Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH LAPORAN PENELITIAN

PENGOBATAN TRADISIONAL BISUL PADA ANAK

DISUKU MUNA-LAHAJI

DI SUSUN OLEH:

WA ODE CAHYA LESTARI


P00324022055

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KENDARI
PRODI JURUSAN D-III KEBIDANAN
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “Makalah Laporan Penelitian Pengobatan
Tradisional Bisul Pada Anak Di Suku Muna-Lahaji” dengan baik.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi
besar, Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi guru terbaik dan menjadi suri
tauladan bagi umat Islam di seluruh dunia ini.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi syarat penilaian pada tugas
mata kuliah ‘Antropologi Kesehatan”, dan penulis harap makalah ini dapat
bermanfaat, baik bagi penulis sendiri maupun para peserta didik lainnya.
Dalam menyusun makalah ini pula, penulis berusaha sebaik mungkin
untuk mendapatkan sumber-sumber dan informasi, baik buku-buku yang telah
direkomendasikan oleh dosen sendiri maupun lewat website-website yang
terpercaya. Dan penulis ucapkan banyak terimakasih untuk ibu dosen penulis,
Ibu Sitti Aisa, AM. Keb., M. Pd. atas pengajaran dan bimbingan yang telah
diberikan kepada penulis dalam mata kuliah ‘Antropologi Kesehatan’ ini dan
dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan oleh
penulis, berkenaan dengan pembuatan makalah ini agar bisa menjadi lebih baik
lagi. Atas perhatiannya, penulis ucapkan banyak terimakasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Bisul
B. Konsep Dasar Pengobatan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Subjek dan Objek Penelitian
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
E. Teknik Analisis Data
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
B. Pengetahuan masyarakat lahaji mengenai pengobatan medis dan non
medis
C. Hasil dan pembahasa jurnal
D. Hasil dan pembahasan wawancara langsung
E. Perbandingan hasil penelitian jurnal dan wawancara langsung
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bisul (Furunkel) ialah radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika
lebih dari pada sebuah disebut furunkulosis. Karbunkel ialah kumpulan
furunkel. Keluhannya nyeri. Kelainan berupa nodus eritematosa
berbentuk kerucut, di tengahnya terdapat pustul. Kemudian melunak
menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik, lalu memecah
membentuk fistel. Tempat predileksi ialah yang banyak friksi, misalnya
aksila dan bokong (Djuanda : 2011).
Bisul merupakan infeksi kulit berupa benjolan, tampak
memerah, yang akan membesar, berisi nanah dan terasa panas, dapat
tumbuh di semua bagian tubuh, namun biasanya tumbuh pada bagian
tubuh yang lembab, seperti : leher, lipatan lengan, atau lipatan paha,
kulit kepala. Bisul disebabkan karena adanya infeksi bakteri
Stafilokokus aureus pada kulit melalui folikel rambut, kelenjar minyak,
kelenjar keringat yang kemudian menimbulkan infeksi lokal. Faktor
yang meningkatkan risiko terkena bisul antara lain kebersihan yang
buruk, luka yang terinfeksi, pelemahan diabetes, kosmetika yang
menyumbat pori, dan pemakaian bahan kimia (Jean, et al : 2011).
Penyakit kulit seperti bisul dan eksim dapat disebabkan oleh
bakteri Staphylococcus aureus (Jawetz : 2008). Meskipun penyakit bisul
sering dianggap sebagai penyakit biasa, namun dengan adanya bisul di
bagian tubuh manusia, tetap menganggu kesehatan dan aktivitas
manusia. Bahkan jika tidak ditangani dengan serius dapat menimbulkan
infeksi dan memperparah penyakit bisul tersebut.
Tradisi pengobatan kawio (bisul) merupakan pengobatanyang
masih dilakukan oleh masyarakat secara turuntemurun berdasarkan
rangkaian proses yang teratur sesuai dengan ketentuan yang dilakukan
oleh nenek moyang terdahulu.Penyakit kawio (bisul) adalah penyakit
yang muncul pada bagian-bagian tertentu pada anggota tubuh manusia.
Kawio (bisul) ini juga memiliki bentuk diantaranya, Kawio biasa,
osorombata, kawisu, kasosora, dan pikitai. Walaupun memiliki bentuk
tetapi proses pengobatannya hampir sama, yang membedakan adalah
mantra (doa) yang dibacakan sesuai bentuk penyakit. (Meurut Ibu Wa
Siani (dukun) dalam wawancara awal 24 April 2020).

