Anda di halaman 1dari 17

PROGRAM PEMBIASAAN SHOLAT DHUHA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

PENGEMBANGAN KARAKTER DISIPLIN SISWA MA AN-NAJIYYAH


LENGKONG

Mughniatul Ilma, M.H., Badi’ Fatmazahro, Nur Habibah Aziz, Rozin Al Mujtaba’,
Ziyani Fauziyah
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo
Email: fazahr617@gmail.com, aziznurhabibah@gmail.com, rmujtaba321@gmail.com,
ziyanifauziyah@gmail.com,

Abstrak

Pemilihan topik ini dilatar belakangi oleh ketertarikan penulis mengenai program pembiasaan
Shalat Dhuha yang dilaksanakan di MA An-Najiyyah Lengkong serta pengaruhnya terhadap
kedisiplinan siswa, dimana masih terdapat beberapa siswa yang belum disiplin dalam melaksanakan
pembiasaan sholat dhuha. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan sholat dhuha
di MA An-Najiyyah Lengkong dan mengetahui seberapa besar pengaruh pembiasaan shalat dhuha
terhadap karakter disiplin siswa MA An-Najiyyah Lengkong. Penelitian ini menggunakan metode
pendekatan penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara, observasi, survey, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti, menunjukan bahwa pelaksanaan pembiasaan shalat dhuha di MA An-Najiyyah Lengkong
sudah berjalan dengan lancar dan konsisten sebagaimana mestinya serta pembiasaan ini
berimplikasi terhadap pengembangan kedisiplinan siswa. Meskipun dalam praktiknya terdapat
beberapa siswa yang kurang disiplin dalam melaksanakan pembiasaan sholat dhuha, tapi ini tidak
menutup kemungkinan bahwa pelaksanaan pembiasaan shalat dhuha yang dilakukan setiap hari di
MA An-Najiyyah Lengkong dapat membawa pengaruh dan dampak yang positif bagi seluruh siswa
dalam hal pengembangan karakter disiplin siswa terutama disiplin waktu, disiplin pribadi, dan
disiplin sosial.

Kata Kunci: Pembiasaan, Sholat Dhuha, Implikasi, Disiplin

1
Abstract

The choice of this topic was motivated by the author's interest in the Dhuha Prayer habituation program carried out
by MA An-Najiyyah Lengkong and its effect on student discipline, where there are still some students who have
not been disciplined in carrying out the habit of dhuha prayer. The purpose of this study was to determine the
implementation of the dhuha prayer at MA An-Najiyyah Lengkong and to find out how much influence the
habituation of the dhuha prayer had on the disciplined character of students at MA An-Najiyyah Lengkong. This
study uses a descriptive qualitative research approach with data collection techniques used are interviews, observations,
surveys, and documentation. Based on the results of research conducted by researchers, it shows that the
implementation of habituation of dhuha prayer at MA An-Najiyyah Lengkong has been running smoothly and
consistently as it should and this habituation has implications for the development of student discipline. Although in
practice there are some students who are less disciplined in carrying out the habit of dhuha prayer, but this does not
rule out the possibility that the implementation of habituation of the dhuha prayer which is carried out every day at
MA An-Najiyyah Lengkong can have a positive influence and impact on all students, especially in terms of character
development. student discipline.

Keywords: Habituation, Duha Prayer, Implications, Discipline

2
PENDAHULUAN
Madrasah merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam formal di Indonesia yang
memiliki kedudukan dan peran penting dalam membangun moral bangsa yang religius,
berkarakter dan berjiwa nasionalisme. Berbicara mengenai karakter adalah suatu hal yang
sangat penting dan esensial. Dalam mengembangkan karakter peserta didik bukan tugas
beberapa orang atau lembaga tertentu saja, namun merupakan tanggung jawab bersama, baik
itu lingkungan pendidikan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Ketiga lingkungan
pendidikan ini harus berkontribusi secara aktif dalam mendukung kontinuitas pendidikan
karakter. Berkaitan dengan lembaga pendidikan formal terutama madrasah, tentu juga
mempunyai kewajiban dan tanggung jawab dalam menanamkan pendidikan karakter yaitu
melalui proses pembelajaran ataupun melalui kegiatan-kegiatan yang diterapkan dalam
madrasah/sekolah tersebut.
Salah satu nilai karakter yang saat ini perlu dibangun di dalam lembaga pendidikan
formal khususnya adalah nilai karakter disiplin. Disiplin perlu dibangun agar peserta didik
mampu membiasakan diri untuk patuh terhadap peraturan yang berlaku, baik peraturan di
lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Menurut Soedijarto, bahwa disiplin merupakan
kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri dengan bentuk tidak melakukan suatu
tindakan yang bertentangan dengan sesuatu yang telah ditetapkan.1 Disiplin juga dapat
dipahami sebagai suatu tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh terhadap berbagai
peraturan yang berlaku, serta menekankan pada suatu kesadaran diri (bukan karena suatu
paksaan)2.
Namun, realitas saat ini banyak terjadi perilaku menyimpang dan bertentangan dengan
nilai-nilai kedisiplinan. Bahkan perilaku penyimpangan terhadap nilai disiplinitas ini masih
sering dijumpai di lingkungan sekolah/madrasah. Beberapa contoh permasalahan tersebut
antara lain tidak mengikuti kegiatan pembiasaan yang sudah ditetapkan oleh madrasah,
terlambat datang ke sekolah, tidak menggunakan seragam yang lengkap, serta pelanggaran
lainnya terhadap hal-hal yang sudah menjadi tata tertib sekolah atau madrasah yang
bersangkutan. Adanya perilaku tidak disiplin di sekolah tersebut menunjukkan bahwa masih
rendahnya tingkat kesadaran peserta didik mengenai pentingnya pendidikan karakter disiplin.
Tentu hal ini dapat menjadi permasalahan yang serius terhadap perilaku peserta didik sehari-
hari.

