9-21-File Utama Naskah-87-1-10-20220418
9-21-File Utama Naskah-87-1-10-20220418
2 (2021)
Maria Susiawati
Widyaiswara BPSDMD Provinsi Jawa Tengah
Email: susiawatimaria@gmail.com
Abstrak
Dinamika perubahan lingkungan strategis perlu direspon dalam pengembangan organisasi perangkat
daerah (OPD) untuk menyelaraskan kinerja OPD dengan tuntutan perubahan lingkungan strategis.
Hingga saat ini birokrasi pemerintah kabupaten/kota masih menghadapi berbagai permasalahan in-
efisiensi dan in-efektifitas yang antara lain ditunjukkan oleh masih gemuknya struktur OPD. Beberapa
alternatif perampingan dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah unit jabatan struktural antara lain
dengan mewujudkan struktur OPD yang flat (datar/pipih) yang tersusun dalam dua layers dengan
mengoptimalkan Jabatan Fungsional dalam komposisi dan jumlah pegawai di setiap OPD.
Pengalaman Kabupaten Wonosobo melakukan perampingan struktur OPD dengan menghapus
sebanyak 323 unit jabatan struktural atau 41,46% dari jumlah semula dapat menjadi konfirmasi dan
referensi mengenai manfaat, masalah, prospek, dan langkah-langkah urgent yang perlu dilakukan
dalam mewujudkan birokrasi yang professional melalui pembentukan struktur organisasi dua
layers.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perampingan struktur OPD yang telah
dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Wonosobo dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan
metode penelaahan dokumen diperoleh kesimpulan bahwa mewujudkan organisasi yang ramping
dengan struktur yang flat dengan dua layers merupakan kebutuhan untuk merespon perkembangan
lingkungan strategis yang sangat dinamis dalam mewujudkan birokrasi yang professional.
Kata kunci : perubahan lingkungan strategis, struktur organisasi dua layers, birokrasi professional.
Suatu kerajaan yang raja-rajanya adalah para penyelenggaraan pelayanan publik, memerlukan
pejabat dari suatu bentuk organisasi yang adanya suatu upaya rekonstruksi kultur dan
digolongkan modern. Didalamnya terdapat manajemen birokrasi. Kultur dan manajemen
tanda-tanda bahwa seseorang mempunyai dalam birokrasi harus mengarah pada
yurisdiksi yang jelas dan pasti, mereka berada pencapaian sosok birokrasi yang profesional,
dalam area ofisial yang yurisdiktif. Di dalam efisien, efektif, dan responsif dalam
yurisdiksi tersebut seseorang mempunyai tugas penyelenggraan pelayanan publik.
dan tanggung jawab resmi (official duties) yang Menurut Henry Mintzberg
memperjelas batas-batas kewenangan (1993), birokrasi profesional adalah birokrasi
pekerjaannya. Dalam melaksanakan yang mampu mengerjakan tugas yang
pekerjaannya para pejabat tersebut selalu terspesialisasi, yang membutuhkan ketrampilan
terkonsep pada sebuah dokumen tertulis “The profesional yang terlatih. Oleh karenanya
Files”, dan mereka semua bekerja dalam tatanan struktur birokrasi profesional anggotanya
pola hierarki sebagai perwujudan dari tingkatan banyak spesialis yang terlatih pada unsur
otoritas dan kekuasaannya. operating core. Jadi kekuatan birokrasi
Di dalam Kamus Umum Bahasa professional terletak pada operating core yang
Indonesia birokrasi diartikan kantor dan istilah terdiri dari spesialis yang profesional, dan staf
birokrasi mempunyai beberapa arti : pendukung yang melayani operating core adalah
(1) Pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai juga spesialis yang berpengalaman di bidangnya.
