 No. 2 (2021)

Perangkat Daerah, (5)Laporan Simpeg BKD 2016. Restrukturisasi tahun 2014 yang
Kabupaten Wonosobo, 1 Oktober Tahun 2021 ditetapkan dengan Perda Kabupaten Wonosobo
Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Organisasi
Data-data yang terkumpul kemudian
Perangkat Daerah merupakan inisiatif
dianallisis. Teknik analisis data digunakan untuk
Pemerintah Kabupaten Wonosobo untuk
menggambarkan seluruh fakta yang diperoleh
mewujudkan birokrasi yang efektif dengan
dari lapangan. Proses analisis data ini dimulai
melakukan perampingan jumlah unit jabatan
dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
struktural. Sedangkan restrukturisasi tahun 2016
berbagai sumber, kemudian data disusun dalam
berdasarkan Perda Kabupaten Wonosobo Nomor
satuan-satuan untuk dikategorikasikan, diperiksa
12 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Dan
keabsahannya serta ditafsirkan. Penafsiran juga
Susunan Perangkat Daerah Kabupaten
melihat kondisi fakta-fakta terkait
Wonosobo yang dilakukan berdasarkan instruksi
penyederhanaan birokrasi pemerintah di era saat
PP Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat
ini, untuk dapat ditarik kesimpulan mengetahui
Daerah.
urgensinya.
Restrukturisasi tahun 2014 merupakan
perampingan yang dilakukan sebelum PP
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat
Dalam kerangka reformasi birokrasi,
Daerah ditetapkan. Perampingan struktur
Pemerintah Kabupaten Wonosobo menetapkan
tersebut dilakukan dengan mengurangi 323 unit
kebijakan perampingan OPD yang bertujuan
jabatan struktural di semua tingkat eselon, yaitu
untuk mewujudkan OPD yang efektif. Proses
dari yang semula 779 menjadi 451 unit atau
perumusannya didasarkan pada hasil analisis
sebesar 41,46%. Postur OPD menjadi lebih
keorganisasian secara komprehensif: analisis
ramping, yang ditandai dengan berkurangnya
jabatan dan analisis beban kerja, telaah
dinas dan badan serta unit kerja struktural di
peraturan perundang-undangan, diskusi-diskusi
semua layers, sebagai berikut :
pemetaan fungsi masing-masing OPD (Urusan),
1) Sekretariat Daerah
kebijakan strategis bupati, pemetaan dan
Sekretariat Daerah yang semula terdiri
pembagian fungsi OPD ke dalam satuan
dari 3 asisten sekda, 5 staf ahli, 9 bagian yang
organisasi dengan fungsi dan beban kerja yang
didukung masing-masing 3 sub bagian, sehingga
optimal (padat), serta mengidentifikasi dan
total jumlah sub bagian sebanyak 27 sub bagian.
memadukan jabatan-jabatan dalam setiap unit
Perubahan struktur Setda menjadi terdiri dari 3
kerja/OPD.
asisten sekda, 3 staf ahli, 10 bagian dan 31 sub
Perbandingan jumlah unit jabatan
bagian. Penambahan bagian yaitu Bagian
struktural (eselon) Perangkat Daerah Kabupaten
Organisasi dan Kepegawaian yang merupakan
Wonosobo sebelum perampingan dan
merger dari Bagian Organisasi dan Badan
sesudahnya adalah sebagai berikut :
kepegawaian Daerah (BKD), dan Bagian
Perbedaan dapat diidentifikasi sebagai
Keuangan yang merupakan pengalihan dari
berikut :
Badan Pengelolaan Keuangan Daerah yang
didukung dengan 4 sub bagian. Dan adanya
pengurangan bagian yaitu Bagian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak yang yang
dialihkan dan digabungkan dengan Dinas
Keluarga Berencana.
2) Sekretariat DRPD
Sekretariat DPRD dari yang semula terdiri
dari 3 bagian dan 7 sub bagian dirampingkan
menjadi 2 bagian dan 4 sub bagian.
