Anda di halaman 1dari 48

IMPLEMENTASI KEGIATAN KEAGAMAAN MELALUI PROGRAM SHOLAT

DHUHA BERJAMA’AH DALAM MENANAMKAN KARAKTER KEDISIPLINAN


SISWA DI SDN JABON 1 KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN
MOJOKERTO

PROPOSAL TESIS

Oleh :

YUNI ERMA RISTANTI

201502012082

PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT PESANTREN KH. ABDUL CHALIM

MOJOKERTO

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Program sholat Dhuha berjama'ah merupakan salah satu kegiatan keagamaan yang

dilakukan pada waktu antara terbitnya matahari hingga sebelum waktu sholat Dzuhur.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah

SWT, namun selain itu juga memiliki manfaat dalam menanamkan karakter kedisiplinan

siswa.

Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari

serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai berupa ketaatan, kepatuhan,

kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Karena apabila sudah menyatu dengan itu semua,

maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan

sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya apabila ia tidak berbuat

sebagaimana lazimnya.1

Untuk melaksanakan tugas atau kewajiban secara benar dan rutin terhadap

anak/peserta didik diperlukan program kegiatan keagamaan. Misalnya agar anak/peserta

didik dapat melaksanakan sholat secara benar dan rutin perlu dibiasakan sholat dhuha

berjama‟ah sejak masih kecil, dari waktu ke waktu. Itulah sebabnya kita perlu mendidik

mereka sejak dini/ kecil agar mereka terbiasa dan tidak merasa berat untuk

melaksanakannya ketika mereka sudah dewasa.2

1
Ika Ernawati, Pengaruh Layanan Informasi dan Bimbingan Pribadi Terhadap Kedisiplinan Siswa Kelas XII
MA Cokroaminoto Wanadadi Banjarnegara Tahun Ajaran 2014/2015, (G-COUNS: Jurnal Bimbingan dan
Konseling, 2016), Vol. 1, No. 1, 5-6.
2
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), 19.
Penerapan disiplin sholat dhuha berjama‟ah masih jarang dilakukan pada sekolah-

sekolah dasar yang lain, karena masih banyak sekolah yang tidak mengunggulkan dalam

bidang keagamaan atau IMTAQ. Penerapan disiplin sholat dhuha berjama‟ah yang

diterapkan di SDN Jabon 1 Mojokerto mengacu pada pedoman-pedoman yang ada.

Penerapan disiplin sholat dhuha berjama‟ah adalah sangat penting dilakukan di usia dini

untuk membentuk dan memberikan keteladanan yang baik bagi anak, dengan disiplin

maka dalam pelaksanaan sholat dhuha di sekolah akan berjalan rutin dan akan

menimbulkan pembiasaan pada anak.

Latar belakang implementasi kegiatan keagamaan melalui program sholat Dhuha

berjama'ah dalam menanamkan karakter kedisiplinan siswa dapat dilihat dari beberapa

faktor sebagai berikut:

Kedisiplinan Sebagai Kunci Kesuksesan, Kedisiplinan merupakan faktor penting

dalam mencapai kesuksesan. Dalam lingkungan pendidikan, kedisiplinan diperlukan

agar siswa dapat belajar dengan efektif dan efisien, serta memiliki sikap yang baik dalam

mengikuti aturan-aturan yang ada di sekolah. Oleh karena itu, melalui program sholat

Dhuha berjama'ah, siswa diajarkan untuk disiplin dalam mempersiapkan diri dan waktu

untuk beribadah.3

Sholat Dhuha Sebagai Bentuk Disiplin Waktu, Dengan melaksanakan sholat

Dhuha secara berjama'ah, siswa diajarkan untuk disiplin dalam menggunakan waktu

mereka. Selain itu, siswa juga diajarkan untuk mempersiapkan diri dengan baik sebelum

melakukan sholat, seperti membersihkan diri dan berpakaian rapi.4

3
A. Doni Koesoema, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global (Jakarta: Grasindo,
2010), 80.
4
Moh Rifa‟i, kumpulan sholat-sholat sunnah (Semarang: CV Toha Putra, 1993), 49.
Membangun Kebiasaan Positif, Melalui program sholat Dhuha berjama'ah,

siswa juga diajarkan untuk membangun kebiasaan positif. Dengan mengikuti program

ini secara rutin, siswa akan terbiasa dengan disiplin waktu dan mempersiapkan diri

sebelum melakukan sholat. Kebiasaan positif ini kemudian dapat diterapkan siswa

dalam kegiatan-kegiatan lainnya di luar sekolah, seperti belajar dan beraktivitas

sosial.

Kegiatan Keagamaan Sebagai Sarana Pembentukan Karakter, Program sholat

Dhuha berjama'ah merupakan salah satu bentuk kegiatan keagamaan yang dapat

membentuk karakter siswa. Selain disiplin, program ini juga dapat membantu siswa

untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan mereka kepada Allah SWT. Dengan

memiliki karakter yang baik, siswa dapat menjadi individu yang mandiri,

bertanggung jawab, dan memiliki moral yang baik.

Dengan demikian, implementasi kegiatan keagamaan melalui program sholat

Dhuha berjama'ah dapat memberikan manfaat dalam menanamkan karakter

kedisiplinan siswa. Melalui program ini, siswa diajarkan untuk disiplin dalam

mempersiapkan diri dan waktu untuk beribadah, serta membangun kebiasaan positif

dan karakter yang baik.

Implementasi kegiatan keagamaan sholat dhuha berjama'ah merujuk pada

pelaksanaan sholat dhuha yang dilakukan secara berjama'ah, baik di lingkungan

sekolah, kampus, maupun komunitas keagamaan. Sholat dhuha adalah sholat sunnah

yang dianjurkan untuk dilakukan pada waktu antara terbitnya matahari hingga

sebelum waktu sholat dzuhur, dan melaksanakan sholat dhuha secara berjama'ah

diharapkan dapat memperkuat rasa keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Pelaksanaan sholat dhuha berjama'ah juga dapat menjadi sarana untuk mempererat
tali silaturahmi dan membangun kebersamaan dalam komunitas keagamaan. Melalui

program ini, diharapkan dapat membentuk karakter dan nilai-nilai positif dalam diri

individu, seperti disiplin, ketekunan, dan pengorbanan untuk kepentingan bersama.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus penelitian adalah sebagai

berikut:

a. Bagaimana kegiatan keagamaan di SDN Jabon 1 Mojokerto?

b. Bagaimana implementasi kegiatan keagamaan sholat dhuha berjama‟ah dalam

menanamkan karakter kedisiplinan siswa di SDN Jabon 1 Mojokerto?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus masalah di atas, maka tujuan penulisan tesis ini sebagai

berikut:

a. Untuk menganalisis kegiatan keagamaan di SDN Jabon 1 Mojokerto.

b. Untuk menganalisis implementasi kegiatan keagamaan sholat dhuha berjama‟ah

dalam menanamkan karakter kedisiplinan siswa di SDN Jabon 1 Mojokerto.

D. Manfaat Penelitian

a. Teoritis

a. Menambah pemahaman tentang konsep karakter kedisiplinan. Penelitian ini

dapat membantu memperjelas konsep karakter kedisiplinan dan bagaimana

karakter tersebut dapat dikembangkan melalui kegiatan keagamaan seperti

sholat dhuha berjama'ah.

b. Memberikan dasar pemikiran dalam merancang program kegiatan keagamaan.

Hasil penelitian secara teoritis dapat memberikan dasar pemikiran yang kuat

dalam merancang program kegiatan keagamaan seperti sholat dhuha berjama'ah


dalam rangka meningkatkan karakter kedisiplinan siswa.

c. Menyediakan referensi ilmiah yang berguna. Hasil penelitian secara teoritis

dapat menjadi referensi ilmiah yang berguna bagi para akademisi, pendidik, dan

praktisi dalam mengembangkan penelitian, praktik, dan kebijakan dalam bidang

pendidikan dan agama.

b. Praktis

a. Meningkatkan efektivitas program. Penelitian praktis dapat membantu

mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas program sholat

Dhuha berjama'ah dalam menanamkan karakter kedisiplinan siswa, sehingga

dapat dilakukan perbaikan atau penyesuaian program yang lebih efektif.

b. Meningkatkan kualitas pengajaran. Dengan melakukan penelitian praktis, guru

atau pendidik dapat mengetahui cara yang lebih baik dalam melaksanakan

program sholat dhuha berjama'ah untuk menanamkan karakter kedisiplinan

siswa, sehingga dapat meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran.

c. Menjadi acuan dalam pengambilan kebijakan. Hasil penelitian praktis dapat

menjadi acuan bagi lembaga pendidikan atau pemerintah dalam mengambil

kebijakan terkait pengembangan program keagamaan yang berkaitan dengan

penanaman karakter kedisiplinan siswa.