1Ramli Abdullah, 2015, Urgensi Disiplin dalam Pembelajaran, Lantanida Journal, Vol. 3, No. 1, 22
2
Siti Salmawati, Alfian Asshidiqi Poppyariyana, dkk., 2021, Penerapan Sikap Disiplin melalui Pembiasaan Shalat
Dhuha Pada Kelompok A di KB Nurul Hidayah Waluran Tahun Ajaran 2020/2021, Jurnal Pendidikan Tambusai, Vol. 05,
No. 02, SSN: 2614-6754, 4452

3
Permasalahan di atas dapat menjadi alasan pentingnya untuk mengembangkan dan
menguatkan nilai karakter disiplin kepada peserta didik. Terdapat banyak upaya yang
diterapkan lembaga sekolah dalam hal menanamkan karakter disiplin pada peserta didik. Salah
satu yang dapat diterapkan yaitu melalui usaha internalisasi nilai-nilai karakter dalam progam
pembiasaan yang konsisten dilaksanakan. Hal ini, selaras dengan pendapat Saripudin, bahwa
nilai-nilai karakter hendaknya diterapkan melalui program kegiatan sekolah yang dilaksanakan
secara konsisten dan terprogram.3
Salah satu program pembiasaan yang MA An-Najiyyah Lengkong canangkan dalam
rangka mengembangkan karakter disiplin peserta didik yaitu dengan diadakannya kegiatan
pembiasaan shalat dhuha. Kegiatan shalat dhuha ini aktif dilaksanakan setiap hari sebelum
proses pembelajaran berlangsung yakni pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 06.20 WIB.
Sholat dhuha merupakan salah satu sholat sunnah muakad yang dilakasanakan minimal 2
rakaat.4 Pembiasaan shalat dhuha ini diikuti oleh seluruh siswa siswi MA An-Najiyyah
Lengkong.
Kegiatan pembiasaan ini selain menambah kedekatan dengan Allah SWT. dan
membentuk perilaku baik peserta didik, tetapi juga disinyalir mampu meningkatkan disiplinitas
peserta didik. Disiplin yang terbentuk dari pembiasaaan pada shalat dhuha di MA An-Najiyyah
Lengkong ini adalah disiplin terhadap waktu dan peraturan yang telah ditetapkan dan berlaku
di lingkungan sekolah. Dengan diterapkannya pembiasaan shalat dhuha ini, diharapkan nilai-
nilai karakter disiplin peserta didik akan terbentuk, seperti disiplin terhadap waktu, peraturan
madrasah, serta disiplin terhadap suatu kegiatan pembiasaan yang berlaku sebagai tuntunan
kedisiplinan.
Namun meskipun sudah diterapkan pembiasaan shalat dhuha dengan tujuan
mendisiplinkan peserta didik, realitasnya masih banyak peserta didik yang masih telat dalam
melaksanakan shalat dhuha, bahkan terdapat pula yang tidak melaksanakan shalat dhuha. Hal
ini tentu berseberangan dengan tujuan diadakannya shalat dhuha sebagai bentuk
pengembangan karakter disiplin. Berdasarkan dari uraian yang telah penulis paparkan tersebut,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Program Pembiasaan Shalat
Dhuha dan Implikasinya terhadap Pengembangan Karakter Disiplin Siswa MA An-Najiyyah
Lengkong”.

3 Siti Nuraeni, 2020, Pengaruh Pembiasaan Shalat Dhuha Terhadap Karakter Disiplin Siswa di MI Salafiyah Kota

Cirebon, Indonesian Journal Of Elementary Education, Vol. 2, No. 1, ISSN: 2715-5161, 5


4
Siti Nur Hayati, 2017, Manfaat Sholat Dhuha dalam Membentuk Akhlakul Karimah Siswa (Studi Kasus Pada Siswa
Kelas XI MAN Purwoasri Kediri Tahun Pelajaran 2014-2015), Jurnal Spiritualita, Vol. 01, No. 01, ISSN 2614-1043, 45

4
METODE
Penelitian merupakan suatu proses terencana dan sistematis guna memecahkan suatu
permasalahan atau mendapat jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Dalam
kegiatan ini, jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian lapangan dengan menggunakan
metode pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu suatu proses penelitian yang menghasilkan data
deskriptif baik berupa tulisan maupun ungkapan yang diperoleh langsung dari lapangan
(wilayah penelitian).
Penulis menggunakan jenis penelitian ini karena data yang didapat dari hasil
pengamatan berupa istilah-istilah atau kalimat. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan, faktor pendukung dan penghambat pembiasaan
shalat dhuha peserta didik, serta implikasinya terhadap kedisiplinan siswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara,
survey, observasi, dan dokumentasi. wawancara, survey, dan observasi digunakan untuk
memperoleh data kegiatan pembiasaan shalat dhuha dan karakter disiplin, sedangkan
dokumentasi digunakan untuk memperkuat hasil penelitian seperti dokumen dan foto yang
terkait penelitian.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