3) Dinas
Dinas yang semula berjumlah 14 menjadi
berjumlah 7 dinas. Ketujuh dinas yang masih
eksis adalah Dinas Pendidikan, Kebudayaan,
Dari table tersebut dapat dilihat bahwa
Pemuda dan Olah Raga; Dinas Kesehatan; Dinas
penataan struktur OPD Pemerintah Kabupaten
Sumber Daya Air dan Bina Marga; Dinas Cipta
Wonosobo mengalami perubahan/restrukturisasi
Karya, Tata Ruang, dan Kebersihan; Dinas
3 (tiga) kali dalam kurun waktu 2008, 2014, dan
Pertanian dan Perikanan; Dinas Lingkungan
Jurnal Widiya Praja, Vol. 1 No. 2 (2021) | 5

Hidup dan Kehutanan, dan dengan penambahan jabatan eselon III.A dan 5 unit jabatan eselon
adanya Dinas Pendapatan. Restrukturisasi OPD IV.A.
dinas diikuti dengan mengurangi sejumlah unit 8) RSUD atau Rumah Sakit Umum
jabatan struktural, yaitu unit jabatan eselon II.B Daerah, dipertahankan pada status quo, sebagai
dari semula berjumlah 14 menjadi 7, unit jabatan perangkat daerah yang dipimpin oleh jabatan
eselon III.A dari semula 14 menjadi 7, unit eselon III.A dengan didukung 4 unit jabatan
jabatan eselon III.B semula berjumlah 46 eselon III.B dan 9 unit jabatan eselon IV.A.
menjadi 21, serta berkurangnya unit jabatan 9) Kecamatan
eselon IV.A yang semula berjumlah 166 Restrukturisasi organisasi kecamatan
menjadi 51. dilakukan dengan menghapus 30 unit jabatan
4) Badan eselon IV.B (sub bagian) yang ada di dalam
Badan dengan setara eselon II.B yang struktur organisasi kecamatan sebelumnya, dan
semula berjumlah 5 menjadi 3 badan. Badan tetap mempertahakan 15 unit jabatan eselon
yang masih eksis adalah Badan Perencanaan dan III.A (camat); 15 unit jabatan III.B (sekcam);
Pembangunan Daerah (Bappeda); Badan dan 60 unit jabatan eselon IV.A (seksi).
Kependudukan, Keluarga Berencana, 10) Kelurahan
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Restrukturisasi organisasi terhadap 29
Anak, serta Badan Penanaman Modal dan kelurahan dilakukan dengan mengurangi jumlah
Pelayanan Perizinan Terpadu. Restrukturisasi unit jabatan eselon IV.B (seksi) pada struktur
OPD badan diikuti dengan mengurangi sejumlah organisasi kelurahan, dari yang semula 145
unit jabatan struktural, yaitu unit jabatan eselon menjadi 87, berkurang sebanyak 58 unit (seksi),
II.B dari semula berjumlah 5 menjadi 3, unit dan mempertahakan 29 unit jabatan eselon IV.A
jabatan eselon III.A dari semula 5 menjadi 3, (lurah).
unit jabatan eselon III.B semula berjumlah 16 11) UPT menjadi unit fungsional
menjadi 8, serta berkurangnya unit jabatan Beberapa Unit Pelaksana Teknis (UPT)
eselon IV.A yang semula berjumlah 47 menjadi yang semula merupakan unit kerja struktural
14. dengan eselon IV.A diubah menjadi unit kerja
5) Inspektorat fungsional (non eselon) yang dipimpin oleh
Restrukturisasi organisasi inspektorat koordinator. Beberapa UPT yang
dengan menghilangkan unit jabatan eselon IV direstrukturisasi menjadi unit fungsional antara
(sub bidang dan sub bagian). lain adalah puskesmas, sanggar kegiatan belajar,
6) Kantor dll.
Pada restrukturisasi OPD Pemerintah 12) Seluruh jabatan struktural eselon V
Kabupaten Wonosobo tahun 2014, bentuk dihapus.
kantor digunakan untuk mewadahi “dinas kecil”. Dengan berlakunya PP Nomor 18 Tahun
Dari jumlah semula berjumlah 6 kantor 2016 Tentang Perangkat Daerah, pada tahun
bertambah menjadi 10 kantor. Kesepuluh kantor 2016 Pemerintah Kabupaten Wonosobo telah
yang dibentuk meliputi Kantor Perindustrian dan kembali melakukan penataan struktur OPD
Perdagangan; Kantor Koperasi dan Usaha Mikro dengan penambahan 5 dinas/badan (eselon II.B),
Kecil dan Menengah; Kantor Tenaga Kerja dan 35 unit jabatan eselon III, dan 55 unit jabatan
Transmigrasi; Kantor Pariwisata dan Ekonomi eselon IV. Sasaran penyederhanaan struktur
Kreatif; Kantor Perhubungan; Kantor OPD untuk mewujudkan organisasi dua layers
Pemberdayaan Masyarakat; Kantor Arsip dan yang akan dilakukan adalah merasionalisasi
Perpustakaan Daerah; Kantor Kesatuan Bangsa kembali jumlah jabatan struktural yang saat ini
dan Politik; Kantor Administrasi Kependudukan sebesar 546 unit atau 8,21%.