E. Penelitian Terdahulu dan Orisinalitas Penelitian

Penelitian terdahulu dan orisinalitas penelitian pada penelitian ini

memperkuat dan meyakinkan pembaca bahwa penelitian ini sangat layak

untuk diteliti, karena merupakan penelitian terbaru atau bukan penelitian

ulang dari sebelumnya. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan fakta

yang terdapat pada penelitian terdahulu terdiri dari nama peneliti, tahun,

judul, tujuan, metode dan hasil penelitian, kemudian akan dibandingkan

dengan penelitian ini baik dari segi persamaan dan perbedaan untuk

menguatkan penelitian ini. Penelitian terdahulu yang diambil oleh peneliti

sebagai berikut:

1. Hasnan Amin Hawary UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2015 dalam

skripsinya yang berjudul “Kebiasaan Shalat Dhuha dan peranannya Terhadap

Prestasi Belajar Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah Pakem”. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dekriptif. Dengan menggunakan metode

wawancara, Observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan

pelaksanaan shalat dhuha di SMP Muhammadiyah Pakem sudah berjalan cukup

baik, para siswa mengikuti kegiatan shalat dhuha dengan tertib dan disiplin di

Sekolah. Peranan shalat dhuha bagi para siswa-siswi adalah meningkatkan minat

dan prestasi belajar, sehingga tingkat pemahaman siswa dalam pelajaran agama

lebih mendalam.

2. Moh. Soleh UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2013 dalam skripsinya yang

berjudul “Pembiasaan Sholat dhuha dalam pembinaan akhlak siswa kelas IV di

SMP Maarif Candran Sidoarum Godoan Yogyakarta”. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan menggunakan metode wawancara,

Observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan shalat

dhuha berjalan dengan lancar meskipun ada sebagian siswa yang ramai dengan
pelaksanaannya. Dampak pembinaan akhlak siswa kelas IV terhadap pembiasaan

shalat dhuha dapat di katakan cukup baik.

3. Nashrul Aziz Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun 2014 dalam

skripsinya yang berjudul “Peranan Guru dalam Meningkatkan Kedisiplinan

Ibadah Sholat dhuha Siswa Kelas VIII-A2 di Madrasah Tsanawiyah Negeri

(MTsN) Surakarta II Tahun Ajaran 2014/2015”. Penelitian ini menggunakan

pendekatan deskriptif kualitatif. Dengan menggunakan metode observasi,

dokumentasi dan wawancara. Hasil penelitian bahwa usaha yang dilakukan guru

Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Surakarta II dalam meningkatkan

kedisiplinan ibadah shalat dhuha siswanya adalah dengan mengadakan

pembiasaan kegiatan, memberikan contoh dan tauladan, penyadaran, dan

pengawasan.

Tabel 1.1 Orisinalitas Penelitian

Nama Peneliti,
No. Tahun dan Persamaan Perbedaan Orisinalitas
Judul
Hasnan Amin 1. Menggunakan Pada penelitian Implementasi
Hawary UIN metode terdahulu lebih kegiatan
Sunan Kalijaga penelitian menekankan pada keagamaan melalui
Yogyakarta, kualitatif prestasi belajar program sholat
2015. 2. Membahas siswa, sedangkan dhuha berjama‟ah
tentang penelitian yang
“Kebiasaan dalam
kebiasaaan dilakukan lebih
1 shalat dhuha dan shalat dhuha. menekankan pada menanamkan
peranannya kedisiplinan siswa. karakter
terhadap kedisiplinan siswa
Prestasi Belajar di SDN Jabon 1
Siswa Kelas VII kecamatan
SMP Mojoanyar
Muhammadiyah kabupaten
Pakem”. Mojokerto
Moh. Sholeh UIN 1. Menggunakan Pada penelitian
Yogyakarta, metode terdahulu
2 2013. “Pembinaan penelitian menekankan pada
Shalat Dhuha kualitatif Pembinaan Akhlak
dalam pembinaan 2. Membahas sedangkan
Akhlak Siswa tentang penelitian yang
Kelas IV di SMP Pembinaan dilakukan lebih
Maarif Candran Akhlak menekankan pada
Sidoarum Gadoan Kedisiplinan Siswa.
Yogyakarta”.
Nashrul Aziz 1. Menggunakan Pada penelitian
Universitas metode terdahulu Implementasi
Muhammadiyah deskriptif menekankan kegiatan
Surakarta, Kualitatif. Peranan Guru keagamaan
2014."Peranan 2. Peranan Guru dalam melalui program
Guru dalam dalam Meningkatkan sholat dhuha
Meningkatkan Meningkatkan Kedisiplinan berjama‟ah dalam
Kedisiplinan Kedisiplinan Ibadah Sholat menanamkan
3 Ibadah Sholat Ibadah Sholat Dhuha sedangkan
karakter
Dhuha dalam Dhuha. penelitian yang
Meningkatkan dilakukan lebih kedisiplinan siswa
Kedisiplinan menekankan pada di SDN Jabon 1
Ibadah Siswa Kedisiplinan Siswa. kecamatan
Kelas VIII-A2 Mojoanyar
Di Madrasah kabupaten
Tsanawiyah Mojokerto
Negeri Surakarta
II".

F. Definisi Istilah
Untuk memudahkan memahami konsep judul penelitian dan

memperoleh pengertian yang benar dan tepat serta menghindari kesalah

pahaman tetang maksud dan isi tesis yang berjudul “implementasi kegiatan

keagamaan melalui program sholat dhuha berjama‟ah dalam menanamkan

karakter kedisiplinan siswa di SDN Jabon 1 Kecamatan Mojoanyar

Kabupaten Mojokerto” maka diperlukan suatu penegasan istilah, sehingga

nantinya akan lebih memudahkan untuk mengetahui maksud yang

sebenarnya. Agar pengertian judul dapat dipahami maka penulis jelaskan

istilah kata-kata dalam judul sebagai berikut :

1. Implementasi

Implementasi menurut bahasa yaitu pelaksanaan atau penerapan,

sedangkan menurut Ensiklopedi Pendidikan yang dimaksud dengan


“implementasi adalah suatu aktifitas dalam suatu studi tertentu yang

terarah dimana si pelajar mencoba untuk mempraktekkan apa yang telah

dipelajari.”

2. Kegiatan Keagamaan

Kegiatan keagamaan adalah bentuk usaha yang dilakukan untuk

mewujudkan atau mengaplikasikan iman ke dalam suatu bentuk-bentuk

perilaku keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam implementasi

kegiatan keagamaan di lingkungan masyarakat, khususnya remaja masjid

tidak hanya terfokus pada proses berlangsungnya kegiatan keagamaan,

tetapi juga harus mampu mengarahkan pada penanaman nilai-nilai agama

kepada para remaja.

3. Sholat Dhuha Berjama‟ah

Shalat dhuha berjama‟ah adalah kegiatan shalat yang dilaksanakan

secara bersama-sama yang terdiri dari imam dan makmum dan dilakukan

setiap hari pada waktu matahari terbit sekurang-kurangnya dua raka‟at

dan maksimal 12 raka‟at sesuai dengan syarat dan ketentuannya.

4. Karakter Kedisiplinan

Disiplin adalah suatu keadaan dimana seseorang di dalam suatu

organisasi tunduk dengan senang hati terhadap peraturan-peraturan yang

telah dibuat, guna mencapai maksud atau untuk mencapai tindakan yang

lebih efektif.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. IMPLEMENTASI KEGIATAN KEAGAMAAN

1. IMPLEMENTASI

a. Pengertian Implementasi

Implementasi menurut bahasa yaitu pelaksanaan atau penerapan,

sedangkan menurut Ensiklopedi Pendidikan yang dimaksud dengan

“implementasi adalah suatu aktifitas dalam suatu studi tertentu yang terarah

dimana si pelajar mencoba untuk mempraktekkan apa yang telah dipelajari.”5

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, implementasi mengandung arti

pelaksanaan atau penerapan. Artinya yaitu yang dilakukan dan diterapkan adalah

kurikulum yang telah dirancang atau didesain yang kemudian dijalankan

sepenuhnya.

Implementasi disamping dipandang sebagai sebuah proses, implementasi

juga dipandang sebagai penerapan sebuah inovasi dan senantiasa melahirkan

adanya perubahan kearah inovasi atau perbaikan, implementasi dapat

berlangsung terus menerus sepanjang waktu. Nana Syaodih sebagaimana dikutip

oleh Syaifuddin mengemukakan bahwa proses implementasi setidaknya ada tiga

tahapan atau langkah yang harus dilaksanakan, yaitu: tahap perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.6

Jadi, dapat disimpulkan mengenai pengertian dari implementasi adalah

suatu cara pelaksanaan kegiatan yang terencana untuk memperoleh hasil yang

5
Soegerda Poerbakawatja dan A. H. Harahap, Ensiklopedi Pendidikan (Jakarta: Gunung Agung, 1981) , 45.
6
Syaifuddin, Design Pembelajaran dan Implementasinya (Ciputat: PT. Quantum Teaching, 2006), 100.
efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang ditentukan.

Implementasi adalah suatu kegiatan atau suatu tindakan dari sebuah

rencana yang dibuat secara terperinci untuk mencapai suatu tujuan. Implementasi

mulai dilakukan apabila seluruh perencanaan sudah dianggap sempurna.

Implementasi menurut teori Jones bahwa:

“Those Activities directed toward putting a program into effect” (Proses


mewujudkan program hingga memperlihatkan hasilnya). Jadi Implementasi
adalah tindakan yang dilakukan setelah suatu kebijakan ditetapkan.
Implementasi merupakan cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai
tujuannya.7

Pengertian implementasi menurut teori Nurdin Usman dalam bukunya yang

berjudul “Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum” menjelaskan mengenai

implementasi sebagai berikut:

“Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya


mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi
suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan”8

Pengertian implementasi diatas menjelaskan bahwa implementasi itu bukan

sekedar aktivitas saja, tetapi juga kegiatan terencana yang dilaksanakan dengan

sungguh-sungguh berdasarkan acuan-acuan yang direncanakan dengan sungguh-

sungguh. Oleh karena itu implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi

oleh objek berikutnya yaitu terlaksananya suatu program.