bayaran yang tidak dipilih oleh rakyat; (2) Cara
pemerintahan yang sangat dikuasai oleh pegawai METODE PENELITIAN
negeri; (3) Cara kerja atau susunan pekerjaan Model penelitian yang digunakan adalah
yang serba lambat, serba menurut aturan, metode penelitian deskriptif dengan pendekatan
kebiasaan, dan banyak liku-likunya. studi kasus (case study). Dengan metode ini
Definisi dalam kamus bahasa Indonesia penelitian yang dilakukan bisa mendapat hasil
ini nampaknya tidak hanya berusaha yang intensif, terperinci dan mendalam terhadap
memberikan makna birokrasi tetapi juga istilah suatu organisme (individu), lembaga atau gejala
turunan yang mengacu pada sifat atau kebiasaan tertentu dengan daerah atau subjek yang sempit.
birokrasi. Penelitian dilakukan untuk menghasilkan
Birokrasi pemerintah secara umum gambaran kondisi penyederhanaan birokrasi dua
berkiblat pada birokrasi Weber. Birokrasi yang layers di Kabupaten Wonosobo di Tahun 2014
dikembangkan oleh Max Weber dari masa ke dan 2016. Data-data yang dikumpulkan,
masa semakin mendapatkan tantangan untuk dianalisis dan disimpulkan adalah data-data
melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap mengenai gejala-gejala permasalahan yang
perkembangan tuntutan dalam penyelenggaraan timbul selama proses tersebut, manfaat
administrasi publik (pelayanan publik). penyederhanaan birokrasi, serta cara-cara yang
Birokrasi ala Weber, yang dikenal dengan bisa dilakukan untuk menangani permasalahan
sebutan birokrasi feodal atau tradisional, yaitu selama proses penyederhanaan berlangsung.
birokrasi yang lebih cenderung menerapkan
Data primer dikumpulkan berdasarkan
sentralisasi dalam penyelenggaraan
hasil observasi partisipatif langsung, di mana
pemerintahan, dianggap kurang responsif dalam
peneliti langsung terlibat dalam proses
penyelenggaraan pelayanan publik.
penyederhanaan birokrasi di Kabupaten
Birokrasi Weber dalam perkembangan
Wonosobo yang dilakukan pada tahun 2014 dan
selanjutnya menjadi lahan subur untuk
2016. Selain itu, ada juga data yang didapat dari
tumbuhnya paradigma kekuasaan versus
dokumen-dokumen pendukung seperti:
pelayanan. Keadaan ini tentunya sangat tidak
(1)Dokumen Naskah Akademik dan Perda
kondusif bagi berlangsungnya fungsi pelayanan
Nomor 3 Tahun Tahun 2014 tentang Organisasi
publik. Maka pada dekade terakhir,
Perangkat Daerah, (2) Dokumen Naskah
perkembangan paradigma pemerintahan di
Akademik dan Perda Nomor 12 Tahun 2016
banyak negara, mulai meninggalkan konsep
Tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat
pemerintahan/birokrasi yang dikembangkan
Daerah Kabupaten Wonosobo, (3)Dokumen
Max Weber.
notulensi rapat evaluasi dan restrukturisasi
Menurut Wicaksono (2010), perubahan
organisasi, (4)PP Nomor 18 Tahun 2016 tentang
paradigma birokrasi, dari paradigma “mengatur”
menjadi paradigma “melayani” dalam
4 | Jurnal Widiya Praja, Vol. 1 No. 2 (2021)
Perangkat Daerah, (5)Laporan Simpeg BKD 2016. Restrukturisasi tahun 2014 yang
Kabupaten Wonosobo, 1 Oktober Tahun 2021 ditetapkan dengan Perda Kabupaten Wonosobo
Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Organisasi
Data-data yang terkumpul kemudian
Perangkat Daerah merupakan inisiatif
dianallisis. Teknik analisis data digunakan untuk
Pemerintah Kabupaten Wonosobo untuk
menggambarkan seluruh fakta yang diperoleh
mewujudkan birokrasi yang efektif dengan
dari lapangan. Proses analisis data ini dimulai
melakukan perampingan jumlah unit jabatan
dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
struktural. Sedangkan restrukturisasi tahun 2016
berbagai sumber, kemudian data disusun dalam
berdasarkan Perda Kabupaten Wonosobo Nomor
satuan-satuan untuk dikategorikasikan, diperiksa
12 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Dan
keabsahannya serta ditafsirkan. Penafsiran juga
Susunan Perangkat Daerah Kabupaten
melihat kondisi fakta-fakta terkait
Wonosobo yang dilakukan berdasarkan instruksi
penyederhanaan birokrasi pemerintah di era saat
PP Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat
ini, untuk dapat ditarik kesimpulan mengetahui
Daerah.
urgensinya.