dan Pencatatan Sipil; dan Satuan Polisi Pamong
Praja. Optimalisasi Jabatan Fungsional
7) BPBD atau Badan Penanggulangan Perampingan OPD Pemerintah Kabupaten
Bencana Daerah Wonosobo tersebut diarahkan untuk
BPBD merupakan OPD baru yang profesionalisasi birokrasi yaitu adanya
dibentuk dengan nama “badan” tetapi dengan perubahan komposisi pegawai dengan jumlah
struktur organisasi seperti “kantor” yang jabatan struktural yang semakin efisien (selektif)
dipimpin oleh pejabat eselon III.A. pada satu sisi dan optimalisasi jumlah jabatan
Pembentukan OPD BPBD menambah 1 unit fungsional, serta jumlah staf yang proporsional.
Pilihan terhadap jabatan fungsional didasarkan
6 | Jurnal Widiya Praja, Vol. 1 No. 2 (2021)

pada pertimbangan kebutuhan pegawai yang 21,71%, angka-angka yang jauh lebih besar dari
berkompetensi untuk pelaksanaan tugas fungsi jumlah dan proporsi jabatan fungsional di luar
dan visi misi organisasi. Jabatan fungsional guru dan tenaga kesehatan.
secara normatif mempunyai kompetensi teknis Komposisi PNS tersebut tidak banyak
yang memadai karena telah terstandarisasi yaitu mengalami perubahan hingga tahun 2016,
standar kompetensi jabatan, pengembangan namun tercatat ada penambahan jumlah
karier, pengembangan kompetensi, penilaian pemangku jabatan fungsional lainnya (jabatan
kinerja, dst. Karena kapasitasnya yang lebih fungsional non tenaga pendidik dan
baik, maka penempatan jabatan fungsional pada kependidikan dan non tenaga kesehatan)
unit kerja akan merasionalisasi struktur sebanyak 104 orang sehingga menjadi 237 orang
organisasi. Penempatan jabatan fungsional (BKD Kabupaten Wonosobo yang dikutip dari
kedalam seluruh unit kerja dalam struktur Naskah Akademik Perda Kabupaten Wonosobo
organisasi akan membentuk struktur organisasi Nomor 12 Tahun 2016 Tentang Pembentukan
yang pipih/datar atau flat, hal ini selaras dengan Dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten
gagasan struktur organisasi dua layers. Wonosobo).
Jumlah total PNS pada tahun 2014, Sampai dengan Oktober 2021 jumlah
sebelum perampingan struktur OPD, sebesar jabatan fungsional non guru dan tenaga
7.618 orang. Proporsi pegawai pemangku kesehatan tersebut mengalami perkembangan
jabatan fungsional dengan total sebanyak 5.110 dengan total ada 33 atau bertambah sebanyak 23
orang atau 67,07%. Melihat angka tersebut jenis jabatan fungsional di berbagai sektor,
jabatan fungsional telah menduduki proporsi seperti Administrator Kesehatan, Psikologi
yang tinggi, akan tetapi poin kritisnya adalah Klinis, Pranata Komputer, Auditor
jika kita lihat lebih detil bahwa jabatan Kepegawaian, Analis Kepegawaian, Penera,
fungsional didominasi oleh jabatan fungsional Pengadaan Barang dan Jasa, Pengawas
guru yang berjumlah sebesar 4.402 orang atau Lingkungan, Teknik Jalan dan Jembatan, Teknik
57,78% dari seluruh PNS yang ada. Sedangkan Pengairan, Teknik Bangunan, dsb. Tenaga
jabatan fungsional tenaga kesehatan menduduki Kesehatan mengalami peningkatan jumlah dan
jabatan fungsional dengan jumlah terbesar jenis, sedangkan guru berkurang karena pensiun.