B. Rumusan Masalah
Apa pengobatan tradisional yang dilakukan oleh masyarakat suku Muna di
Desa Lahaji, Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat untuk
mengobati penyakit bisul (Kawio) pada anak?

C. Tujuan
Untuk mengetahui pengobatan tradisional yang dilakukan oleh masyarakat
suku Muna di Desa Lahaji, Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna
Barat untuk mengobati penyakit bisul (Kawio) pada anak.

D. Manfaat
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Bisul
1. Pengertian Bisul
Bisul merupakan infeksi kulit berupa benjolan, tampak
memerah, yang akan membesar, berisi nanah dan terasa panas,
dapat tumbuh di semua bagian tubuh, namun biasanya tumbuh
pada bagian tubuh yang lembab, seperti : leher, lipatan lengan,
atau lipatan paha, kulit kepala. Bisul disebabkan karena adanya
infeksi bakteri Stafilokokus aureus pada kulit melalui folikel
rambut, kelenjar minyak, kelenjar keringat yang kemudian
menimbulkan infeksi lokal. Faktor yang meningkatkan risiko
terkena bisul antara lain kebersihan yang buruk, luka yang
terinfeksi, pelemahan diabetes, kosmetika yang menyumbat pori,
dan pemakaian bahan kimia (Jean, et al : 2011).
Penyakit kulit seperti bisul dan eksim dapat disebabkan
oleh bakteri Staphylococcus aureus (Jawetz : 2008). Meskipun
penyakit bisul sering dianggap sebagai penyakit biasa, namun
dengan adanya bisul di bagian tubuh manusia, tetap menganggu
kesehatan dan aktivitas manusia. Bahkan jika tidak ditangani
dengan serius dapat menimbulkan infeksi dan memperparah
penyakit bisul tersebut.

2. Penyebab Bisul
Penyebab Bisul Penyakit kulit seperti bisul dan eksim
dapat disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus (Jawetz :
2008). Meskipun penyakit bisul sering dianggap sebagai
penyakit biasa, namun dengan adanya bisul di bagian
tubuh manusia, tetap menganggu kesehatan dan aktivitas
manusia. Bahkan jika tidak ditangani dengan serius
dapat menimbulkan infeksi dan memperparah penyakit bisul
tersebut.Bisul disebabkan karena adanya infeksi bakteri
stafilokokus aureus pada kulit lewat folikel rambut, kelenjar
minyak, kelenjar keringat yang sesudaah itu menyebabkan
infeksi lokal. Faktor yang menambah risiko terkena bisul
diantaranya kebersihan yang buruk, luka yang terinfeksi,
pelemahan diabetes, kosmetika yang menyumbat pori dan
pemakaian bahan kimia (Djuanda :2011).
Furunkel/bisul ialah radang folikel rambut dan
sekitarnya. Jika lebih dari sebuah disebut furunkulosis.
Karbunkel ialah kumpulan furunkel. Keluhannya nyeri. Ke
lainan berupa nodus eritematosa berbentuk kerucut, di
tengahnya terdapat pustul. Kemudian melunak menjadi
abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik, lalu memecah
membentuk fistel. Tempat predileksi ialah yang banyak
friksi, misalnya aksila dan bokong (Djuanda : 2011).