1. Konsep Pendidikan Karakter Disiplin
Pengertian karakater secara bahasa diambil dari kata bahasa Yunani charassein yang
maksudnya adalah to engrave. To engrave sendiri dapat di artikan mengukir ataupun melukis.
Pengertian ini dapat dihubungkan dengan persepsi jika karakter adalah lukisan jiwa yang
termanifestasi dalam perilaku. Sedangkan pengertian karakter dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) dapat diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak maupun budi
pekerti yang dapat berfungsi sebagai pembeda anatara manusia satu dengan manusia
lainnya.5
Karakter sendiri identik dengan moral, aklhak dan etika sehingga karakter
merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang umum meliputi seluruh kegiatan manusia, baik
dalam urusan yang berkaitan dengan Tuhan, dengan dirinya, dengan sesama manusia,
maupun dengan alam semesta, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan,
dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tatakram, budaya, serta adat
istiadat.

5 Open Journal Systems, “Jurnal Al-Ta’dib” 9, no. 1 (2016): 120–43.

5
Pengertian karakter menurut para ahli adalah yang pertama menurut Imam Al-
Ghozali. Menurut beliau karakter merupakan sesuatu yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melakukan pertimbangan pikiran
(spontan). Karakter merupakan sifat kejiwaan, aklhak atau budi pekerti yang menjadi ciri
khas dari seseorang maupun sekelompok orang. Dalam membentuk karakter agar mampu
mempunyai karakter yang baik dan bagus. Maka perlu adannya pembiasaan dan
pengulangan dalam aktifitas setiap orang.6
Berikutnya menurut Ahmad Amin karakter terbentuk karena diawali oleh adannya
niat. Jika niat tersebut di wujudkan dalam pembiasaan perilaku dalam kehidupan sehari-
hari. Didalam bukunya Pendidikan Karakter: Kontruksi Teoretik &Praktik Ahmad Amin
menjelaskan beberapa cri-ciri dari karakter diantarannya;
a. Karakter adalah siapakah dan apakah kamu saat orang lain sedang melihat kamu
b. Karakter merupakan hasil nilai-nilai dan keyakinan
c. Karakter adalah sebuah kebiasaan yang menjadi sifat alamiah kedua
d. Karakter bukanlah reputasi atau apa yang dipikirkan oleh orang terhadapmu
e. Karakter bukanlah seberapa baik kamu daripada orang lain
Pengertian disiplin secara etimologi diambil dari kata bahasa latin yakni discere yang
berarti belajar. Dari kata tersebut lalu muncul kata disciplina yang berarti pengajaran atau
pelaatihan. Namun seiring berkembangnya zaman kata disiplin memiliki makna yang
banyak. Pertama, disiplin dimaknai sebagai bentuk patuh atau taat pada peraturan ataupun
pengawasan. Kedua, disiplin dimaknai sebagai latihan yang mempunyai tujuan bentuk
pengembangan diri agar dapat berperilaku tertib.
Sedangkan pengertian disiplin menurut ahli, Soegarda Poerbakawatja menjelaskan
sebagai berikut:
a. Disiplin merupakan suatu proses menyerahkan atau mengabdikan kehendak-kehendak
langsung, dorongan-dorongan, keinginan atau kepentingan-kepentingan kepada suatu
cita-cita atau tujuan tertentu untuk mencapai dampak yang lebih besar
b. Pengawasan langsung terhadap pelaku kedisipinan dengan menggunakan cara memberi
hukuman ataupun hadiah
c. Dalam sekolah, suatu tingkat tata tertib tertentu untuk mencapai kondisi yang baik
guna memenuhi fungsi pendidikan

6
Julkarnain M Ahmad, Halim Adrian, and Muh Arif, “Pentingnya Menciptakan Pendidikan Karakter Dalam
Lingkungan Keluarga,” Jurnal Pendias 3, no. 1 (2021): 1–24, https://media.neliti.com/media/publications/29315-ID-
urgensi-pendidikan-agama-luar-sekolah-.

6
Pada hakikatnya disiplin merupakan kemampuan mengendalikan diri agar tidak
sampai melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan peraturan yang ada.
Disiplin juga dimaknai sebagai kepatuhan untuk mematuhi peraturan yang baik, kepatuhan
tersebut tidak semata-mata karena adannya desakan dari pihak luar, tetapi kepatuhan
tersebut memang didasari oleh adannya kesadran tentang nilai dan pentingnya peraturan
yang ada.7