kedua, yaitu sebesar 516 orang atau 6,77%. Jumlah total PNS Kabupaten Wonosobo per 1
Meskipun telah menduduki proporsi yang tinggi Oktober 2021 sebanyak 6.650 orang, dengan
jumlah guru dan tenaga kesehatan tersebut komposisi: jabatan struktural sebanyak 546 atau
hingga saat ini belum memenuhi kebutuhan 8,21%; pelaksana sebanyak 1.152 atau 17,32%,
secara optimal. Komposisi PNS yang jumlah jabatan struktural dan jabatan pelaksana
mencerminkan profesionalisasi birokrasi, yang yang masih cukup tinggi inilah yang menjadi
diidealkan lebih banyak diisi oleh jabatan sasaran pengalihan ke jabatan fungsional dalam
fungsional perlu ditelaah di luar jabatan kerangka kebijakan penyederhanaan birokrasi.
fungsional guru dan tenaga kesehatan. Dari table Adapun jumlah total jabatan fungsional
tersebut terlihat bahwa jumlah jabatan sebanyak 4.952 yang terdiri dari guru sebanyak
fungsional selain tenaga pendidik dan 3.813 orang atau 57,33% dan tenaga kesehatan
kependidikan maupun tenaga kesehatan yang 779 orang atau 11,71%, serta jabatan fungsional
tersebar di seluruh OPD atau sektor layanan non guru dan tenaga kesehatan sebanyak 296
baru ada 10 jenis Jabatana fungsional dengan orang atau 4,45% yang meskipun sudah
jumlah masing-masing yang sangat kecil, yaitu : mengalami kenaikan masih jauh lebih kecil
Penyuluh Pertanian sebanyak 68 orang, dibanding jumlah dan proporsi jabatan struktural
Penyuluh Keluarga Berencana (KB) 33 orang, dan pelaksana.
Penyuluh Perindustrian dan Perdagangan 2
orang, Penguji Kendaraan Bermotor 2 orang, Manfaat yang Diperoleh
Perencana 2 orang, Arsiparis 3 orang, Auditor Manfaat atau efektifitas dari organisasi
11 orang, P2UPD 10 orang, serta Pengantar dengan struktur yang flat (dua layers) yang
Kerja dan Pustakawan masing-masing 1 orang. merupakan hasil optimal dari optimalisasi
Seluruh jabatan fungsional non tenaga pendidik Jabatan Fungsional memungkinkan organisasi
dan kependidikan dan tenaga kesehatan menjadi lebih fleksibel dan dinamis karena
berjumlah sebanyak 133 orang atau 1,74%. rantai hirarki yang pendek. Tugas fungsi
Sementara jabatan struktural sebanyak 854 atau organisasi menjadi komprehensif dan dapat
11,21% dan pelaksana sebesar 1.654 atau
Jurnal Widiya Praja, Vol. 1 No. 2 (2021) | 7

lebih terstruktur dengan baik sejalan dengan dan jumlah kebutuhannya (tepat fungsi, tepat
standarisasi tugas fungsi Jabatan Fungsional. ukuran).
Struktur yang ramping memungkinkan b. Kementerian/Lembaga instansi
tata laksana kerja menjadi lebih sederhana dan pembina perlu segera proaktif
lebih mudah untuk terwujudnya proses bisnis menyusun/membentuk jenis-jenis jabatan
yang terintegrasi, kolaboratif, dan lebih terbuka. fungsional yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
Rantai hirarki yang pendek memungkinkan tugas fungsi instansi dan visi-misi pemerintah
proses pengambilan keputusan lebih cepat baik untuk pusat maupun daerah.
berefek pelayanan menjadi lebih cepat pula. c. Kebijakan inpassing mestinya
Organisasi lebih efisien dengan berkurangnya tidak hanya didasarkan pada “pilihan individual”
biaya operasional, sarpras dan lain-lain biaya sebagai kanal bagi PNS/ASN yang kehilangan
over head cost. Dengan jumlah OPD dan unit jabatan struktural ataupun karena PNS/ASN
kerja yang lebih sedikit memungkinkan program enggan menjadi pejabat struktural. Kebijakan
dan anggaran menjadi lebih terfokus dan pindah jabatan dari non fungsional ke jabatan
terintegrasi (tidak tersebar dengan nilai yang fungsional mestinya untuk memenuhi kebutuhan
kecil). Pengelolaan keuangan organisasi dapat organisasi/instansi, sehingga dilaksanakan
lebih solid dalam sistem satu pintu dan lebih secara komprehensif.