Sedangkan menurut teori Guntur Setiawan beliau berpendapat bahwa:

“Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses


interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan
jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif”9

7
Mulyadi, Implementasi kebijakan (Jakarta: Balai Pustaka, 2015), 45.
8
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum (Jakarta: Grasindo, 2002), 170.
9
Guntur Setiawan, Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan (Jakarta: Balai Pustaka, 2004), 39.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan

implementasi adalah suatu kegiatan yang terencana, bukan hanya suatu aktifitas

dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma-norma tertentu

untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu, implementasi tidak berdiri sendiri

namun tetap dipengaruhi objek berikutnya yaitu pada program kurikulum yang

ada di sekolah atau sebuah lembaga.

2. KEGIATAN KEAGAMAAN

a. Pengertian Kegiatan Keagamaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kegiatan adalah kekuatan atau

ketangkasan dalam berusaha. Sedangkan keagamaan adalah sifat-sifat yang

terdapat di agama, segala sesuatu mengenai agama.10

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan

keagamaan adalah bentuk usaha yang dilakukan untuk mewujudkan atau

mengaplikasikan iman ke dalam suatu bentuk-bentuk perilaku keagamaan dalam

kehidupan sehari-hari. Dalam implementasi kegiatan keagamaan di lingkungan

masyarakat, khususnya remaja masjid tidak hanya terfokus pada proses

berlangsungnya kegiatan keagamaan, tetapi juga harus mampu mengarahkan

pada penanaman nilai-nilai agama kepada para remaja.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keagamaan

Dalam perkembangan jiwa keagamaan seseorang dalam kehidupan di

pengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern yang berupa pengaruh dari dalam

dan faktor ekstern yang berupa pengaruh dari luar.11

10
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka,
2007), 12.
11
Jalaludin, Psikologi Agama (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), 279.
1. Faktor Intern

a. Faktor Hereditas

Maksudnya yaitu bahwa keagamaan secara langsung bukan sebagai

faktor bawaan yang diwariskan secara turun temurun melainkan terbentuk

dari unsur lainnya.

b. Tingkat Usia

Jalaludin mengungkapkan bahwa:

Perkembangan agama pada masa anak-anak ditentukan oleh tingkat usia


mereka, perkembangan tersebut dipengaruhi oleh beberapa aspek
kejiwaan termasuk agama, perkembangan berpikir, ternyata anak yang
menginjak usia berpikir kritis lebih kritis pula dalam memahami ajaran
agama. Pada usia remaja saat mereka menginjak kematangan seksual
pengaruh itupun menyertai perkembangan jiwa keagamaan mereka.12

c. Kepribadian

Kepribadian menurut pandangan psikologis terdiri dari dua unsur,

yaitu hereditas dan lingkungan, dari kedua unsur tersebut para psikolog

cenderung berpendapat bahwa tipologi menunjukkan bahwa memiliki

kepribadian yang unik dan berbeda. Sebaliknya karakter menunjukkan

bahwa kepribadian manusia terbentuk berdasarkan pengalaman dan

lingkungannya.

d. Kondisi Kejiwaan

Kondisi kejiwaan ini terkait dengan berbagai faktor intern.

Gangguan kejiwaan yang ditimbulkan oleh konflik yang tertekan di alam

bawah sadar manusia, akan menimbulkan gejolak keagamaan pula.

12
Jalaludin, Psikologi Agama, 279.
2. Faktor Ekstern

Manusia sering disebut dengan homo religious (makhluk beragama).

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa manusia senantiasa dapat

mengembangkan sikap keagamaannya sebagai makhluk beragama. Untuk

mengembangkan sikap keagamaan individu, maka perlu adanya pengaruh dari

lingkungan untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan individu lainnya.

Faktor eksternal ini diyakini mampu mengembangkan jiwa keagamaan atau

bahkan menghambat keagamaan individu, diantaranya sebagai berikut:

a. Faktor Keluarga

Keluarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana dalam

kehidupan manusia, khususnya orang tua sangat berpengaruh bagi

perkembangan jiwa keagamaan anak. Jika orang tua berkelakuan baik,

cenderung anak juga memiliki kelakuan baik. Orang tua sangat berperan

penting dalam pendidikan agama bagi anak.

b. Lingkungan Institusional

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang mempunyai

program sistematik dalam melaksanakan bimbingan dan pengajaran.

Lingkungan institusional ikut mempengaruhi perkembangan jiwa

keagamaan, baik intitusi formal maupun non formal, seperti organisasi dan

komunitas.

c. Lingkungan Masyarakat

Norma dan tata nilai yang ada di masyarakat terkadang lebih

mengikat bahkan lebih besar pengaruhnya dalam perkembangan jiwa

keagamaan baik dari segi positif maupun negatif.


Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang

mempengaruhi perkembangan keagamaan anak dipengaruhi oleh faktor

intern dan ekstern. Faktor intern berasal dari individu itu sendiri baik dari

keturunan maupun sifat bawaan sejak lahir. Sedangkan faktor ekstern

sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Keluarga menjadi lingkungan pertama

yang dilalui oleh individu.

B. SHOLAT DHUHA BERJAMA’AH

1. Pengertian Sholat Dhuha Berjama‟ah

Shalat Dhuha adalah shalat sunah yang dilakukan setelah terbit matahari sampai

menjelang waktu dhuhur. Afdhalnya dilakukan pada pagi hari disaat matahari

sedang naik / kira-kira jam 09.00. Sholat Dhuha adalah shalat sunnah yang

dilakukan seorang muslim ketika waktu Dhuha. Waktu dhuha adalah waktu ketika

matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak terbitnya (kira-kira pukul tujuh pagi)

hingga waktu dzuhur. Jumlah raka‟at shalat dhuha bisa dengan 2, 4, 8, atau 12

raka‟at. Dan dilakukan dalam satuan 2 raka‟at sekali salam.13

Selanjutnya, shalat jama‟ah adalah shalat yang dilakukan oleh lebih dari satu

orang dimana seorang berdiri di depan untuk menjadi imam dan yang lainnya

berdiri di belakang menjadi makmum.

Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dijelaskan diatas dapat

disimpulkan bahwa shalat dhuha berjama‟ah adalah kegiatan shalat yang

dilaksanakan secara bersama-sama yang terdiri dari imam dan makmum dan

dilakukan setiap hari pada waktu matahari terbit sekurang-kurangnya dua raka‟at

dan maksimal 12 raka‟at sesuai dengan syarat dan ketentuannya.

13
Moh Rifa‟i, kumpulan sholat-sholat sunnah, (Semarang : CV Toha Putra, 1993), 49.
Shalat dalam agama Islam menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi

oleh ibadah lainnya. Shalat merupakan tiang agama. Sholat adalah ibadah pertama

yang diwajibkan Allah swt. yang perintahnya disampaikan Allah kepada Nabi

Muhammad SAW melalui malaikat Jibril as. Shalat merupakan inti dari pokok

ajaran agama Islam dengan kata lain, apabila Shalat tidak didirikan maka hilanglah

agama secara keseluruhan.14

Allah berfirman dalam QS. An-Nisa‟ (4): 103

ِ ِ ً ُ‫اَّللَ قِيَ ًاما َوقُع‬


ُ ‫ودا َو َعلَى ُجنُوب ُك ْم فَِإ َذا اط َْمأْنَ ْنتُ ْم فَأَق‬
‫يموا‬ َّ ‫الصال َة فَاذْ ُك ُروا‬
َّ ‫ض ْيتُ ُم‬ َ َ‫فَِإ َذا ق‬
‫ني كِتَابًا َم ْوقُوتًا‬ ِ
َ ِ‫ت َعلَى ال ُْم ْؤمن‬ َّ ‫الصال َة إِ َّن ا‬
ْ َ‫لصال َة َكان‬ َّ
Artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di
waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila
kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa‟ (4): 103)

Shalat dhuha berjama‟ah merupakan salah satu diantara shalat-shalat sunnah

yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Banyak penjelasan para ulama,

bahkan keterangan Rasulullah SAW. yang menyebutkan mengenai berbagai

keutamaan dan keistimewaan yang dimiliki dalam Shalat Dhuha bagi mereka yang

melaksanakannya. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwasannya manusia pada

dasarnya tidak hanya terdiri dari dimensi lahiriyyah fisik maupun psikis saja,

melainkan juga dimensi batin dan juga spiritual. Oleh karena itu, salah satu

keutamaan dari Shalat dhuha adalah untuk memenuhi kebutuhan kedua dimensi

tersebut.

Dalam agama Shalat dibagi menjadi dua macam, yaitu: Shalat Fardhu dan

Shalat Sunnah. Shalat fardhu adalah Shalat yang harus dilaksanakan, hukumnya

14
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006) cet. 1, 125- 126.
wajib. Shalat lima waktu, yaitu: Shalat Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya‟ dan Subuh.