2. Konsep Pembiasaan
Pembiasaan dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah ta’widiyah yang berarti segala
sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan. Secara
etimologi, pembiasaan berasal dari kata ‟biasa”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
‟biasa” adalah 1) lazim atau umum; 2) seperti sedia kala; 3) sudah merupakan hal yang tidak
terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.8 Sedangkan secara terminologi, pembiasaan adalah
suatu aktivitas sama yang dilakukan secara terus-menerus dalam rentang waktu yang cukup
lama sehingga membentuk sebuah kebiasaan.
Metode pembiasaan adalah suatu cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan
anak berfikir, bersikap, bertindak sesuai dengan ajaran agama Islam. Metode ini sangat
praktis dalam pembinaan dan pembentukan karakter anak usia dini dalam meningkatkan
pembiasaan-pembiasaan dalam melaksanakan suatu kegiatan di sekolah. Hakikat
pembiasaan sebenarnya berintikan pada pengalaman. Pembiasaan adalah sesuatu yang
diamalkan. Oleh karena itu, uraian tentang pembiasaan selalu menjadi satu rangkaian
tentang perlunya melakukan pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan di setiap harinya. Inti
dari pembiasaan adalah pengulangan. Dalam pembinaan sikap, metode pembiasaan sangat
efektif digunakan karena akan melatih kebiasaan-kebiasaan yang baik kepada anak sejak
dini. Pembiasaan merupakan penanaman kecakapan-kecakapan berbuat dan mengucapkan
sesuatu, agar cara-cara yang tepat dapat disukai oleh anak. Pembiasaan pada hakikatnya
mempunyai implikasi yang lebih mendalam daripada penanaman cara-cara berbuat dan
mengucapkan.9

7
Nita Frasmita, “Abdul Majid. Http://Avinnstaff.Ugm.Ac.Id/Data/Jurnal/. Disiplin Kerja. Diakses 28
November 2016,” no. November 2016 (n.d.): 6–30.
8 Nurul Fadilah Amiruddin dkk., Pengaruh Metode Pembiasaan terhadap Penanaman Nilai-nilai Agama Islam Peserta

Didik Kelas V min 02 Makassar, Jurnal Ilmiah Madrasah Ibtidaiyah, Vol. 03, No. 1, Februari (2022), 48
9 Ali Mustofa, Abdul Ghofur, Konsepsis Pembiasaan Sholat Dhuha dan Membaca Al-Qur’an dalam Peningkatan

Akhlak (Tasyri’: Jurnal Tarbiyah _ Syari’ah Islamiyah VOl. 29 No. 01 April 2022), 3-4

7
3. Pengertian Shalat Dhuha
Shalat dhuha pada dasarnya terdiri dari dua kata yaitu shalat dan dhuha. Kedua
kata tersebut memiliki makna yang berbeda sehingga diperlukan pemikiran khusus dalam
memberikan sebuah definisi atau arti diantara keduanya.
Shalat dalam pengertian bahasa Arab ialah do’a memohon kebajikan dan pujian.
Sedangkan secara terminologi syara’, shalat adalah beberapa ucapan dan perbuatan yang
dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Arti lain dari shalat sendiri
yaitu suatu ibadah kepada Allah yang berupa ucapan maupun perbuatan yang dikenal dan
khusus, diawali dengan takbirotul ihrom dan diakhiri dengan salam. Ia disebut dengan
shalat, karena ia menghubungkan seorang hamba kepada penciptanya dan shalat
merupakan manifestasi penghambaan dan kebutuhan diri kepada Allah. Dari sini dapat kita
ketahui, bahwa shalat dapat menjadi media permohonan pertolongan dalam
menyingkirkan segala bentuk kesulitan yang ditemui manusia dalam perjalanan
hidupnya. Di samping itu pula, ia disebut shalat karena shalat meliputi do’a.
Sedangkan arti dhuha adalah waktu antara mulai naiknya matahari hingga
sebelum matahari tergelincir. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud
dengan dhuha adalah waktu menjelang tengah hari. Dalam arti sederhana, dhuha berarti
waktu matahari sepenggal naik. Adapun menurut Kamus Arab –Indonesia, makna dhuha
adalah waktu terbit matahari, matahari naik.
Adapun yang dimaksud shalat dhuha adalah shalat sunnah yang waktu
pelaksanaannya ketika naiknya matahari yaitu selesai dilarangnya shalat kira-kira
setinggi satu tombak–hingga sebelum matahari tergelincir. Ada pula yang berpendapat
bahwa shalat dhuha adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada pagi hari. Dengan kata lain,
yang dimaksud shalat dhuha adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu matahari
sedang merangkak naik, dan berakhir saat tergelincirnya matahari di waktu dhuhur.10

4. Tata Cara Pelaksanaan Sholat Duha


Shalat dhuha merupakan ibadah yang disunnahkan kepada umat Islam tanpa
memandang negeri, bahasa dan bangsanya. Shalat adalah rukun Islam yang ke dua dan
merupakan ibadah yang paling utama. Islam memandang bahwa shalat sebagai tiang agama
dan inti sari dari Islam terletak pada shalat, sebab dalam shalat tersimpul seluruh rukun
agama Islam. Dalam arti sederhana, dhuha berarti waktu matahari sepenggal naik.11

10
Ibid., 6-7
11
Nazam Dewangga & Aji el-Azmi ‟Payuni, The Miracle of Shalat Tahajjud, Subuh & Dhuha”, Cet. I
(Jakarta: Al Maghfiroh, 2013), 261