mendorong terwujudnya akuntabilitas. d. Kebijakan rekrutmen CPNS dan
Di bidang sumber daya manusia: PPPK mulai tahun 2018 yang lebih diutamakan
pengembangan kapasitas pegawai lebih merata untuk pengisian formasi jabatan fungsional di
hingga ke layers bawah, pemetaan kebutuhan berbagai sektor perlu dipertajam dengan prinsip
kompetensi yang jelas, dengan re-orientasi ke pengadaan jabatan pelaksana hanya bagi jabatan
jabatan fungsional maka ruang pengembangan yang belum tersedia jabatan fungsionalnya.
karier pegawai menjadi lebih luas dengan Adapun beberapa langkah strategis yang
mengoptimalkan sistem pengembangan karier sejalan dengan kebijakan optimalisasi jabatan
vertikal, horizontal dan diagonal, tidak fungsional dan struktur organisasi dua layers
terperangkap dalam mindset linier yang yang urgent dilakukan antara lain:
menganggap jabatan struktural sebagai satu- - Penerapan sistem kelas jabatan sebagai
satunya peluang bagi pengembangan karier dasar penggajian dan pemberian tunjangan
pegawai. Program dan pelaksanaan pembinaan kinerja ASN dapat menjadi jawaban atas
dan pengembangan pegawai lebih mudah dan kekhawatiran berkurangnya pendapatan ASN
tersistematis karena telah terstandarisasi dengan akibat penerapan kebijakan ini dengan didukung
baik. penguatan sistem manajemen kinerja pegawai
Berangkat dari kondisi saat ini, langkah dan penerapannya secara otentik.
cepat dan strategis apa yang perlu dilakukan? Dengan uraian ini, semoga para
a. Mereview Peta Jabatan seluruh pengambil kebijakan khususnya di daerah
instansi/OPD eksisting untuk disesuaikan semakin diyakinkan bahwa penerapan struktur
dengan langkah atau strategi optimalisasi organisasi pemerintah dua layers adalah pilihan
jabatan fungsional, hindari duplikasi fungsi terbaik untuk mewujudkan birokrasi
diantara jabatan yang ada dan utamakan jabatan professional, dan secara teknis sangat mungkin
fungsional mengisi Peta Jabatan instansi. dilakukan, dan perlu segera dilakukan karena
Beberapa catatan penting terkait saat inilah momennya. Kebijakan ini merupakan
optimalisasi jabatan fungsional dalam Peta salah satu langkah yang mendasar dalam upaya
Jabatan instansi antara lain: perbaikan birokrasi. Sikap surut atau mundur
- Pengisian jabatan fungsional pada Peta dalam realisasi maupun substansi ide dari
Jabatan instansi dan seluruh unit kerja harus kebijakan ini akan bermakna pembangunan
dilakukan secara konsisten. Eksistensi jabatan SDM ASN dan birokrasi kita kehilangan
struktural dan jabatan pelaksana dalam Peta momentumnya sementara tuntutan
Jabatan OPD hanya sepanjang belum tersedia perkembangan lingkungan strategis sangat
jenis jabatan fungsional yang sesuai. memerlukan perubahan yang berdampak luas
- optimalisasi pengisian jabatan dan mendasar untuk mewujudkan birokrasi yang
fungsional ke dalam Peta Jabatan berdasarkan profesional.
hasil analisis jabatan dan analisis beban kerja,
sehingga lebih tepat dalam menentukan jenis
8 | Jurnal Widiya Praja, Vol. 1 No. 2 (2021)

Masalah-masalah yang timbul dan upaya 2021 Tentang Penyederhanaan Struktur


mengatasi masalah Organisasi Pada Instansi Pemerintah Untuk
Masalah yang paling mengemuka pada Penyederhanaan Birokrasi. Di
kebijakan perampingan OPD Pemerintah Kementerian/Lembaga Non Kementeraian di
Kabupaten Wonosobo adalah resistensi dari para Pusat telah dimulai sejak tahun 2020 seiring
pegawai (PNS), khususnya para pegawai yang dengan penetapan kebijakan ini sebagai salah
mengalami penurunan eselon maupun yang satu program fokus pada RPJMN Tahun 2020 –
“kehilangan” jabatan struktural. Resistensi yang 2024. Sementara pelaksanaan kebijakan
muncul cukup massif hingga berujung pada penyederhanaan OPD diagendakan pada tahun
gugatan terhadap pemberlakuan perda 2021. Mewujudkan struktur organisasi dua
perampingan OPD kepada Mahkamah Agung. layers tidak lagi sulit seperti sebelumnya.