Sedangkan Shalat Sunnah adalah shalat yang hanya dikerjakan di luar Shalat Fardhu

dan hukumnya sunnah.15

2. Dasar Hukum Sholat Dhuha Berjama‟ah

Hukum shalat Dhuha adalah sunnah muakkad sebagaimana yang telah penulis

paparkan di atas pada sub bab sebelumnya, dan secara pelaksanaannya shalat Dhuha

dilakukan secara munfarid (sendiri), namun ada hadist yang membolehkan bahwa

shalat Dhuha boleh dilaksanakan secara berjamaah, berikut hadist yang

diriwayatkan oleh Ibnu Hajar Al-Asqolani ketika menjelaskan hadist Ibnu „Abbas

yang berada di rumah Maimunah dan melaksanakan shalat malam bersama Nabi

Shallallahu „alaihi wa sallam, beliau rahimahullah mengatakan, Artinya: “Dalam

hadist ini menunjukkan dibolehkannya melakukan shalat sunnah secara

berjamaah.”16

Shalat dhuha yaitu Salah satu Shalat Sunnah yang dianjurkan. Sebagaimana

dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah r.a:17

Artinya: “Kekasihku Rasullah SAW. Mewasiatkan tiga hal kepadaku (yang aku
tidak akan meninggalkannya sampai aku mati kelak), yaitu puasa tiga hari
pada setiap bulan, dua rakaat dhuha, dan shalat witir sebelum tidur."
(HR. Bukhari dan Muslim).

Arti hadis diatas menegaskan bahwa pentingnya Sholat Dhuha. Rasulullah

SAW. Pun tidak pernah meninggalkan Shalat Dhuha sampai beliau wafat. Hal ini

menjadikan Shalat Dhuha sangat dianjurkan di SDN Jabon 1 Mojokerto, dimana

dalam Shalat Dhuha tersebut akan membentuk kedisiplinan peserta didik atau siswa

15
Imroatul Fatihah, Manajemen Pembelajaran Agama Melalui Pembiasaan Shalat Dhuha Di SDN Mega
Eltra, (Jurnal: JIEM Journal of Islamic Education Manajemen ) Vol. 3, No. 1, 50-51.
16
Abdul Rahman, Energi Positif Shalat Berjamaah, (Jakarta: Mizan Publika, 2013), 4.
17
Titing Umikar, Ahmad Subekti, Qurroti ‟ayun, Pembiasaan Shalat Dhuha Dalam Pembentukan Karakter
Religius Siswa di Madrasah Tsanawiyah Ahmad Yani JabungMalang, (VICRATINA: Jurnal Pendidikan
Islam, 2021), Vol. 6, No. 4, 124.
dan merupakan salah satu program rutin setiap hari yang dilaksanakan pagi hari

sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) dimulai di SDN Jabon 1 Mojokerto.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin

pesat seperti zaman sekarang ini, proses pendidikan tidak hanya melalui pendidikan

yang dilakukan melalui tatap muka saja. Akan tetapi, bisa juga melalui pendidikan

pembiasaan sejak usia dini, harus selalu mengajarkan anak untuk taat beribadah

dengan menjalankan shalat wajib maupun sunnah. Kadang sebagai orang tua hanya

bisa membimbing anak untuk taat beribadah pada waktu di rumah saja, ketika

berada di sekolah yang akan di bimbing oleh para guru-guru atau pendidik.18

Sebagaimana yang telah dijelaskan, bahwa Allah swt. menciptakan manusia

hanya untuk beribadah kepada-Nya. Sebagaimana Firman Allah dalam Qur‟an Surat

Ad-Dzariyat (51): 56

ِ ‫ت ا ْْلِ َّن واإلنْس إِال لِي ْعب ُد‬


‫ون‬ ُ ‫َوَما َخلَ ْق‬
َُ َ َ

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.” (QS. Ad-Dzariyat (51): 56)

3. Keutamaan Sholat Dhuha Berjama‟ah

Shalat dhuha merupakan salah satu shalat sunnah yang sering di lupakan

sebagian orang, yang ternyata justru memiliki keutamaan yang tidak bisa diukur

oleh berapapun nominal yang dimiliki. Adapun di antara keutamaan-keutamaan

sholat dhuha adalah :

a. Terjaga dari Keburukan

Ketika mengerjakan shalat dhuha, maka Allah Swt. akan menjamin

keamanan kehidupan pada hari itu dan menjauhkan dari segala bentuk
18
Erni Sri Ulyani, Hunainah, Pembiasaan Shalat Dhuha Untuk Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa, (Jurnal
Qathruna: Juni 2021) Vol. 8, No. 1, 2-3.
keburukan. Dengan izin-Nya pada hari itu tidak ada yang mengganggu, tidak ada

yang menyakiti, bahkan tidak akan kekurangan rezeki. Ada saja jalan yang di

perlihatkannya, sehingga kita bisa menjalani hari itu penuh kebahagiaan.19

b. Sholat Dhuha sebagai Penyeimbang Ibadah

Ibadah haruslah seimbang. Begitu juga hidup harus seimbang antara

kepentingan dunia dan juga akhirat, antara kepentingan terhadap manusia dan

kepentingan terhadap Tuhan. Shalat Dhuha merupakan ibadah yang menyangkut

keduanya dimana shalat merupakan wujud ibadah kepada Tuhan dan shalat

dhuha juga merupakan ibadah yang mampu mempermudah datangnya rezeki dan

hal ini merupakan ibadah yang bersifat duniawi.20

c. Menggantikan Sedekah Setiap Persendian Tubuh

Persendian dalam tubuh seorang manusia sangat banyak dan setiap

persendian itu memiliki kewajiban untuk menunaikan sedekah setiap harinya.

Jika dihitung secara materi, mungkin kita tidak mampu melakukannya, apalagi

jika kondisi ekonomi pas-pasan. Sungguh, suatu usaha yang berat untuk

menjalankannya. Namun, tidak usah takut, karena semua itu bisa digantikan

dengan 2 rakaat shalat dhuha saja.

d. Penghapus Dosa

Keuntungan ini merupakan salah satu keutamaan yang tidak ada

bandingannya. Setiap saat manusia pasti melakukan dosa kepada Allah. Baik

dosa yang tampak maupun dosa yang tersembunyi atau dosa yang secara sengaja

maupun tidak sengaja. Oleh karena begitu seringnya manusia berbuat dosa

kepada Allah, maka manusia dianjurkan untuk selalu memohon ampun kepada
19
Pakih Sati, Dahsyatnya Tahajud, Dhuha, Sedekah, (Surakarta: Al-Qudwah, 2013), 56.
20
Imam Ghozali, Bertambah Kaya Lewat Sholat Dhuha Ritual Halal Menjemput Rejeki, (Jakarta: Mitrapess,
2008), 143.
Allah, dengan istighfar kepada Allah agar Dia berkenan mengampuni dosa-

dosanya.21

4. Manfaat Sholat Dhuha Berjama‟ah

Menurut Muhammad Tahalib, Maksud dari fungsi shalat dhuha di sini adalah

manfaat yang dapat di rasakan dari shalat dhuha tersebut dalam kehidupan di dunia,

biasanya berkenaan dengan kegunaannya untuk menyelesaikan masalah. Fungsi

Shalat Dhuha antara lain :22

a. Menjadikan kebutuhan pelakunya dicukupi Allah, yakni kebutuhan psikis dan

jiwa berupa kepuasan, qana‟ah (merasa cukup dengan yang di karuniakan Allah)

serta ridha terhadap karunia Allah.

b. Shalat dhuha sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan seseorang.

Utamanya mempengaruhi kecerdasan fisikal, emosional spiritual, dan intelektual.

1. Kecerdasan Fisikal

Untuk kecerdasan fisikal, shalat dhuha mampu meningkatkan kekebalan

tubuh dan kebugaran fisik. Shalat dhuha merupakan alternatif olahraga yang

efektif dan efisien karena dilakukan pada pagi hari ketika sinar matahari pagi

masih baik untuk kesehatan dan kondisi udara yang bersih. Penelitian mutakhir

menjelaskan bahwa bukan olahraga berat dan mahal yang efektif untuk menjaga

kebugaran tubuh. Namun, olahraga ringan dan tidak beresiko cedera serta

dilakukan dengan senang hati yang terbukti mampu menjaga kebugaran tubuh.

Di sini, shalat tentunya terpilih sebagai olahraga yang paling cocok.23

21
Abdul Hakim El-Hamidy, The Secret Of 1/3 Tahajud, Fajar, Subuh, & Dhuha, (Depok: Kaysa Media,
2013), 192.
22
Muhammad Thalib, Shalat Sunnah (Fungsi Fadilah & Tata Caranya), (Surakarta: Kaafah Media, 2005),
53.
23
M. Kalilirrahman Al Mahfani, Berkah Shalat Dhuha, (Jakarta: PT. Wahyu Media, 2008), 160.
2. Kecerdasan Emosional Spiritual

Tentunya kita mengawali aktivitas pada pagi hari dengan optimisme tinggi.

Berharap keuntungan yang diperoleh signifikan. Namun, tiba-tiba keuntungan di

depan mata melayang dan hasil tidak sesuai prediksi. Kita diharapkan tidak

bersedih, cemas, dan kecewa. Melaksanakan shalat dhuha pada pagi hari sebelum

beraktivitas, selain berbekal optimisme, tawakal, serta pasrah atas segala

ketentuan dan takdir Allah, dapat menghindarkan diri dari berkeluh-kesah dan

kecewa karena kegagalan yang dialami.

Kita menyadari bahwa Allah pemberi rezeki. Dialah yang mengatur rezeki

semua makhluk. Kita juga kerap berhadapan dengan silaunya godaan harta.