8
Pelaksanaan sholat dhuha minimal dilakukan sebanyak dua rakaat dengan satu salam dan
untuk maksimalnya dilaksanakan sebanyak 12 rakaat, dengan dilakukan secara berjamaah
ataupun munfarid (sholat sendiri).
Adapun tata cara pelaksanaan sholat dhuha adalah sebagai berikut :
a. Berdiri menghadap Qiblat
b. Membaca Niat
c. Takbiratul Ihram (Allahu Akbar)12
d. Membaca Doa Iftitah
e. Membaca Surat Al- Fatihah
f. Membaca Surat Pendek atau ayat dalam Al-Qur’an13
g. Rukuk dengan tumakninah
h. I’tidal dengan tumakninah
i. Sujud dengan tumakninah
j. Duduk diantara dua sujud
k. Sujud ke dua
l. Duduk Tasyahud
m. Salam
n. Do’a

5. Keutamaan Pelaksanaan Sholat Dhuha


Shalat dhuha merupakan shalat yang banyak mengandung fadhilah atau keutamaan.
Namun, shalat ini belum banyak mendapatkan perhatian dari sebagai seorang mukmin.
Karena sholat dhuha dikerjakan pada waktu yang di dalamnya banyak kesibukan. 14
Orang-orang banyak yang bekerja mencari rezeki, para pelajar sibuk mencari ilmu
dan bahkan setiap orang memiliki kesibukan masing-masing. Dengan demikian, shalat
dhuha tidak begitu mendapat perhatian yang serius dan sering terlupakan. Padahal, banyak
sekali dalil yang menyebutkan keutamaan shalat dhuha. Berikut ini beberapa keutamaan
shalat dhuha, yaitu sebagai berikut:
a. Bagi orang yang melaksanakan shalat sunnah dhuha akan diberikan oleh Allah SWT
pintu surga yang bernama Adh-Dhuha.15

12
Ibid, 268.
13
Nawawi Al-Bantani, Tangga Menuju Kesempurnaan Ibadah: Belajar Mudah Meraih Keutamaan
Ibadah, Cet. I (Tangerang: Lentera Hati, 2012), 114.
14
Yazid Abu Fida, Lautan Mukjizat Shalat Dhuha, Cet. I (Solo: Taujih, 2014), 121
15
Nazam Dewangga dan Aji, el-Azmi‟ Payuni, The Miracle of Shalat Tahajjud, Subuh & Dhuha” ,285

9
b. Diampuni dosa-dosanya oleh Allah.
c. Dilancarkan rezekinya oleh Allah.
d. Shalat dhuha sebagai pengganti sedekah bagi seluruh tubuh manusia
e. Mendapatkan pahala Haji dan Umroh
f. Sebagai sarana permohonan dan pertolongan dalam menyingkirkan segala bentuk
kesulitan di dalam kehidupan.16

6. Pelaksanaan Pembiasaan Sholat Dhuha di MA An-Najiyyah Lengkong Ponorogo


Karakter disiplin sangat membantu peserta didik dalam mencapai tahap
perkembangannya yaitu mampu menyesuaikan diri dengan peraturan, tata tertib, dan
norma yang berlaku baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun di lingkungan
masyarakat.17 Setiap lembaga tentu memiliki metode-metode tersendiri dalam
mendisiplinkan peserta didik. Berdasarkan hasil observasi penelitian yang dilakukan di MA
An-Najiyyah Lengkong, dapat diketahui bahwa, salah satu upaya pengembangan karakter
disiplin dilakukan melalui kegiatan pembiasaan shalat dhuha berjamaah. Pembiasaan shalat
dhuha ini disinyalir dapat meningkatkan kesadaran siswa agar bertanggung jawab dan
disiplin dalam menaati aturan dan tata tertib sekolah.
Program pembiasaan shalat dhuha di MA An-Najiyyah Lengkong ini, dilaksanakan
pada setiap pagi sebelum proses pembelajaran di kelas dimulai, tepatnya 06.00 sampai
dengan 06.20 WIB. Shalat dhuha dilaksanakan secara berjamaah dengan bilangan 4 rakaat
2 salam, adapun tata cara pelaksanaan sholat dhuha di MA An-Najiyyah Lengkong adalah
sebagai berikut:
a. Berdiri menghadap Qiblat
b. Membaca Niat
c. Takbiratul Ihram
d. Membaca Doa Iftitah
e. Membaca Surat Al- Fatihah
f. Membaca Surat Pendek atau ayat dalam Al-Qur’an
g. Rukuk
h. I’tidal

16
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah (Jakarta: Amzah,
2009), 145.
17
Ernita Br Tarigan, Meningkatkan Kedisiplinan Siswa dalam Proses Belajar Mengajar Melalui Layanan Konseling
Kelompok pada Siswa Kelas VII-3 SMP Negeri 1 Gebang Tahun 2017-2018, Jurnal Tabularasa PPS Unimed, Vol. 15, No. 3,
(Desember 2018), 276

10
i. Sujud
j. Duduk diantara dua sujud
k. Sujud ke dua
l. Duduk Tasyahud
m. Salam
Dari data hasil observasi, menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh siswa
sesudah melakukan shalat dhuha berjamaáh adalah sujud syukur dan dilanjut dengan
membaca al-Qurán Bersama-sama, kegiatan ini dipimpin oleh Pembina pelaksanaan sholat
dhuha atau terkadang oleh siswa. Dalam praktiknya, kegiatan ini dilakukan secara terpisah
antara siswa laki-laki dan siswa perempuan. Siswa laki-laki melaksanakan sholat dhuha di
masjid, sedangkan siswa perempuan melaksanakan shalat dhuha di pondok putri.
Penerapan pembiasaan shalat dhuha ini merupakan salah satu kegiatan keagamaan di MA
An-Najiyah Lengkong, dimana kegiatan tersebut merupakan bentuk pembiasaan yang
diwajibkan madrasah serta sudah menjadi kegiatan rutin yang dilakukan oleh siswa-siswi
MA An-Najiyah Lengkong.