Pemerintah Kabupaten Wonosobo menghadapi Beberapa kebijakan pendukung untuk
gugatan tersebut dengan memberikan jawaban memudahkan realisasi kebijakan ini antara lain :
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- - Sampai dengan Oktober 2021 telah
undangan. Jawaban atas gugatan disusun dalam ditetapkan tidak kurang dari 237 jenis jabatan
dua sisi, yaitu rechtmatigheid (asas kepastian fungsional keterampilan dan keahlian baik untuk
hukum) dan doelmatigheid (asas kemanfaatan). instansi pusat dan daerah. Dengan adanya jenis
Resistensi pegawai sebagian besar jabatan fungsional yang semakin lengkap di
menyangkut kekhawatiran terhadap semua sektor (kelembagaan/kementerian) maka
berkurangnya penerimaan gaji dan tunjangan optimalisasi pengisian jabatan fungsional yang
sebagai akibat turunnya level eselon ataupun sesuai kedalam Peta Jabatan OPD akan lebih
perubahan jabatan. Upaya untuk mengatasi hal mudah dilakukan. Dan untuk mendukung
ini dengan pendayagunaan para pegawai yang birokrasi professional yang ingin dibentuk dari
mengalami penurunan ataupun perubahan penyederhanaan struktur OPD telah disusun
jabatan kedalam gugus tugas dengan jabatan Pelaksana yang juga terspesialisasi di
mengelaborasi ketentuan pemberian tunjangan semua sektor sebagaimana ditetapkan dalam
kinerja atau tambahan penghasilan pegawai. Permenpan-RB Nomor 18 Tahun 2017 Tentang
Masalah lain yang muncul terkait Nomenklatur Jabatan Pelaksana Bagi Pegawai
dengan pengalihan jabatan dari jabatan Negeri Sipil Di Lingkungan Instansi Pemerintah.
struktural ataupun pelaksana (staf Administrasi) - Adanya kebijakan afirmasi untuk
ke jabatan fungsional. Hal ini dikarenakan saat pengalihan jabatan dari non fungsional ke
itu belum ada kebijakan khusus dari Pemerintah jabatan fungsional (inpassing) telah dikeluarkan
Pusat untuk pengalihan jabatan dari non oleh Pemerintah Pusat melalui Permenpan-RB
fungsional ke jabatan fungsional. Masalah ini Nomor 17 Tahun 2021 Tentang Penyetaraan
diatasi dengan melakukan inventarisasi dan Jabatan Administrasi ke Dalam Jabatan
pemetaan potensi serta memproyeksikan Fungsional.
pegawai untuk memenuhi/menduduki jabatan - Penerapan sistem penggajian ASN
fungsional sesuai dengan kebutuhan organisasi. berbasis kelas jabatan sebagaimana diatur dalam
Hal ini dilakukan seiring dengan penyusunan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
Peta Jabatan OPD. Aparatur Sipil Negara akan sejalan dengan
Upaya lain yang dilakukan adalah optimalisasi jabatan fungsional dengan
mensosialisasikan jabatan fungsional dan adanya penyetaraan kelas jabatan fungsional dengan
layanan khusus (desk) bagi informasi dan jabatan struktural.