Restrukturisasi tahun 2014 merupakan
perampingan yang dilakukan sebelum PP
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat
Dalam kerangka reformasi birokrasi,
Daerah ditetapkan. Perampingan struktur
Pemerintah Kabupaten Wonosobo menetapkan
tersebut dilakukan dengan mengurangi 323 unit
kebijakan perampingan OPD yang bertujuan
jabatan struktural di semua tingkat eselon, yaitu
untuk mewujudkan OPD yang efektif. Proses
dari yang semula 779 menjadi 451 unit atau
perumusannya didasarkan pada hasil analisis
sebesar 41,46%. Postur OPD menjadi lebih
keorganisasian secara komprehensif: analisis
ramping, yang ditandai dengan berkurangnya
jabatan dan analisis beban kerja, telaah
dinas dan badan serta unit kerja struktural di
peraturan perundang-undangan, diskusi-diskusi
semua layers, sebagai berikut :
pemetaan fungsi masing-masing OPD (Urusan),
1) Sekretariat Daerah
kebijakan strategis bupati, pemetaan dan
Sekretariat Daerah yang semula terdiri
pembagian fungsi OPD ke dalam satuan
dari 3 asisten sekda, 5 staf ahli, 9 bagian yang
organisasi dengan fungsi dan beban kerja yang
didukung masing-masing 3 sub bagian, sehingga
optimal (padat), serta mengidentifikasi dan
total jumlah sub bagian sebanyak 27 sub bagian.
memadukan jabatan-jabatan dalam setiap unit
Perubahan struktur Setda menjadi terdiri dari 3
kerja/OPD.
asisten sekda, 3 staf ahli, 10 bagian dan 31 sub
Perbandingan jumlah unit jabatan
bagian. Penambahan bagian yaitu Bagian
struktural (eselon) Perangkat Daerah Kabupaten
Organisasi dan Kepegawaian yang merupakan
Wonosobo sebelum perampingan dan
merger dari Bagian Organisasi dan Badan
sesudahnya adalah sebagai berikut :
kepegawaian Daerah (BKD), dan Bagian
Perbedaan dapat diidentifikasi sebagai
Keuangan yang merupakan pengalihan dari
berikut :
Badan Pengelolaan Keuangan Daerah yang
didukung dengan 4 sub bagian. Dan adanya
pengurangan bagian yaitu Bagian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak yang yang
dialihkan dan digabungkan dengan Dinas
Keluarga Berencana.
2) Sekretariat DRPD
Sekretariat DPRD dari yang semula terdiri
dari 3 bagian dan 7 sub bagian dirampingkan
menjadi 2 bagian dan 4 sub bagian.
3) Dinas
Dinas yang semula berjumlah 14 menjadi
berjumlah 7 dinas. Ketujuh dinas yang masih
eksis adalah Dinas Pendidikan, Kebudayaan,
Dari table tersebut dapat dilihat bahwa
Pemuda dan Olah Raga; Dinas Kesehatan; Dinas
penataan struktur OPD Pemerintah Kabupaten
Sumber Daya Air dan Bina Marga; Dinas Cipta
Wonosobo mengalami perubahan/restrukturisasi
Karya, Tata Ruang, dan Kebersihan; Dinas
3 (tiga) kali dalam kurun waktu 2008, 2014, dan
Pertanian dan Perikanan; Dinas Lingkungan
Jurnal Widiya Praja, Vol. 1 No. 2 (2021) | 5
Hidup dan Kehutanan, dan dengan penambahan jabatan eselon III.A dan 5 unit jabatan eselon
adanya Dinas Pendapatan. Restrukturisasi OPD IV.A.