3. Tanda dan Gejala


Munculnya penyakit bisul ditandai dengan gejala berupa
benjolan merah dan lunak pada kulit yang disertai gatal-gatal
dan nyeri. Pada kasus tertentu kadang penderita juga mengalami
demam. Lamakelamaan benjolan tersebut akan menjadi lebih
keras. Kemudian pada benjolan itu terbentuk puncak berwarna
putih yang berisi nanah.
Cairan nanah ini merupakan sel darah putih yang
terbentuk dari mekanisme pertahanan tubuh untuk melawan
bakteri yang menginfeksi daerah kulit tempat terjadinya bisul.
Dinding atau tonjolan kulit yang terbentuk dan menjadi bisul ini
biasanya terasa nyeri. Hal ini karena didalamnya terdapat
jaringan tubuh yang masih berfungsi yang sedang melawan
bakteri penyebab infeksi (Fahmi : 2013).
Menurut penampakannya, bisul berwarna kemerahan
dengan bagian ujung berwarna putih. Dalam perkembangannya,
warna merah akan menjadi kekuningan karena telah dipenuhi
dengan nanah. Namun tak jarang kalau kondisi dan daya tubuh
cukup baik, bisul akan mengempes dan sembuh dengan
sendirinya (Fahmi : 2013).
Bisul atau furunkel ini merupakan infeksi kulit yang
meliputi seluruh folikel rambut dan jaringan subkutanius
disekitarnya, yang disebabkan oleh bakteri stafilokokus atau
bakteri lainnya, atau jamur. Bisul atau furunkel berawal
membentuk benjolan keras berwarna merah yang didalamnya
terkandung nanah. Kemudian benjolan ini akan berfluktuasi dan
tengahnya menjadi putih atau kuning yang membentuk kustula.
Benjolan tersebut dapat pecah secara spontan atau dipecahkan
sendiri dan mengeluarkan nanah,bahkan terkadang mengandung
sedikit darah (Fahmi : 2013).
Bisul ini dapat mengakibatkan rasa nyeri yang sifatnya
ringan dan kulit disekitar bisul tersebut akan tampak kemerahan
karena terjadi peradangan. Selain itu, bisul dapat mengakibatkan
demam, lelah, dan tidak enak badan. Furunkel sering terasa
nyeri dan kambuh, maka akan terjadi furunkulosis (Fahmi :
2013).
B. Konsep Dasar Pengobatan
Pengobatan atau yang bisa disebut terapi merupakan kegiatan
untuk membersihkan tubuh dari penyakit, biasanya diketahui dengan
cara diagnosa. Sementara itu, peran pengobatan sendiri adalah untuk
menanggulangi secara cepat dan efektif keluhan yang tidak
memerlukan konsultasi medis, mengurangi beban pelayanan
kesehatan, pada keterbatasan sumber daya dan tenaga, serta
meningkatkan keterjangkauan masyarakat yang jauh dari pelayanan
kesehatan.
Artinya terapi atau pengobatan dianggap jalan untuk
menyehatkan, disamping itu sesuai dengan ketentuan untuk
pengobatan dan kaitannya dengan agama, kebiasaan, serta adat
istiadat yang berlaku pada masyarakat pendukungnya. Terlepas dari
ketentuan tersebut, pengobatan sebenarnya bukan hanya sebuah
penyembuhan saja tetapi ada kaitan serta hubungan vertikal maupun
orizontal, hubungan tersebut terdiri dua sisi, yang berobat dan yang
mengobati. Kedua hubungan tersebut berkaitan juga dengan sang
pencipta sebagai tujuan akhir dari pengobatan tersebut.
pengobatan tersendiri terdiri atas dua jenis cara dan tindakan,
yakni pengobatan secara medis (modern) dan pengobatan secara non
medis atau etnomedicine (tradsional). Hal ini didasari pada
perkembangan zaman dan teknologi yang semakin canggih serta
kepercayaan masyarakat dan kebudayaan yang dianut oleh mereka,
sehingga timbul dua jenis cara pengobatan tersebut.
1. Pengobatan secara medis (modern)
Penisilin adalah efektif dalam mengobati penyakit bisul
yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus sampai bakteri
menjadi resisten. Sepanjang paruh kedua abad ke-20, antibiotik
baru seperti methicillin dan vankomisin dikembangkan, yang
berhasil diobati resistant strain Staphylococcus aureus
berkembang pada 1970-an dan memiliki rumah sakit bermasalah
di seluruh dunia dengan infeksi persisten pada pasien. Sebuah
strain resisten vankomisin Staphylococcus aureus muncul di
Jepang, dan strain dengan resistensi parsial terhadap vankomisin
telah ditemukan di Amerika Serikat, Australia dan negara-negara
lain (Kuehnert, et al : 2006).
Tidak semua jenis mikroba dapat dibunuh oleh suatu
antibiotik. Misalnya penicillin berkhasiat untuk membunuh
Saphylococcus aureus tetapi tidak berkhasiat terhadap
Salmonella typhi. Bahkan dapat terjadi Staphylococcus aureus
yang biasanya sensitif terhadap penicillin berubah menjadi
resisten terhadap penicillin. Hal ini disebabkan mikroba tersebut
mengadakan mutasi yang dapat terjadi karena pengobatan yang
dilakukan tidak dengan semestinya. Salah satu penghasil
antibiotik adalah actinomycetes (Indan : 2003)
Actinomycetes adalah bakteri gram positif, filamentus
dan membentuk spora. Actinomycetes sering dianggap
kelompok peralihan antara bakteri dan jamur tetapi sekarang
dikenal sebagai organisme prokariotik. Sebagian besar anggota
Actinomycetes hidup bebas, bakteri saprofit dan tersebar luas di
tanah, air, dan berasosiasi dengan tanaman tingkat tinggi.
Populasi Actinomycetes telah diidentifikasi sebagai salah satu
kelompok utama populasi tanah (Kuster : 1968). Yokota (1997)
menemukan bahwa sekitar 100 genus Actinomycetes hidup di
dalam tanah.
2. Pengobatan secara non medis ( tradisional )
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut
Moleong (2005:6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah
dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Ini
dilakukan dengan pengumpulan data melalui wawancara
mendalam terhadap 28 informan, terdiri dari tokoh adat/tokoh
masyarakat 4 orang, dukun anak tradisional 8 orang, orang
tua/keluarga anak 9 orang, dan tenaga kesehatan (5 orang bidan
dan 2 orang pengelola BATRA).
Dan wawancara langsung kepada 3 (tiga) narasumber dengan
memperhatikan 3 (tiga) aspek pewawancara, yakni:
1) Orang yang mengetahui
2) Orang yang berpengalaman
3) Orang yang pernah praktik atau melakukannya.
Sehingga, wawancara langsung ini dilakukan kepada masyarakat
Desa Lahaji, Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat
yang terdiri atas:
1) Irfan,
2) Saldy,
3) Ibu niarsi
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini berfokus pada kebiasaan dan
kepercayaan masyarakat Desa Lahaji dalam melakukan
pengobatan tradisional secara langsung dan dapat dilihat secara
transparan. Sedangkan objek penelitian disini berupa data-data
dari jurnal serta perkataan langsung maupun tidak langsung dari
narasumber, yakni masyarakat Desa Lahaji, Kecamatan Napano
Kusambi Kabupaten Muna Barat.

C. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah suatu prosedur yang
sistematis untuk memperoleh data yang diperlukan. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian sosial yang lazim digunakan
adalah angket (questionnaire), wawancara (interview), observasi
(observation), documenter (secondary sources), dan tes (test)
(Sanapiah Faisal, 2001: 51). Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara
mendalam dan observasi proses wawancara mendalam. Untuk
menjamin dan mencerminkan keakuratan informasi yang
dikumpulkan, peneliti menggunakan teknik triangulasi dan
sumber. Peneliti merupakan salah satu instrumen dalam
penelitian ini.
Wawancara merupakan percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban
atas pertanyaan itu (Lexy J. Moleong, 2000: 135). Wawancara
digunakan untuk menjaring data atau informasi yang berkaitan
dengan metode yang digunakan dalam implementasi nilai-nilai
moral, dan kendala-kendala yang mungkin dihadapi dalam
menerapkan strategi implementasi nilai-nilai moral tersebut.
D. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk mendapatkan data yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan faktual, maka dari
data-data yang telah terkumpul terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan keabsahannya. Dalam penelitian ini teknik
pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah teknik uji
kredibilitas (Credibility), yaitu dalam penelitian kualitatif, data
dapat dinyatakan kredibel (dapat dipercaya karena sesuai dengan
fakta yang ada) apabila adanya persamaan antara apa yang
dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada
objek dan subjek yang diteliti.
Selain itu juga, untuk memperoleh fakta di lapangan,
penelitim embekali diri dengan pedoman wawancara, alat
dokumentasi (perekam suara dan kamera) dan catatan
lapangan.

E. Teknik Analisis Data


Analisis data menunjuk pada kegiatan
mengorganisasikan data ke dalam susunan-susunan tertentu
dalam rangka penginterpretasian data. Data ditabualasi sesuai
dengan susunan sajain data yang dibutuhkan untuk menjawab
masing-masing masalah dan atau hipotesis penelitian. Kemudian
diinterpretasikan atau disimpulkan, baik untuk masing-masing
masalah atau hipotesis penelitian maupun untuk keseluruhan
masalah yang diteliti (Sanapiah Faisal, 2001: 34).
Pada penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan
ialah kerangka kerja pada jurnal yang melandasinya dan teori
beralas pada wawancara yang dilakukan secara langsung.
Metode kerangka kerja merupakan metode yang bisa dikatakan
sedikit lebih maju dan lengkap dibanding metode yang lain.
Metode analisis ini terdiri dari beberapa tahapan. Antara lain
sosialisasi, identifikasi kerangka kerja tematik, koding, charting,
pemetaan dan penginterpretasian. Sedangkan metode teori
beralas ialah berasal dari analisis satu kasus atau kejadian guna
menyusun teori. Untuk selanjutnya, beberapa kasus lainnya
ditambahkan untuk dilihat apakah kasus tersebut dapat
mendukung maupun berkontribusi terhadap teori.
Metode ini membutuhkan konstruksi teori yang didasari
dari proses pengumpulan data dan proses analisis data yang
diperoleh. Hal ini menjadikan metode analisis teori beralas
sebagai metode penelitian induktif.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengetahuan masyarakat Lahaji mengenai pengobatan medis