7. Upaya Guru dalam Menanamkan Kedisiplinan Siswa di MA An-Najiyah Lengkong


melalui Pembiasaan Shalat Dhuha
a. Pemberlakuan tata tertib
Dalam usaha mengembangkan karakter disiplin siswa setiap lembaga
pendidikan tentu memiliki kebijakan-kebijakan yang tertulis pada tata tertib sekolah.
Sama halnya dengan MA An-Najiyah, dimana madrasah ini mewajibkan seluruh
siswanya untuk mengikuti shalat dhuha sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
Untuk mendisiplinkan siswa dalam melaksanakan shalat dhuha, kepala sekolah
memberikan kebijakan bahwa setiap siswa wajib mengikuti pelaksanaan pembiasaan
shalat dhuha dan mematuhi perintah
b. Pengawasan terhadap Siswa
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 22
Oktober 2021 dengan waka kesiswaan, upaya yang dilakukan MA An-Najiyah
Lengkong dalam menanamkan karakter disiplin siswa melalui penerapan pembiasaan
shalat dhuha, yaitu:
1) Memberikan pengawasan terhadap siswa dalam bentuk pemberlakuan absensi agar
dapat memanfaatkan waktu shalat dhuha dengan efektif.

11
2) Memberikan nasihat dan bimbingan kepada siswa agar dapat memanfaatkan waktu
shalat dhuha dengan efektif.
3) Mengarahkan siswa untuk melaksanakan shalat dhuha berjamaah sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan yaitu pukul 06.00 WIB.
c. Pemberian Hukuman (Punishment)
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, upaya yang dilakukan
MA An-Najiyah Lengkong dalam menanamkan karakter disiplin siswa melalui
penerapan pembiasaan shalat dhuha selain memberikan pengawasan adalah dengan
pemberian sanksi (punishment) dalam bentuk sebagai berikut:
1) Siswa yang tidak melaksanakan shalat dhuha dan melanggar peraturan madrasah,
maka siswa yang bersangkutan dipanggil serta dinasehati.
2) Pemberian sanksi kepada siswa yang tidak melaksanakan shalat dhuha dan
melanggar tata tertib sekolah yaitu dalam bentuk: membaca al-Qur’an,
menghafalkan mufrodhat Bahasa Arab, membersihkan lingkungan sekolah, dan
lain sebagainya.
d. Adanya kerjasama antara guru dan pihak sekolah untuk memberikan bimbingan
konseling dan pendekatan terhadap siswa yang bermasalah dan melanggar peraturan
yang berkaitan dengan pelaksanaan shalat dhuha.

8. Faktor Penghambat dan Pendukung Pelaksanaan Pembiasaan Sholat Dhuha di


MA An-Najiyyah
Dalam suatu kegiatan pasti tidak terlepas dari beberapa faktor yang dapat
menghambat dan mendukung jalannya suatu kegiatan. Sama halnya dengan pelaksanaan
pembiasaan sholat dhuha di Madrasah Aliyah An-Najiyyah Lengkong, terdapat juga hal-
hal yang menjadi faktor penghambat sehingga perlu dicarikan beberapa solusi untuk
meminimalisir dan mengatasinya serta faktor pendukung terlaksanakannya kegiatan.
a. Faktor Penghambat
Berdasarkan hasil observasi dan interview dengan guru PAI beserta peserta
didik, peneliti mendapatkan data terkait hambatan dalam pelaksanaan shalat dhuha di
MA An-Najiyyah Lengkong, sebagai berikut:
1) Kurangnya kesadaran peserta didik dalam melaksanakan ibadah sholat dhuha.
Ini dapat terjadi karena rasa malas yang ada pada diri peserta didik. Menurut
peneliti, upaya dalam mengatasi permasalahan ini adalah pihak sekolah harus
melakukan pembinaan berupa pemberian motivasi dan dorongan agar peseta didik

12
enggan untuk meninggalkan shalat dhuha. Motivasi dan dorongan ini dapat
berbentuk reward dan juga punishment. Rewards bagi anak yang tetib dalam
melaksanakan pembiasaan dhuha, dan lebih tegas lagi dalam memberikan
punishment kepada siswa yang tidak tertib dalam melaksanakan sholat dhuha.
2) Kurang optimalnya pengawasan guru dalam mendampingi sekaligus mengabsen
peserta didik setelah pelaksanaan shalat dhuha.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti dilakukan pada tanggal 20
Oktober 2022, bahwa dalam pelaksanaan sholat dhuha masih terdapat guru yang
tidak hadir. Sehingga, absensi dilakukan oleh peserta didik sendiri tanpa
pengawasan dari guru yang bersangkutan. Solusi terkait permasalahan ini, menurut
peneliti yaitu seharusnya pihak sekolah menyediakan guru piket pangganti atau
guru lain untuk mengawasi proses pembiasaan sholat dhuha sebagai bentuk
antisipasi apabila terdapat guru yang berhalangan hadir untuk mendampingi.
3) Kurang optimalnya penerapan tata tertib pembiasaan sholat dhuha.
Pembinaan disiplin peserta didik perlu diberikannya panduan yang biasa
disebut dengan istilah tata tertib sekolah. Tata tertib sekolah adalah salah satu
sarana yang bisa dipakai guru pendidik untuk melatih peserta didiknya supaya dapat
mengaplikasikan kedisiplinan disekolah
Dari hasil observasi dan data absensi sholat dhuha, peneliti berpendapat
jika pemberlakuan tata tertib kurang optimal sehingga masih ada peserta didik yang
tidak melaksanakan sholat dhuha tanpa suatu alasan yang jelas. Hukuman yang
diberikanpun kurang menimbulkan efek jera kepada peserta didik sehingga masih
terdapat peserta didik yang tidak disiplin.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor utama
yang berpengaruh terhadap kedisiplinan siswa yaitu kesadaran diri. Tanpa adanya
kesadaran diri peserta didik dalam melaksanakan kegiatan pembiasaan maka akan
sulit bagi guru untuk mengaplikasikan kedisiplinan melalui pembiasaan tersebut.