dinas diikuti dengan mengurangi sejumlah unit 8) RSUD atau Rumah Sakit Umum
jabatan struktural, yaitu unit jabatan eselon II.B Daerah, dipertahankan pada status quo, sebagai
dari semula berjumlah 14 menjadi 7, unit jabatan perangkat daerah yang dipimpin oleh jabatan
eselon III.A dari semula 14 menjadi 7, unit eselon III.A dengan didukung 4 unit jabatan
jabatan eselon III.B semula berjumlah 46 eselon III.B dan 9 unit jabatan eselon IV.A.
menjadi 21, serta berkurangnya unit jabatan 9) Kecamatan
eselon IV.A yang semula berjumlah 166 Restrukturisasi organisasi kecamatan
menjadi 51. dilakukan dengan menghapus 30 unit jabatan
4) Badan eselon IV.B (sub bagian) yang ada di dalam
Badan dengan setara eselon II.B yang struktur organisasi kecamatan sebelumnya, dan
semula berjumlah 5 menjadi 3 badan. Badan tetap mempertahakan 15 unit jabatan eselon
yang masih eksis adalah Badan Perencanaan dan III.A (camat); 15 unit jabatan III.B (sekcam);
Pembangunan Daerah (Bappeda); Badan dan 60 unit jabatan eselon IV.A (seksi).
Kependudukan, Keluarga Berencana, 10) Kelurahan
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Restrukturisasi organisasi terhadap 29
Anak, serta Badan Penanaman Modal dan kelurahan dilakukan dengan mengurangi jumlah
Pelayanan Perizinan Terpadu. Restrukturisasi unit jabatan eselon IV.B (seksi) pada struktur
OPD badan diikuti dengan mengurangi sejumlah organisasi kelurahan, dari yang semula 145
unit jabatan struktural, yaitu unit jabatan eselon menjadi 87, berkurang sebanyak 58 unit (seksi),
II.B dari semula berjumlah 5 menjadi 3, unit dan mempertahakan 29 unit jabatan eselon IV.A
jabatan eselon III.A dari semula 5 menjadi 3, (lurah).
unit jabatan eselon III.B semula berjumlah 16 11) UPT menjadi unit fungsional
menjadi 8, serta berkurangnya unit jabatan Beberapa Unit Pelaksana Teknis (UPT)
eselon IV.A yang semula berjumlah 47 menjadi yang semula merupakan unit kerja struktural
14. dengan eselon IV.A diubah menjadi unit kerja
5) Inspektorat fungsional (non eselon) yang dipimpin oleh
Restrukturisasi organisasi inspektorat koordinator. Beberapa UPT yang
dengan menghilangkan unit jabatan eselon IV direstrukturisasi menjadi unit fungsional antara
(sub bidang dan sub bagian). lain adalah puskesmas, sanggar kegiatan belajar,
6) Kantor dll.
Pada restrukturisasi OPD Pemerintah 12) Seluruh jabatan struktural eselon V
Kabupaten Wonosobo tahun 2014, bentuk dihapus.
kantor digunakan untuk mewadahi “dinas kecil”. Dengan berlakunya PP Nomor 18 Tahun
Dari jumlah semula berjumlah 6 kantor 2016 Tentang Perangkat Daerah, pada tahun
bertambah menjadi 10 kantor. Kesepuluh kantor 2016 Pemerintah Kabupaten Wonosobo telah
yang dibentuk meliputi Kantor Perindustrian dan kembali melakukan penataan struktur OPD
Perdagangan; Kantor Koperasi dan Usaha Mikro dengan penambahan 5 dinas/badan (eselon II.B),
Kecil dan Menengah; Kantor Tenaga Kerja dan 35 unit jabatan eselon III, dan 55 unit jabatan
Transmigrasi; Kantor Pariwisata dan Ekonomi eselon IV. Sasaran penyederhanaan struktur
Kreatif; Kantor Perhubungan; Kantor OPD untuk mewujudkan organisasi dua layers
Pemberdayaan Masyarakat; Kantor Arsip dan yang akan dilakukan adalah merasionalisasi
Perpustakaan Daerah; Kantor Kesatuan Bangsa kembali jumlah jabatan struktural yang saat ini
dan Politik; Kantor Administrasi Kependudukan sebesar 546 unit atau 8,21%.