dan non medis
B. Hasil dan pembahasan jurnal
 Bentuk-Bentuk Penyakit Bisul (Kawio)
Setiap orang pada hakikatnya ingin terhindar dari
gangguan apapun, termaksud kondisi tidak normal
gangguan kesehatan, dan tidak berfungsinya bagian-bagian
tubuh maupun mental diupayahkan jauh dari kehidupan
seseorang. Untuk memulihkan dan memfungsikan hidup,
seseorang harus tetap menjaga pikiran dan tubuh agar tetap
sehat (Fachrudin, 2018:50). Namun setiap manusia pasti
mengalami yang namanya sakit, baik itu sakit yang berasal
dari sistem personalitik ataupun non personalitik seperti
halnya penyakit bisul (kawio).
Kawio (bisul) atau dalam bahasa latin dikenal dengan
nama furungkel adalah benjolan merah pada kulit yang
berisi nanah dan terasa nyeri. Penyakit kulit seperti “bisul
dan eksim dapat disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
aureus” (Jawetz, 2008 dalam Hayati Oktober 2009).
Bakteri Staphylococcus aureus adalah bakteri yang pertama
kali ditemukan oleh Sir Alexander Ogston pada abad ke-
19, dia adalah seorang ahli beda Skotlandia dan ahli
mikrobiologi amatir. Staphylococcus aureus merupakan
salah satu bakteri patogen yang tidak berbahaya. Namun, ia
memiliki potensi yang kuat untuk menyebabkan spectrum
luas sindrom klinis mulai dari infeksi kulit ringan hingga
septikimia yang berlebihan (Fetsch Alexander, 2017 dalam
Jurnal Muh. Farid Hasyim dkk. 2020).
Penyakit ini salah satu penyakit yang sering dialami
masyarakat Muna Barat, khususnya di Desa Kampani.
Masyarakat mempercayai bahwa penyakit kawio (bisul)
merupakan penyakit yang berasal dari dalam tubuh yang
muncul karena kegiatan/aktifitas yang berlebihan sehingga
menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh.
1. Pikitai
Pikitai adalah salah satu jenis penyakit bisul,
yang tidak jauh berbeda dengan jenis penyakit bisul
lainnya seperti kawio biasa, kasosora, sorambata dan
kawisu. Namun pikitai ini memiliki bentuk yang
berbeda yaitu memiliki bentuk benjolan berwarna
kemerah-merahan yang berisi nanah berukuran kecil
dan biasanya pikitai ini tidak membesar.
2. Kawio biasa atau bisul biasa
Kawio biasa (bisul biasa) adalah salah satu
jenis bisul yang berbeda dengan jenis bisul lainnya
kasosora, sorambata, kawisu dan pikitai. Jenis bisul
lainnya hanya dapat tumbuh dibagian kulit tertentu.
Beda halnya dengan kawio biasa (bisul biasa), yang
bisa tumbuh di seluruh badan, baik di kaki, tangan,
leher, kepala dan bagian anggota badan lainnya. Jenis
bisul biasa ini, memiliki cirri-ciri bentuk benjolan
bulat besar dan warna kemerah-merahan yang berisi
nanah.
3. Osorambata
Osorambata adalah jenis penyakit bisul
berupa Benjolan yang terdapat pada kulit yang
berbentuk biji dan berbalut daging. Cirri-ciri dari jenis
bisul sorambata, yaitu berwarna kemerah-merahan
dan baentuknya memanjang. Biasanya osorambata
muncul pada bagian selangkangan.
4. Okawisu
Okawisu adalah salah satu jenis penyakit bisul
yang berbentuk Benjolan kecil yang terdapat pada
kulit dan berwarna kuning yang bercampur darah. Dan
biasanya tumbuh pada bagian jari tangan dan jari
kaki.Jenis bisul ini tergolong bisul ringan karena
bentuknya kecil.
5. Kasosora Kasosora adalah penyakit bisul yang tidak
dapat dilihat sebagian orang karena tempat
tumbuhnya di dalam telinga. Kasosora berbentuk
Benjolan kecil berwarna kemerah-merahan yang
terdapat dalam telinga dan disertai bauh busuk.

Anda mungkin juga menyukai