b. Faktor Pendukung
1) Lingkungan madrasah yang berada di bawah naungan pondok pesantren menjadi
salah satu faktor yang mendukung pelaksanaan pembiasaan sholat dhuha.
2) Pembiasaan sholat dhuha dijadikan salah satu program yang diwajibkan untuk
dilaksanakan setiap harinya.

13
Menjadi kesulitan tersendiri untuk mengkondisikan seluruh peserta didik
untuk selalu istiqomah dalam menjalankan pembiasaan dhuha ini. Masih terdapat
beberapa siswa yang memiliki kesadaran rendah untuk melakukan shalat dhuha.
Namun karena memang sudah menjadi kebiasaan dan rutinitas yang diwajibkan,
pembiaaan shalat dhuha pun lambat laun akan mendarah daging pada seluruh siswa
meskipun perlu diawasi setiap harinya.
3) Adanya respon yang positif dari siswa, guru-guru dan juga dari pihak wali murid
terkait pelaksanaan sholat dhuha. Sehingga dengan adanya dukungan dari berbagai
pihak ini mampu memberikan dampak positif pada kegiatan shalat dhuha di MA
An-Najiyyah Lengkong.
4) Sarana dan prasarana yang memadai sehingga memperlancar jalannya pembiasaan
sholat dhuha ini.
Dengan kegigihan dan ketelatenan pihak MA An-Najiyyah Lengkong maka faktor
penghambat dapat terminimalisir dengan baik dan faktor pendukungpun dapat terus
mendukung kegiatan sholat dhuha di MA An-Najiyyah Lengkong ini.

9. Implikasi Pelaksanaan Pembiasaan Sholat Dhuha Terhadap Pengembangan


Karakter Disiplin Siswa
Implikasi merupakan akibat langsung yang terjadi karena suatu hal, misalnya atau
hasil penelitian atau penemuan.18 Implikasi memiliki definisi yaitu suatu hal yang telah
disimpulkan dalam suatu penelitian yang lugas dan jelas. Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) makna dari kata implikasi adalah keterlibatan atau suasana
terlibat. Definisi implikasi dalam bahasa Indonesia ini berarti dampak yang ditimbulkan di
masa depan atau dampak yang dapat dirasakan ketika melakukan sesuatu.
Adapun implikasi shalat dhuha terhadap pengembangan karakter didiplin siswa di
MA An-Najiyyah, jika ditinjau berdasarkan hasil observasi dan interview dengan guru PAI
beserta siswa mendapatkan hasil sebagai berikut:
a. Meningkatnya disiplin waktu pada peserta didik.
Dalam pelaksanaan pembiasaan shalat dhuha tentu memiliki aturan-aturan
tertentu yang harus dipenuhi, termasuk adanya ketentuan waktu. Dari ketentuan waktu
tersebut secara tidak langsung pembiasaan shalat dhuha mempunyai korelasi yang nyata
terhadap kedisiplinan peserta didik.

18 Rahayuningsih, Implementasi Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Membentuk Sikap Sosial Siswa di SD Negeri 1 Gilang

Ngunut Tulungagung, (Tulungagung: IAIN Tulungagung, 2020), 11

14
Berdasarkan data hasil penelitian, menunjukkan bahwa pembiasaan shalat
dhuha yang dicanangkan oleh MA An-Najiyyah Lengkong disinyalir berpengaruh
terhadap peningkatan disiplin waktu siswa. Disiplin waktu yang dimaksud merupakan
disiplin yang menekankan pada kesadaran individu dalam mempergunakan waktu
dengan baik. Disiplin waktu ini dapat dilihat dari bagaimana siswa MA An-Najiyyah
Lengkong mempergunakan waktu dengan baik yaitu tepat waktu dalam melaksanakan
shalat dhuha sesuai dengan waktu yang ditetapkan pihak madrasah.
b. Meningkatnya disiplin pribadi peserta didik.
Disiplin pribadi dapat dikatakan sebagai kesadaran individu dalam
menyesuaikan diri dengan peraturan yang berlaku di lingkungan sekolah, keluarga, dan
masyarakat. Hal ini selaras dengan hasil observasi yang peneliti lakukan, bahwa siswa
di MA An-Najiyyah memiliki kesadaran akan adanya peraturan yang harus ditaati
dimanapun mereka ditempatkan. Meskipun dalam pelaksanaan shalat dhuha tidak
terdapat pengawasan, tetapi siswa tetap melaksanakan shalat dhuha tersebut sesuai
dengan peraturan yang diberlakukan madrasah, hal ini menunjukkan bahwa siswa
memiliki disiplin pribadi yang tinggi.
c. Meningkatkanya disiplin sosial peserta didik
Disiplin sosial merupakan disiplin yang menekankan pada perilaku individu
dalam berinteraksi sosial sesuai dengan peraturan yang berada di lingkungan keluarga,
sekolah, maupun masyarakat. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti
menunjukan bahwa siswa MA An-Najiyyah Lengkong dalam berinteraksi dengan
lingkungannya mampu menjunjung nilai-nilai sosial yang berlaku.
Berdasarkan hal-hal di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembiasaan
sholat dhuha di MA An-Najiyyah Lengkong dapat berimplikasi secara signifikan terhadap
pengembangan karakter disiplin siswa, baik itu disiplin waktu, disiplin pribadi, maupun
disiplin sosial.

A. KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti di MA An-Najiyyah Lengkong
menunjukkan bahwa pelaksanaan pembiasaan shalat dhuha sudah berjalan dengan lancar
sebagaimana mestinya. Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan pula bahwa pelaksanaan
pembiasaan sholat dhuha di MA An-Najiyyah Lengkong ini menjadi salah satu upaya dalam
pengembangan karakter disiplin siswa. Hal ini dapat dilihat pada implikasi dari pembiasaan
shalat dhuha yaitu meningkatnya karakter disiplin peserta didik dalam hal disiplin waktu,

15
disiplin pribadi, dan disiplin social. Meskipun dalam praktiknya maih terdapat beberapa siswa
yang kurang disiplin dalam melaksanakan shalat dhuha tapi itu tidak menutup kemungkinan
bahwa pembiasaan shalat dhuha setiap hari yang dilaksanakan MA An-Najiyyah Lengkong ini
akan membawa dampak positif bagi seluruh siswa.

B. DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ramli. (2015). Urgensi Disiplin dalam Pembelajaran. Lantanida Journal, Vol. 3, No. 1.
Salmawati, Siti, Alfian Asshidiqi Poppyariyana, dkk.. (2021). Penerapan Sikap Disiplin melalui
Pembiasaan Shalat Dhuha Pada Kelompok A di KB Nurul Hidayah Waluran Tahun Ajaran
2020/2021. Jurnal Pendidikan Tambusai, Vol. 05, No. 02. SSN: 2614-6754.
Nuraeni, Siti. (2020). Pengaruh Pembiasaan Shalat Dhuha Terhadap Karakter Disiplin Siswa di MI Salafiyah
Kota Cirebon. Indonesian Journal Of Elementary Education. Vol. 2, No. 1. ISSN: 2715-
5161.
Nur Hayati, Siti. (2017). Manfaat Sholat Dhuha dalam Membentuk Akhlakul Karimah Siswa (Studi Kasus
Pada Siswa Kelas XI MAN Purwoasri Kediri Tahun Pelajaran 2014-2015). Jurnal Spiritualita,
Vol. 01, No. 01. ISSN 2614-1043.
M Ahmad, Julkarnain, Halim Adrian, and Muh Arif. (2021). Pentingnya Menciptakan Pendidikan
Karakter Dalam Lingkungan Keluarga. Jurnal Pendias, Vol. 3, No. 1.
Amiruddin, Nurul Fadilah, dkk.. (2022). Pengaruh Metode Pembiasaan terhadap Penanaman Nilai-nilai
Agama Islam Peserta Didik Kelas V min 02 Makassar. Jurnal Ilmiah Madrasah Ibtidaiyah, Vol.
03, No. 1.
Mustofa, Ali, Abdul Ghofur. Konsepsis Pembiasaan Sholat Dhuha dan Membaca Al-Qur’an dalam
Peningkatan Akhlak. Tasyri’: Jurnal Tarbiyah _ Syari’ah Islamiyah Vol. 29 No. 01.

Dewangga, Nazam, Aji el-Azmi. (2013). Payuni, The Miracle of Shalat Tahajjud, Subuh & Dhuha.
Jakarta: Al Maghfiroh.
Al-Bantani, Nawawi. (2012). Tangga Menuju Kesempurnaan Ibadah: Belajar Mudah Meraih Keutamaan
Ibadah. Tangerang: Lentera Hati.
Abu Fida, Yazid. (2014). Lautan Mukjizat Shalat Dhuha. Solo: Taujih.
Azzam, Abdul Aziz Muhammad, Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. (2009). Fiqh Ibadah. Jakarta:
Amzah.
Tarigan, Ernita Br. (2018). Meningkatkan Kedisiplinan Siswa dalam Proses Belajar Mengajar Melalui
Layanan Konseling Kelompok pada Siswa Kelas VII-3 SMP Negeri 1 Gebang Tahun 2017-2018.
Jurnal Tabularasa PPS Unimed, Vol. 15, No. 3.

16
Rahayuningsih. (2020). Implementasi Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Membentuk Sikap Sosial Siswa di SD
Negeri 1 Gilang Ngunut Tulungagung, Tulungagung: IAIN Tulungagung.

17

Anda mungkin juga menyukai