Ambisi-ambisi buruk terlintas dalam pikiran. Akibatnya, sulit membedakan

antara yang baik dengan yang buruk. Sudah pasti hal ini akan merusak niat suci

kita untuk bekerja meraih karunia Allah. Disinilah shalat dhuha berfungsi untuk

menghilang kembali niat ikhlas kita dalam bekerja sehingga kita tidak terjerumus

dari nafsu dan ambisi yang menyesatkan.

3. Kecerdasan Intelektual

Shalat dhuha mampu meningkatkan kecerdasan spiritual seseorang. Berikut

ini beberapa alasan utama mengapa shalat dhuha mampu meningkatkan

kecerdasan intelektual:

a. Pertama, hakikat ilmu adalah cahaya Allah. Cahaya Allah tidak diberikan

kepada para pelaku kejahatan dan pengabdi kemaksiatan. Cahaya Allah hanya

diberikan kepada orang yang senantiasa ingat kepada Allah, baik pada waktu

pagi maupun petang.

b. Kedua, shalat dhuha menjadikan jiwa tenang. Artinya: (yaitu) orang-orang


yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah.

Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar-

Ra‟d: 28).24

c. Ketiga, shalat dhuha menjadikan pikiran lebih konsentrasi. Ketika sedang

belajar, sering kali siswa mengalami kerancauan berpikir karena banyaknya

proses belajar yang menjadikan kita terasa mengantuk. Mengantuk merupakan

bukti bahwa otak mengalami keletihan karena berkurangnya asupan oksigen

ke otak. Salah satu gerakan shalat, yakni sujud membantu mengalirkan darah

secara maksimal ke otak. Itu artinya, otak mendapatkan asupan darah dan

oksigen yang berguna untuk memacu kerja sel-selnya.

C. KARAKTER KEDISIPLINAN

1. Pengertian Karakter

Karakter berasal dari bahasa Yunani kharakter yang berasal dari

diksi “kharassein” yang berarti memahat atau mengukir, sedangkan

dalam bahasa latin karakter bermakna membedakan tanda. Dalam bahasa

Indonesia, karakter dapat diartikan sebagai sifat kejiwaan/tabiat/watak.25

Menurut pendapat G.W. Allport yang dikutip oleh Sri Narwanti,

karakter merupakan suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik

individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara

khas dan mengarahkan pada tingkah laku manusia. Karakter bukan

sekedar sebuah kepribadian (personality) karena sesungguhnya karakter

adalah kepribadian yang ternilai. Kepribadian dianggap sebagai “ciri,

karakteristik, gaya, sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari
24
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Surakarta: Media Insani Publishing, 2007), 185.
25
Sri Narwanti, Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai Dalam Mata Pelajaran, (Yogyakarta: Familia,
2011), 1.
bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga

pada masa kecil, dan juga bawaan seseorang sejak lahir.26

Dalam Psikologi Kepribadian Islam al-khuluq (karakter) adalah

bentuk jamak dari akhlak. Kondisi batiniah (dalam) bukan kondisi luar

yang mencakup al-thab‟u (tabiat) dan al-sajiyah (bakat). Dalam

terminologi psikologi, karakter (character) adalah watak, perangai, sifat

dasar yang khas, satu sifat atau kualitas yang tetap terus menerus dan

kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasi seorang pribadi.

Elemen karakter terdiri atas dorongan-dorongan, insting, refleks-refleks,

kebiasaan-kebiasaan, kecenderungan-kecenderungan, perasaan, emosi,

sentimen, minat, kebajikan dan dosa serta kemauan.27

2. Ruang Lingkup Nilai-nilai Karakter

Ada 18 nilai-nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan

karakter bangsa yang dibuat oleh Diknas bersumber dari agama,

pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu :28

a. Religius: Mengucapkan salam, berdo‟a sebelum dan sesudah belajar,

melaksanakan ibadah keagamaan, merayakan hari besar keagamaan.

b. Jujur: Membuat dan mengerjakan tugas secara benar, tidak menyontek

atau memberi contekan, membangun koperasi atau kantin kejujuran,

melakukan sistem perekrutan siswa secara benar dan adil, melakukan

sistem penelitian yang akuntabel dan tidak melakukan manipulasi.

c. Toleransi: Memperlakukan orang lain dengan cara yang sama dan

26
A. Doni Koesoema, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global, (Jakarta: Grasindo,
2010), 80.
27
Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 45.
28
Agus Zainul Fitri, Reinventing Human Character: Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah
(Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2012), 40-43.
tidak membeda-bedakan agama, suku, ras, dan golongan, serta

menghargai perbedaan yang ada tanpa melecehkan kelompok yang

lain.

d. Disiplin: Guru dan Siswa hadir tepat waktu, menegakkan prinsip

dengan mendirikan punishment bagi yang melanggar dan reward bagi

yang berprestasi, menjalankantata tertib sekolah.

e. Kerja Keras: Pengelolaan pembelajaran yang menantang, mendorong

semua warga sekolah untuk berprestasi, berkompetisi secara fair,

memberikan penghargaan bagisiswa yang berprestasi.

f. Kreatif: Menciptakan ide-ide baru di sekolah, menghargai karya yang

unik dan berbeda, membangun suasana belajar yang mendorong

munculnya kreativitas siswa.

g. Mandiri: Melatih siswa agar mampu bekerja secara mandiri,

membangun kemandirian siswa melalui tugas-tugas yang bersifat

individu.

h. Demokrasi: Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, sistem

pemilihan ketua kelas dan pengurus kelas secara demokratis,

mendasarkan setiap keputusan pada musyawarah mufakat.

i. Rasa Ingin Tahu: Sistem pembelajaran diarahkan untuk

mengeksplorasi keingintahuan siswa, sekolah memberikan fasilitas

melalui media cetak maupun elektronik, agar siswa dapat

mencariinformasi yang baru.

j. Semangat Kebangsaan: Memperingati hari-hari besar nasional,

meneladani para pahlawan nasional, berkunjung ketempat yang


bersejarah, melaksanakan upara rutin sekolah, mengikut sertakan

kegiatan-kegiatan kebangsaan, memajang gambar tokoh-tokoh bangsa.

k. Cinta Tanah Air: Menanamkan nasionalisme dan ras persatuan dan

kesatuan bangsa, menggunakan bahasa Indonesia dengan baikdan

benar, memajang bendera Indonesia, pancasila, gambar presiden serta

simbol-simbol negara, bangga dengan karya bangsa, melestarikan seni

dan budaya bangsa.

l. Menghargai Prestasi: Mengabdikan dan memajang hasil karya siswa di

sekolah, memberikan reward setiap warga sekolah yang berprestasi,

melatih dan membina generasi penerus untuk mencontoh hasil atau

prestasi generasi sebelumnya.

m. Bersahabat/Komunikatif: Saling menghargai dan menghormati, guru

menyayangi siswa dan siswa menghormati guru, tidak menjaga jarak,

tidak membeda-bedakan dalam berkomunikasi.

n. Cinta Damai: Menciptakan suasana kelas yang tentram, tidak

menoleransi segala bentuk tindak kekerasan, mendorong terciptanya

harmonisasi kelas dan sekolah.

o. Gemar Membaca: Mendorong dan memfasilitasi siswa untuk gemar

membaca, setiap pembelajaran didukung dengan sumber bacaan atau

referensi, adanya ruang baca, baik di perpustakaan maupun ruang

khusus tertentu, menyediakan buku-buku sesuai dengan tahap

perkembangan siswa, menyediakan buku-buku yang menarik minat

siswa.

p. Peduli Lingkungan: Menjaga lingkungan kelas dan sekolah,


memelihara tumbuh-tumbuhan dengan baik tanpa menginjak atau

merusaknya, mendukung progam go green (penghijauan) di

lingkungan sekolah, tersedianya tempat untuk membuang sampah

organik dan non organik, menyediakan kamar mandi, air bersih, dan

tempat cuci tangan.

q. Peduli Sosial: Sekolah memberikan bantuan kepada siswa yang kurang

mampu, melakukan kegiatan bakti sosial, melakukan kunjungan di

daerah atau kawasan marginal, memberikan bantuan kepada

lingkungan masyarakat yang kurang mampu, menyediakan kotak amal

atau sumbangan.

r. Tanggung Jawab: Mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah dengan

baik, bertanggung jawab setiap perbuatan, melakukan piket sesuai

dengan jadwal yang telah ditetapkan, mengerjakan tugas kelompok

secara bersama.

3. Pengertian Karakter Disiplin

Menurut The Liang Gie sebagaimana dikutip oleh Ali Imron dalam

bukunya yang berjudul “Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah”

disiplin adalah sesuatu keadaan tertib di mana orang-orang yang

tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang

telah ada dengan rasa senang hati.

Menurut Good‟s dalam Dictionary of Education sebagaimana

dikutip oleh Ali Imron dalam bukunya yang berjudul “Manajemen

Peserta Didik Berbasis Sekolah” mengartikan disiplin sebagai:

a. Proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan, dorongan


atau kepentingan guna mencapai maksud atau untuk mencapai

tindakan yang lebih efektif.

b. Mencari tindakan terpilih dengan ulet, aktif dan diarahkan sendiri,

meskipun menghadapi rintangan.

c. Pengendalian perilaku secara langsung dan otoriter dengan hukuman

dan hadiah.29

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian

disiplin adalah suatu keadaan dimana seseorang di dalam suatu

organisasi tunduk dengan senang hati terhadap peraturan-peraturan

yang telah dibuat, guna mencapai maksud atau untuk mencapai

tindakan yang lebih efektif.