dan Pencatatan Sipil; dan Satuan Polisi Pamong
Praja. Optimalisasi Jabatan Fungsional
7) BPBD atau Badan Penanggulangan Perampingan OPD Pemerintah Kabupaten
Bencana Daerah Wonosobo tersebut diarahkan untuk
BPBD merupakan OPD baru yang profesionalisasi birokrasi yaitu adanya
dibentuk dengan nama “badan” tetapi dengan perubahan komposisi pegawai dengan jumlah
struktur organisasi seperti “kantor” yang jabatan struktural yang semakin efisien (selektif)
dipimpin oleh pejabat eselon III.A. pada satu sisi dan optimalisasi jumlah jabatan
Pembentukan OPD BPBD menambah 1 unit fungsional, serta jumlah staf yang proporsional.
Pilihan terhadap jabatan fungsional didasarkan
6 | Jurnal Widiya Praja, Vol. 1 No. 2 (2021)
pada pertimbangan kebutuhan pegawai yang 21,71%, angka-angka yang jauh lebih besar dari
berkompetensi untuk pelaksanaan tugas fungsi jumlah dan proporsi jabatan fungsional di luar
dan visi misi organisasi. Jabatan fungsional guru dan tenaga kesehatan.
secara normatif mempunyai kompetensi teknis Komposisi PNS tersebut tidak banyak
yang memadai karena telah terstandarisasi yaitu mengalami perubahan hingga tahun 2016,
standar kompetensi jabatan, pengembangan namun tercatat ada penambahan jumlah
karier, pengembangan kompetensi, penilaian pemangku jabatan fungsional lainnya (jabatan
kinerja, dst. Karena kapasitasnya yang lebih fungsional non tenaga pendidik dan
baik, maka penempatan jabatan fungsional pada kependidikan dan non tenaga kesehatan)
unit kerja akan merasionalisasi struktur sebanyak 104 orang sehingga menjadi 237 orang
organisasi. Penempatan jabatan fungsional (BKD Kabupaten Wonosobo yang dikutip dari
kedalam seluruh unit kerja dalam struktur Naskah Akademik Perda Kabupaten Wonosobo
organisasi akan membentuk struktur organisasi Nomor 12 Tahun 2016 Tentang Pembentukan
yang pipih/datar atau flat, hal ini selaras dengan Dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten
gagasan struktur organisasi dua layers. Wonosobo).
Jumlah total PNS pada tahun 2014, Sampai dengan Oktober 2021 jumlah
sebelum perampingan struktur OPD, sebesar jabatan fungsional non guru dan tenaga
7.618 orang. Proporsi pegawai pemangku kesehatan tersebut mengalami perkembangan
jabatan fungsional dengan total sebanyak 5.110 dengan total ada 33 atau bertambah sebanyak 23
orang atau 67,07%. Melihat angka tersebut jenis jabatan fungsional di berbagai sektor,
jabatan fungsional telah menduduki proporsi seperti Administrator Kesehatan, Psikologi
yang tinggi, akan tetapi poin kritisnya adalah Klinis, Pranata Komputer, Auditor
jika kita lihat lebih detil bahwa jabatan Kepegawaian, Analis Kepegawaian, Penera,
fungsional didominasi oleh jabatan fungsional Pengadaan Barang dan Jasa, Pengawas
guru yang berjumlah sebesar 4.402 orang atau Lingkungan, Teknik Jalan dan Jembatan, Teknik
57,78% dari seluruh PNS yang ada. Sedangkan Pengairan, Teknik Bangunan, dsb. Tenaga
jabatan fungsional tenaga kesehatan menduduki Kesehatan mengalami peningkatan jumlah dan
jabatan fungsional dengan jumlah terbesar jenis, sedangkan guru berkurang karena pensiun.