konsultasi pengalihan ke jabatan fungsional,
serta perbaikan tunjangan kinerja bagi jabatan
fungsional. KESIMPULAN
Ada dua aspek penting dalam
Prospek organisasi dua layers ke depan restrukturisasi kelembagaan birokrasi, yaitu
Pembentukan struktur organisasi dua penataan kelembagaan secara vertical dan
layers telah menjadi kebijakan presiden, yang horizontal. Penataan kelembagaan secara
dikenal dengan kebijakan penyederhanaan vertikal dilakukan untuk menyederhanakan
birokrasi. Operasionalisasi kebijakan ini telah hierarki birokrasi sehingga menjadi lebih
ditetapkan dalam Peraturan Menteri sederhana dan pendek. Untuk saat ini kajian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi memang harus dilakukan pada birokrasi
Birokrasi (Permenpan-RB) Nomor 25 Tahun pemerintahan, termasuk didalamnya adalah
Jurnal Widiya Praja, Vol. 1 No. 2 (2021) | 9

susunan dan tingkat pemerintahan. Kondisi Anonymous,


struktur pemerintahan yang saat ini terjadi https://elib.unikom.ac.id/download.php?id
cenderung kompleks dan perlu memperoleh =114099,diakses diakses 22 Oktober
perhatian dalam Reformasi Birokrasi. Kemudian 2021, jam 15.46 wib
usaha perbaikan struktur birokrasi harus Sony Wicaksono, 2010, Reformasi Birokrasi,
mencakup penyederhanaan secara vertikal yang http://sonylogica2.blogspot.com/2010/10/
dilakukan dengan memperpendek hierarki kultur-birokrasi-pelayanan-
kekuasaan. Dalam aspek penyederhanaan dapat indonesia.html, diakses 22 Oktober 2021,
dilakukan melalui delayering dalam hubungan jam 20.46 wib
antara satuan birokrasi pada tingkat bawah dan
birokrasi atasannnya serta hubungan antara Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
birokrasi dan warganya. 2008, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta
Struktur organisasi publik yang
ramping, pipih atau datar (flat) yang hanya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
terdiri dari dua layers, merupakan kebutuhan Aparatur Sipil Negara
yang bersifat alamiah sebagai respon terhadap
perkembangan lingkungan strategis. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016
Mewujudkan sistem kerja yang terpadu dalam Tentang Perangkat Daerah.
struktur OPD yang ramping sejalan atau Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang
disyaratkan oleh sistem kerja berbasis Teknologi Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025
penyelenggaraan fungsi birokrasi sehari-hari Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
sebagaimana menjadi arah birokrasi ke depan (e- 18 Tahun 2020 Tentang Rencana
administration dan e-government). Era disrupsi Pembangunan Jangka Menengah Nasional
yang ditandai dengan ketidakpastian dan (RPJMN) Tahun 2020-2024
dinamika yang tinggi dalam berbagai sektor Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010
kehidupan, kecenderungan keterkaitan antar tentang Grand Design Reformasi
sektor yang menguat yang semakin memerlukan Birokrasi 2010-2025, Jakarta.
pendekatan multi dimensi, maka diperlukan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
birokrasi yang responsive, adaptive, fleksibel, Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
serta cepat dan tanggap (agile). Secara 18 Tahun 2017 Tentang Nomenklatur
kelembagaan sifat-sifat ini lebih bisa direspon Jabatan Pelaksana Bagi Pegawai Negeri
oleh organisasi yang ramping, dengan struktur Sipil Di Lingkungan Instansi Pemerintah
yang flat. Untuk itu struktur organisasi dua Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
layers layak untuk diwujudkan. Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
25 Tahun 2021 Tentang Penyederhanaan
DAFTAR RUJUKAN Struktur Organisasi Pada Instansi
Ambar Teguh, dkk, 2015, Teori dan Pemerintah Untuk Penyederhanaan
Implementasi Birokrasi Organisasi: Birokrasi
Agenda Penataan Organisasi Perangkat Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Daerah Kabupaten Wonosobo, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Independent Generation,Yogyakarta Nomor 26 Tahun 2011, tentang Pedoman
Badan Kepegawaian Negara, 2010, Pedoman Penghitungan Kebutuhan Jumlah PegawaI
Analisis Beban Kerja Pegawai Negeri Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Sipil, Jakarta Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
Dwiyanto, Agus, 2011, Mengembalikan 17 Tahun 2021 Tentang Penyetaraan
Kepercayaan Publik Melalui Reformasi Jabatan Administrasi ke Dalam Jabatan
Birokrasi, Gramedia, Jakarta Fungsional.
Mintzberg, Henry. 1993. Structure in Fives: Naskah Akademik dan Peraturan Daerah
Designing Effective Organization. New Kabupaten Wonosobo Nomor 3 Tahun
Jersey: Prentice Hall 2014 Tentang Organisasi Perangkat
Thoha, Miftah. 2011. Birokrasi Pemerintah Daerah
Indonesia di Era Reformasi. Kencana.
Jakarta Naskah Akademik dan Peraturan Daerah
Kabupaten Wonosobo Nomor 12 Tahun
10 | Jurnal Widiya Praja, Vol. 1 No. 2 (2021)

2016 Tentang Pembentukan Dan Susunan


Perangkat Daerah Kabupaten Wonosobo

Anda mungkin juga menyukai