4. Fungsi Karakter Disiplin

Fungsi disiplin menurut Tu‟u Tulus sebagaimana dikutip oleh Eka

S, dkk antara lain, yaitu:

Menata kehidupan bersama, disiplin berguna untuk menyadarkan


seseorang bahwa dirinya perlu menghargai dengan cara mentaati
dan mematuhi peraturan yang berlaku. Sehingga tidak merugikan
pihak lain dan hubungan dengan sesama menjadi baik. Disiplin
yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi
dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu,
dengan sikap disiplin seseorang akan terbiasa mengikuti, mematuhi
aturan yang berlaku dan kebiasaan itu lama-kelamaan akan
membiasakan dirinya dalam membangun kepribadian yang baik.30

Jadi, disiplin memiliki fungsi menyadarkan seseorang untuk

mentaati peraturan yang berlaku. Perilaku disiplin memberikan dampak

yang baik bagi kepribadian seseorang. Jika seseorang senantiasa disiplin

dalam setiap hal, maka itu akan menjadi kebiasaan. Dan kebiasaan
29
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 172.
30
Eka S. Ariananda, dkk, Pengaruh Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Siswa Teknik
Pendingin, Journal of Mechanical Engineering Education, Vol.1, No.2, Desember 2014.
disiplin akan membangun kepribadian yang baik bagi seseorang.

5. Langkah-langkah Penanaman Karakter Disiplin

Karakter Disiplin harus ditanamkan dan ditumbuhkan sejak dini

sehingga nantinya akan tumbuh dari hati dengan sendirinya. Disiplin

dapat dilakukan dengan cara:31

a. Pembiasaan

Jika seorang diberikan pembiasaan untuk melakukan sesuatu

dengan disiplin, tertib, dan teratur, maka akan tertanam dalam dirinya

sikap disiplin, tertib dan teratur dalam segala aktifitas.

b. Contoh dan Tauladan

Dalam penanaman disiplin, pendidik atau orang tua harus selalu

memberikan contoh dan tauladan kepada anak atau murid. Jika

pembiasaan yang diberikan kepada anak tidak diiringi dengan contoh

dan tauladan serupa dari pendidik atau orang tua maka akan timbul

berontak dari diri anak dan disiplin pun akan sulit tertanam dalam diri

peserta didik.

c. Pengawasan

Pengawasan diberikan bertujuan untuk menjaga atau mencegah

agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan khususnya yang

bertentangan dengan peraturan yang telah diadakan. Sehingga dengan

pengawasan tingkat kedisiplinan anak akan terkontrol.

31
Moch. Yasyakur, “Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan Kedisiplinan Beribadah
Sholat Lima Waktu”, Jurnal Pendidikan Islam, 2018 ISSN (p): 2614-4018: ISSN (e): 2614-8846 Volume 5
Nomor 09, 2016, 197 (http;// jurnal.staialhidayah bogor.ac.id/index.php/ei/article/view/86 pdf). Diakses
pada 22 Maret 2023, Pukul 16.00 WIB.
Reisman and Payne mengemukakan strategi umum

mendisiplinkan peserta didik sebagai berikut :

a. Konsep diri (self-concept) strategi ini menekankan bahwa setiap

konsep-konsep dari peserta didik merupakan faktor penting dari setiap

perilaku. Untuk menumbuhkan konsep diri, guru disarankan bersikap

empatik, menerima, hangat dan terbuka, sehingga peserta didik dapat

mengeksplorasikan dan perasaan dalam memecahkan masalah.

b. Keterampilan berkomunikasi (communication skills): guru harus

memiliki ketrampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima

semua perasaan, dan mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik.

c. Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (natural and logical)

perilaku-perilaku yang salah terjadi karena peserta didik telah

mengembangkan kepercayaan yang slah terhadap dirinya. Untuk itu

guru disarankan, menunjukkan secara tepat tujuan perilaku yang salah,

sehingga membantu peserta didik dalam mengatasi perilakunya.

d. Klarifikasi nilai: strategi ini dilakukan untuk membantu peserta didik

dalam menjawab pertanyaan sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk

sistem nilainya sendiri.

e. Analisis transaksional: disarankan agar guru bersifat dewasa, terutama

apabila berhadapan dengan peserta didik yang menghadapi masalah.

Menurut Hurlock ada beberapa tipe-tipe disiplin yaitu :

1. Disiplin Otoriter

Merupakan disiplin yang menggunakan peraturan dan pengaturan

yang keras untuk memaksakan perilaku yang diinginkan.


2. Disiplin Premisif

Disiplin premisif berarti sedikit disiplin atau tidak berdesiplin.

3. Disiplin Demokratis

Disiplin demokratis menggunakan penjelasan, disikusi dan

penalaan untuk membantu anak menegerti mengapa perilaku tertentu

diharapkan.32

6. Cara Meningkatkan Kedisiplinan Siswa

Mencapai tahap perkembangan disiplin sangat membantu dalam

menyesuaikan diri dengan peraturan dan norma yang berlaku baik di

lingkungan keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat.

Kedisiplinan diterapkan pada peserta didik untuk mengajarkan bertindak

dan berperilaku sesuai dengan peraturan dan tata tertib, sehingga peserta

didik mampu mengendalikan dirinya dan dapat menilai antara perilaku

baik ataupun buruk.

Adapun cara untuk meningkatkan kedisiplinan siswa, sebagai

berikut:

a. Teladan Pemimpin

Pemimpin disini yang dimaksud adalah kepala sekolah, guru, dan

para staf lainnya. Kepala sekolah bertugas untuk menghimpun

kekuatan, mengelola sarana dan prasarana yang ada, dan menegakkan

disiplin. Kepala sekolah harus dapat membentuk budaya yang positif.

Sebagai pendidik, guru merupakan teladan, dan panutan yang

diidentifikasi oleh peserta didik. Kedudukan sebagai pendidik

32
Chorun Nisak Aulina, “Penanaman Disiplin Pada Anak Usia Dini”, Jurnal Pedagogia Vol. 2, No.1,
Februari 2013, 37. Diakses pada 23 Maret 2023, Pukul 08.00 WIB.
menuntut guru untuk membekali diri dengan pribadi yang berkualitas

berupa tanggung jawab, kewibawaan, kemandirian, dan kedisiplinan.

b. Pengawasan

Tindakan nyata yang efektif untuk mewujudkan kedisiplinan

disebut dengan pengawasan. Dengan adanya pengawasan yang

konsisten maka akan meningkatkan atau mempengaruhi juga terhadap

kedisiplinan siswa karena tentunya siswa akan merasa selalu mendapat

perhatian dan pengarahan apabila berbuat kesalahan.

c. Hukuman dan Sanksi

Memelihara kedisiplinan hukuman dan sanksi itu sangat

diperlukan. Hukuman atau sanksi yang diberikan bersifat mendidik,

seperti menghafal mufrodat bahasa arab, mengumpulkan sampah yang

ada di lingkungan sekolah, merangkum materi tertentu yang ada dalam

buku bahan ajar, menghafal materi dan membacakannya di depan

kelas. Hukuman yang bersifat mendidik inilah yang diperlukan dalam

pendidikan.

d. Pembiasaan Shalat

Salah satu teknik atau metode dalam pembentukan/peningkatan

kedisiplinan dapat dilakukan dengan pembiasaan shalat. Karena

dengan adanya pembiasaan shalat untuk meningkatkan kedisiplinan

maka peserta didik tersebut akan mengubah seluruh sifat-sifat baik

menjadi kebiasaannya, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan itu

tanpa menemukan banyak kesulitan. Proses pembiasaan harus dimulai

dan ditanamkan kepada peserta didik secara terus menerus. Potensi ruh
keimanan manusia yang berada dalam pribadi bisa berubah-ubah,

sehingga potensi ruh yang diberikan oleh Allah harus senantiasa

dipupuk dan dipelihara dengan memberikan pelatihan-pelatihan dalam

ibadah.

7. Bentuk-bentuk Kedisiplinan Ibadah Shalat Dhuha Berjama‟ah

a. Kesadaran Dalam Menjalankan Ibadah Shalat

Kesadaran menjalankan ibadah shalat muncul karena disebabkan

faktir seseorang dengan sadar bahwa dengan disiplin akan didapatkan

kesuksesan dalam segala hal. Selain itu, kesadaran diri sebagai

pemahaman bahwa disiplin dianggap penting bagi kebaikan dan

keberhasilan dirinya.

b. Kepatuhan Terhadap Syarat dan Rukun Shalat

Dalam syariat Islam Menempatkan soal tata tertib itu sebagai

salah satu unsur yang menentukan sah tidaknya suatu 26 ibadah. Shalat

merupakan ibadah ritual yang paling banyak unsur kedisiplinannya

mulai dari syarat dan rukunnya.

c. Ketepatan Waktu Dalam Melaksanakan Shalat

Ibadah shalat pelaksanaannya terkait dengan waktu-waktu yang

pasti dan telah menjadi bagian yang mutlak dari ajaran Islam dalam

pelaksanaan syariatnya.

d. Khusyu‟ Dalam Shalat

Kekhusyuk‟an dalam melaksanakan shalat merupakan jiwa

dalam shalat yang harus dipenuhi. Disamping kedisiplinan dalam

kekhusyuk‟an, karena semua ini merupakan atau kesatuan yang tidak


bisa terpisahkan.

e. Frekuensi Menjalankan Shalat

Keaktifan dalam menjalankan shalat merupakan indikasi adanya

kedisiplinan pada seseorang. Kedisiplinan dapat terwujud karena

kebiasaan secara terus menerus dan tertib dalam waktu yang cukup

panjang.

8. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Karakter Disiplin

Perkembangan disiplin dipengaruhi oleh:

a. Pola asuh dan kontrol yang dilakukan oleh orang tua (orang dewasa)

terhadap perilaku.

Pola asuh orang tua mempengaruhi bagaimana anak berpikir,

berperasaan, dan bertindak. Orang tua yang dari awal mengajarkan dan

mendidik anak untuk memahami dan mematuhi aturan akan

mendorong anak untuk mematuhi aturan. Pada sisi lain anak yang tidak

pernah dikenalkan pada aturan akan berperilaku tidak beraturan.

b. Pemahaman tentang diri dan motivasi

Pemahaman terhadap diri sendiri, apa yang diinginkan diri dan

apa yang dilakukan oleh diri sendiri agar hidup menjadi lebih nyaman,

menyenangkan, sehat dan sukses membuat perencanaan yang dibuat.

c. Hubungan sosial dan pengaruhnya terhadap individu

Relasi sosial dengan individu maupun lembaga sosial memaksa

individu memahami aturan sosial dan melakukan penyesuaian diri agar

dapat diterima secara sosial.33

33
Daryanto, Surayatri, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta: Gava Media, 2013), 49-
50.
D. KERANGKA BERPIKIR

Penelitian ini membahas tentang Implementasi Kegiatan Keagamaan

Melalui Program Sholat Dhuha Berjama‟ah dalam Menanamkan Karakter

Kedisiplinan Siswa di SDN Jabon 1 Kecamatan Mojoanyar Kabupaten

Mojokerto. Implementasi Program Sholat Dhuha Berjama‟ah dalam

Menanamkan Karakter Kedisiplinan Siswa dapat digambarkan dalam

kerangka berpikir antara lain sebagai berikut:

Implementasi Program Sholat Dhuha


Berjama'ah

Pelaksanaan Sholat Pembinaan Sholat Pengawasan Sholat Tujuan Sholat


Dhuha Berjama'ah Dhuha Berjama'ah Dhuha Berjama'ah Dhuha Berjama'ah

Dampak Program Sholat Dhuha


Berjama'ah Dalam Menanamkan
Karakter Kedisiplinan Siswa
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif baik berupa tulisan maupun lisan dari orang-

orang dan perilaku yang diamati dalam penelitian kualitatif metode yang bisa

digunakan untuk memperoleh informasi yaitu melalui wawancara, observasi,

dan dokumentasi.34

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian lapangan

yaitu mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang,

dan interaksi suatu sosial, individu, kelompok, lembaga, dan masyarakat.35

Penelitian lapangan (Field Research) juga dianggap sebagai penelitian

kualitatif di mana peneliti mengamati dan berpartisipasi secara langsung. Pada

jenis penelitian ini peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan

pengamatan langsung di lokasi penelitian terkait fenomena yang peneliti

angkat. Dalam penelitian lapangan, peneliti secara individu berbicara dan

mengamati secara langsung orang-orang yang ditelitinya.

Dalam hal ini, lokasi penelitian yang akan peneliti lakukan pengamatan

berada di SDN Jabon 1 Mojokerto. Nantinya peneliti akan memaparkan

bagaimana kondisi lokasi penelitian dan bagaimana proses penanaman

karakter kedisiplinan melalui program sholat dhuha berjama‟ah.

34
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017), 2.
35
Husaini Usman dkk, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), 5.
B. Kehadiran Peneliti

Dalam upaya untuk mendapatkan data yang akurat dilapangan, maka

peneliti memasuki lokasi penelitian dengan menggunakan cara formal dan

informal, cara tersebut dipilih dengan pertimbangan sebagai berikut:

Pendekatan formal artinya, bahwa peneliti menuju lokasi penelitian dengan

menyediakan surat izin penelitian dari kampus untuk kemudian diserahkan

kepada yang berwenang memberikan izin penelitian, yaitu di SDN Jabon 1

Mojokerto. Pendekatan formal ini juga bertujuan untuk menjalin komunikasi

awal sekaligus untuk mengetahui hal-hal yang terkait dengan aturan khusus

yang ditetapkan oleh lembaga untuk peneliti dan juga berguna untuk

konfirmasi narasumber. Peneliti kualitatif sebagai human instrument,

berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber

data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,

menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.36 Adapun teknik

yang digunakan oleh peneliti untuk mencari data dari responden yang sudah

dikenal sehingga sudah saling memahami. Kehadiran peneliti dapat

menunjang keabsahan data sehingga data yang diperoleh benar-benar sesuai

dengan kenyataan. Agar peneliti mendapatkan kepercayaan dari informan dan

subyek penelitian maka peneliti memberikan identitas atau status peneliti

kepada Kepala Sekolah SDN Jabon 1 Mojokerto dan guru mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam.

36
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo, 2013), 306.
C. Latar Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di SDN Jabon 1 Mojokerto yang terletak

di Jalan Raya Jabon No. 85, Kec. Mojoanyar, Kab. Mojokerto, Jawa Timur.

Lokasi tersebut peneliti pilih atas dasar pertimbangan bahwa di SDN Jabon 1

Mojokerto merupakan salah satu Sekolah Dasar yang memiliki beberapa

kegiatan yang dapat menguatkan karakter siswa-siswinya. Salah satu kegiatan

yang dapat menguatkan karakter kedisiplinan siswa-siswi di SDN Jabon 1

Mojokerto adalah adanya program sholat dhuha berjama‟ah yang

dilaksanakan setiap pagi sebelum KBM dimulai. Menurut peneliti banyak

sekolah yang menerapkan kegiatan sholat dhuha berjama‟ah hanya saja

terdapat perbedaan yaitu pada waktu pelaksanaannya tidak semua sekolah

menerapkannya pada waktu sebelum KBM dimulai serta perbedaan dari

serangkaian kegiatannya. Dalam kegiatan sholat dhuha berjama‟ah yang

diterapkan di SDN Jabon 1 Mojokerto dapat menumbuhkan karakter

kedisiplinan pada siswa-siswi di SDN Jabon 1 Mojokerto.

D. Data dan Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan sebagai

sumber utama/primer, selebihnya adalah tambahan/sekunder seperti data

tertulis dan foto, kata-kata dan tindakan yang dimaksud yaitu kata-kata dan

tindakan orang yang diamati atau diwawancarai. Sumber data ini dicatat

melalui catatan tertulis dan pengambilan foto, sedangkan sumber data tertulis

merupakan pelengkap dari penggunaan metode dan observasi wawancara.

Peneliti menggunakan data wawancara dalam sumber data primer untuk

mendapatkan informasi secara langsung mengenai fokus penelitian, mengenai


kegiatan shalat dhuha berjama‟ah dalam menanamkan karakter kedisiplinan

bagi siswa di SDN Jabon 1 Mojokerto. Narasumber dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Guru PAI

2. Waka Kurikulum

3. Siswa

Selain itu sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari:

1. Arsip atau dokumen SDN Jabon 1 Mojokerto.

2. Dokumentasi kegiatan shalat dhuha berjama‟ah dalam menanamkan

karakter kedisiplinan bagi siswa di SDN Jabon 1 Mojokerto.

E. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,

wawancara/interview dan dokumentasi.37 Teknik tersebut digunakan peneliti,

karena suatu fenomena itu akan dimengerti maknanya secara baik, apabila

peneliti melakukan interaksi dengan subyek penelitian dimana fenomena

tersebut berlangsung.

1. Observasi

Klasifikasi dalam teknik observasi ada tiga: a) Observer dapat

bertindak sebagai seorang partisipan atau non partisipan. b) Observasi

dapat dilakukan secara terus terang atau penyamaran, walaupun secara

etis dianjurkan untuk terus terang, kecuali dalam keadaan tertentu yang

memerlukan penyamaran. c) Observasi dapat dilakukan pada latar alami

37
Wayan Suwendra, Metodologi Penelitian Kualitatif: Dalam Ilmu Sosial, Pendidikan, Kebudayaan, dan
Keagamaan (Bedung: Nilacakara, 2018 ), 84.
atau dirancang, pada penelitian kualitatif hanya menggunakan observasi

pada latar alami.

Teknik observasi dalam penelitian ini peneliti terlibat langsung

dalam kegiatan shalat dhuha berjama‟ah bersama dengan objek yang

diamati, melalui kegiatan partisipasi ini diharapkan mampu mendapatkan

data sebagai pelengkap penelitian. Peneliti dalam penelitian ini

mengamati mengenai persiapan, pelaksanaan, serta hasil kegiatan shalat

dhuha berjama‟ah dalam menanamkan karakter kedisiplinan bagi siswa di

SDN Jabon 1 Mojokerto.

2. Wawancara

Teknik wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data,

apabila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti

tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam wawancara,

pengumpul data telah menyiapkan instrumen peneliti berupa pertanyaan-

pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah disiapkan. Selain itu

juga dapat menggunakan alat bantu seperti: tape recorder, gambar, brosur

serta material lain yang dapat membantu lancarnya dalam melakukan

teknik wawancara.38 Orang-orang yang dijadikan informan dalam

penelitian ini adalah:

a. Guru PAI

b. Waka Kurikulum

c. Siswa

38
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo, 2013), 319.
3. Dokumentasi

Sejarawan terkemuka dari University College London GJ. Reneir

menjelaskan istilah dokumen dalam tiga pengertian, pertama dalam arti

luas, yaitu meliputi semua sumber baik, baik sumber tertulis maupun

lisan. Kedua dalam arti sempit yaitu meliputi semua sumber tertulis saja.