kedua, yaitu sebesar 516 orang atau 6,77%. Jumlah total PNS Kabupaten Wonosobo per 1
Meskipun telah menduduki proporsi yang tinggi Oktober 2021 sebanyak 6.650 orang, dengan
jumlah guru dan tenaga kesehatan tersebut komposisi: jabatan struktural sebanyak 546 atau
hingga saat ini belum memenuhi kebutuhan 8,21%; pelaksana sebanyak 1.152 atau 17,32%,
secara optimal. Komposisi PNS yang jumlah jabatan struktural dan jabatan pelaksana
mencerminkan profesionalisasi birokrasi, yang yang masih cukup tinggi inilah yang menjadi
diidealkan lebih banyak diisi oleh jabatan sasaran pengalihan ke jabatan fungsional dalam
fungsional perlu ditelaah di luar jabatan kerangka kebijakan penyederhanaan birokrasi.
fungsional guru dan tenaga kesehatan. Dari table Adapun jumlah total jabatan fungsional
tersebut terlihat bahwa jumlah jabatan sebanyak 4.952 yang terdiri dari guru sebanyak
fungsional selain tenaga pendidik dan 3.813 orang atau 57,33% dan tenaga kesehatan
kependidikan maupun tenaga kesehatan yang 779 orang atau 11,71%, serta jabatan fungsional
tersebar di seluruh OPD atau sektor layanan non guru dan tenaga kesehatan sebanyak 296
baru ada 10 jenis Jabatana fungsional dengan orang atau 4,45% yang meskipun sudah
jumlah masing-masing yang sangat kecil, yaitu : mengalami kenaikan masih jauh lebih kecil
Penyuluh Pertanian sebanyak 68 orang, dibanding jumlah dan proporsi jabatan struktural
Penyuluh Keluarga Berencana (KB) 33 orang, dan pelaksana.
Penyuluh Perindustrian dan Perdagangan 2
orang, Penguji Kendaraan Bermotor 2 orang, Manfaat yang Diperoleh
Perencana 2 orang, Arsiparis 3 orang, Auditor Manfaat atau efektifitas dari organisasi
11 orang, P2UPD 10 orang, serta Pengantar dengan struktur yang flat (dua layers) yang
Kerja dan Pustakawan masing-masing 1 orang. merupakan hasil optimal dari optimalisasi
Seluruh jabatan fungsional non tenaga pendidik Jabatan Fungsional memungkinkan organisasi
dan kependidikan dan tenaga kesehatan menjadi lebih fleksibel dan dinamis karena
berjumlah sebanyak 133 orang atau 1,74%. rantai hirarki yang pendek. Tugas fungsi
Sementara jabatan struktural sebanyak 854 atau organisasi menjadi komprehensif dan dapat
11,21% dan pelaksana sebesar 1.654 atau
Jurnal Widiya Praja, Vol. 1 No. 2 (2021) | 7
lebih terstruktur dengan baik sejalan dengan dan jumlah kebutuhannya (tepat fungsi, tepat
standarisasi tugas fungsi Jabatan Fungsional. ukuran).
Struktur yang ramping memungkinkan b. Kementerian/Lembaga instansi
tata laksana kerja menjadi lebih sederhana dan pembina perlu segera proaktif
lebih mudah untuk terwujudnya proses bisnis menyusun/membentuk jenis-jenis jabatan
yang terintegrasi, kolaboratif, dan lebih terbuka. fungsional yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
Rantai hirarki yang pendek memungkinkan tugas fungsi instansi dan visi-misi pemerintah
proses pengambilan keputusan lebih cepat baik untuk pusat maupun daerah.