Ketiga, dalam arti spesifik yaitu hanya meliputi surat-surat resmi dan

surat-surat negara, seperti surat perjanjian, undang-undang konsensi, dan

sebagainya.39

Catatan peristiwa yang sudah berlalu dinamakan dokumen.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

dari seseorang. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih

dapat dipercaya jika didukung oleh sejarah pribadi kehidupan dimasa

kecil, disekolah, di tempat kerja atau di masyarakat. Dan akan semakin

dapat dipercaya jika didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik

dan seni yang telah ada.40

Teknik dokumentasi yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian

ini bertujuan untuk mendapatkan data mengenai :

a. Sejarah singkat berdirinya SDN Jabon 1 Mojokerto.

b. Visi dan misi SDN Jabon 1 Mojokerto.

c. Struktur sekolah dan organisasi SDN Jabon 1 Mojokerto.

d. Jumlah guru, karyawan dan peserta didik SDN Jabon 1 Mojokerto.

e. Keadaan sarana dan prasarana SDN Jabon 1 Mojokerto.

39
Umar Sidiq dan Moh. Miftahul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan, (Ponorogo: CV.
Nata Karya, 2019), 72.
40
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 329.
f. Dokumen pelaksanaan kegiatan dalam menerapkan sholat dhuha

berjama‟ah.

g. Dokumen lain yang relevan dari berbagai sumber yang diakui

kebenarannya dalam memperkuat analisis penelitian.

F. Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke

dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana

yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat

diceritakan kepada orang lain, sehingga mudah difahami oleh peneliti maupun

orang lain.41

Adapun analisis data yang peneliti gunakan pada penelitian ini adalah

analisis data interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Hubermen.

Kegiatan dalam analisis ini dilakukan secara terus-menerus sampai tuntas.

Adapun analisis data yang dilakukan menurut Miles dan Hubermen dalam

penelitian kualitatif ini sebagai berikut :

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data adalah proses menyeleksi, memfokuskan,

menyederhanakan, mengabstraksi, dan mentransformasikan data ke dalam

tulisan, transkip wawancara, dokumen dan materi lainnya. Dalam

kondensasi data ini seluruh data yang diperoleh disesuaikan tanpa harus

mengurangi data.

41
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017), 334.
2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah reduksi data, langkah berikutnya adalah penyajian data.

Penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori. Dalam penelitian kualitatif

ini, Miles dan Hubermen menyatakan bahwa yang paling sering digunakan

untuk menyajikan data adalah dengan teks yang bersifat naratif, artinya

peneliti menyampaikan dan menyajikan data hasil penelitian dalam bentuk

uraian-uraian.42

3. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan (Verifying/Consclusion Drawing)

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

G. Keabsahan Data

Peneliti melakukan pengecekan keabsahan data untuk memperoleh hasil

data yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan, serta untuk membuktikan

bahwa hasil data yang diperoleh oleh peneliti sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya dilapangan. Untuk menguji suatu data yang diperoleh itu valid

atau tidaknya maka, peneliti dapat menggunakan metode trianggulasi data.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan trianggulasi sumber dan

trianggulasi teknik.

42
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung: Alfabeta, 2014), 339.
Trianggulasi sumber yaitu digunakan untuk menguji kreadibilitas data

yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui

beberapa sumber. Dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama pada

informan yang berbeda. Dalam hal ini sumber datanya yaitu Kepala Sekolah,

Guru PAI, Waka Kurikulum, dan Peserta Didik.

Trianggulasi teknik adalah menguji kreadibilitas data yang dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda.43 Dalam hal ini peneliti menanyakan hal yang sama dengan teknik

yang berbeda, peneliti mendapatkan data yang sama melalui teknik observasi,

wawancara dan dokumentasi.

43
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, 308.
DAFTAR PUSTAKA

A. Doni Koesoema. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global.

Jakarta: Grasindo, 2010.

A. Doni Koesoema. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global.

Jakarta: Grasindo, 2010.

Abdul Hakim El-Hamidy. The Secret Of 1/3 Tahajud, Fajar, Subuh, & Dhuha. Depok:

Kaysa Media, 2013.

Abdul Mujib. Kepribadian dalam Psikologi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.

Abdul Rahman. Energi Positif Shalat Berjamaah. Jakarta: Mizan Publika, 2013.

Agus Zainul Fitri. Reinventing Human Character: Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan

Etika di Sekolah. Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2012.

Ali Imron. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Chorun Nisak Aulina. “Penanaman Disiplin Pada Anak Usia Dini”, Jurnal Pedagogia Vol.

2, No.1, Februari 2013.

Daryanto, Surayatri. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Gava

Media, 2013.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemah. Surakarta: Media Insani Publishing,

2007.

Eka S. Ariananda, dkk. Pengaruh Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Terhadap Prestasi

Belajar Siswa Teknik Pendingin, Journal of Mechanical Engineering Education,

Vol.1, No.2, Desember 2014.

Erni Sri Ulyani, Hunainah. Pembiasaan Shalat Dhuha Untuk Meningkatkan Disiplin

Belajar Siswa, (Jurnal Qathruna: Juni 2021).


Guntur Setiawan. Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan. Jakarta: Balai Pustaka,

2004.

Heri Jauhari Muchtar. Fikih Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.

Husaini Usman dkk. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006.

Ika Ernawati. Pengaruh Layanan Informasi dan Bimbingan Pribadi Terhadap Kedisiplinan

Siswa Kelas XII MA Cokroaminoto Wanadadi Banjarnegara Tahun Ajaran

2014/2015. G-COUNS: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 2016.

Imam Ghozali. Bertambah Kaya Lewat Sholat Dhuha Ritual Halal Menjemput Rejeki.

Jakarta: Mitrapess, 2008.

Imroatul Fatihah. Manajemen Pembelajaran Agama Melalui Pembiasaan Shalat Dhuha Di

SDN Mega Eltra, (Jurnal: JIEM Journal of Islamic Education Manajemen).

Jalaludin. Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Balai Pustaka, 2007.

Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017.

M. Kalilirrahman Al Mahfani. Berkah Shalat Dhuha. Jakarta: PT. Wahyu Media, 2008.

Moch. Yasyakur, “Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan

Kedisiplinan Beribadah Sholat Lima Waktu”, Jurnal Pendidikan Islam, 2018 ISSN

(p): 2614-4018: ISSN (e): 2614-8846 Volume 5 Nomor 09, 2016.

Moh. Rifa‟i. Kumpulan Sholat-Sholat Sunnah. Semarang: CV Toha Putra, 1993.

Muhammad Thalib. Shalat Sunnah (Fungsi Fadilah & Tata Caranya). Surakarta: Kaafah

Media, 2005.

Mulyadi. Implementasi kebijakan. Jakarta: Balai Pustaka, 2015.

Nurdin Usman. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: Grasindo, 2002.


Pakih Sati. Dahsyatnya Tahajud, Dhuha, Sedekah. Surakarta: Al-Qudwah, 2013.

Sayyid Sabiq. Fiqh Sunnah. Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006.

Soegerda Poerbakawatja dan A. H. Harahap. Ensiklopedi Pendidikan. Jakarta: Gunung

Agung, 1981.

Sri Narwanti. Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai Dalam Mata Pelajaran.

Yogyakarta: Familia, 2011.

Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta, 2014.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta, 2017.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2013.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2013.

Syaifuddin. Design Pembelajaran dan Implementasinya. Ciputat: PT. Quantum Teaching,

2006.

Titing Umikar, Ahmad Subekti, Qurroti ‟ayun. Pembiasaan Shalat Dhuha Dalam

Pembentukan Karakter Religius Siswa di Madrasah Tsanawiyah Ahmad Yani

JabungMalang, (VICRATINA: Jurnal Pendidikan Islam, 2021).

Umar Sidiq dan Moh. Miftahul Choiri. Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan.

Ponorogo: CV. Nata Karya, 2019.

Wayan Suwendra. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dalam Ilmu Sosial, Pendidikan,

Kebudayaan, dan Keagamaan. Bedung: Nilacakara, 2018.


LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Mulai tahun berapa program sholat dhuha berjama‟ah diadakan di SDN Jabon 1

Mojokerto?

2. Apa yang melatarbelakangi pengadaan sholat dhuha berjama‟ah di SDN Jabon 1

Mojokerto?

3. Apa tujuan dari program sholat dhuha berjama‟ah di SDN Jabon 1 Mojokerto?

4. Apa yang menjadi landasan di adakannya program sholat dhuha berjama‟ah?

5. Bagaimana pelaksanaan program sholat dhuha berjama‟ah di SDN Jabon 1 Mojokerto?

6. Apakah program ini terjadwal?

7. Apakah seluruh peserta didik di wajibkan mengikuti kegiatan sholat dhuha berjama‟ah?

8. Apa faktor pendukung dalam pelaksanaan sholat dhuha berjama‟ah?

9. Apa faktor penghambat dalam pelaksanaan sholat dhuha berjama‟ah?

10. Apakah ada dampak dari program sholat dhuha berjama‟ah pada siswa?

Anda mungkin juga menyukai