berefek pelayanan menjadi lebih cepat pula. c. Kebijakan inpassing mestinya
Organisasi lebih efisien dengan berkurangnya tidak hanya didasarkan pada “pilihan individual”
biaya operasional, sarpras dan lain-lain biaya sebagai kanal bagi PNS/ASN yang kehilangan
over head cost. Dengan jumlah OPD dan unit jabatan struktural ataupun karena PNS/ASN
kerja yang lebih sedikit memungkinkan program enggan menjadi pejabat struktural. Kebijakan
dan anggaran menjadi lebih terfokus dan pindah jabatan dari non fungsional ke jabatan
terintegrasi (tidak tersebar dengan nilai yang fungsional mestinya untuk memenuhi kebutuhan
kecil). Pengelolaan keuangan organisasi dapat organisasi/instansi, sehingga dilaksanakan
lebih solid dalam sistem satu pintu dan lebih secara komprehensif.
mendorong terwujudnya akuntabilitas. d. Kebijakan rekrutmen CPNS dan
Di bidang sumber daya manusia: PPPK mulai tahun 2018 yang lebih diutamakan
pengembangan kapasitas pegawai lebih merata untuk pengisian formasi jabatan fungsional di
hingga ke layers bawah, pemetaan kebutuhan berbagai sektor perlu dipertajam dengan prinsip
kompetensi yang jelas, dengan re-orientasi ke pengadaan jabatan pelaksana hanya bagi jabatan
jabatan fungsional maka ruang pengembangan yang belum tersedia jabatan fungsionalnya.
karier pegawai menjadi lebih luas dengan Adapun beberapa langkah strategis yang
mengoptimalkan sistem pengembangan karier sejalan dengan kebijakan optimalisasi jabatan
vertikal, horizontal dan diagonal, tidak fungsional dan struktur organisasi dua layers
terperangkap dalam mindset linier yang yang urgent dilakukan antara lain:
menganggap jabatan struktural sebagai satu- - Penerapan sistem kelas jabatan sebagai
satunya peluang bagi pengembangan karier dasar penggajian dan pemberian tunjangan
pegawai. Program dan pelaksanaan pembinaan kinerja ASN dapat menjadi jawaban atas
dan pengembangan pegawai lebih mudah dan kekhawatiran berkurangnya pendapatan ASN
tersistematis karena telah terstandarisasi dengan akibat penerapan kebijakan ini dengan didukung
baik. penguatan sistem manajemen kinerja pegawai
Berangkat dari kondisi saat ini, langkah dan penerapannya secara otentik.
cepat dan strategis apa yang perlu dilakukan? Dengan uraian ini, semoga para
a. Mereview Peta Jabatan seluruh pengambil kebijakan khususnya di daerah
instansi/OPD eksisting untuk disesuaikan semakin diyakinkan bahwa penerapan struktur
dengan langkah atau strategi optimalisasi organisasi pemerintah dua layers adalah pilihan
jabatan fungsional, hindari duplikasi fungsi terbaik untuk mewujudkan birokrasi
diantara jabatan yang ada dan utamakan jabatan professional, dan secara teknis sangat mungkin
fungsional mengisi Peta Jabatan instansi. dilakukan, dan perlu segera dilakukan karena
Beberapa catatan penting terkait saat inilah momennya. Kebijakan ini merupakan
optimalisasi jabatan fungsional dalam Peta salah satu langkah yang mendasar dalam upaya
Jabatan instansi antara lain: perbaikan birokrasi. Sikap surut atau mundur
- Pengisian jabatan fungsional pada Peta dalam realisasi maupun substansi ide dari
Jabatan instansi dan seluruh unit kerja harus kebijakan ini akan bermakna pembangunan
dilakukan secara konsisten. Eksistensi jabatan SDM ASN dan birokrasi kita kehilangan
struktural dan jabatan pelaksana dalam Peta momentumnya sementara tuntutan
Jabatan OPD hanya sepanjang belum tersedia perkembangan lingkungan strategis sangat
jenis jabatan fungsional yang sesuai. memerlukan perubahan yang berdampak luas
- optimalisasi pengisian jabatan dan mendasar untuk mewujudkan birokrasi yang
fungsional ke dalam Peta Jabatan berdasarkan profesional.
hasil analisis jabatan dan analisis beban kerja,
sehingga lebih tepat dalam menentukan jenis
8 | Jurnal Widiya Praja, Vol. 1 No. 2 (2021)